Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 04-3


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 04-3
Images by : TvN
Part 1 : The Children of Prophecy
Walaupun Sanung berhasil keluar dari Kuil Agung, tapi di depan pasukan Daekan sudah mengepungnya. Danbyeok berteriak marah karena mereka berani menghalangi. Perperangan pun pecah.
Saat itu, Eunseom muncul dengan kudanya dan berteriak : “Pemimpin Serikat, Sanung Niruha!”
“Di sini! Aku Sanung!” teriak Sanung, mengira Eunseom adalah orang yang di kirimkan untuk menolongnya.
Danbyeok yang juga salah paham, segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan Daekan untuk membuka jalan bagi Sanung. Yangcha juga ada di san dan hendak menggunakan rantainya untuk menjerat mereka. Tapi, Eunseom sudah tahu cara kerja rantai tersebut, sehingga dia langsung melemparkan tombak-nya mengenai Yangcha.
Sanung sendiri langsung melompat naik ke punggung kuda Eunseom. Eunseom langsung melajukan kudanya pergi dari sana.
--
Laporan kalau seorang pria mendadak muncul dan menyelamatkan Sanung, telah di dengar oleh Asa Ron. Asa Ron panik dan bertanya kepada Tagon apa yang harus mereka lakukan sekarang?
“Bawa ksatria Gunung Puncak Putih ke Arthdal,” perintah Tagon. “Danbyeok menguasai penjaga. Pasukan Daekan akan kalah.”
“Saranmu, kita saling berperang?” kaget Asa Ron.
--

Danbyeok ke kediaman Hae Mihol untuk menemui Sanung, tapi dia sangat terkejut karena Sanung ternyata tidak ada di sana. Hae Mihol juga bingung dan bertanya siapa orang yang menyelamatkan Sanung? Danbyeok pun tidak tahu.
“Tampaknya, ksatria dari suku kecil.”
“Kalau begitu, mungkin dia di tangkap klan Asa,” duga Mihol.
“Apa dia bawahan klan Asa?!”
Mihol juga tidak tahu pasti, yang harus mereka lakukan adalah mengumpulkan para penjaga. Danbyeok tidak bisa melakukannya karena ayah-nya di sandera, tidak mungkin bagi mereka memulai perang.
“Apa pun yang terjadi, penjaga lebih banyak daripada Pasukan Daekan. Kau harus mengepung Kuil Agung, mendahului kesatria Gunung Puncak Putih. Dengan begitu, kau bisa berunding,” saran Hae Mihol.
“Sodang. Kucanangkan wimaengryeong (wimaengryeong = tindakan mengerahkan tentara untuk melindungi serikat),” perintah Danbyeok, mendengarkan saran Hae Mihol.
--
Hari sudah menjelang malam, dan terdengar suara terompet panjang. Hal ini menimbulkan kegemparan bagi warga Arthdal. Chae-eun juga menjadi cemas. Dotti yang sudah di berikan baju baru dan di mandikan dengan bersih, berdiri di sebelah Chae-eun dan memanggilnya. Chae-eun terlihat kaget karena Dotti sendirian.
--
Tagon dan pasukannya masih di hutan menunggu pasukan ksatria puncak gunung putih. Tapi, salah seorang bawahannya datang dan melapor kalau wimaengryeong sudah di bunyikan. Tagon jelas cemas, karena semua rencananya menjadi kacau karena kedatangan pria misterius tersebut (Eunseom).
“Aku akan berunding dengan ayahku.”
--
Danbyeok sudah mau menyerang Kuil Agung tapi dia mendapat laporan kalau Sanung tidaklah berada di Kuil Agung tetapi di pasar.
Laporan itu juga sampai di telinga Tagon. Sanung Niruha di sandera di pasar.
“Siapa yang menyaderanya?” tanya Kitoha.
--
“Warga Arthdal, dengarkan aku! Aku Eunseom, mimpi dan ksatria Wahan! Pemimpin Serikat kalian, Sanung Niruha, kini ada padaku,” teriak Eunseom dan menyandera Sanung. Dia berada di rumah yang tinggi gitu.
Semua rakyat yang melihat tentu kaget. Chae-eun ada di tengah-tengah rakyat itu.
“Kalian sungguh ingin menyalami jasad ayah kalian dengan menjadi musuh Wahan? Maka aku akan dengan senang hati membunuh pria ini,” teriak Eunseom.
Saat itu, rombongan Danbyeok tiba. Dia kaget dan bertanya apa yang terjadi. Salah seorang menjelaskan kalau Eunseom terus berteriak, dan penjaga yang menahannya naik semua di kalahkan Eunseom.
“Kalian ingin memegang tangan ayah kalian saat masih hidup?” teriak Eunseom lagi. “Bawa warga Wahan ke hadapanku. Akan kukembalikan ayah kalian, lalu warga Wahan dan aku akan mendaki tembok batu, menuruni Tebing Hitam Besar.”
Danbyeok terkejut karena Eunseom yang adalah rendahan mampu melakukan semua ini sendirian. Saat itu, terdengar teriakan karena Tagon telah tiba. Eunseom sendiri sedikit bingung dengan teriakan heboh tersebut.
“Aku akan naik ke sana!” teriak Tagon pada Eunseom. “Dengarkan, Kesatria Wahan. Aku anggota Suku Saenyeok. Namaku Tagon, putra Sanung Niruha. Aku mau ayahku hidup saat menyalaminya. Maka, akan kukembalikan warga Wahan kepadamu. Akan kutinggalkan pedangku untuk menemuimu,” ujar Tagon dan diikuti teriakan rakyat.
Tagon melepaskan pedangnya dan baju-nya juga. Kemudian, semua tahanan Wahan di bawa ke sana. Mereka semua bingung dengan yang terjadi.
“Saudara Wahan aku akan naik menemuimu,” ujar Tagon. Mendongak ke atas.
Saat itulah semua anggota suku Wahan melihat ke atas dan melihat Eunseom.
“Aku, mimpi Wahan, Eunseom dari Wahan, akan menemui Tagon, putra Sanung Niruha!” balas Eunseom.
Tagon beranjak naik dengan hati-hati. Eunseom pun juga bersiap menemui Tagon dengan memegang pisaunya. Suasana sangat tegang.


Pintu di buka dan mereka saling bertatapan. Eunseom melihat karah kaki Tagon, ada pisau di sana. Tagon sadar kalau Eunseom tahu dia membawa pisau. Mereka saling berlari dan menyerang!
-Bersambung-


Post a Comment

Previous Post Next Post