Sinopsis Angel’s Last Mission : Love Episode 18 – Part 1
Network : KBS2
Network : KBS2
Kang Woo datang ke tepi pantai untuk
mencari Yeon Seo. Tapi dia tidak bisa menemukannya.
Kim Dan meminta maaf pada Yeon Seo untuk
segalanya, karena telah berkata kejam dan menyakiti Yeon Seo pada hari itu, dan
untuk saat ini.
Mendengar itu, Yeon Seo pun bertanya,
apa itu artinya Kim Dan tidak akan ikut dengannya. Dan Kim Dan diam. Dengan
sedih, Yeon Seo menceritakan tentang Ibu dan Ayahnya, Tn. Jo serta Seong Woo,
semua orang yang disayanginnya meninggal lebih dahulu. Dan itu membuatnya
serasa ditinggalkan sendirian di gurun pasir yang tidak berujung. Jadi dia
berharap Kim Dan bisa berada di sisinya.
“Kamu ingat, bagaimana kamu akan
mengabulkan permintaanku? Aku akan memakai permintaan kedua ku. Sekarang juga,”
kata Kim Dan. “Tunggulah aku. Sebentar saja. Jika kamu menungguku sebentar
saja, aku akan menyelesaikan semuanya, lalu kembali. Jangan menanyakan apapun
sekarang.”
“Apa yang harus kamu selesaikan? Ada
apa? Aku harus tahu masalahnya agar bisa bertindak. Ada apa?” tanya Yeon Seo,
mendesak, karena tidak paham.
Tanpa menjawab, Kim Dan memberikan sapu
tangan malaikatnya. Dia berjanji kepada Yeon Seo bahwa dia tidak akan lama, dia
pasti akan kembali. Jadi sampai saat itu tiba, Yeon Seo harus makan yang lahap,
giat berlatih, dan bersikap berani. Itulah permintaannya. “Bisakah kamu
melakukan nya?” tanya Kim Dan.
Yeon Seo menggelengkan kepalanya dengan
pelan, dan melangkah mundur ketika Kim Dan mau memberikan sapu tangan itu
kepadanya. Namun Kim Dan tetap memaksa Yeon Seo untuk menerima sapu tangannya.
Lalu setelah itu, Kim Dan menguatkan
dirinya dan pergi meninggalkan Yeon Seo disana. Dan Yeon Seo memperhatikan
kepergiaanya dengan sedih.
Sementara itu, ternyata dibelakang
mereka ada Kang Woo yang sedang memperhatikan mereka berdua sedari tadi.
Kim Dan berhenti berjalan, dan melirik
ke belakang. Lalu setelah itu dia kembali berjalan lagi.
Kang Woo mendekati Yeon Seo, dan
langsung memeluknya. “Berhentilah menangisi bedebah itu,” katanya dengan keras.
Dan Yeon Seo pun melepaskan pelukan Kang
Woo, dan menamparnya dengan keras. “Apa yang kamu lakukan?” teriak Yeon Seo.
Kang Woo menyarankan agar Yeon Seo
jangan menyia- nyiakan perasaan demi pria yang terus melarikan diri. Dia tahu
Yeon Seo sangat mengandalkan Kim Dan saat sakit dan lemah, tapi dia tidak akan
membiarkan Yeon Seo menangisi pria seperti itu. Dia ingin Yeon Seo
mengandalkannya saja, karena dia tidak akan melarikan diri ataupun menghilang.
Yeon Seo melangkah mundur sedikit. Dengan
tegas dia memperjelas agar Kang Woo tidak mencampuri perasaannya. Karena dia
merasa tidak nyaman. Jadi dia berharap hal semacam ini tidak akan terjadi lagi.
Serta dia berterima kasih, karena sebagai Direktur Kang Woo telah membantunya
untuk tampil kembali.
“Maaf, jika aku mengejutkanmu. Tapi aku
tidak bisa berjanji ini tidak akan terjadi lagi. Aku serius soal menyuruhmu
untuk mengandalkan ku. Hari ini aku akan berhenti. Ayo,” kata Kang Woo, lalu
dia berjalan pergi duluan.
Dengan heran, Yeon Seo pun hanya bisa
diam saja.
Sesampainya dirumah, Yeon Seo berterima
kasih atas tumpangan yang Kang Woo berikan kepadanya. Lalu dia masuk ke dalam
rumah.
Kang Woo tidak bisa fokus untuk
menyetir. Dia terus berpikir sambil memperhatikan cincin di jari kelingkingnya.
Kang Woo datang ke kuil. Dia melepaskan
cincinnya, dan menaruhnya didalam tempat Seol Hee. “Kamu pernah bilang hidup ini penuh
kejutan. Aku tidak menyangka, hari ini akan tiba. Kupikir aku akan selalu bebas
seperti hantu, tidak hidup atau mati.”
Kang Woo keluar dari dalam kuil. Tapi
sebelum pergi dia melihat sekali ke belakang. “Sepertinya aku juga menjadi manusia
biasa.”
Didalam kamar. Yeon Seo mengenggam erat
sapu tangan dari Kim Dan.
Diatas batu tebing. Kim Dan mengingat
kembali bagaimana dirinya meninggal dulu. Lalu dia memandang ke langit, dan
bertanya apakah ini jawaban atas doanya. Kemudian Kim Dan pun melompat ke dalam
laut.
“Kenapa Engkau hanya mengawasiku? Kenapa Engkau membuatku mati
saat menderita? Kenapa Engkau membiarkanku di lahirkan? Kenapa Engkau
membiarkan ku mengingat semuanya?”
tanya
Kim Dan sambil memandang apa yang ada didalam laut.
Pagi hari. Yeon Seo mengikatkan sapu
tangan malaikat milik Kim Dan ditasnya.
Ny. Jung datang menjemput Yeon Seo, dia
memberitahukan Yeon Seo bahwa dia telah menemukan seorang sekretaris baru dan
dia berencana mengadakan wawancara pekan depan. Dan Yeon Seo membalas agar Ny.
Jung membatalkannya.
“Aku tahu kamu begitu memercayaiku, tapi
aku sungguh tidak bisa tinggal disini,” jelas Ny. Jung dengan pelan.
Ny. Jung terkejut, dan bertanya apa dia
sudah boleh menyebut nama Kim Dan, dan Yeon Seo tersenyum. Lalu dengan heran,
Ny. Jung bertanya apakah Kim Dan ada menelpon Yeon Seo.
“Kim Dan bilang, dia akan kembali. Dia
berjanji padaku,” kata Yeon Seo sambil tersenyum senang.
“Sulit dipercaya. Kapan? Kapan dia akan
kembali?” tanya Ny. Jung, bersemangat.
Yeon Seo menjelaskan bahwa dia tidak
tahu soal itu. Tapi intinya, dia tidak membutuhkan sekretaris baru. Karena dia
akan menunggu Kim Dan. Mendengar itu, Ny.Jung ikut merasa bahagia.
Difantasia. Ketika Yeon Seo baru saja
sampai, Ni Na langsung mengajaknya untuk berbicara. Dia memperingatkan Yeon Seo
untuk menjaga sikap, dan jangan merusak hubungan antara para penari serta Kang
Woo. Karena Yeon Seo baru kembali, tapi sudah meninggalkan latihan dan menemui
Kang Woo secara pribadi.
Dengan tegas, Yeon Seo langsung
memperjelas bahwa dia sama sekali tidak ada hubungan romantis dengan Kang Woo.
Jadi Ni Na jangan bersikap konyol.
Ni Na kemudian membahas tentang mereka
yang mogok menari, sebab Kang Woo terlalu memihak pada Yeon Seo. Karena itu dia
ingin Yeon Seo untuk berhati- hati.
“Geum Ni Na. Kamu menyukai dia?” tanya
Yeon Seo, langsung.
Dan Ni Na langsung gugup. “Apa katamu?
Menggelikan. Aku hanya sangat menghormati dia.”
“Kamu payah dalam menyembunyikan
perasaan,” komentar Yeon Seo.
“Hey, jangan salah paham hanya karena
kamu kesal. Aku hanya ... hanya ... Benar. aku melakukan ini karena tidak bisa
membiarkan rumor sekotor itu tersebat di Fantasia,” balas Ni Na, beralasan.
Yeon Seo meminta agar kalau begitu Ni Na
berhenti mengoceh didepannya, dan mencari para penyebar rumor itu. Karena dia
tidak pernah melakukan siasat atau hal memalukan. Dan dia tidak perlu
melakukannya. Mendengar itu, Ni Na terdiam.
Tepat disaat itu, Kang Woo datang. Dia
menanyakan ada apa pada mereka berdua. Lalu tanpa sengaja dia melihat sapu
tangan malaikat milik Kim Dan yang terikat dipegangan tas Yeon Seo.
“Bukan apa- apa. Kami hanya …” kata Ni
Na dengan gugup, mau menjawab.
“Ada rumor bahwa aku dan kamu
berpacaran. Kurasa kamu cukup menuruti permintaanku. Kamu ingat, bukan?
Pisahkan emosimu dengan pekerjaan. Mari bersikap profesional,” potong Yeon Seo,
menjelaskan pada Kang Woo.
“Jangan cemas,” balas Kang Woo.
Setelah Yeon Seo pergi. Kang Woo
langsung bertanya siapa penyebar rumor konyol itu. Dan dengan sangat gugup, Ni
Na tidak bisa menjawab. Mengerti akan hal itu, Kang Woo pun pergi
meninggalkannya.
Didalam ruang latihan. Kang Woo
memperhatikan Yeon Seo, dan Ni Na tampak cemburu melihat itu.
Tn. Geum menunggu Ni Na diluar rumah. Dan
ketika akhirnya Ni Na pulang, dia tersenyum dan memeluk Ni Na.
Tn. Geum serta Ni Na pergi makan bersama
diluar. Melihat Ni Na yang tampak sangat kelelahan, dia menasehati agar Ni Na
jangan terlalu menyiksa diri sendiri karena Yeon Seo. Sebab Yeon Seo adalah
anak yang malang.
“Ayah selalu mengatakan itu. Dia tidak
malang. Dia cantik, kaya, dan berbakat. Tuhan pasti hanya menyanyangin dia,”
kata Ni Na, iri.
“Andai sungguh begitu menyayangi dia,
Tuhan tidak mungkin mengambil orang tuanya secepat itu. Apa gunanya cantik,
kaya, dan berbakat? Dia mengalami hal mengerikan. Dia wanita yang malang dan
menyedihkan. Jadi Ni Na, kamu harus menjaganya,” jelas Tn. Geum dengan lembut.
Mendengar itu, Ni Na sedikit tidak
senang, dan bertanya dipihak mana Ayahnya. Dan Tn. Geum menjawab bahwa dia
selalu berada di pihak Ni Na. Jadi dia ingin Ni Na memihak Yeon Seo. Dan Ni Na
tidak mau.
“Ini kali pertamaku melawan dia dalam
kompetisi yang sesungguhnya. Aku tidak bisa memihak dia,” jelas Ni Na, menolak.
“Ada alasan karma berlaku. Apapun yang
kamu lakukan, ntah itu baik atau buruk, hal itu akan kembali. Kamu dan Ru Na
harus aman,” balas Tn. Geum, serius.
“Apa maksud Ayah?” tanya Ni Na, tidak
mengerti.
“Kalian harus baik hati seperti
sekarang.”
Ny. Choi memberikan daftar para penari
pada Ru Na, dan dia memberikan waktu 3 sampai 4 hari. Dan Ru Na mengeluh bahwa
ini merepotkan, seandainya saja ada cara yang lebih mudah dan efektif.
“Ibu mempertimbangkan untuk menunjuk
hakim baru, tapi kita terdengar percaya diri dihadapan penari. Jadi mendapatkan
suara mereka satu persatu lebih cepat dan efektif. Ibu minta tolong pada
Direktur Asosiasi- Ibu ya,” kata Ny. Choi, menjelaskan.
“Baiklah, Direktur Umum Choi,” balas Ru
Na sambil tersenyum.
Ru Na menemui satu persatu penari, dan
menyogok mereka. Pertama adalah penari Hwang Jung Eun, penari tertua, jika
mereka bisa mendapatkannya maka semakin banyak penari yang akan ikut. Ru Na
datang membawakan popok untuknya.
Kedua, Soo Ji, wanita miskin yang
mengajar murid untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ru Na datang menemuinya di
butik, dan membelikannya pakaian.
Ketiga, pasangan Pria atau sang pemimpin.
Ru Na menemuinya dirumah sakit.
Malam hari. Yeon Seo berlatih menari.
Hujan tiba- tiba turun, dan Yeon Seo pun
melihat keluar jendela. “Kabarmu baik,
Kim Dan?” tanya nya didalam hati.
Karena tidak bisa tidur, Yeon Seo
menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Dan dia pun menawarkannya juga pada Ny.
Jung yang datang ke dapur.
Tapi Ny. Jung menolak, karena menurutnya
saat hujan seperti ini sup otak2 dan soju akan sangat nikmat. Lalu Ny. Jung
mengajak Yeon Seo untuk minum bersama.
Sambil makan serta minum- minum bersama.
Dengan gugup Yeon Seo menanyakan tentang kegudahannya. “Ny. Jung, jika seorang
Pria menyuruhmu menunggunya dan bilang bahwa dia butuh waktu, apa makna
sesungguhnya?” tanya Yeon Seo.
“Nona, kamu menyukai seseorang?” balas
Ny. Jung, bertanya.
Yeon Seo langsung menyangkal, dan
beralasan bahwa temannya yang bertanya tentang itu kepadanya, jadi karena Ny.
Jung lebih berpengalaman, maka dia pun bertanya. Lalu dengan gugup Yeon Seo
meminum tehnya.
“Apa dia sudah menikah?” tanya Ny. Jung.
Dan Yeon Seo langsung tersedak.
“Belum,” jawab Yeon Seo langsung. “Atau
sudah?” gumamnya dengan pelan.
“Dia akan melarikan diri. Pria tidak
pernah ragu dalam hal cinta. Dia butuh waktu? Omong kosong,” jelas Ny. Jung.
“Dia sungguh tampak putus asa!” teriak
Yeon Seo. “Menurut temanku,” lanjut Yeon Seo dengan pelan. “Dia memberinya sapu
tangan yang sangat dia hargai. Itu bukti janjinya kepadanya.”
“Bagi sang Wanita, mungkin itu bukti
janji. Tapi bagi sang Pria, mungkin itu hanyalah sampah,” balas Ny. Jung. Dan
mendengar itu, Yeon Seo merasa terkejut.
Ny. Jung kemudian memberikan nasihat
pada Yeon Seo agar melupakan saja Pria tersebut. Karena dia tahu Yeon Seo tidak
punya teman. Dan dengan kesal, Yeon Seo langsung berdiri dan menegaskan bahwa
dia punya teman. Lalu dia pergi.
Dengan lelah, Ny. Jung menghela nafas
dan melanjutkan minumnya. “Aku harus mencari sekretaris lain,” gumamnya,
berpikir.
Yeon Seo terduduk lemas diatas tempat
tidur. “Kim Dan, dimana kamu dan apa yang kamu lakukan?” tanyanya.
Tags:
Angels Last Mission Love