Network
: Fuji TV, FOD
“Aku akan
mengajari mu apa yang harus dilakukan setelah Kabedon*,” kata Hana dengan
tatapan serius. Lalu setelah itu, dia mendekatkan wajahnya, dan mencium Takane.
*Menahan
seseorang di dinding.
Hana
terbangun, “Aku tidak bisa tidur sama sekali,” keluhnya. Lalu dia menyentuh
bibirnya, memajukan bibirnya, dan membayangkan kembali kejadian semalam.
Kemudian setelah itu, dia berbaring dan menggeliat diatas tempat tidur,”
Padahal itu ciuman pertama ku juga,” katanya, malu.
Setelah Hana
menjauh. Dan bibir mereka tidak lagi bersentuhan. Takane langsung merasakan
seluruh tubuhnya lemas. Dengan perlahan, dia berjalan menjauh, tapi saking
lemasnya, dia tidak bisa berjalan dengan benar dan terjatuh.
“Bibirnya,”
gumam Takane sambil menyentuh bibirnya sendiri. Kemudian dia menggeliat diatas
sofa, dan membenamkan wajahnya ke bantal. Malu, bingung, dan salah tingkah,
ketika mengingat kembali kejadian semalam.
Saat tiba-
tiba hape nya berbunyi, Takane mengeluh dengan kesal. Namun ketika mengetahui
siapa yang menelponnya, dia langsung bersikap tenang dan mengangkatnya. Dan
ternyata yang menelpon adalah Kakeknya.
“Minggu
depan. Akan ada pesta Takaba grup. Datanglah!” kata Kakek, tegas.
Pagi hari.
Keluarga Hana heboh, saat mendapatkan kiriman barang mewah dari Takane yang
ditujukan untuk Hana. Dress putih, sepatu hitam, dompet hitam, produk
kecantikan, produk make-up, dan semuanya itu adalah barang bermerk yang
harganya sangat mahal. Melihat itu, seluruh keluarga Hana merasa ‘Wow’.
Sementara Hana sendiri, dia merasa kebingungan, apa maksud untuk semua barang
itu.
Hana
kemudian membaca kartu memo yang Takane lampirkan juga. Isinya, Kenakan ini dan datang ke pesta hari ini!
Semua orang penting dari Takaba akan ada disana. Untuk kebaikan pekerjaan
Ayahmu, kamu harus datang dan memberikan penampilan yang baik.
“Apa ini
ancaman?” gumam Hana, kebingungan dengan isi pesan Takane.
Sore hari.
Diluar rumah, Takane berjalan mondar-mandir sambil memperhatikan jam di jam
tangannya terus. Lalu ketika akhirnya, terdengar pintu rumah terbuka, dia
langsung berbalik. “Telat. Berapa lama kamu akan membuatku menung...” perkataan
Takane terhenti, ketika melihat betapa cantiknya Hana. Bahkan mulutnya sambil
mengangga lumayan lebar.
“Mengapa
kamu membuat wajah yang aneh?” tanya Hana. Mendekati Takane.
“Tidak
terlalu buruk,” puji Takane. Maksudnya cantik.
Takane
kemudian membuka kan pintu mobilnya. Lalu dia mempersilahkan Hana untuk naik.
“Masuklah,” katanya sambil tersenyum.
Sesampainya
didepan rumah Takaba. Hana merasa sangat kaget sekaligus takjub, karena
ternyata rumah Takaba sangat besar seperti kastil. Dan sambil tersenyum bangga,
Takane mengajak Hana untuk mengikutinya, masuk ke dalam rumah.
Didalam
rumah. Takane mengulurkan tangannya, dan lalu dia menuntun Hana untuk menurunin
tangga. Dan orang-orang yang melihat Hana, mereka berbisik- bisik
membicarakannya. Mereka bertanya-tanya, siapa wanita yang bergandengan tangan
dengan Takane tersebut. Dan betapa mudanya penampilan Hana, tidak seperti apa
yang mereka bayangkan.
“Tidak apa-
apa untuk menunjukan perasaan terima kasih mu sesekali kamu tahu? Bukankah ini
adalah pertama kalinya kamu datang ke pesta seperti ini?” kata Takane, bertanya
dengan nada bangga. Dan Hana diam, karena dia sibuk mendengarkan bisik- bisik
orang tentangnya.
Setelah
menurunin tangga, Hana langsung menarik tangan Takane untuk mengikutinya ke
sudut. Dan dengan sikap narsis, Takane bertanya apakah Hana ingin mengatakan
cinta padanya. Dan dengan cepat, Hana membalas tidak sama sekali. Lalu Hana
bertanya, apakah dia terlihat seperti umur 20 tahunan.
“Kamu
terlihat beneran tua,” jawab Takane.
“Beneran tua?”
“Untuk kamu
yang telah melakukan ini demi kebaikan ku. Aku memuji keberanianmu,” puji
Takane.
“Yeah. Sejak
kamu terlihat sangat tua, makanya aku perlu untuk membuat diriku sendiri terlihat
lebih tua,” balas Hana. Lalu dia menjulurkan lidahnya. Dan Takane merasa
sedikit kesal, tapi dia tidak membalas.
Ketua (Kakek
Takane) ditemanin oleh beberapa orang datang memasuki hall pesta. Dan melihat
itu, Takane memberitahu Hana bahwa misi hari ini adalah untuk mendapatkan
persetujuan dari kakek nya supaya mereka bisa melanjutkan perjodohan mereka.
Yaitu berarti Hana harus berpura- pura menjadi Yukari.
“Jika kita
tetap diam, maka kakek ku pasti akan mengatur perjodohan yang baru. Aku
berterima kasih padamu hari ini. Jadi itu, um.. to...tolong,” kata Takane pelan.
Mendengar
itu, Hana tersenyum. “Tidak ada yang kamu perlu khawatirkan, Takane-san. Hari
ini, aku akan menunjukan padamu bakat akting ku sampai akhir,” balas Hana.
“Mohon
bantuannya ya, Yukari-san,” balas Takane sambil mengulurkan tanganya. Dan Hana
memegangnya.
Didalam
ruangan pribadi. Hana meminta maaf dengan sopan kepada Kakek untuk sikapnya
pada pertemuan mereka saat itu. Karena pada saat itu dia telah bersikap tidak
baik dan tidak sopan.
Kakek
memaklumin sikap Hana, karena dia tahu kalau itu juga merupakan kesalahan
Takane, cucunya. Lalu dia menceritakan bahwa setiap kali dia mengaturkan
perjodohan untuk Takane, Takane pasti akan bersikap dingin dan menolak, tapi
kali ini dia tidak menduga kalau Takane akan jatuh hati kepada Hana.
“Setiap mereka
memiliki niat jahat. Mengapa aku harus menikahi mereka?” kata Takane dengan
ketus. “Ini pertama kalinya seseorang bersikap jujur dihadapanku. Jadi kamu
tidak perlu memperkenalkan ku kepada siapapun lagi. Aku datang ke sini untuk
memberitahu itu padamu,” jelas Takane, tegas.
“Yukari-san.
Apa yang kamu pikirkan tentang si Aneh ini?” tanya Kakek pada Hana.
“Eh,”kata
Hana terkejut. Lalu dia menjawab,”Ada masih banyak hal yang tidak ku ketahui
tentang dia. Aku belum ada memikirkan apapun tentang masa depan. Tapi, aku
ingin menggunakan waktu ini dan perlahan-lahan mengenal dan mengerti
Takane-san. Ini perasaan ku yang sebenarnya,” jelas Hana, tegas.
Kakek tampak
senang mendengar ketegasan Hana, dan dia pun menyetujui hubungan mereka berdua.
“Itu mungkin akan sulit. Tapi aku akan menyerahkannya padamu, Yukari-san,”
katanya. Dan Hana tersenyum mengiyakan.
Takane
memuji kehebatan Hana, lalu sebagai hadiah, dia menyuruh pelayan untuk membawa
kan semua makanan yang ada untuk Hana. Dan Hana pun mengeluh, karena dia tidak
mungkin bisa menghabiskan semuanya. Namun Takane membalas agar Hana makan
sepuasnya saja. Dan Hana pun tersenyum.
“Tapi
ngomong- ngomong, kamu tidak bersikap hebat dan sombong, ketika kamu berada
disekitar kakek mu ya,” kata Hana, mengomentari sikap kalem Takane dihadapan
kakek.
“Kakek ku
berhati baik padaku,” balas Takane dengan nada pelan.
Didalam
kamar mandi. Hana merapikan dirinya sendiri didepan cermin. “Aku harus bekerja
keras sampai akhir!” kata Hana sambil tersenyum, menyemangati dirinya sendiri.
Keluar dari
dalam kamar mandi, Hana mencari Takane yang ntah berada dimana. Dan disaat itu,
seseorang memanggilnya. Orang itu mengenali Hana sebagai pasangan Takane, dan
dia menanyakan dimana Takane berada. Dan dengan jujur, Hana menjawab bahwa dia
juga tidak tahu.
“Papa. Apa
orang ini beneran pasangan Takane-san? Dia terlihat cukup muda seperti anak
sekolah,” kata Putri (Yoshiko) dari Orang tersebut. Sambil menatap tajam Hana.
“Tidak
mungkin lah pewaris Takaba akan berpacaran dengan anak sekolahan! Itu akan
menjadi masalah besar!” balas Orang tersebut sambil tertawa pada Hana.
“Benar,” balas
Hana sambil tertawa juga.
Orang
tersebut pamit kepada Hana, dan pergi. Sehingga tinggalah Hana dengan Yoshiko.
Dan tinggal berdua dengannya, membuat Hana merasa gugup, karena Yoshiko terus
menatapnya dengan tajam. Kemudian beberapa teman Yoshiko mendekati mereka
berdua. Dan dengan sengaja, Yoshiko memberikan segelas wine kepada Hana, dan
mengajaknya untuk bersulang.
Hana ragu
untuk meminum wine itu, karena dia masih di bawah umur. Namun karena teringat
tentang Kakek yang telah mempercayakan Takane padanya, maka Hana pun berniat
meminum wine itu. Tapi disaat itu, Takane datang dan menyelamatkannya. Takane
menggatikan Hana untuk meminum wine itu.
“Yukari-san
lemah terhadap wine. Jadi tolong jangan paksa dia meminumnya,” kata Takane
dengan tegas, tapi lembut. Lalu dia merangkul bahu Hana dan membawanya berjalan
menjauh.
Hana ingin
berbicara, tapi tiba- tiba seseorang memanggil Takane dan memberitahu bahwa
Takane dipanggil untuk mengikuti pertemuan Takaba. Dan karena itu, maka Takane
pun terpaksa harus pergi meninggalkan Hana sendirian lagi.
“Menghabiskan
waktu sendiri...” gumam Hana dengan pelan. Dan Takane mendengarnya, jadi dia
kembali mendekati Hana.
“Jangan
ceroboh. Jangan berbicara dengan orang aneh. Dan jangan mau dipaksa untuk
meminum apapun yang berakohol. Juga... apapun yang terjadi, jangan pulang! Ini
perintah!” jelas Takane. Dan Hana mengiyakan. Lalu Takane pun pergi
meninggalkannya.
Takane
memasuki satu ruangan, dimana orang- orang penting di Takaba berkumpul. Disana
dengan hormat, Takane membungkuk dan memberikan salam kepada mereka semua, lalu
dia duduk dan bertanya dengan tegas, ada apa mereka memanggilnya kesini.
Hana melihat
keramaian orang dari atas, dan dia merasa bosan. Jadi dia pun memutuskan untuk
berjalan- jalan. Dan tanpa sengaja, dia malah tiba di dekat ruangan Takane dan
orang-orang penting di Takaba berkumpul.
Didalam
ruangan. Takane diketawai memiliki selera yang unik, karena Takane berkencan
dengan anak seorang pegawai. Mereka mengomentari bahwa seharusnya Takane
mencari seorang pasangan yang lebih baik, cocok, dan bisa membantu. Bukannya
seseorang seperti Hana yang hanyalah orang biasa, padahal Takane adalah calon
pewaris Takaba.
“Jangan
macam- macam denganku!” gumam Hana, kesal. Ketika mendengarkan pembicaraan
mereka semua. Lalu dia berniat masuk ke dalam ruangan untuk marah kepada
mereka, tapi langkahnya terhenti, ketika mendengar Takane berbicara.
“Kalian
benar- benar suka berbicara sekelas lelucon anak SD, huh?! Aku tidak peduli apa
yang kalian katakan padaku. Tapi jangan berbicara buruk tentangnya. Garis
darahnya dan latar belakang keluarganya, tidak peduli apa, dia adalah seseorang
yang memiliki hatiku. Dia lebih kuat daripada setiap orang di dalam ruangan ini,”
kata Takane membela Hana.
Takane
berdiri dan pamit kepada mereka semua. “Jika kalian bukan mau membicarakan
tentang masalah Takaba, maka jangan habiskan waktu ku!” katanya, lalu dia
berjalan pergi. Namun belum jauh dia berjalan, mereka malah mengetawainya
dengan keras. Sehingga dia berhenti berjalan.
“Kelihatannya
kamu sangat menyukai gadis ini,” kata seorang diantara mereka, sambil tertawa
dengan keras. Dan yang lain ikut tertawa juga. Setelah mendengar kan itu,
Takane pun berjalan pergi meninggalkan ruangan itu.
Hana yang
melihat itu dari jauh, dan mendengarkan semuanya. Dia berbalik dan pergi
meninggalkan tempat itu. “Dia begitu keren, kan? Shit!” gerutunya.
Ketika
berjalan menaiki tangga, Hana merasa kakinya sangat sakit, jadi dia pun
berhenti dan melepaskan sepatunya. Dan ketika dia melihat kakinya, ternyata
jari jempol dan jari keliking kakinya sedikit lecet dan terluka, karena tidak
terbiasa mengenakan sepatu hak tinggi.
Hana
kemudian teringat tentang pembicaraan semua orang tentang dirinya. Jika Takane
berpacaran dengan anak sekolah, maka itu akan menjadi sebuah masalah besar. Dan
Jika Takane terlibat dengannya yang bukan siapa- siapa, tanpa latar belakang,
maka itu tidak baik.
Hana
mengeluarkan hape nya, dan mengirimkan pesan kepada Takane. Aku akan pulang ke rumah.
Tags:
Takane To Hana