Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 04-2
Images by : TvN
Part
1 : The Children of Prophecy
Suku Wahan beristirahat di sana. Salah
satu dari mereka Doldol, sakit, jadi mereka melaporkannya kepada para prajurit.
Mereka memohon agar mereka di lepaskan agar bisa merawat Doldol dan berjanji
tidak akan kabur. Tapi, tidak di sangka, Moogwang malah langsung membunuh
Doldol. Semua suku Wahan tentu kaget dan ketakutan serta marah melihat hal
tersebut.
Saa itu, prajurit melihat Choseol yang
juga sudah terluka parah dan tidak mungkin bisa selamat. Moogwang tentu ingin
langsung menebasnya, tapi semua anggota suku memohon karena Choseol adalah
kepala suku mereka.
Di saat itu, Tanya menggigiti jari tangannya hingga
berdarah dan mengusapkan darah itu ke matanya.
Saat pedang sudah akan di tebaskan ke
Choseol…
“Aku… Tanya dari Suku Wahan!” teriak Tanya
dan membuat Moogwang keheranan. “Aku Tanya dari Suku Wahan. Orang yang pecahkan
cangkang. Aku calon kepala suku Wahan. Aku terhubung dengan spirit yang sudah dan
akan dibangkitkan. Aku danggeuri (cenayang)
Suku Wahan.”
“Bicara apa kau?” heran Moogwang.
“Aku, Tanya dari Suku Wahan, mengutuk
rakyat kalian. Dinding batu kalian akan roboh, dan rumah kalian akan menjadi
reruntuhan,” kutuk Tanya.
Moogwang jelas kesal mendengarnya dan
hendak membunuh Tanya. Semua langsung kembali berteriak untuk menghentikannya.
“Yang pertama menyentuhku akan mati
secara brutal,” kutuk Tanya dan membuat Moogwang ketakutan. “Api biru akan
melanda lahanmu bak badai mematikan. Mayat kalian, orang tua kalian, dan
anak-anak kalian akan membentuk gunung. Darah mereka akan membentuk sungai dan
membeku,” kutuk Tanya dengan suara keras dan bergetar karena menahan tangisnya.
Choseol melihat dan mendengar semua
yang Tanya katakan : “Mungkinkah dia...” dan
Choseol melihat spirit Serigala Putih Besar (pelindung suku Wahan) muncul dan
berada di samping Tanya.
“Lalu mereka yang selamat tak akan
bisa menemukan anak-anaknya di antara mayat-mayat. Semua ibu yang selamat akan
memakan daging anaknya yang tewas. Saat bulan muncul, anak-anak mereka akan
hidup lagi dan memakan daging ibunya sendiri. Serigala Putih Besar. Jangan
maafkan aku karena kepunahan Suku Wahan. Dan kumohon… jangan pernah memaafkan orang-orang
ini!” tangis Tanya.
Kitoha muncul dan memarahi mereka
untuk tidak mendengarkan bualan Tanya dan langsung bunuh saja. Tapi, semua
ketakutan. Tidak ada yang berani mengambil resiko untuk membunuh Tanya. Semua
takut akan mati secara brutal, seperti kutukan Tanya.
Saat itulah, Tagon keluar dari
kemahnya. “Kenapa kau menangis? Kenapa menangis setelah mengutuk kami?”
tanyanya pada Tanya. “Bagaimana cara kami menghindari kutukan itu? Katakan
caranya!”
“Kepala suku kami…”
“Pada akhirnya, dia tetap akan mati.
“Maksudku, biarkan kami kubur
selayaknya,” pinta Tanya. Tagon setuju.
Kitoha langsung berkata kalau yang
Tanya katakan hanyalah omong kosong jadi jangan di kabulkan. Tapi, Tagon
langsung berkata kalau Kitoha pun takut untuk menyentuh Tanya. Lebih baik
mereka berwaspada.
Pas sekali, Taealha tiba di kemahnya
bersama dengan Hae Tuak.
--
Moogwang membawa Choseol yang sudah
sekarat ke tengah hutan dekat danau bersama Tanya. Dia memegang kepala Tanya
dengan kasar dan menyuruhnya untuk melakukan ritual dengan cepat.
“Sudah ku peringati, jangan
menyentuhku! Kau sudah lupa?”
Eh Moogwang emosi dan hendak menghajar
Tanya.
“Di bawah bulan sabit, ada tangan akan
merenggut jantungmu!” kutuk Tanya.
Moogwang ketakutan dan tidak jadi
memukul Tanya. Dia pergi meninggalkan Tanya melakukan ritualnya.
--
Taealha mem
berikan minuman yang telah
di campurnya dengan racun pada Tagon. Tapi, saat Tagon mau meminumnya, Taeaha
menghentikannya dan meminta Tagon memberitahunya dulu apa rencananya.
--
Choseol sudah hampir tidak bertahan.
Tanya jelas merasa sedih dan merasa semua ini adalah salahnya, karena dia
adalah perempuan terkutuk yang muncul di hari Komet Biru muncul bersama
kematian? Apa Choseol akan meninggal? Chosel berkata bahwa semua ini bukan
salah siapapun dan memang sudah terencana. Dia juga lega karena akhirnya bisa
bebas dari tugasnya. Dan sekarang Tanya yang akan melakukannya.
Tanya tidak percaya diri. Dia tidak
bisa menari yang di ajarkan Choseol. Dia juga tidak bermimpi. Saat dulu dia
bermimpi ada sesuatu yang memanggilnya di hutan bunga kamperfuli, itu juga
adalah kebohongan dan hanya kebetulan Eunseom dan ibunya ada di sana. Dia
merasa tidak layak jika di bandingkan Choseol.
“Sejak lahir, hingga saat ini, ibu
juga tak pernah bermimpi. Mungkin tak ada, sejak Serigala Putih Besar, yang pernah
bermimpi saat tidur. Para dewa pasti tak lagi bersama kita,” ujar Choseol.
“Namun, Ibu dengar suara batinku.”
“Itu… sesuatu yang bisa dilakukan semua
ibu jika menyangkut putri kecil mereka. Hanya setelah melihat struktur besar
itu dibangun oleh mereka, ibu baru tercerahkan. Kini, ibu tahu ke mana kita
menuju.”
“Ke mana?”
“Tempat asalnya Serigala Putih Besar. Kau
dan para Wahan lain akan melihat dunia tempat mereka menanam benih dan
menjinakkan hewan. Serigala Putih Besar sudah melihat masa depan ini untuk
kita. Temukan byeoldaya Serigala Putih Besar. Ini akan berujung ke sana. Temukan
totem dengan simbol ini dan simpan dekat dengan hatimu,” ujar Choseol dan
menggambar simbol di tanah. “Ibu… tak tahu kapan kau akan membutuhkannya, tapi
akan tiba waktunya. Semua yang ibu ajarkan padamu juga akan berguna bagimu
suatu saat. Jadi, jangan lupakan semua itu. Itu… panggilanmu. Saat kau mengutuk
mereka tadi, Serigala Putih Besar muncul di belakangmu. Kau… mungkin sarana
yang dipilih oleh Serigala Putih Besar. Ibu katakan semua ini padamu dengan
senang hati, tapi… Malangnya dirimu,” sedih Choseol ketika melihat spirit
Serigala Putih Besar kembali muncul di samping Tanya. “Jangan mengasihani ibu. Hatimu
hanya harus merasakan dirimu sendiri.”
Dan setelah mengatakan semua itu,
Choseol meninggal. Tanya menangis penuh kesedihan atas kematian ibunya.
“Kepada Spirit, kukembalikan kepala
suku kami kepadamu. Kami selalu berutang nyawa kami padamu dan memercayakannya
kepadamu setelah mati. Kau terus melahirkan, tapi tak pernah mengambil
ciptaanmu,” ritual Tanya dan menutupi tubuh Choseol dengan bunga.
--
“Kutanya yang kau pikirkan,” ulang
Taealha.
Tagon malah balik bertanya, apa
Taealha melakukan seperti yang di mintanya? Walaupun itu berakhir dengan
kematiannya? Taealha menjawab ya, karena dia percaya pada Tagon. Tagon malah
balik bertanya kalau harusnya Taealha memberitahu rencananya dahulu pada Sanung
atau Mihol, karena itulah tugas utama Taealha.
Mendengar hal itu, Taealha
mengeluarkan pisaunya dan menyerang Tagon. Dia marah karena Tagon ternyata
sudah tahu dari sedari awal kalau dia adalah mata-mata, kenapa
mempermainkannya? Dia benar-benar marah.
“Walau aku tahu, kuminta kau merawat
bayi Igutu itu,” ujar Tagon. “Kusembunyikan bayi Igutu itu. Hukumannya adalah
kematian tanpa disidang. Aku tetap memilih memberi dia padamu.”
“Kenapa? Kau sudah tahu aku yeomari
(mata-mata).”
“Untuk tetap hidup.”
“Untuk tetap hidup? Itu alasanmu
memberikanku bayi terkutuk itu?”
“Ayahku ingin aku mati, Asa Ron
menganggapku musuh. Untuk bisa tetap hidup, aku butuh bantuan ayahmu, Mihol. "Kau
bisa habisi aku kapan pun kau mau. Jadi, tolong percayalah dan terima aku. Nyawaku
kini di tanganmu."”
--
“Kami percayakan hidup kami kepadamu dan
kami berutang budi sepanjang hidup kami. Kau terus melahirkan, tapi tak pernah
mengambil ciptaanmu,” ritual Tanya, untuk mengantar kepergian Choseol kepada
dewa.
--
“Namun, kau tak mematuhinya untuk satu
hal. Kau tak memberi tahu ayahmu tentang bayi itu. Kenapa? Kenapa merahasiakan
hal yang bisa mencelakaiku? Karena kau menginginkanku? Ada tempat spesial
untukku di hatimu?” tanya Tagon.
Tagon kemudian mengangkat gelas dan
hendak meminumnya, tapi Taealha segera mendorongnya hingga gelas itu terjatuh
dan pecah. Tagon menyadari kalau gelas itu beracun. Dia yakin itu pasti buatan
Mihol. Itu membuat Tagon yakin kalau Taealha mempunyai perasaan tulus padanya,
sama seperti dia mengingikan Taealha di sampingnya.
“Jika aku lebih dewasa saat itu, akan
kuberi tahu semua pada ayah. Namun, aku terkejut kau memercayaiku dan
memberikan bayi itu. Saat itulah gadis muda bodoh mulai punya perasaan
kepadamu. Kau benar. Aku menginginkanmu. Namun, kenapa aku tampaknya tak bisa setia sepenuhnya padamu? Ini alasannya. Karena
kau tak akan bisa membunuh ayahku. Kenapa? Karena tanpa ayahmu, tak ada yang
akan mengakuimu. Dasar bayi. Ayahku berharap kau mati saat fajar. Kau
seharusnya mati keracunan. Namun, kuselamatkan nyawamu. Jadi, kuharap rencanamu
berhasil. Jika kau gagal… aku juga akan mati,” beritahu Taealha dan pergi dari
kemah Tagon.
Saat sudah di luar, Taealha memarahi
dirinya sendiri di dalam hati karena sudah begitu bodoh mempertaruhkan nyawanya
hanya karena perasaan. Saat itu, dia berpas-pasan dengan Tanya yang lewat
dengan Moogwang, dan Taealha tampaknya merasakan sesuatu pada Tanya.
Tagon teringat masa kecilnya, saat
ayahnya berusaha membunuhnya dengan mencekiknya. Walaupun kemudian ayahnya
tidak jadi membunuhnya.
Tagon memanggil Yangcha, dia ingin
keluar diam-diam.
--
Asa Ron sedang memulai ritual dengan
Abu Keramat, sementara Asa Mu menari di depannya. Di dalam hatinya, Asa Ron
merasa kesal karena Dewa datang pada Asa Mu, tapi padanya, hanya dalam bentuk
asap. Dia merasa hal itu kejam sekali.
Saat ritual itu, Asa Ron melihat
seolah Tagon berdiri di hadapannya.
Asa Yon masuk menemuinya dan melapor
kalau dia menerima pesan rahasia dari luar gerbang, dari Tagon. Asa Ron segera
keluar untuk bertemu dengan Tagon. Begitu melihat Asa Ron dan klan asa lainnya,
Tagon segera berlutut memohon ampun karena telah melakukan Ollimsani.
“Aku memohon belas kasihanmu. Para
kesatria kami sekarat karena itu aku melakukan Ollimsani demi mereka. Pemimpin
Klan Asa, Pendeta Tinggi Arthdal, Asa Ron Niruha, aku memohon maaf padamu.”
“Ya,
tentu. Kau mungkin tak mau mati. Namun, aku juga tak mau,” batin Asa Ron dalam hati.
“Seumur hidup aku mengabdi demi
kemakmuran Arthdal dan kejayaan kedua Niruha. Apa aku pantas diamputasi dan dibuang?
Tolong ampuni nyawaku.”
“Hanya ada satu jalan keluar. Ambil
ini dan pergi yang jauh,” ujar Asa Ron dan memberikan sekotak emas. “Kau banyak
akal untuk memulai ulang di mana pun.”
“Niruha, kuhargai kemurahan hatimu. Dari
lubuk hatiku. Namun, bagaimana jika
kubilang ada cara aku bisa tetap di sini dan kau terhindar dari murka Serikat? Akankah
kau tertarik?” tawari Tagon.
--
Esok pargi,
Tagon dan para rombongan tiba di
Arthdal, dan semua rakyat langsung bersorak menyambut kedatangannya. Tanya
sendiri melihat ke sekitar Arthdal, bertanya-tanya, apa benar Serigala Putih
Besar berada dari sana.
Begitu tiba, Tagon langsung di sambut
oleh klan Asa itu di adili di Pengadilan Keramat, dan karena itu, Tagon harus
melepaskan semua senjatanya. Para warga langsung berteriak kalau Tagon telah di
fitnah. Mereka mendukung Tagon dan berteriak menyebut Tagon adalah Pahlawan
Arthdal. Chae Eun juga ada di sana dan ikut berteriak.
Chae Eun melihat kalau Eunseom juga
ada di kerumunan tersebut dan menatap ke arah Sanung Niruha. Eunseom teringat
ucapan Chae-Eun kalau Sanung selalu di kawal enam ksatria, dan pria tua itu di
kawal oleh 6 ksatria. Dia adalah Sanung.
Chae-Eun cemas karena Eunseom
sepertinya tidak mendengarkan nasihatnya sama sekali.
--
Danbyeok memberitahu Sanung kalau
Taealha belum kembali juga. Dan kemarin malam Tagon juga menemui Asa Ron.
Sanung tentu dapat menebak ada hal yang tidak beres. Dia langsung bertanya pada
Danbyeok, adakah yang menyelundupkan senjata ke Kuil Agung?
--
Pengadilan Keramat di adakan dengan
meminta petunjuk dari para Dewa. Sanung juga tiba di sana untuk melihat hasil
perlindungan tersebut. Asa Moo yang menjadi perantara dewa mulai menari untuk
menerima pesan dari dewa. Asa Ron melukai tangan dengan pedangnya hingga darah
menetes ke air.
Asa Moo tiba-tiba tertawa. Asa Ron
membunyikan lonceng dan yang lain mulai menabuh genderang. Suasana menegang.
Asa Moo terus menari dan tertawa dengan bunyi-bunyian tersebut. Hingga akhirnya Asa Moo terjatuh.
“Dewi yang tak pernah tidur, Isodunyong,
akan bicara kepada kita,” ujar Asa Ron.
“Saat mata air agung mengering dan
hewan buas putih jatuh, kalajengking yang sembunyi di antara bunga akan
tertidur. Saat kau bertemu dengan saudaramu, di tempat ada alkohol, akan
berlumur darah,” ujar Asa Moo dan menunjuk ke Tagon.
Semua terdiam, menunggu penafsiran
dari Asa Ron. Dalam hatinya, Sanung juga gelisah karena ramalan yang dikatakan
Asa Moo itu tidaklah penting. Yang penting adalah penafsiran dari Asa Ron,
dimana Asa Ron sudah lama menipu serikat dengan mengarang asal isi ramalan.
Asa Ron menafsirkan isi ramalan. Dan yang
tidak di sangka oleh semuanya adalah Asa Ron mengatakan bahwa Tagon, putra yang
berasal dari Suku Sanyeok, telah di anugerahi kemampuan cenayang dari para
Dewa. Tagon tersenyum, karena Asa Ron mengikuti sarannya. Dengan mengakui kalau
dia punya kemampuan cenayang, maka dia tidak akan berdosa karena telah
melakukan Ollimsani.
“Dalam nama Gunung Puncak Putih, nama
Klan Asa, dan dengan kekuasaan Isodunyong, dewi Danau Langit, dan perlindungan
dari Airuju, awal dan akhir dunia ini, aku dengan penuh hormat mengumumkan Tagon
telah dianugerahi kemampuan cenayang dari para dewa. Karena itu, masuk akal dan
tepat bagi Tagon untuk melakukan OIlimsani,” umumkan Asa Ron.
Semua terkejut. Dan Sanung jelas sangat
marah dengan hal tidak terduga tersebut. Danbyeok meminta Sanung untuk tetap
tenang.
“Aku belum selesai menyampaikan
ramalan. Seperti langit dan bumi melahirkan semua makhluk hidup, seperti air
dari Danau Langit mengalir alami ke tempat kita hidup, adalah wajar bagi ayah
dan ibu untuk melahirkan anak-anak dan merawat mereka. Itu perlindungan Airuju.
Sanung Niruha, pemimpin Serikat Arthdal. Apa kau melaporkan putramu sendiri,
Tagon, agar dia diadili di Pengadilan Keramat?” ujar Asa Ron.
Semua tentu gempar mendengar hal itu. Apalagi
Asa Ron berkata bahwa Sanung iri dengan prestasi Tagon. Tidak hanya itu, di
bawalah seorang pria yang mengatakan kalau Sanung Niruha yang memerintahkannya
untuk diam-diam melaporkan Tagon telah melakukan penistaan. Semua semakin
berkasak kusuk. Sanung membantah hal itu, tapi Asa Ron menggunakan kesempatan
itu, untuk menahan Sanung di Kuil Agung hingga mereka tahu siapa yang telah
berbohong.
Sanung tentu menolak penahanan itu. Tapi,
klan Asa tidak mengizinkannya pergi. Terpaksa, pasukan Sanung dan Danbyeok
mengeluarkan pedang mereka. Tagon langsung berbisik agar Asa Ron menghentikan
Sanung pergi, jika tidak akan terjadi perang antar suku. Diam-diam, Tagon
memberi tanda pada Gilseon.
Pasukan Sanung membunuh orang-orang klan
Asa yang menghalangi mereka pergi.
--
Eunseom berada di pinggir sungai. Dia mengusap
wajahnya dengan cat putih dan matanya dengan cat hitam.
--
Banyak orang klan Asa yang di bunuh
oleh pasukan Sanung. Dan setelah membunuh, mereka langsung pergi.
--
Chae-Eun merasa tidak tenang dan
diam-diam ke dekat kawasan Kuil Agung. Dia melihat Eunseom yang berkuda dan
membunuh semua orang yang berjaga di sana dengan sebuah tombak. Pria yang
bersama Chae-Eun segera menahan Chae-Eun agar tidak mengejar Eunseom.
Tags:
Arthdal Chronicles