Sinopsis Angel’s Last Mission : Love Episode 19 – Part 2
Network : KBS2
Network : KBS2
Dengan memakai pakaian pendeta, Hoo
datang ke kuil. Sehingga beberapa orang tampak heran melihatnya. Hoo memikirkan
perkataan yang pernah dikatakan Kang Woo kepadanya tentang ‘merusak rencana’. Dan perkataan Kang Woo
saat mereka bertemu dikuil ‘ingin
dilahirkan kembali adalah pemikiran yang bodoh’.
Hoo masuk ke dalam ruang duka yang ada
dikuil, dan membuka salah satu lemari. Disana dia menemukan sapu tangan tanda
malaikat milik Kang Woo. Dan dia merasa terkejut, lalu menutup kembali lemari
tersebut.
Diruang latihan. Kang Woo lagi- lagi memandangin
Yeon Seo. Dan Ni Na melihat hal tersebut, dan merasa cemburu.
Seorang Pria berpakaian serba hitam,
duduk dibelakang Gwang il yang sedang makan di restoran. Secara diam- diam dia
mengambil hape Gwang il, dan menginstalkan sesuatu disana. Untuk menghubungkan
hape Gwang il dengan hape nya sendiri.
Lalu setelah dia selesai melakukan itu,
dia mengembalikan hape Gwang il ke dalam kantong jas. Dan pergi darisana.
Gwang il mengambil hape nya, dan
menghela nafas saat melihat nama Ny. Jung yang menelponnya. Dia teringat akan
perkataan Tn. Geum yang memintanya agar menunggu sebentar saja. Dan karena itu,
maka dia pun mengabaikan telpon dari Ny. Jung.
Ny. Jung merasa sangat kesal, tapi dia
tidak menyerah sama sekali. Dan dia kembali menghubungin Gwang il.
Akhirnya Gwang il pun mengangkat telpon
dari Ny. Jung.
“Kamu sakit? Ada apa dengan suara mu?
Jangan bilang kamu berubah pikiran. Jika kamu tidak menemuiku pukul 3 sore
besok, aku akan pergi ke Fantasia sendiri. Apa kamu mengerti?” kata Ny. Jung.
“Jangan menakutiku. Aku tidak lupa,”
balas Gwang il.
Pria berpakaian serba hitam barusan. Dia
menunggu didalam mobil, dan memperhatikan Gwang il dari luar restoran. Dia
mendengarkan semua pembicaraan antara Ny. Jung serta Gwang il melalui hape nya.
Kang Woo datang ke gereja menemui Hoo,
dia menanyakan apakah Hoo tahu bahwa Kim Dan akan menyerah pada misinya dan
menyebabkan kekacauan. Lalu Kang Woo menjelaskan kalau dia tidak peduli apakah
Kim Dan akan berubah menjadi debu dan menghilang nantinya sebagai hukuman, tapi
sepertinya Hoo harus melakukan sesuatu.
“Duduklah,” panggil Hoo, ketika Kang Woo
mau pergi begitu saja. Dia mengajak Kang Woo untuk minum bersama.
“Tidak ada lagi yang akan ku katakan,”
balas Kang Woo, menolak.
“Aku sudah mendengar soal malaikat yang dibuang,
lalu berubah menjadi manusia.”
Kang Woo akhirnya mau menemanin Hoo
untuk minum bersama sambil mengobrol. Kang Woo mengakui bahwa dia bosan
mendengar ayat- ayat yang Hoo katakan, tapi itu tidak bisa hilang dari
ingatannya. Dan Hoo tertawa.
“Kamu pasti sudah melalui banyak hal.
Kamu dibuang di dunia tandus ini, tak bisa hidup atau mati,” komentar Hoo,
merasa bersimpati.
“Maksudmu kamu paham aku sebagai
malaikat yang pengasih? Apa kamu mengharapkan aku berlutut dan bertobat atas
dosa- dosaku? Bermimpilah. Fokus saja mengurus juniormu itu,” balas Kang Woo,
sinis.
Hoo kemudian mempertanyakan kenapa Kang
Woo begitu memusuhi Kim Dan, kepadahal Kang Woo telah berhasil menempatkan Yeon
Seo -seseorang yang mirip dengan Seol Hee-, diatas panggung. Kang Woo berhasil.
Kang Woo memperhatikan jarinya yang
sudah tidak memakai cincin. “Pada awalnya, aku juga berpikir begitu. Aku kira
dia adalah kunci yang sempurna. Aku pikir akan berakhir sesudah aku
menempatkannya dia atas panggung. Namun …”
***
“Mungkin terowongan yang tidak ada
habisnya, tapi akan lebih mudah bersama.”
Kang Woo merasakan sesuatu, ketika Yeon
Seo yang berperan sebagai ‘Giselle’ memeluknya dan menatapnya dengan penuh
cinta. Karena itulah dia sempat memalingkan wajahnya dari Yeon Seo.
***
“Kamu ingin hidup rupanya. Kamu bilang
bahwa hidup hanyalah siksaan,” kata Hoo, berkomentar setelah mengerti.
“Aku ingin hidup lepas dari siksaan
itu,” balas Kang Woo. Lalu dia menghabiskan minumannya, dan pergi.
Kim Dan membuka kotak kenangan masa kecilnya.
Dia mengambil kertas gambar miliknya dan foto masa kecil nya bersama dengan
Yeon Seo. Lalu dia berlatih cara untuk mengungkapkan indentitasnya pada Yeon
Seo.
Tapi sayangnya, dia tidak bisa menemukan
kata- kata yang tepat untuk mengungkapkan identitas dirinya sendiri. Karena
semua perkataan yang akan dikatakannya akan terdengar tidak masuk akal. Dan Kim
Dan pun merasa stress sendiri.
Tiba- tiba seseorang bernama YeonSeo-nim
menelpon hape nya. Dengan heran, karena tidak tahu siapa itu, Kim Dan pun mengangkat
nya. “Halo.”
“Datanglah ke taman bunga, sekarang
juga,” jawab Yeon Seo.
Yeon Seo mengajak Kim Dan untuk minum
teh bersama. Dan sambil tersenyum, Kim Dan mengomentari Yeon Seo yang menamai
diri sendiri ‘YeonSeo- nim’ di hape nya, kepadahal Yeon Seo seharusnya tidak
boleh menggunakan hapenya tanpa seizinnya.
Dan Yeon Seo membalas bahwa dialah yang
memberikan hape itu pada Kim Dan, jadi itu adalah miliknya. Lalu nama ‘YeonSeo-
nim’ jauh lebih baik daripada ‘Si Berisik’.
“Yeon Seo- nim. Coba,” kata Yeon Seo,
menyuruh Kim Dan memanggilnya itu.
Dan sambil tersenyum, Kim Dan
melakukannya. “Yeon Seo- nim. Kenapa kamu memanggilku? Kamu susah tidur?”
tanyanya. Dan tiba- tiba saja Yeon Seo tampak muram, melihat itu Kim Dan merasa
sangat heran.
Dengan suara pelan, Yeon Seo bertanya.
Dia menyuruh Kim Dan untuk memilih mana yang benar dari 2 pilihan ini, apa Kim
Dan sudah menikah? Atau apa Kim Dan punya penyakit parah? Karena dia terus
berpikir, apa yang sebenarnya Kim Dan sembunyikan darinya dan apa yang Kim Dan cari.
Sebab Kim Dan pernah bilang tidak seharusnya menyukai dia, tapi pada akhirnya
Kim Dan menyukainya.
Mendengar itu, Kim Dan tertawa. “Apaan.
Tidak. Kamu satu- satunya untukku. Kamu adalah yang pertama dan terakhirku. Dan
aku sangat sehat, aku tidak sakit.”
“Lalu, katakan, apa yang kamu lakukan
saat kamu pergi. Kamu mau pergi kemana?” tanya Yeon Seo, sedikit mendesak untuk
mendapatkan jawaban.
“Aku akan menceritakan semuanya sesudah
audisi. Aku tidak ingin mengganggumu tanpa alasan sebelum hari besarmu,” balas
Kim Dan.
Yeon Seo menggeser kan kursinya
mendekati Kim Dan, lalu dia memegang kedua tangan Kim Dan dan menatapnya. “Kim
Dan, dengarkan. Jika ini tentangmu, bahkan seutas rambutmu adalah alasan yang
bagus untuk aku jaga. Daripada siapapun, kamulah yang paling penting. Kamu
mengerti?”
Kim Dan diam. Dan Yeon Seo pun meminta
agar Kim Dan bercerita saja, karena dia tidak masalah apapun itu.
“Sebenarnya, aku menemui ayahku. Wah,”
kata Kim Dan, mulai bercerita dengan berat hati. “Aku belum pernah mengatakannya
sebelumnya.”
“Ayahmu. Orang yang mengusirmu itu? Apa
kamu meminta maaf atas kesalahanmu?” tanya Yeon Seo.
“Itu hanya kisah umum dan membosankan.
Aku benar- benar melupakannya selama lebih dari satu dekade dalam hidupku. Aku
nyaris tidak berhasil bertemu dengannya tepat sebelum dia meninggal. Aku
bertanya padanya apa yang ingin ku ketahui, dan mengucapkan selamat tinggal.
Itu kisahku,” jelas Kim Dan dengan pelan.
“Apa yang ingin kamu tahu darinya?”
“Itu, aku penasaran kenapa dia sangat
kasar padaku. Padahal aku adalah putranya. Dia seharusnya memberiku cinta.
Sesuatu seperti itu,” jawab Kim Dan.
“Apa dia meminta maaf padamu?”
“Untungnya,” jawab Kim Dan sambil
mengangguk. Lalu dengan ceria dia berhenti bercerita tentang dirinya. “Baiklah.
Kisahnya berakhir. Tak menarik, ‘kan?”
Yeon Seo merentangkan kedua tangannya,
dan menyuruh Kim Dan untuk mendekat. Tapi Kim Dan menolak, karena dia baik-
baik saja sebab semuanya sudah berlalu. Namun Yeon Seo menarik Kim Dan, dan
memeluknya.
“Kamu dan aku. Kita sendirian didunia
ini. Kerja bagus, Kim Dan,” hibur Yeon Seo sambil menepuk pelan punggung Kim
Dan.
“Aku baik- baik saja. Aku baik- baik
saja,” balas Kim Dan dengan raut sedih. Dia berusaha agar tidak menangis.
Kedua teman Soo Ji memuji pakaian Soo Ji
yang sangat bagus. Dan Soo Ji lalu bertanya kepada mereka, apakah Ru Na ada
menemui mereka berdua.
Tepat disaat itu, Kang Woo keluar dari
dalam sebuah ruangan, dan melihatnya Soo Ji pun langsung terdiam. Tapi
ternyata, Kang Woo sempat mendengarkan perkataannya.
“Apa Budanjang- nim (Ru Na)
menghubunginmu secara pribadi?” tanya Kang Woo.
“Aku tidak tahu. Aku hanya
mendengarnya,” jawab Soo Ji, gugup.
Kang Woo menemui Ru Na, dan memberitahu
bahwa dia akan membatalkan audisi dan mengumum kan kepada publik tentang Ru Na
serta Ny. Choi yang membeli suara dari para penari dan berusaha membuat Ni Na
mengambil peran utama.
Ru Na menyangkali perbuatannya, karena
Kang Woo tidak memiliki saksi ataupun bukti. Jadi jika Kang Woo membuat
pengumuman itu, maka Kang Woo harus bersiap untuk bertanggung jawab.
“Terlepas dari hasilnya, kamu mencoba
membeli suara. Aku yakin kamu tidak dapat menyangkal nya,” kata Kang Woo.
“Aku hanya bertemu dengan penariku
secara pribadi sebagai Budanjang. Aku bertanya apa mereka membutuhkan bantuan
atau ada saran untuk teater balet. Jika kamu memanggil yang membeli suara, aku
akan bertanggung jawab dan mengundurkan diri dari Fantasia,” jelas Ru Na dengan
sikap menyakinkan.
Menurut Kang Woo pengunduran diri Ru Na
tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah ini, karena audisi telah
dijalankan dengan tidak adil. Dan dengan sinis, dia menanyakan apa yang
sebenarnya Ru Na serta Ny. Choi inginkan.
“Kamu terus menghina Danjang- nim dan
aku, seolah- olah kami adalah orang yang paling hina di Bumi. Biarkan aku
memberimu peringatan dengan sangat sopan. Harap menahan diri sebelum
kesabaranku habis,” ancam Ru Na. Dan mendengar itu, Kang Woo hanya tersenyum.
Ru Na kemudian menjelaskan bahwa mereka
akan melanjutkan audisi sesuai rencana. Jadi selama waktu sebelum audisi, Kang
Woo bisa mengumpulkan bukti yang membuktikan bahwa benar mereka membeli suara.
Jika sudah, maka audisi akan bisa di hentikan. Setelah mengatakan itu, Ru Na
keluar dari ruangan.
Tags:
Angels Last Mission Love