Images
by : SET TV , TTV, iQiyi
Di dalam mobil, Zi Jie terus memegang tangan
Jammie dengan erat.
“Aku tidak
akan mebiarkanmu pergi. Aku janji padamu, aku tidak akan mengontrolmu. Tidak
akan menjadi belenggumu. Selama aku punya tempat di hatimu, aku janji padamu.
Aku tidak akan merubahmu. Dan aku juga berjanji, akan menerimamu apa adanya.
Tapi, aku tidak akan pernah setuju kalau kau pergi tanpa mengucapkan apapun.
Aku ingin kau berjanji padaku juga, kemanapun kau pergi, aku harus ada untuk
mengantarmu, jadi aku bisa menunggu di sana untuk kepulanganmu.”
“Aku tidak
ingin kau menungguku, itulah kenapa aku tidak ingin kau mengantarku pergi.
Itulah kenapa aku ingin pergi sendiri,” ujar Jammie.
“Kau boleh
melihatnya begitu, tapi aku harus ada di sini untukmu.”
Jammie tersenyum malu mendengarnya. “Aku tidak suka berhutang. Dan karena kau sudah
berjanji banyak hal padaku, maka aku
juga akan berjanji jadi kau bisa menungguku. Aku janji, aku akan terus menjadi
diriku sendiri, tidak berubah. Dan aku menerimamu apa adanya. Aku menerimamu.”
Giliran Zi
Jie yang tersenyum malu.
--
Di kampus,
Ke Ai sedang
berada di kelas, tapi Zi Hao tiba-tiba muncul dan duduk di sebelahnya. Ke Ai
jelas heran melihat Zi Hao yang berada di kampus. Tanpa malu, Zi Hao meminta
agar bisa pergi kuliah dengan Ke Ai. Dan itu tidak mungkin karena Zi Hao kan
sudah lulus kuliah.
Saat itu,
dosen masuk untuk mengajar. Dan dosen tersebut adalah prof. Jiang. Melihat
prof. Jiang, Ke Ai langsung terfokus padanya dan mengabaikan Zi Hao yang berada
di sebelahnya. Prof. Jiang memberitahu aturan di kelasnya, yaitu semua orang
harus fokus untuk belajar.
--
Selesai
kelas, Ke Ai berkumpul bersama teman-temannya untuk belajar bersama. Dan tentu
saja, Zi Hao ada di sebelahnya. Salah seorang temannya jadi penasaran, dan
bertanya kenapa Zi Hao selalu ada di sebelah Ke Ai?
“Yang Zi
Hao, kenapa kau selalu mengikutiku?” protes Ke Ai.
“Aku hanya
ingin ikut serta dalam diskusi ini,” alasan Zi Hao. “Semuanya, aku adalah
senior kalian. Jika ada pertanyaan, kalian bisa tanya padaku,” ujar Zi Hao.
Tapi, semua
mahasiswa/I malah mengabaikannya dan memilih untuk berlari menghampiri Prof.
Jiang yang kebetulan lewat di sana.
--
Ke Ai sedang
berada di perpustakaan untuk belajar. Dan Zi Hao juga masih mengikutinya. Tidak
hanya itu, Zi Hao malah menyenderkan kepalanya ke bahu Ke Ai dengan manja. Ke
Ai sedikit kesal karena dia kan sedang belajar. Tapi, Zi Hao juga beralasan
kalau dia sedang belajar juga.
Zi Hao
penasaran dengan buku yang di baca oleh Ke Ai, dan begitu tahu kalau Ke Ai
membaca buku Prof. Jiang, Zi Hao jadi cemburu. Tapi, Ke Ai mengabaikannya.
--
Esok hari,
Ke Ai
benar-benar kesal karena Zi Hao selalu ada di sekitarnya dan membuatnya tidak
bisa menikmati masa-masa kuliahnya. Tapi, dia jadi heran juga, kenapa Zi Hao selalu
tahu apa yang sedang dan hendak di lakukannya.
“Apa dia stalking blog ku?” sadar Ke Ai. “Ini sudah melanggar privasiku,” kesal Ke Ai.
Dia ingin menikmati masa-masa kuliahnya.
--
Li Jian
menemani Zi Hao yang bekerja lembur. Dan dia bertepuk tangan kagum untuk Zi
Hao.
“Bravo!
Seorang pria bisa melakukan apa saja untuk cinta. Kau menghilang saat pagi
hari. Tapi produktvitasmu saat malam hari malah lebih baik 10 kali lipat dari
biasanya!”
“Aku perlu
menjaga hubungan dan pekerjaanku. Aku menyelesaikan semua pekerjaanku, jadi aku
bisa kembali ke arena pertempuran cinta,” ujar Zi Hao.
Dia kemudian
membuka blog Ke Ai, dan terkejut begitu membaca isinya.
Naksir seseorang itu adalah hal
yang aneh. Semakin kau menekannya, semakin kau kehilangan kontrol. Professor
Jiang ingin bertemuku sendirian. haruskah aku pergi?
Li Jian yang
juga ikut membaca postingan Ke Ai, langsung menyuruh Zi Hao untuk tidak panik. Mungkin
ini hanyalah jebakan Ke Ai untuk membuat Zi Hao emosi, jadi pasti tidak benar. Mereka
kan tahu Ke Ai seperti apa, jadi jangan cemas dan termakan isi blog itu.
--
Eh tapi pada
akhirnya, Li Jian dan Zi Hao tetap saja pergi ke tempat yang Ke Ai tulis di
blog-nya. Udah sampai di sana, Zi Hao malah menyuruh dirinya sendiri untuk
mempercayai Ke Ai dan tidak seharusnya berada di sana. Eh, baru juga menyakinkan
diri, dia malah melihat Prof. Jiang yang datang ke tempat itu. Li Jian langsung
berusaha menenangkan Zi Hao, kalau mungkin saja Ke Ai dan Prof. Jiang bertemu
untuk membicarakan tugas saja, jadi jangan khawatir.
Tapi, Zi Hao
malah melihat dengan mata kepalanya sendiri Ke Ai yang berlari riang menghampiri
Prof. Jiang. Wajah Ke Ai bahkan tersenyum lebar dan sumringah. Melihat hal
tersebut, Zi Hao akhirnya memilih untuk pergi dan tidak melihat lagi.
Ke Ai melihat
sekeliling, dan heran karena tidak melihat tanda-tanda kedatangan Zi Hao.
“Apakah aku salah? Yang Zi Hao,
apa dia tidak membaca blogku?” pikir Ke Ai.
“Chang Ke
Ai,” panggil Prof. Jiang melihat Ke Ai yang tidak fokus. “Apa kau mau menelpon?
Bukankah kau bilang kalau Yang Zi Hao ingin bertemu denganku?” tanya Prof.
Jiang.
Kebetulan seorang
wanita lewat dan mendengar Prof. Jiang yang memanggil nama ‘Chang Ke Ai’ dan ‘Yang
Zi Hao.’
“Maaf, apa
kau Chang Ke Ai?” tanya wanita itu.
“Ya.”
“Apa kau
mengenal Yang Zi Hao?” tanyanya lagi.
“Ya, aku
mengenalnya.”
“Astaga. Aku
punya sesuatu untukmu. Yang Zi Hao meninggalkannya di toko-ku sebelum dia lulus.
Aku akan memberikannya padamu nanti, setelah aku pergi mengantar barang ini
dulu. okay? Tunggu aku di sini ya,” ujar wanita itu.
Ke Ai
mengiyakan walau sedikit bingung. Ditambah lagi, di masih cemas karena Zi Hao
tidak kunjung muncul, padahal biasanya Zi Hao selalu berkeliaran di dekatnya. Dia
berusaha menelpon Zi Hao, tapi nomor Zi Hao tidak bisa di hubungi.
--
Zi Hao
ternyata kembali ke kantor untuk lanjut bekerja. Dia tampak tidak fokus. Saat itu,
Ke Ai datang dan marah-marah karena Zi Hao tidak mengangkat teleponnya dan
membuatnya khawatir. Melihat Ke Ai, Zi Hao langsung memeluknya.
“Yang Zi
Hao, ada apa?” tanya Ke Ai, bingung.
Dan tiba-tiba
saja, Zi Hao berlutut dengan satu kaki di depan Ke Ai. Ke Ai jelas terkejut. Zi
Hao mengulurkan tangannya, “Menikahlah denganku. Aku mungkin tidak mempunyai
bunga saat ini, aku tidak punya cincin juga. Tapi, jika kau menerima lamaranku,
aku akan memberikannya padamu besok.”
Ke Ai
benar-benar terkejut. Dan bukannya menjawab lamaran Zi Hao, dia malah mencubit
pipi Zi Hao hingga Zi Hao kesakitan. “Jadi, aku tidak bermimpi?” ujar Ke Ai.
“Baik. Kau sudah
sadar kalau sekarang bukanlah mimpi. Apa kau mau menikah denganku?” tanya ZI Hao lagi.
Tags:
Hello Again
Lanjut.....
ReplyDelete