Sinopsis K- Drama : Angel’s Last Mission Love Episode 8 - part 2


Sinopsis Angel’s Last Mission : Love  Episode 8 – Part 2
Network : KBS2

Didalam kamar. Tn. Choi menanyakan, kenapa Ny. Choi tampak begitu senang. Dan Ny. Choi menjelaskan bahwa itu karena dalam beberapa hari, dia tidak akan menjadi Direktur Umum Sementara lagi.
“Ini untuk perpanjangan surat kuasa. Bukankah kita masih sementara?” tanya Tn. Choi, tidak mengerti.
“Berapa kali aku harus mengulangi perkataanku? Seorang manusia harus lebih pintar dari binatang,” balas Ny. Choi, menegur Tn. Choi.

Ny. Choi menjelaskan bahwa Kang Woo telah menyiapkan panggungnya, dan dia hanya perlu mengambil alih. Lalu untuk Yeon Seo yang baru saja mendapatkan penglihatannya kembali, maka tidak mungkin sekarang Yeon Seo bisa menari lagi. Jadi mereka akan terus maju dengan konferensi persis, dan merilis artikel berita bahwa Yeon Seo akan hadir. Lalu saat semua orang mengharapkan Yeon Seo.
“Kejutan!” seru Ny. Choi dengan gembira. “Dia tidak akan pernah muncul.”
“Dan kamu akan menggunakan kesempatan itu untuk mengambil alih yayasan?”
Ny. Choi bertepuk tangan gembira. “100 persen benar!” teriaknya.

Kang Woo mengirim pesan kepada Yeon Seo, tapi tidak jadi karena Yeon Seo tidak pernah membalas pesannya. Lalu tiba2 seorang penari meminta izin untuk pulang, karena dia perlu menjemput anaknya dari tempat penitipan anak.

“Silahkan pergi. Selama-lamanya,” kata Kang Woo, tegas. Lalu dia menyuruh semunya untuk mulai berlatih tarian kelompok lagi.
Semua penari mulai berlatih menari lagi. Dan karena tidak ingin dipecat, maka dengan terpaksa si penari yang meminta izin barusan ikut berlatih menari juga. Melihat itu, Kang Woo langsung mematikan musik.

“Apa kamu keberatan? Kenapa tidak pergi? Katamu kamu harus pergi,” kata Kang Woo.
“Tidak,” balasnya.
“Nafas dan keseimbanganmu tidak stabil, dan kamu tidak fokus. Apa kamu masih berpikir bisa menari?” tanya Kang Woo. Lalu dia memutuskan menggatikan Jung Won dengan Soo Ji. Dan tentu saja, Soo Ji senang.

Jung Won mulai akan menangis, dia meminta setidaknya dijadikan penari candangan. Dan mendengar itu, Kang Woo langsung berteriak memarahinya, dia tidak mengizinkannya. Lalu dengan tegas, Kang Woo menyuruh semuanya untuk mulai menari dari awal lagi, dan bekerja dengan benar.
Jung Won dengan sedih keluar dari ruang tari. Dan melihat itu, Ni Na tampak tidak tega kepadanya. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.

Pulang dari studio. Ni Na mengajak Kang Woo makan bersama. Dan selagi makan, Ni Na mulai membicarakan tentang Jung Won yang baru saja melahirkan enam bulan lalu, dan menangis setiap hari karena mencoba mengembalikan tubuhnya ke bentuk semula. Jadi jika Kang Woo ingin marah, maka Kang Woo bisa marah padanya. Lagipula itu semua salahnya yang telah mengungah video Yeon Seo. Sehingga konferensi pers harus diadakan.
“Apa kamu mau bilang aku menggertak orang yang tidak bersalah hanya karena konferensi pers Yeon Seo? Itu yang kamu pikirkan?” tanya Kang Woo. Dan Ni Na diam.

Kang Woo menjelaskan bahwa ketika Yeon Seo kembali, maka dia ingin menyajikan sebuah tim yang sempurna untuknya. Jadi dia tidak memerlukan ‘two shot’, karena Yeon Seo pasti akan muncul.
“Ya. Dia akan. Tidak peduli berapa banyak dia menyangkalnya, dia tidak pernah bisa menyerah pada balet,” kata Ni Na.
“Dan bagaimana kamu begitu yakin?” tanya Kang Woo.

Ni Na menceritakan bahwa setiap kali Yeon Seo memarahi timnya, Yeon Seo akan bilang bahwa talenta mereka diberikan dari atas. Yeon Seo akan memberitahu mereka untuk mengerahkan semuanya agar mereka tidak malu. Kepada mereka yang tidak bisa hadir, itulah yang sering dikatakan guru balet mereka saat kecil.
“Dari awal, dia belajar dengan baik,” kata Kang Woo sambil tersenyum.

“Yeon Seo akan kembali dengan percaya diri. Dan bila saatnya tiba, aku akan bertarung dengan baik,” jelas Ni Na penuh tekad.
“Lalu berkosentrasilah. Kamu tidak punya waktu untuk fokus pada orang lain,” kata Kang Woo, menasehati. Dan Ni Na mengiyakan, tapi ntah mengapa dia merasa terganggu.

Didalam kamar. Kang Woo memperhatikan foto Yeon Seo, dan mengingat perkataan Yeon Seo yang mengatakan dirinya telah mati.

“Apa kamu akan terus mendikteku? Aku tahu lebih baik daripada siapapun di dunia, betapa berantakannya aku,” kata wanita didalam video yang diputar.
“Terkadang, kamu perlu mendorong diri sendiri agar kamu bisa lebih baik,” balas Kang Woo.
“Ketika kamu mengalami kesulitan, yang sungguh kamu butuhkan adalah sepotong cokelat yang manis, daripada pukulan yang keras. Mengerti?” tanya si wanita.
(Oh. Pantas saja Kang Woo selalu makan coklat batang kecil)
Kang Woo mengeluarkan hape nya, dan menghubungin seseorang.

“Kejutan,” kata Kim Dan, menunjukan jejak kaki yang ditempelnya di sepanjang koridor dari kamar keluar. “Aku akan mengajarimu cara mengambil langkah. Kamu tahu bagaimana bayi balita? 1 langkah, 2 langkah,” jelas Kim Dan.
“Apa ini terbukti efektif?”
“Mm… tidak,” jawab Kim Dan sambil mengelengkan kepalanya.

Yeon Seo merasa ragu karena itu. Tapi sambil tersenyum, Kim Dan mengajak Yeon Seo untuk mencobanya dulu, karena dia tidak akan mempermalukan Yeon Seo. Dan akhirnya Yeon Seo pun melakukan apa yang Kim Dan ajarkan.

Yeon Seo berjalan diatas tempelan kaki yang ada di lantai. Sambil masih memegang lengan Kim Dan untuk berjalan tanpa tongkat. Namun saat mereka sudah turun dari tangga, Kim Dan pun melepaskan tangan Yeon Seo yang memegangin lengannya, membuatnya jadi memegang bahunya.

“Kamu baik2 saja. Bagus,” puji Kim Dan, saat Yeon Seo berhasil berjalan dengan baik, walaupun sedikit lambat. “Kerja bagus. Sekarang, pegang saja kelingking ku. Kamu bisa melakukannya.”


Diluar halaman. Kali ini Kim Dan tidak lagi membiarkan Yeon Seo memegangnya, melainkan dia membiarkan Yeon Seo untuk berjalan sendiri ke arahnya. Dan ketika Yeon Seo terjatuh, lalu mengulurkan tangan ke arahnya, Kim Dan tidak mau membantu dan membiarkannya untuk berdiri sendiri.

Ditaman. Kim Dan merentangkan tangannya. “Baiklah. Kemari,” katanya memanggil Yeon Seo. Tapi karena terlalu takut untuk berjalan, maka Yeon Seo pun hanya berdiri diam ditempatnya. Dan melihat itu Kim Dan pun menghampirinya.

“Lihat saja aku. Bayangkan hanya kamu dan aku di dunia ini. Mengerti?” tanya Kim Dan sambil menatap Yeon Seo. Dan Yeon Seo menganggukan dengan pelan.

“Bagaimana ini. Dia seharusnya tidak menyukai ku,” gumam Yeon Seo dengan gugup, saat Kim Dan telah menjauh darinya. Lalu dia menghela nafas, dan berusaha untuk menfokuskan dirinya. Dia berjalan 1 langkah maju, dan langsung terjatuh.
Kim Dan berlari menghampiri Yeon Seo, dan memperhatikan apa Yeon Seo baik2 saja. Lalu saat dia melihat sebuah lubang kecil di stocking Yeon Seo, dia pun menyentuhnya, “Hei. Kamu punya lubang.”
“Sudahlah,” balas Yeon Seo. Mendorong Kim Dan.

Ketika Kim Dan akan membantu Yeon Seo untuk berdiri, dia tanpa sengaja malah menabrak bahu Yeon Seo. Sehingga mereka jatuh bersama ke tanah. Seorang anak kecil yang melihat itu, dia berteriak ke arah mereka. “Ciuman! Cium! Cium!”
“Hei, apa kamu kenal aku? Pergi ke ibumu,” ancam Yeon Seo.
“Hump,” balas si anak dengan kesal, lalu dia pergi.

“Ciuman? Ciuman?” gumam Kim Dan dengan serius. Dan melihat itu, Yeon Seo pun mendorong Kim Dan, dan menyuruh nya untuk menjauh.
“Aku punya keinginan,” kata Kim Dan tiba2. Dan Yeon Seo kaget.
Flash back. Saat ditaman.
“Sebagai gantinya, aku punya syarat. Beri aku tiga permintaan. Kamu harus memberi mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun,” kata Kim Dan.
“Bagaimana jika kamu meminta seluruh kekayaan atau hidupku?” balas Yeon Seo, cemas.
“Kamu anggap aku apa?” protes Kim Dan. “Keinginanku akan menguntungkanmu. Apa kamu setuju atau tidak?”
Flash back end.

“Ya. Ini keinginan pertamaku,” kata Kim Dan, dan Yeon Seo merasa gugup. Kim Dan lalu melihat jam ditangannya. “Kita terlambat. Ayo cepat.”
“Kemana?” tanya Yeon Seo, pelan.
“Untuk berdoa,” jawab Kim Dan.

Post a Comment

Previous Post Next Post