Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 07-1
Images by : TvN
Part
2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land
Eunseom berhasil menyerang dan melukai
pipi Yangcha, tapi pasukan Daekan yang lain muncul, jadi mau tidak mau, Eunseom
memilih untuk kabur dari sana.
--
Tanya menemukan Saya yang bersembunyi
di balik tirai yang ada di kamar tersebut. Tanya begitu terkejut saat melihat
wajah Saya yang sangat mirip dengan Eunseom, tapi Saya memakai jepitan rambut
sama seperti yang di lihatnya dan juga bibir Saya berwarna merah, bukan ungu.
Saya tampak sangat gugup karena Tanya begitu dekat di sampingnya. Tanya
benar-benar penasaran, hingga dia mengusapkan jarinya ke bibir Saya. Ungu.
Warna bibir asli Saya adalah ungu.
“Kau … siapa?” tanya Tanya.
Arthdal Chronicles
Pasukan Daekan dan Danbyeok berhasil
menyalakan kembali api penerang ruangan. Mereka juga berhasil menangkap
beberapa suku Wahan. Asa Ron tertangkap dan Danbyeok langsung memerintahkan
penangkapan Asa Ron lagi. Asa Ron benar-benar marah dan mengingatkan Danbyeok
akibat yang akan di terimanya.
“Terimakasih,” ujar Tagon, karena
Danbyeok percaya padanya.
“Aku hanya melakukan tugas sebagai
putra Ayah,” jawab Danbyeok dan berlalu pergi.
Kitoha datang melapor kalau Mihol dan
Heulrip menghilang. Tagon dapat menebak kalau Mihol pasti pergi ke bengkel
perunggu.
--
Benar, Mihol pergi ke bengkel
perunggu. Para pekerja di sana, tidak tahu apa yang terjadi di luar sana
sehingga mereka masih bersikap tenang. Tapi, tiba-tiba saja, Mihol menggunakan
pedang yang ada di sana dan mulai menghabisi semua pekerja. Tersisa satu orang
pria dan wanita.
“Mihol… kenapa kau lakukan ini?” tanya
si pria dengan ketakutakn.
“Kami hanya anak kecil. Tolong ampuni
nyawaku,” mohon si anak.
“Aku mau kalian berdua kabur dari
tempat ini. Kita, Suku Hae, hampir tak bisa bertahan di Remus, dan datang ke Arth, di ujung timur. Kenapa
kita memutuskan menetap di Arth?”
“Karena jemari yang diukir di Karang
Gochiju Besar,” jawab si pria.
“Peradaban misterius dengan ukiran
yang sama di perisainya telah menghancurkan negeri kita. Aku yakin Arthdal
terkait dengan insiden itu. Kita harus bongkar rahasianya. Di mana pun berada, kau
harus ingat misi itu,” perintah Mihol.
Kedua orang itu mengerti dan langsung
kabur dari sana.
Setelah kedua orang itu pergi, Mihol
segera membakar petunjuk pembuatan perunggu milik suku Hae hingga menjadi abu.
Pasukan Daekan tiba ketika kertas itu
telah menjadi abu. Mereka berusaha menyelamatkan kertas itu, tapi ya sudah
percuma. Dengan tenang, Mihol mengatakan kalau sekarang hanya dialah yang
mempunyai pengetahuan mengenai pengerjaan perunggu di seluruh Arthdal. Tagon
merasa apa yang Mihol lakukan tidak perlu, padahal Mihol hanya perlu berlutut
memohon pada Taealha, dan dia akan menyelamatkan Mihol.
Mihol hanya tersenyum. Tagon segera
memerintahkan agar Mihol di tangkap.
Kitoha masih belum pergi dan menemukan
Yeolson yang sedang bersembunyi di pojokkan. Dia membawa Yeolson keluar dan
membawanya menghadap Tagon. Tetapi, pandangan Yeolson tidak terarah kepada
Tagon, melainkan kepada mesin pembuatan perunggu yang ada di sana.
“Apa yang kau tatap?” tanya Tagon.
Yeolson menunjuk ke wadah yang berisi
api yang sangat panas dan lintasannya juga. Dia bertanya, apakah mereka melebur
batuan di dalamnya? Tagon jadi terkesan karena seorang dujeumsaeng dapat
mengerti hal itu. Yeolson bingung, bagaimana bisa api melumerkan batu? Tapi,
Tagon pun tidak tahu.
Yeolson melihat ke sekeliling. Tagon
segera menyuruh Kitoha melepaskan Yeolson dan membiarkan Yeolson melihat-lihat.
Yeolson yang memang sangat suka membuat sesuatu, sangat tertarik dengan
pembuatan perunggu tersebut, dan dengan cepat dapat menebak proses
pembuatannya.
Yeolson menemukan pegas di sana. Dia
mencoba menggerakannya dan sadar kalau itu menghasilkan angin ke dalam api
sehingga api menjadi semakin panas. Yeolson benar-benar tertarik dan
mencobanya. Woaaah, dia benar-benar pintar. Api yang panas bisa melumerkan
batu, mencairkannya dan kemudian mereka mengeraskannya lagi.
“Biarkan dia amati proses-nya,”
perintah Tagon dan membiarkan Yeolson tetap di dalam bengkel. Jika Yeolson
sudah memahami semuanya, maka Mihol tidaklah lagi berguna.
--
Semua orang yang berada di dalam
benteng api, di tangkap dan di kumpulkan keluar oleh para pengawal. Tagon yang
baru kembali dari bengkel terkejut karena takut ada pengawal yang pergi ke atas
dan menemukan Saya. Dengan cepat, Tagon segera berlari ke atas sana.
Benar, ada seorang pengawal yang naik
ke atas dan menemukan Tanya serta Saya. Dan pengawal itu melihat bibir Saya
yang berwarna ungu. Dia segera mengeluarkan pedangnya. Saat itu, Tagon tiba.
Pengawal segera melapor kalau ada Igutu di sini.
“Ayah,” panggil Saya.
Pengawal itu terkejut mendengar Tagon
yang di panggil Ayah.
“Ppiejett!” teriak Tagon marah dan
langsung menebas leher pengawal tersebut hingga tewas (Ppiejett = brengsek,
bahasa suku Ago).
Tagon kemudian dengan marah berjalan
ke arah Tanya dan menyeret Tanya keluar. Saya memanggilnya. Sehingga Tagon
segera melempar Tanya ke samping dan dengan cepat menghampiri Saya, kemudian
mencekiknya!
“Berapa banyak lagi saudaraku yang
harus ku bunuh karenamu?!” marah Tagon.
Saya ketakutan. Dan Tagon tidak
membunuhnya. Sebaliknya, dia memukul leher Tanya sehingga Tanya pingsan dan
kemudian membawa Tanya bersamanya.
Tagon tidak membawa Tanya ke lapangan
tapi menyembunyikannya di tempat lain.
--
Eunseom berusaha kabur, tapi dia malah
tertangkap pasukan Daekan yang menjeratnya menggunakan rantai ke tangan kanan,
kiri dan lehernya. Yangcha juga bergabung bersama mereka. Eunseom mencoba
melepaskan diri, dan dengan kekuatannya, dia bisa mematahkan rantai tersebut.
Tidak hanya itu, dia bahkan berhasil menebas topeng Yangcha sehingga
memperlihatkan wajah tampan Yangcha.
Setelah itu, Eunseom segera kabur.
Pasukan Daekan yang melihat kekuatan Eunseom langsung yakin kalau Eunseom
bukanlah Saram tapi dia tidak sekuat Neanthal. Apakan Eunseoma adalah Igutu?
Yangcha tidak peduli dengan obrolan
mereka dan tetap lanjut mengejar Eunseom. Tapi, pada akhirnya, mereka
kehilangan jejak. Eunseom masih ada di dekat sana dan bersembunyi di salah satu
gudang. Dia melihat pedangnya yang patah dan untungnya di dalam gudang itu ada
senjata berbentuk sabit. Jadi, Eunseom mengambil senjata tersebut.
Yangcha masuk ke dalam gudang
tersebut. Dan dengan sigap, Eunseom langsung menyerangnya. Mereka saling
bertarung dan Yangcha berhasil melukai Eunseom. Dia melihat darah ungu Eunseom.
Eunseom berusaha kabur dari sana dengan kaki yang terluka. Tapi, dia malah
bertemu dengan Mubaek. Dan Mubaek melihat jelas wajah Eunseom dan bahkan
mengenalinya.
Mubaek langsung bertanya apa yang
terjadi? Pasukan daekan yang ada di sana memberitahu kalau pria itu adalah
dujeumsaeng yang membunuh Sanung. Mereka lanjut mengejar Eunseom hingga ke
tengah hutan. Karena lagi-lagi kehilangan jejak, mereka memutuskan untuk berpencar.
Mubaek diam di tempat, berusaha
mendengarkan suara alam. Dan dia mendengarnya. Suara tetesan darah Eunseom. Dia
segera berlari ke sana, tapi ternyata yang ada di sana adalah baju rompi
Eunseom yang bernoda darah. Dan yang mengejutkan Mubaek adalah darah itu
berwarna ungu.
Eunseom muncul dari belakangnya dan
mengarahkan pisaunya ke leher Eunseom
--
Dalsae dan Buksoe dalam keadaan lemah
berusaha kabur. Beruntung, dia bertemu dengan Dotti. Dalsae sangat senang
melihat Dotti, tapi bagaimana Dotti bisa berada di sini? Bukannya menjawab,
Dotti malah bertanya dimana Eunseom? Mereka berdua tidak bisa menjawab
pertanyaan Dotti.
--
Eunseom memberitahu Mubaek kalau dia
tidak membunuh Sanung. Mubaek tidak mendengarkannya, dia hanya terus memikirkan
Eunseom yang adalah seorang igutu, tapi bagaimana bisa? Eunseom sendiri
berkutat dengan pikirannya, jika dia memberitahu kalau Tagon adalah Igutu maka
suku Wahan akan di bunuh.
Pas saat itu, Mubaek menjatuhkan
sesuatu sehingga perhatian Eunseom teralih. Mubaek segera memanfaatkan momen
itu untuk menghajar Eunseom. Kini, giliran Eunseom yang tersudut. Apalagi di
belakangnya adalah jurang.
“Tagon adalah apa?” tanya Mubaek,
menanti Eunseom melanjutkan ucapannya tadi.
Eunseom bingung. “Tanya,” ujar
Eunseom, teringat Tanya.
--
Tagon membawa Tanya ke hadapan Taealha
dan Haetuak. Dia juga memberitahu kalau ada jasad Daekan di kamar Saya. Jadi,
dia meminta Taealha dan Haetuak menyingkirkan mayat tersebut dan membawa Saya
sementara tinggal di sini dengan mereka. Haetuak kaget tapi menuruti perintah
Tagon.
Setelah Haetuak pergi, Tagon
memberitahu kalau Tanya melihat Saya. Giliran Taealha yang kaget.
--
Pasukan Daekan yang lain tiba di sana
dan mereka terkejut saat mendengar dari Mubaek kalau Eunseom melompat dari
tebing.
“Dia Igutu, kan?” tanya salah seorang.
Yangcha menatap ke bawah dan
tersenyum. Sementara Mubaek hanya diam.
--
Tanya akhirnya sadar dari pingsan-nya.
Dan begitu sadar, dia telah di kurung dalam sebuah ruangan mirip gudang. Dia
teringat wajah Saya dan yakin kalau itu bukanlah Eunseom. Apa Saya hanyalah
orang mirip dengan Eunseom?
“Mungkinkah
dia… benetbeot Eunseom?” (Benetboet
: Kembaran, dalam bahasa Wahan). “Ku
yakin ini tempat yang Eunseom lihat di mimpi. Itu berarti orang yang Eunseom
lihat dalam mimpi bukan dirinya, tapi pemuda itu?”
Saat itu, dia mendengar pembicaraan
Taealha dan Tagon yang berada di luar ruangan. Taealha ingin Tagon membunuh
Tanya, tapi Tanya malah ingin mengampuni nyawa Tanya. Mereka harus melakukannya
sampai berhasil menangkap dujeumsaeng tersebut. Taealha berkata kalau ini
berbeda, jika Tagon tidak mau membunuh Tanya, maka setidaknya potong lidah
Tanya agar tidak bisa bicara lagi. Tagon hanya diam.
“Saya. Mata itu tampak tidak asing,”
ujar Tagon, mengenali mata Saya.
“Apa maksudmu? Tentu saja. Kau lihat
dia sepuluh tahun lalu,” jawab Taealha. “Tagon. Matahari akan terbit. Bunuh dia
atau potong lidahnya? Tagon, bukan waktunya kita meributkan hal ini. Kita akan
lakukan hal penting. Kau harus berapat di Istana Serikat. Bunuh saja dia.”
“Jika membunuhku, anak itu juga akan
mati!” teriak Tanya dari dalam ruangan.
Tagon dan Taealha langsung membuka
pintu dan bertanya maksud dari perkataannya. Tanya malah menantang mereka untuk
membunuhnya jika tidak percaya. Dan anak itu pasti akan mati.
“Semalam, aku bermimpi. Serigala Putih
Besar datang padaku. Aku tak paham karena pikiranku keruh, tapi aku jelas
mendengar ini. Jika aku mati, anak itu juga mati,” ujar Tanya.
Tanya teringat akan cerita-cerita
mimpi Eunseom dulu di Iark padanya. Tanya sekarang sudah tahu kalau yang di
lihat Eunseom dalam mimpi adalah mengenai Saya. Jadi, dia hendak menggunakan
cerita mimpi Eunseom padanya, seolah dia yang memimpikannya.
Tagon tidak percaya dengan Tanya karena dia merasa Tanya hanya bicara omong kosong. Dulu kan, Tanya bilang Moogwang akan mati dengan jantung terenggut, tapi buktinya Moogwang masih hidup dan sehat (itu sih belum waktunya. Lihatlah nanti, Moogwang pasti mati sesuai kutukan Tanya. Dalsae saja sampai berkata ingin menebas leher Moogwang!)
“Saenarae,” ujar Tanya. (Dulu Eunseom pernah cerita padanya, kalau di dalam mimpinya, dia ingin kabur dengan seorang gadis tapi dia tertangkap oleh banyak wanita. Dan kemudian dia terbangun dari mimpinya).
Taealha terkejut karena Tanya tahu
nama Saenarae. Tagon lebih terkejut karena apa Taealha memang tahu Saenarae?
“Bagaimana kau kenal dia?” tanya
Taealha dengan ekspresi terkejut pada Tanya.
“Jangan sakiti dia lagi,” ujar Tanya.
“Apa lagi? Teruskan,” ujar Taealha.
Tanya teringat lanjutan mimpi Eunseom.
Saat itu Eunseom memberitahunya kalau para wanita itu berkumpul dan menyelipkan
sebuah benda ke tangannya. “Gelang bernoda darah,” ujar Tanya. “Saat Saenarae
meninggal, takdirnya dan takdirku terjalin. Jika aku mati, dia juga akan mati.
Aku di tugaskan untuk melindungi anak itu.”
Taealha terkejut hingga termundur.
Tagon tidak mengerti dengan percakapan mereka dan bertanya maksudnya. Taealha
memberitahu kalau itu adala insiden di masa lalu yang tidak mungkin di ketahui
Tanya. Hanya dia dan Haetuak yang tahu hal tersebut.
Taealha dan Tagon jadi percaya kalau
Tanya bermimpi mengenai hal tersebut, dan ucapannya mungkin benar.
Tags:
Arthdal Chronicles