Sinopsis
C-Drama : My Classmate From Far Far Away Episode 03-1
Images by : iQiyi
Momo
menggunakan kekuatannya untuk melihat isi di dalam keyboard tersebut dan entah
bagaimana mengirimkan pesan melalui satelit akan tetapi tidak berhasil. Momo
jadi bingung harus bagaimana karena walaupun sudah menggunakan kekuatannya
untuk menggunakan laptop tersebut, dia tidak bisa mengirim pesan ke satelit.
--
Esok
hari,
Jingjing
datang ke rumah Momo dan mengajarkan Momo cara menggunakan laptop. Dia juga
menjelaskan mengenai sistem operasi laptop. Dia juga memperkenalkan mesin
pencari bernama Baidu (kalau Indonesia lebih umum menggunakan Google). Dan
juga, dia mengajarkan Momo cara menggunakan camera laptop untuk merekam.
Setelah
itu, Jingjing memberitahu kalau dia juga membawakan PR (pekerjaan rumah/tugas)
dari kelas mereka untuk minggu ini. Momo langsung menjawab kalau dia tidak mau
(tugas itu).
“Momo,
kau tidak mengikuti ujian pembagian kelas, kan? Jadi, sekarang kau sementara di
tempatkan di kelas 10 A13. Dan Yi Hai Lan berada di kelas Elite A. Qi Shan dan
aku juga di kelas itu,” jelas Jingjing dengan gugup, takut Momo merasa sedih.
“Aku
tidak peduli. Aku juga tidak akan pergi sekolah.”
Jingjing
langsung iri. Enaknya jadi Momo yang tidak harus mengerjakan PR dan tidak harus
ke sekolah. Dia juga mau seperti itu, hanya berbaring di rumah sepanjang hari.
Dan juga besok mereka harus melakukan pelatihan militer (baca episode 01, ada di kasih tahu guru mereka
kalau mereka akan melakukan pelatihan militer) dan tentu akan
terasa sangat berat. Momo sungguh beruntung tidak harus mengikuti pelatihan
tersebut.
“Aku
ingin pergi pelatihan militer,” ujar Momo bersemangat mendengar besok akan
melakukan pelatihan.
Jingjing
kaget. Momo sungguh aneh. Momo tidak ingat bagaimana caranya sikat gigi ataupun
makan, tapi kenapa malah tidak bertanya apapun mengenai apa itu pelatihan
militer?
“Pelatihan
militer hanyalah latihan untuk melatih dan mempersiapkan orang-orang berbakat
untuk meningkatkan pertahanan, kan? Aku ingat jelas mengenai hal itu,” jawab
Momo.
“Hah?
Ini pertama kalinya aku mendengar ada orang yang suka melakukan pelatihan
militer.”
Jingjing
terus menatap Momo dengan bingung.
--
Esok
hari,
Semua
siswa/I berkumpul di sekolah dan dengan bus mereka pergi ke camp pelatihan.
Para gadis langsung cemberut dan menggerutu karena harus ikut melakukan
pelatihan. Hanya Momo yang tampak bersemangat.
Qi
Shan juga tampak santai. Dia menghampiri Hai Lan dan memberikan Hai Lan
sekantong tas kertas yang berisi sunscreen, masker wajah, handuk dan
obat-obatan. Lu En yang melihatnya langsung mengejek Qi Shan yang sudah seperti
ibu Hai Lan saja. Qi Shan langsung ngejawab kalau dia tahu anak pria pasti
tidak membawa barang-barang seperti itu, tapi sinar matahari akan membuatmu
hitam dan juga menyakitkan. Jadi, Hai Lan harus menggunakan sunscreen.
Saat
itu, petugas militer meniup peluit agar semua berkumpul dan berbaris. Kemudian
mereka mulai melakukan absen dengan menyebut angka 1, 2, 3,… dst. Selesai
mengabsen, petugas mulai memperkenalkan diri sebagai orang yang akan mengajari
mereka untuk beberapa hari ke depan. Jadi, dia harap mereka dapat bekerja sama
dengannya.
--
Jingjing
dan Momo berada dalam 1 kamar dan sedang bertukar pakaian menjadi pakaian
militer. Jingjing ngedumel karena celana yang di dapatkannya sangat besar. Momo
hanya diam dan tidak menanggapi. Momo menatap pantulan dirinya di cermin dan di
dalam hatinya berkata kalau hanya hal inilah (latihan militer) yang membuatnya
merasa tidak asing di planet ini.
--
Latihan
di mulai dengan baris berbaris. Kemudian, di lanjutkan dengan latihan menembak.
Dalam
sekejap, Hai Lan sudah menghabiskan semua peluru tembaknya (setiap orang
mendapatkan 10 peluru). Dan usai itu, Hai Lan dengan sombong berkata kalau dia
sudah selesai menembak dan masih belum puas. Jadi, bagaimana? Pelatih
menyuruhnya untuk mencari jalan keluar sendiri. Hai Lan tersenyum mendengar
jawaban itu.
Dengan
sombong, dia berjalan ke arah Momo yang juga sedang menembak. Dan dengan
sok-nya, dia menyuruh Momo untuk menyerahkan senapan Momo padanya. Momo jelas
mengabaikannya. Tapi, Hai Lan tidak menyerah dan berkata kalau tembakan senapan
itu sangat kuat dan Momo tidak akan bisa menembak. Momo cuek dan langsung dengan
cepat menembakan semua peluru-nya. Selesai. Dan dia langsung melemparkan senapan-nya
yang telah kosong pada Hai Lan.
“Cih,
apa gunanya kalau hanya tahu cara menarik pelatuk?” ejek Hai Lan. “Kalau kau
berhasil menembak targetnya, baru kita bicara,” teriaknya pada Momo yang
berjalan pergi.
Latihan
menembak telah selesai. Dan pelatih langsung membacakan skors menembak mereka
(di hitung dari peluru yang mengenai target nilai. Dimana titik tengah bernilai
10). Dan dari yang sudah di bacakan nilainya, nilai menembak Yi Hai Lan yang
paling tertinggi : 86. Semua langsung bertepuk tangan.
“Qi
Shan, 22 point. Tan Lu En, 13 point. Tian Jingjing, 18 point. Li Feng
(sebelumnya, aku bilang namanya Li Fang, tapi di sub sekarang jadi Li Feng), 0
point, semua tembakan meleset jauh dari target,” lanjut pelatih membacakan
nilai. “Xuan Mo, 100 point.”
Semua
terkejut karena berarti semua peluru yang di tembakkan Momo semuanya mengenai
target tepat sasaran. Li Feng langsung angkat tangan dan protes karena kenapa
nilai mereka harus di bacakan dengan keras? Dan juga, kenapa nilainya dan nilai
Xuan Mo di baca berdekatan? Semua langsung tertawa. Pelatih seketika berteriak
agar semuanya diam.
“Pelatih.
Apa kau tidak salah? Ketika aku berlatih menembak dengan ayahku, nilai
tertinggi hanya 86 point. Gadis ini…? Bagaimana mungkin?” protes Hai Lan.
“Jika
kau tidak yakin, kenapa kau tidak berkompetisi bersamanya dan mengalahkannya?!”
balas pelatih dengan kesal.
Dan
pelatih kemudian bertanya apa Momo pernah belajar menembak sebelumnya? Momo
menggeleng, dan di dalam hatinya, Momo berkata kalau di planet Scorpius, mereka
tidak pernah menggunakan senjata mainan seperti itu.
--
Saat
malam hari, di kamar para putri, mereka mengadakan undian untuk menentukan
siapa yang akan berpartisipasi dalam lari 5km. Yang membuat undian adalah Qi
Shan karena dia menebak kalau semua pasti tidak akan ada yang mau ikut serta.
Dan yang terpilih adalah Jingjing.
Li
Feng yang tahu, langsung merebut kertas undian Jingjing dan memberikannya pada
Xuan Mo. Dia menyuruh Momo untuk menggantikan Jingjing lari, karena Jingjing
dan Momo adalah sahabat kan? Atau Momo hanya akan mengabaikan Jingjing sekarat
(karena nggak kuat lari)?
“Tidak
menyelamatkan yang sekarat adalah hal salah,” jawab Momo.
Merasa
tidak cukup, Li Feng malah berkata kepada semuanya, yang tidak ingin lari,
suruh saja Momo yang lari. Jingjing langsung memarahi Li Feng yang sudah
kelewatan. Tapi, Li Feng malah berkata dia kan tidak salah, Momo yang mau
melakukannya.
Jingjing
tidak tega dan menyuruh Momo mengembalikan kertas undiannya. Dia bisa berlari
kok. Momo hanya diam.
“Karena
Xuan Mo tidak menolak, maka dia pasti sudah punya rencana. Jangan
mengkhawatirkannya lagi,” ujar Qi Shan. “Semuanya beristirahatlah lebih awal.
Kita masih harus bergantian melakukan jaga malam,” perintah Qi Shan, seolah dia
adalah pemimpin mereka.
Momo
selesai merapikan tempat tidurnya dan keluar. Jingjing mengejarnya dan memarahi
Momo yang bodoh karna menyetujui saja mengenai lari itu. Dia takut Momo akan
mati karena kelelahan. Momo menjawab kalau lari seperti itu di dunianya
bukanlah masalah.
Jingjing
langsung menyentuh dahi Momo, “Kau tidak sakit. Kenapa kau malah bicara tidak
masuk akal lagi?” ujar Jingjing. “Ini. Ini mie yang ku buatkan untukmu. Kau
mungkin akan sangat lelah karena akan melakukan jaga malam malam ini. Ini
mewakili cinta yang ku miliki untukmu. Aku menunjukkan perasaanku,” ujar
Jingjing.
Momo
menerima mie yang Jingjing berikan dan menyuruh Jingjing untuk kembali beristirahat.
Tidak
lama, terdengar suara langkah kaki dan sinar senter yang mengarah pada Momo.
Ternyata, dari asrama pria, yang terpilih melakukan jaga malam adalah Hai Lan.
Begitu melihat Momo, muka Hai Lan langsung jadi masam. Kalau Momo, mah tidak
peduli.
Hai
Lan dengan gaya sok cuek, bertanya, apa ayah atau ibu Momo yang mengajarkan
Momo cara menembak? Momo menggeleng, tidak pernah di ajarkan menembak. Hai Lan
langsung menebak lagi kalau orang tua Momo pasti adalah tentara. Momo menjawab,
bukan. Hai Lan masih belum menyerah, dan berkata kalau pasti ada salah satu
orang di keluarga Momo yang tentara. Jujur saja padanya. Sudah berapa kali Momo
menembak?
“Pertama
kali,” jawab Momo.
“Pertama
kali?” ulang Hai Lan tidak percaya. “Ketika kau memegang senapan, bagaimana
perasaanmu?”
“Sangat
tidak asing.”
Hai
Lan tertawa mengejek, “Jangan bilang kalau kau berbakat.”
Otak
Momo langsung mengolah arti dari kata ‘berbakat.’ “Menjadi berbakat di tentukan
oleh rantai informasi organisme hidup. Ada rumus untuk setiap probabilitas
terjadinya. Tapi, ketika rantai informasi dalam probabilitas kejadian di beri
nilai, probabilitas terjadinya menjadi sekitar 95%. Itulah yang di sebut
berbakat. Nilai numerikku adalah 97%,” jelas Momo panjang lebar hingga membuat
Hai Lan tercengang.
“Kau
97%? Kalau gitu, aku pasti 100%,” ujar Hai Lan sombong.
Momo
mah tidak peduli dengan apa yang Hai Lan ucapkan. Dia lebih memilih memakan mie
yang Jingjing buatkan untuknya. Melihat Momo yang sedang makan mie, membuat Hai
Lan jadi tergoda dan meminta Momo untuk berbagi mie. Momo tidak suka karena Hai
Lan bicara seolah memerintahnya.
“Kalau
aku minta, berikan saja,” perintah Hai Lan.
“Kau
yang bicara omong kosong!” balas Momo dan lanjut makan. Hai Lan ingin merebut,
tapi Momo dengan cepat menghindar hingga Hai Lan terjatuh.
Merasa
malu, Hai Lan langsung bangkit berdiri. Dan dia malah membahas Momo yang pasti
memilih jaga malam hari ini karena tahu dia yang bertugas. Momo malah balas
bertanya, kenapa dulu dia bisa menyukai Hai Lan?
“Kau
lupa?” tanya Hai Lan, kesal.
“Ya,
sudah lupa.”
“Kenapa
kau melakukan semuanya sesukamu saja? Menyukai dan melupakan apapun seinginmu
saja.”
Aku
harus mencari tahu hal bodoh apa yang sudah Xuan Mo sebenarnya lakukan. Aku
tidak bisa bertingkah sepertinya.
Pikir
Momo (Abu dory).
“Kau
mau mie ini? Maka bantu aku mengingatnya,” tawari Momo.
“Aku
tidak menerima sumbangan,” jawab Hai Lan.
Momo
malah menggodanya. Jika Hai Lan tidak mau, maka dia akan membuangnya. Dia
hitung sampai 3. Dan di hitungan ketiga, Hai Lan langsung mengambil mie
tersebut. Udah ngambil, Hai Lan malah beralasan kalau itu bukan karena dia yang
mau, tapi mie itu yang memanggilnya.
“Katakan,”
perintah Momo.
“Kapanpun
kau mendekat padaku, maka aku akan selalu sial. Tapi, kau malah terus menempel
padaku. Di gym, kelas, lapangan dan kantin. Dimanapun aku berada, kau selalu
ada di sana.”
“Jadi
begitu. Kalau gitu, kau seharusnya menjauh dariku. Apa lagi?”
“Kau
benar-benar hilang ingatan?”
“Ya.”
“Suatu
hari, kau pergi ke ruang pengumuman sekolah, dan bicara omong kosong (mengenai
: Yi Hai Lan, aku suka padamu) di depan seluruh sekolah. Kau bahkan mengikutiku
ke tempat kerjaku, dan di depan banyak orang… Intinya, kau ku permalukan dan
kemudian kau lari.”
“Ternyata,
kau tidak begitu berharga,” ujar Momo. Jlebb! Menusuk banget.
Hai
Lan tidak terima dan berkata kalau Momo sudah kelewatan batas, padahal dia
sudah sempat berpikir kalau Momo tidak begitu memuakkan.
“Jadi
kau mau bagaimana? Xuan Mo begitu memuakkan. Tapi, jika kau punya sedikit saja
kepedulian, dia tidak akan…,” Momo berhenti bicara, tidak bisa melanjutkan
karena akan ketahuan kalau dia bukanlah Xuan Mo asli. Dan karena kesal, dia
memukul tempat mie yang di pegang Hai Lan hingga mie tersebut terjatuh ke
lantai. “Kau dan dia sudah impas.”
Usai
mengatakan itu, Momo langsung pergi.
--
Guo
Sheng menahan Li Rong dan menyiksanya. Guo Sheng berkata kalau semua teknologi
yang ada di sini adalah buatannya untuk mengatasi makhluk luar angkasa seperti Li
Rong. Dan tahu kenapa dia tidak langsung membunuh Li Rong? Karena dia ingin menyiksa Li Rong yang sangat
melindungi kekasihnya, Lina, hingga rela berkorban seperti ini.
“Pikiranku
tidak begitu buruk belakangan ini. Jadi, aku memutuskan untuk melepaskanmu,”
ujar Guo Sheng.
“Aku
tidak percaya.”
“Aku
tahu kalau kalian semua pasti mampu mengenali identitas satu sama lain. Asal
kau mengungkapkan seseorang yang sama sepertimu, aku akan membiarkanmu pergi.
Kau hanya mempunyai 1 kesempatan. Beritahu aku, setelah kau memikirkannya.
Sebelum aku berubah pikiran.”
--
Esok
hari,
Kali
ini, mereka berlatih untuk berlari di rintangan dengan cepat. Dan tentu saja,
mereka yang tidak terbiasa merasa kesulitan. Kepala tentara yang melihat dari
jauh bahkan berkomentar kalau anak-anak tersebut tidak mampu dan tidak punya
tenaga. Guru langsung meminta kepala tentara tidak berkomentar seperti itu,
karena jika orang tua anak-anak itu mendengar perkataannya, mereka akan protes.
Giliran
Hai Lan yang melewati rintangan dan para wanita langsung bersorak
menyemangatinya. Kepala tentara yang melihat juga berkomentar kalau Hai Lan
cukup bagus karena cepat.
Setelah
giliran Hai Lan, 2 orang setelahnya adalah Momo. Momo berkomentar di dalam hati
kalau kegiatan manusia bumi terlalu sederhana, jadi tidak penting baginya untuk
menunjukkan kemampuannya. Dan karena itu, saat gilirannya, Momo berjalan dengan
perlahan-lahan saja. Tapi, karena mendengar sorakan orang-orang yang
menyemangatinya, Momo jadi teringat prinsipnya : “Di dalam pertandingan, tidak ada yang
namanya menahan diri. Tidak ada rasa kasihan. Dan tidak ada yang namanya
kerendahan hati. Jika seseorang merasa dirinya hebat, tapi tidak ada kemampuan
untuk melindungi ego itu, maka itu artinya dia lemah. Di dalam anggota Abu
Dory, tidak ada yang menjadi lemah. Bahkan jika harus mati, maka itu haruslah
kematian yang heroic dan penuh perjuangan!”
Dan
karena prinsipnya tersebut, Momo tidak menahan kekuatannya dan mulai berlari
kencang melewati semua tantangan. Semua yang melihat sampai tercengang kaget
dan mulai bersorak. Pelatih membacakan rekor Momo, 49 detik. Kepala pelatih
langsung bertanya, berapa rekor tercepat dalam tim mereka?
“Lapor
Ketua. Yang tercepat di team kita adalah saya, 58 detik,” jawab pelatih.
Semua
semakin terkejut. Momo telah melewati rekor. Lu En saja sampai mengancungkan
jempol. Dan Hai Lan semakin merasa tersaingi. Belum lagi, pelatih melapor pada
Kepala Tentara kalau sebelumnya, Momo menembak semua target tepat sasaran saat
latihan menembak.
“Mau
sehebat apapun, ini hanyalah latihan militer. Saat di pertempuran sesungguhnya,
dia pasti yang pertama akan tewas,” ujar Hai Lan (Dan
itu, kenapa pula si Qi Shan sok setuju dengan Hai Lan. Ckckkck).
“Orang
yang kalah dalam pertandingan, tidak punya hak untuk bicara denganku. Tolong
jaga jarak 50 meter dariku,” balas Momo.
Hai
Lan emosi, tapi Lu En langsung menahannya agar tidak terpancing.
--
Hai
Lan sedang istirahat dan malah tanpa sengaja membaca postingan mengenai dirinya
yang telah di kalahkan oleh seorag gadis, Xuan Mo. Hai Lan jelas semakin kesal
dan malu karena di permalukan seperti itu.
--
Malam
hari,
Momo
teringat mengenai masa lalunya saat dia masihlah Abu Dory. Saat itu 270 ribu
teman-teman seperjuangannya, satu persatu terjatuh dalam tidur yang panjang di
cosmos. Dan tidak ada satu haripun terlewat tanpa dia merindukan mereka. Semua
nama teman-temannya harus di ukir dalam batu jiwa. Dan karena itu, dia berjanji
akan melakukan misinya dan tidak akan melupakan mereka semua sedetikpun.
Mengingat
hal itu sambil memandang langit, membuat Momo meneteskan air matanya.
Pas
sekali, Hai Lan lewat di dekatnya karena sedang mencari sinyal ponsel. Dan dia
terkejut melihat Momo yang menangis dengan tatapan kosong. Tapi, dia memilih
untuk tidak peduli dan pergi.
“Ini
apa?” ujar Momo bingung, melihat air matanya sendiri.
“Air
mata,” jawab Hai Lan yang masih belum jauh. “Malah tanya seolah tidak tahu
saja. Cih.”
“Kenapa
ada air mata?”
“Hatimu
terluka, apa lagi?”
“Jadi
tubuh ini memproduksi air mata ketika hatinya merasa sakit,” gumam Momo.
Hai
Lan bingung dan malah mengira Momo berpura-pura. Awalnya sok kuat dan sekarang
malah sok lemah. Dia peringati ya, dia tidak suka dengan orang yang
berpura-pura dan melihat orang yang berpura-pura.
“Aku
mengeluarkan air mata juga bukan untukmu.”
Hai
Lan jadi kesal, “Baguslah kalau bukan.”