Sinopsis
Drama Taiwan – Hello Again Episode 16 END – 1
Images
by : SET TV , TTV, iQiyi
“Aku…,” ujar
Zi Jie, menghentikan Paman Jia yang hendak pergi. “Terimakasih sudah mendonorkan
darah.”
Paman Jia
tersenyum canggung. Dia menundukkan kepala dan permisi keluar. Zi Jie hanya
bisa diam, dia tidak tahu harus berkata apa sebenarnya.
--
Zi Hao menemani
Ke Ai belajar untuk ujian masuk universitas. Dia sudah seperti pelayan Ke Ai saja.
Selalu melayani dan ada untuk Ke Ai. Dan Ke Ai terlalu sibuk belajar hingga
tidak memperhatikan Zi Hao yang ada di sampingnya terus.
Saat dia
melihat Zi Hao yang tertidur karena menungguinya, Ke Ai tersenyum senang dengan
perhatian Zi hao padanya.
--
Hari ujian
masuk universitas akhirnya tiba.
Dan beberapa
hari/minggu kemudian, Ke Ai, Wen Wen, Zi Hao dan Li Jian berkumpul bersama
untuk melihat pengumuman siapa yang lolos masuk universitas. Ke Ai berhasil
masuk ke jurusan management universitas K. Dan dia mendapat nilai tertinggi. Semua
bersorak bahagia untuk Ke Ai. Dan Ke Ai juga bahagia karena akhirnya dia akan
menjadi mahasiswi.
--
Hubungan Zi
Jie dan Paman Jia masih canggung. Zi Jie sendiri sudah keluar dari rumah sakit.
Dia hendak mengajak paman Jia bicara, tapi dia tidak tahu harus berkata apa. Setelah
beberapa saat ragu, akhirnya Zi Jie bisa membuka pembicaraan dengan menyuruh
Paman Jia untuk tidak bekerja terlalu keras, karena Paman Jia sudah tidak muda
lagi.
“Aku sudah
terbiasa melakukan semua ini. Aku tidak merasa lelah sama sekali. Jika tiba-tiba
pekerjaanku berubah, aku akan merasa aneh. Aku tidak terbiasa. Intinya, aku suka
dengan hidupku sekarang ini. Harapanku adalah segalanya masih tetap sama selalu,”
ujar Paman Jia. “Jika kau butuh sesuatu, silahkan beritahu aku. Jangan merasa malu
karena meminta tolong padaku. Okay?”
Zi Jie diam,
dia berusaha menahan tangisnya. Dan saat dia hendak memanggil paman Jia dengan
sebutan “Ayah”, Paman Jia menghentikannya dengan memanggil Zi Jie “Tuan Muda.”
Dia mengalihkan pembicaraan dengan berkata harus pergi sekarang untuk menjemput
Nyonya Fang Ru. Dia juga menyuruh Zi Jie untuk pergi jalan-jalan karena cuaca
sangat bagus hari ini.
Dengan menahan
perasaannya, Zi Jie berbalik pergi. Paman Jia juga tampak sedih karna tidak
bisa membiarkan Zi Jie memanggilnya, Ayah.
--
Zi Jie duduk
sendirian di taman, merenung. Saat itu, Jammie datang menghampirinya. Dia berdiri
di depan Zi Jie, dan membiarkan Zi Jie menyandarkan kepala padanya. Jammie juga
membelai kepala Zi Jie dengan lembut.
“Dia tidak
mengatakan apapun. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan,” ujar Zi Jie.
“Terkadang,
tidak mengatakan apapun adalah bentuk lain dari kepedulian, bentuk cinta yang dalam
lebih daripada yang di teriakan.”
“Aku tahu.”
--
Ke Ai menulis
lagi di blog-nya.
Setiap keputusan akan mempengaruhi
hidupmu. Semua terserah kepadaku untuk memutuskan kehidupan apa yang ku
inginkan. Kualifikasi adalah sama saja dengan status dan latar belakang. Mereka
dapat memberikan keuntungan untuk hidupmu, tapi juga bisa menjadi belenggu yang
mengikatmu. Aku sangat bahagia, aku akhirnya bisa melihat dengan jelas dan
mengerti apa yang ku inginkan dalam hidupku.
Ke Ai
menatap lampu hadiah Zi Hao, dan mulai mengukir bintang seperti yang ada di
lampu itu.
Aku bersyukur dapat bertemu
orang-orang hebat dalam hidupku. Aku bersyukur memiliki teman yang selalu
memotivasiku. Terutama kau.
Mimpiku sejak 10 tahun yang lalu,
akhirnya menjadi nyata. Akan menjadi apa kah aku kelak?
--
Zi Hao
membaca tulisan Ke Ai tersebut, dan tersenyum.
--
Hari masuk universitas,
Ke Ai pergi
ke kampus bersama dengan Zi Hao. Zi Hao hanya mengantarkan Ke Ai hingga ke
depan gerbang kampus, dan menyuruh Ke Ai : Enjoy
Yourself.
Ke Ai
berjalan dengan percaya diri menuju meja pendaftaran ulang mahasiswa. Akhirnya,
dia akan resmi menjadi mahasiswi begitu melewati meja tersebut. Dia memberikan
surat-suratnya, dan orang yang menerima surat-surat Ke Ai, langsung bersorak
kagum karena Ke Ai memiliki nilai ujian masuk tertinggi. Semua mahaiswa yang
ada di sana langsung berkerumun dan heboh.
Ke Ai
berbalik menatap Zi Hao yang berdiri di gerbang dan tersenyum. Zi Hao balas
tersenyum padanya.
Tidak lama,
seorang pria keluar dari gedung kampus. Mahasiswi di sekitar sana langsung
berteriak heboh kalau itu adalah Professor Jiang Li Yang untuk mata pelajaran
mereka. Semua berseru menyebut Prof. Jiang yang sangat tampan. Dan Ke Ai juga
ikut terpesona.
Zi Hao
teringat, Prof. Jiang kan yang waktu itu Ke Ai baca bukunya (episode 15) dan
merasa kagum.
Para mahasiswa/I
yang heboh segera berlari menghampiri Prof. Jiang, dan tanpa sengaja malah
mendorong Ke Ai. Melihat Ke Ai yang terdorong, Zi Hao refleks hendak menolong,
tapi dia kalah cepat. Karena Ke Ai sudah di tolong lebih dahulu oleh Prof.
Jiang.
“Nona, apa
kau baik-baik saja?” tanya Prof. Jiang dengan sopan.
“Aku
baik-baik saja,” jawab Ke Ai dan terus menatap Prof. Jiang tanpa mengalihkan
pandangan sedikitpun.
Bahkan setelah
Prof. Jiang pergi, Ke Ai masih tetap berdiri di tempat yang sama menatapnya. Zi
Hao jadi cemburu melihat Ke Ai yang begitu terpaku pada Prof. Jiang. Dan karna
itu, dia bertekad untuk terus mengawasi Ke Ai.
--
Zi Jie, Li
Jian dan Zi Hao jalan bersama di Hua Li. Zi Jie memberikan desain susunan untuk
toko-toko Hua Li yang telah di buatnya pada Zi Hao. Zi Hao mempelajarinya, dan
memuji Zi Jie yang mengerjakannya dengan baik. Zi Jie merendah dengan berkata kalau
Li Jian juga membantunya. Zi Hao langsung bilang akan memberikan hadiah pada
mereka berdua.
Saat sedang
berjalan, mereka malah berpas-pasan dengan Jammie. Zi Hao langsung tanya, untuk
apa Jammie kemari?
“Aku datang
untuk mengucapkan perpisahan. Aku akan mengadakan konser tour piano di Australia,”
ujar Jammie.
“Jadi, kau
benar-benar akan pergi?” tanya Zi Jie, memastikan.
“Ya. Aku akan
pergi sesegera mungkin. Sebelumnya aku sudah menundanya karena kau tertusuk,”
jelas Jammie. “Dan Yang Zi Hao, aku peringati kau ya. Aku juga sudah bilang
sebelumnya pada Ke Ai, tapi aku akan bilang lagi secara langsung padamu. Benar-benar
cintai Ke Ai. Jika aku tahu kau memperlakukannya dengan buruk, aku akan segera
kembali dan menghajarmu.”
“Tenang
saja. Aku akan menjaganya layaknya harta karun.”
Setelah mendengarkan
jawaban Zi Hao, Jammie beranjak pergi. Zi Jie diam sesaat sebelum akhirnya
mengejar Jammie.
“Kau sudah
meninggalkan pesan pada sepupuku. Lalu, aku? Tidakkah ada yang ingin kau
katakan?”
“Ada!”
“Apa?” tanya
Zi Jie, tersenyum lebar.
“Jangan
katakan ‘goodbye’ padaku. Dan jangan menelponku lagi,” ujar Jammie. Senyum Zi
Jie langsung menghilang. Jammie berbalik pergi sambil melambaikan tangannya.
Zi Jie
tampak sangat sedih. Dia menarik nafas dalam.
--
Jammie sudah
berada di dalam mobilnya. Supirnya, melihat ke spion dan terlihat kalau Zi Jie
berlari mengejar Jammie. Supir memberitahu hal itu pada Jammie. Jammie jelas
terkejut, tapi, dia menyuruh supirnya untuk terus jalan.
Zi Jie terus
berlari mengejar mobil Jammie sambil berteriak memanggil namanya. Jammie hanya
melihatnya saja. Tapi, saat melihat Zi Jie terjatuh, Jammie langsung menyuruh
supirnya untuk berhenti. Dia tampak sangat panik.
Jammie keluar
mobil dan berlari menghampiri Zi Jie. Dengan panik, dia bertanya keadaan Zi Jie
dan memarahi Zi Jie karena sudah gila.
“Apa
maksudmu?!” tanya Zi Jie.
“Jika kau
tidak terluka, pulanglah! Aku harus mengejar penerbanganku,” ujar Jammie dan
hendak kembali ke mobilnya.
Tapi, Zi Jie
menahan tangannya, “Aku terluka! Sangat terluka! Kau meninggalkanku. Segala yang
kau katakan tadi, menyakitiku.”
“Liang Zi Jie.
Kau tahu, aku lesbian.”
“Untukmu,
aku bisa mempertimbangkan untuk mengubah diriku menjadi wanita.”
“Itu tidak
lucu.”
“Aku serius
mengenai itu. Aku tidak peduli jika kau menyukai wanita, aku jika tidak peduli
kalau kau gay. Aku tidak peduli
walaupun kau homosexual. Aku tidak peduli jika kau menyukai pria atau wanita! Yang
aku tahu adalah… kau orang yang ku cintai. Aku mencintai Jian Zhen Yi!”
Jammie
menatapnya, tampak dia tersentuh dengan perkataan Zi Jie. Tapi, apa yang keluar
dari mulutnya berbeda dengan yang di rasakannya, “Liang Zi Jie, kau gila!”
“Ya, itulah
kenapa kau dapat mengabaikan kau menyukai pria atau wanita. Cukup cintai aku
saja. Okay?” pinta Zi Jie.
“Tidak bisa!
Liang Zi Jie kau sudah gila!”
“Ya, aku
gila! Aku gila padamu!” teriak Zi Jie. “Ketika
seorang pria jatuh cinta, tidak ada yang tidak akan di katakannya!”
Jammie berteriak
kesal. Zi Jie semakin mendesaknya, bertanya apa Jammie benar-benar tidak punya
perasaan apapun padanya? Dia menarik tangan Jammie dan meletakkannya di dadanya.
Dia berkata kalau Jammie pasti bisa merasakan kalau jantungnya berdetak dengan
kencang kan? Berdetak dengan tidak terkendali.
Jammie menarik
tangannya dan mundur selangkah. Zi Jie tidak menyerah dan terus menerus Jammie
untuk berhenti berpura-pura dan katakan saja. Atau Jammie yang tidak berani
bilang?
Dan karena
terus di desak, Jammie jadi keceplosan, “Ya, aku mencintaimu!”
Zi Jie tersenyum
lebar mendengarnya. Dia bersorak girang karena akhirnya Jammie keceplosan juga.
“Cinta yang
ku katakan adalah… cinta sesama teman!” sangkal Jammie.
Tapi, Zi Jie
bergerak lebih cepat dan mencium Jammie. Jammie berusaha mendorong Zi Jie, tapi
Zi Jie tidak bergeming sedikitpun. Dan pada akhirnya, Jammie menerima ciuman Zi
Jie.
“Apa kau
masih akan terus berkata tidak punya perasaan apapun padaku?” tanya Zi Jie.
Jammie malu
mendengar pertanyaan itu. Dan Zi Jie tidak menanyakan lagi, dan berkata akan
mengantarkan Jammie ke bandara. Dan dia bahkan menyuruh Jammie naik ke punggungnya,
kali ini dia tidak akan jatuh lagi saat menggendong Jammie.
Tags:
Hello Again