Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 07-3


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 07-3

Images by : TvN
Part 2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land

Taealha memasuki hutan sendirian. Dia tiba di tempat yang cukup indah dan senang karena Tagon menunggunya di sana. Taealha bertanya apakah Tagon sudah bertanya pada ayahnya? Tagon menjawab tidak, karena mulai besok, Taealha akan menjadi kepala suku Hae. Taealha tahu ada yang tidak beres. Jadi, dia dapat menduga kalau Tagon telah membuat kesepakatan dengan Asa Ron, apa syaratnya? Tagon memberitahu, menikahi klan Asa.
Dan dengan cepat, Taealha mengeluarkan pedang yang di sembunyikannya di sepatu dan menyerang Tagon. Tapi, Tagon tidak menghindar dan takut sama sekali. Sebaliknya, dia memuji gerakan Taealha yang semakin cepat padahal jarang berlatih.
“Karena aku tak pernah meletakkan pedang dalam hatiku. Kenapa tak hentikan aku? Kau pikir ini gertakan?”
“Tak ada cara lain mengatasi Asa Ron. Suku Gunung Putih akan melarangku, yang berarti memicu perang saudara,” jelas Tagon.
“Dahulu kala, Risan kawin lari bersama Asa Sin tak peduli apa yang terjadi pada suku mereka.”
“Jika kusarankan yang Risan lakukan dahulu, kau akan ikut aku?” tanya Tagon, balik.
Taealha menangis. “Tentu. Kau terlalu mengenalku,” dan meletakkan pedangnya.
“Karena itulah kita jadi kekasih dalam hutan ini. Bukan hanya kau yang kehilangan kekasihmu. Aku sungguh serius. Aku juga…”
“Sebenarnya, kita berdua belum mencapai apa pun. Setidaknya, itulah pemikiranku, calon pemimpin Serikatku. Namun, bisakah kita tetap menjadi kekasih?”
“Kuharap begitu,” jawab Tagon dan mengenggam tangan Taealha. “Kuharap kau juga inginkan itu.”
Dan Taealha langsung mencium Tagon, Tagon membalas ciumannya. Tapi, Taealha meraih gelas berisi air dan menyiramkannya ke kepala Tagon dan kemudian tertawa.
“Bukankah Asa Mot terlalu jelek untuk jadi manolha (istri pemimpin serikat) pemimpin Serikat? Omong-omong, bagaimana kau akan tidur bersamanya? Kau adalah Igutu.”
“Ya... Harus selalu gelap, dan aku tak bisa buka pakaian. Kurasa begitu caranya.”
“Kuharap kau ketahuan suatu saat. Jadi, kau akan terpaksa membunuh Asa Mot,” harap Taealha dan pergi dari sana.
--
Saat kembali ke kediamannya, Haetuak berusaha menenangkan Taealha kalau dia yakin Tagon tidak menginginkan hal ini juga. Tapi, Taealha tidak peduli. Dia mengambil botol obat berisi bichwisan (yang diberikan Mihol agar dia membunuh Tagon, tapi dia tidak melakukannya). Taealha berkata kalau dia akan membunuh Asa Ron. Haetuak terkejut karena dia mengira kalau Taealha akan menuruti perkataan Tagon.
“Ya, aku setuju. Aku mengerti segalanya. Dia buat aku sangat memahami segalanya! Tagon sungguh terlalu mengenalku.”
“Lalu, apa masalahnya? Kenapa kau mau bunuh Asa Ron?”
“Karena aku tak akan berhenti jika masih ada cara untuk mencapai tujuanku. Aku akan membunuh Asa Ron dan buat Danbyeok yang disalahkan. Lalu kuserahkan Danbyeok ke Suku Gunung Putih yang marah. Maka tak akan ada perang. Aku dan Tagon akan bisa menikah. Dengan damai.”
Haetuak terkejut mendengar rencana Taealha. Dan Taealha memerintahkannya untuk memanggil Gilseon. Saat itu, dia melihat Saya yang kebetulan lewat di depan ruangannya. Tapi, Saya hanya melintas begitu saja.
Eh, tak di sangka, ternyata Saya mendengar semua rencana Taealha. Dia bahkan memikirkan sesuatu. Kesimpulannya adalah Taealha harus memastikan Danbyeok untuk terus hidup dan Asa Ron harus mati.
--

Taealha menemui Gilseon dan memberikan perintahnya.
“Sebesar apa kau rela berkorban demi Tagon?” tanya Taealha.
“Aku bersedia melakukan apa pun.”
“Walau hal itu bertentangan dengan keinginan Tagon?”
“Jika hal itu akan menguntungkan Tagon dalam jangka panjang, akan kulakukan.”
Taealha memberikan bichwisan itu pada Gilseon, “Asa Ron. Aku ingin dia mati.”
--

Esok hari,
Asa Mot menemui Danbyeok dengan marah dan bertanya apa Danbyeok ingin membubarkan serikat?
“Serikat akan bubar jika terus begini. Ini bukan hanya masalah Klan Asa. Jika Suku Gunung Putih mengirim pasukan ke Arthdal, aku tak bisa menghentikan mereka. Entah siapa yang akan menang. Namun, Serikat akan hancur saat perang dimulai,” ingati Asa Mot dan kemudian pergi.
Perkataan Asa Mot mulai mengganggu para pengawal. Danbyeok memutuskan akan bicara kepada semua rakyat di podium pasar. Jadi, siapkan semuanya.
--
Saat diluar, para pengawal membicarakan mengenai kabar kalau ada yang ingin Danbyeok mati. Dan karena itu, mereka harus menjaga Danbyeok dengan baik. Jadi, mereka juga meminjam beberapa prajurit Gilseon. Gilseon dengan senang hati mengizinkan prajuritnya di pinjam.

Gilseon secara diam-diam masuk ke dalam ruangan. Seorang pengawal sedang menyiapkan makanan untuk Asa Ron. Gilseon langsung berpura-pura marah karena pengawal itu masih ada di sana dan menyuruhnya untuk ke podium desa dan berjaga di sana. Pengawal itu dengan polosnya percaya dan langsung pergi.
Setelah pengawal itu pergi, Gilseon secara diam-diam memasukkan racun ke dalam makanan Asa Ron dan kemudian mengantarkannya pada Asa Ron.
“Dimana Tagon? Kenapa dia tidak datang?” tanya Asa Ron, cemas.
“Sebentar lagi.”
Dan dengan gemetar ketakutan, Asa Ron meminum minuman yang Gilseon antarkan padanya.
--
Danbyeok sedang istirahat makan di desa. Semua pengawal takut karena Danbyeok makan di pasar.
“Jika pemimpin penjaga tak bisa makan di pasar karena aku takut pada rakyat, aku tak pantas untuk jabatan ini,” ujar Danbyeok.
Pengawalnya takut kalau makanan Danbyeok di racuni, jadi, sebelum Danbyeok makan, pengawal itu membuang sedikit makanan ke lantai dan para ayam mulai memakannya. Setelah melihat ayam itu baik-baik saja, Danbyeok dan para pengawalnya baru mulai makan.


Danbyeok sudah selesai makan dan berjalan sendirian, tapi seorang wanita melewatinya dan menyelipkan sesuatu di tangannya. Sebotol obat dan pesan kalau dia sudah di racuni dan itu adalah penawarnya. Nama racun itu adalah bichwisan.

Danbyeok kaget dan merasa tidak mungkin karena kan tadi sudah di cobakan ke para ayam. Tapi, karena rasa penasarannya, Danbyeok kembali ke tempat makan tadi, dan terkejut melihat para ayam tadi semuanya mati. Danbyeok benar-benar ketakutan dan sadar kalau Tagon saat di benteng api berkata kalau dia pernah hendak di racuni dengan bichwisan (racun tanpa bau, rasa dan warna).
“Apa Mihol membuat racun jenis baru?” tanya Danbyeok.
--
Danbyeok dan pengawal tiba di podium desa. Semua rakyat langsung berkumpul di sana.
“Aku keturunan Suku Saenyeok, putra dari Sanung Niruha, dan pemimpin penjaga yang melindungi rakyat Serikat. Aku mau beri tahu kejadian terbaru. Dia tetua di Arthdal, kepala Suku Gunung Putih, dan pendeta yang melayani delapan dewa Arthdal. Kami telah menahan Asa Ron Niruha!”  
Rakyat Arthdal langsung protes. Mereka berkata kalau para dewa akan mengutuk mereka yang menghina klan Asa! Semua menjadi semakin panik.
“Rakyat Serikat! Kalian sudah lupa kematian Sanung Niruha, ayahku, pemimpin Serikat, dan Kepala Suku Saenyeok yang kalian hormati? Asa Ron Niruha berkomplot membunuh ayahku di Sidang Keramat!” teriak Danbyeok penuh kemarahan.

Semua rakyat langsung terdiam. Tapi, kemudian semuanya menjadi panik saat melihat hidung Danbyeok mengeluarkan darah dan kemudian kesulitan berbicara. Dan batuk yang mengeluarkan darah. Dan kemudian terjatuh ke tanah. Semua pengawal menjadi panik. Rakyat Arthdal menjerit histeris dan berdoa karena merasa dewa telah mengutuk mereka.
--
Gilseon berlarian dengan panik di koridor.
--

Dan … Asa Ron masih hidup dan bahkan sekarang sedang berbincang dengan Tagon. Saat itu, Gilseon tiba dan terkejut karena Asa Ron masih hidup.
“Ada apa?” tanya Tagon.
“Danbyeok tumbang di podium. Kondisinya kritis.”
Tagon terkejut mendengar berita itu.
--
Gilseon kali ini berlarian dengan panik di pasar. Apa yang terjadi? Kenapa bichwisan yang dia berikan pada Asa Ron, tidak berefek apapun? dan kenapa malah Danbyeok yang sakit?
--

Berita mengenai Danbyeok terdengar oleh Haetuak dan di sampaikannya pada Taealha. Sekarang diluar sana, semuanya sedang kacau balau. Ada yang bilang kalau Danbyeok meninggal ketika sedang pidato. Bukankah akan jadi berbahaya jika Danbyeok meninggal, kan?
“Kau berencana menyalahkan dia atas kematian Asa Ron Niruha. Kau tak bisa melakukannya jika dia mati,” panik Haetuak.
Gilseon tiba. “Taealha! Ada yang tak beres.”
“Danbyeok meninggal?” tanya Taealha.
“Aku tak yakin, tapi kondisinya kritis.”
“Kenapa? Bagaimana?”
“Kudengar hidungnya mengeluarkan darah, lalu dia mulai muntah darah.”
“Tubuhnya menggigil?”
“Ya,” jawab Gilseon dan membuat Taealha lebih terkejut. Semua itu adalah gejala bichwisan. “Lebih anehnya lagi, Asa Ron masih hidup. Dia baik-baik saja. Padahal kulihat dia meminumnya.”
Taealha langsung berpikir. Menyadari adanya kesalahan.
Dengan cepat dia naik ke lantai atas. Menemui Saya. Tanya yang berdiri di depan pintu, menjaga, bingung melihatnya.

Saya gugup melihat kedatangan Taealha dan bertanya ada masalah apa? Taealha menatapnya tajam. Saya tampak bingung. Dengan menangis, Taealha menatap Saya. Saya semaki bingung.


“Apakah kau… apakah kau pelakunya?” tanya Taealha dengan bergetar. Tanya mendengarkan semua percakapan mereka dari luar.
“Itu…,” jawab Saya bingung. Dan kemudian tertawa, ekspresi wajahnya berubah. “Tentu saja, itu aku.”
Taealha terkejut melihat perubahan sikap Saya yang sangat berbeda.


Flashback
Secara diam-diam, Saya masuk ke ruangan Taealha. Mengambil botol racun dari dalam racin. Mengosongkannya ke tempat lain, ke tempat penawar racun yang di berikannya pada Danbyeok.
Bukankah Taealha ingin Asa Ron meninggal dan Danbyeok terus hidup? Bagaimana jika yang terjadi sebaliknya?

Dengan menyamar menggunakan pakaian wanita, Saya mengikuti Danbyeok. Dia memberi racun kepada ayam-ayam yang mencobai makanan Danbyeok sebelumnya. Kemudian, memberikan racun bichwisan asli kepada Danbyeok dengan berbohong kalau itu adalah penawarnya.
Danbyeok yang telah tertipu, mengira telah memakan racun, dengan polosnya meminum ‘penawar’ racun yang Saya berikan.
End
“Sungguh kau pelakunya?”
“Ya. Kini, kita impas,” jawab Saya dengan tenang-nya.
“‘Impas’?”
“Kau juga melakukan hal yang sama kepada orang yang kucintai dan kudambakan.”
“Kau melakukan ini karena Saenarae?”
“Kini, ayahku akan menikah dengan wanita dari Klan Asa. Artinya, kau juga kehilangan orang yang kau dambakan,” senang Saya.
Taealha memandang tidak percaya padanya.
-Bersambung-

Post a Comment

Previous Post Next Post