Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 08-1
Images by : TvN
Part
2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land
Chae-eun, Harim dan Mubaek mendapat
laporan dari Seucheon mengenai Danbyeok yang pingsan di podium. Dan tentu, Mubaek
merasa ada yang salah.
--
Taealha sangat terguncang mengetahui
kalau semua rencananya di kacaukan oleh Saya. Apalagi alasannya adalah karena
Saenarae, padahal dia sudah meminta maaf sebelumnya. Saya tidak peduli dan
dengan cuek berkata kalau Taealha masih beruntung karena masih memiliki peluang
sementara dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan Saenarae lagi. Dan dia juga
minta maaf dan nanti mungkin akan menyesali perbuatannya.
“Namun, aneh. Ku kira ini akan lebih
memuaskan. Tapi, perasaanku padamu murni lagi. Sungguh. Kini aku tidak dendam
padamu. Mari kita bekerja sama lagi. Kini, kau butuh aku,” ujar Saya.
Dan Tanya memperhatikan serta menguping
semuanya dari luar ruangan. Taealha menyadari hal itu, jadi dia segera menutup
pintu agar Tanya tidak bisa mengintip dan mendengar pembicaraan mereka.
Taealha kemudian meminta agar Saya
sekarang memanggilnya ‘ibu’. Saya tertawa karena umur Taealha lebih cocok untuk
menjadi kakaknya, di bandingkan ibunya. Taealha tidak peduli, karena dia lah yang
menampung Saya dan bahkan membesarkan Saya walaupun umurnya hanya sedikit lebih
tua dan bahkan hal itu membahayakan hidupnya untuk membesarkan Igutu. Jadi, dia
pantas di panggil ‘ibu’. Saya mengerti dan setuju untuk memanggil Taealha : “Ibu”
Dan begitu Saya memanggilnya “ibu”,
Taealha langsung ingin menamparnya. Tapi, Saya menahan tangannya.
“Orang lain tak mengerti, tapi kau
mengerti. Membalas dendam pada orang yang merawatmu. Kau dijadikan yeomari saat
masih muda, seranjang dengan orang yang dua kali usiamu. Ayah yang
membesarkanmu menyuruhmu membunuh pria yang kau cintai. Ini hari balas dendam. Aku
sudah balas dendam, kini giliran Ibu. Balaskan dendammu, Ibu,” ujar Saya.
Taealha tampak sangat marah menatap Saya.
Dia menurunkan tangannya. Dan ucapan Saya mengenai ‘balas dendam’ terngiang di
kepalanya.
--
Taealha kembali ke kamarnya dan
langsung meminum segelas anggur. Hatinya masih kacau. Dia teringat saat Mihol
menamparnya dan menyebutnya ‘bodoh’ karena berpikir bisa mendapatkan Tagon.
“Dia benar. Kini giliranku,” gumam
Taealha dan meneteskan air mata.
Arthdal Chronicles
Tagon membawa tubuh Danbyeok pada
Harim.
“Apa karena racun?” tanya Tagon.
“Mustahil mengetahuinya. Entah racun
atau penyakit, anggota Serikat pikir ini hukuman Isodunyong,” jawab Harim.
Chae-eun yang ada di sana langsung
berdoa dan berujar kalau ini adalah Ishillobu Seguma (kehendak dewa, tidak bisa
di tolak). Chae-eun juga berujar kalau mati karena amarah dewa, tidak akan bisa
di makamkan.
“Akan kupastikan dia pergi ke
Isodunyong tanpa merasa kesepian,” ujar Harim.
“Baiklah,” ujar Tagon dan beranjak
pergi.
Setelah Tagon pergi, Mubaek keluar
dari persembunyiannya. Dia ada di sana dari tadi. Dan dia langsung bertanya
pada Harim, apa benar tidak ada cara untuk mengobati Danbyeok?
“Dia sama saja sudah mati. Namun, akan
kuupayakan,” ujar Harim.
“Yang jelas, kita harus mengeluarkan
Danbyeok dari Arthdal. Jika tidak, dia akan mati,” ujar Mubaek.
--
Tagon kembali ke Arthdal dengan amarah.
Pikirannya berkecamuk dan dia yakin kalau yang terjadi ini adalah perbuatah Asa
Ron. Dia semakin membenci Asa Ron.
Tagon kemudian menyuruh pasukannya
untuk membabaskan Mihol. Dan juga, dia menyerahkan 2 surat. Satu untuk Mihol
dan satu lagi untuk Taealha.
--
Tagon kemudian menemui pasukan penjaga.
Karena Danbyeok telah tiada, maka dia yang mengambil alih kekuasaan atas
pasukan penjaga. Dan dengan kekuasannya, Tagon mengumumkan kalau Sodang dan Pyeonmi
telah gagal melindungi Danbyeok dan karena itu, Gilseon yang menjadi pemimpin
para penjaga. Dia memperingati mereka untuk lebih berhati-hati sekarang ini.
--
Pasukan yang di utus Tagon, menghadap
Mihol dan memberitahu kalau Danbyeok telah meninggal. Dan dia juga menyerahkan
surat dari Tagon. Mihol jelas terkejut mendengar kematian Danbyeok.
Dan isi surat dari Tagon padanya
adalah : Jika melakukan yang tak
semestinya, kau hanya akan menyesal.
Mihol di bebaskan dan kembali ke kediamannya,
Benteng Api. Begitu masuk, para pelayan sudah berbaris dan memberi hormat
padanya. Dan di tengah aula, Taealha menunggunya. Mihol menatap penuh amarah
atas pengkhianatan Taealha padanya. Tapi, Taealha malah menggenggam tangannya
dan tersenyum. Dan bahkan memuji ayahnya yang telah merencanakan semua itu
(membunuh Danbyeok) yang berarti secara tidak langsung Taealha membuat semua
seolah adalah rencana Mihol di hadapan para pembesar suku Hae.
“Ayah pikirkan semua kemungkinan, menyiapkan
jalan agar rakyat kita selamat. Jika Sanung menang, ayahku, dan jika Tagon
menang, aku, yang akan menjadi pemimpin suku. Aku kurang cakap, tapi akan
berusaha maksimal. Kini, Ayah akan mundur, beristirahat sambil awasi Bengkel
Perunggu,” ujar Taealha. Yang secara tidak langsung, menyatakan kalau dialah
sekarang pemimpin suku Hae dan Mihol hanyalah pengawas Bengkel Perunggu saat
ini.
Mihol tampak sangat marah. Tapi, dia
tidak bisa apa-apa sekarang. Sementara Haetuak tersenyum senang menatap Yeobi
(bawahan Mihol).
--
Haetuak dan Yeobi menunggu di luar
ruangan sementara Mihol dan Taealha bicara berdua. Dan Haetuak mengejek Yeobi
yang sekarang berada di bawahnya. Yeobi tidak takut pada Haetuak dan bahkan
meludah ke wajah Haetuak. Jelas, akhirnya mereka saling menyerang dengan pisau.
Heulrib yang melihat keributan yang di buat Haetuak dan Yeobi langsung memarahi
mereka karena para pemimpin sekarang sedang berbicara.
Dan karena teguran itu, terpkasa Haetuak
dan Yeobi menghentikan perkelahian mereka.
--
Mihol marah dan menjelaskan kalau dia
menjadikan Taealha menjadi yeomori (mata-mata) bukan demi dirinya tapi demi
suku Hae.
“Jika ada yang manfaatkan gadis kecil
sebagai yeomari untuk bertahan, lebih baik dihancurkan,” ujar Taealha.
“Pasti Tagon yang membunuh Sanung,”
yakin Mihol.
“Tentu saja,” benarkan Taealha dan dengan
suara penuh amarah. “Sudah sangat lama kusuruh dia! Ayah ingat saat memesan gaun
untukku? Ayah minta Yeobi buatkan gaun tercantik yang pernah dilihat dunia ini.
Sejak itu, aku selalu di sisi Yeobi. Saat dia pilih bahannya, saat dia gunting
kain, saat dia menjahitnya. Semuanya sangat indah, dan aku sangat senang. Dalam
tiap momen itu, aku… sungguh sangat senang. Tanpa tahu Sanung yang akan memakaikannya
padaku, sekaligus yang melepaskannya.”
“Karena itu kau memilih Tagon, bukan
ayahmu sendiri?” tanya Mihol. “Tagon pada akhirnya akan membubarkan Serikat. Dia
akan menjadi raja.”
“Ya, itu benar. Dan aku, Taealha, yang
akan memiliki dia! Tak ada masa depan bagi Serikat. Arthdal sudah terlalu besar
untuk bertahan sebagai kesatuan,” ujar Taealha, penuh ketegasan.
“Kau… Bagaimana suku kita?”
“Bersikeras berkembang bersama justru
akan mengecilkan kita. Suku sudah tak penting lagi. Satu orang memerintah
semua. Aku dan Tagon akan mendaki ke puncak!”
“Lalu pernikahan? Apa Tagon bilang dia
akan menikahimu? Ayah ragu. Dia harus menikahi gadis Klan Asa,” ujar Mihol, mengingatkan.
“Memang harus. Aku setuju karena dia harus
jadi pemimpin Serikat.”
“Lalu… dia akan mengabaikanmu,” lanjut
Mihol, menyadarkan Taealha.
“Cuma aku yang mengabaikan orang. Aku
bahkan mengkhianati Ayah, 'kan? Kuputuskan semua, di mana kutinggal, ke mana
kupergi, orang yang akan kucintai dan kuabaikan… Pilihannya ada padaku, bukan
Ayah. Termasuk siapa yang jadi raja. Aku memilih Tagon, dan akan kujadikan dia
raja!” tekadnya dan berteriak keras pada Mihol.
--
Hari kemudian berlalu hingga beberapa lama.
Tagon sedang duduk berlutut dan
menutup mata. Gilseon dan Mubaek datang. Dan Gilseon memberitahu kalau sekarang
adalah waktunya. Tagon membuka matanya dan bangkit.
--
Sementara itu, pasukan Daekan
menangkap seseorang dan mendadaninya seperti dandanan Eunseom waktu itu. Wajah
di cat putih dan hitam. Dan bukan hanya itu saja, mereka mencabut lidah orang
itu hingga tidak bisa berbicara!
--
Tagon pergi ke klan Asa. Dan dia di nikahkan
dengan Asa Mot. Dan dengan begitu, Tagon menjadi pemimpin serikat.
--
Semua berkumpul di gedung klan Asa. Semua
kepala suku yang ada juga hadir di sana. Dan Asa Ron memulai ritualnya untuk
menobatkan Tagon menjadi Pemimpin Serikat di depan semua rakyat.
Semua rakyat dan pasukan berteriak
penuh kesenangan atas pelantikan Tagon menjadi Pemimpin Serikat. Taealha menatapnya
dengan penuh pikiran. Tagon menjadi pemimpin serikat dan yang menjadi pendampingnya
adalah Asa Mot.
Saat itu, Kitoha tiba dengan menyeret
tubuh orang yang di palsukan menjadi Eunseom. Chae-eun langsung menutup mata
Dotti agar tidak melihat hal menakutkan tersebut. Semua rakyat berseru penuh
amarah meminta agar dujeumsaeng tersebut di bunuh, begitu juga dengan suku
Wahan. Orang itu masih hidup, tapi tidak bisa berbuat apapun bahkan tidak bisa
berbicara karena lidahnya telah di cabut.d
Dan dengan kejamnya, di hadapan semua
rakyat dan petinggi Arthdal, dia di bunuh. Bagaimana caranya? Dia di jatuhkan
ke dalam panci yang berisi air mendidih! Dan semua rakyat bersorak akan hal
tersebut!
Chae-eun dan Harim yang ada di tengah
rakyat, tampak sangat terkejut, marah dan juga sedih. Orang yang tidak
bersalah, di persalahkan dan di bunuh dengan keji! Seolah nyawa seorang budak
tidak berarti di mata mereka.
Dengan di bunuhnya orang tersebut, semua
rakyat semakin menyanjung Tagon. Asa Ron tampak tidak suka, tapi dia juga tidak
bisa melakukan apapun lagi. Dia sekarang telah kalah dari Tagon.
Dan Saya yang juga ada di tengah rakyat
melihat hal tersebut.
--
Tagon memberitahu Asa Ron kalau dia
ingin menggunakan sistem pemerintahan Delapan Bang, 12 won.
“Ini sistem yang didesain 200 tahun
lalu, saat Aramun mendirikan Arthdal. Kau mau pakai sistem itu lagi?” tanya Asa
Ron.
“Ya.”
“Siapa yang akan ditunjuk sebagai
menteri untuk delapan bang, 12 won?”
“Kupanggil para kepala suku ke Arthdal
dan mengangkat mereka.”
“Kepala suku? Kau mau mencegah mereka
salah paham. Lakukan semaumu,” setuju Asa Ron.
Dan Tagon berterimakasih atas
persetujuan Asa Ron.
--
Hutan
Bandi, Pertemuan Suku
Tagon memberitahu sistem pemerintahan
yang hendak di gunakannya adalah mengacu pada delapan bang, 12 won sama seperti
yang digunakan Aramun dulu.
“Yang ahli dalam tugas tertentu diangkat
jadi sol dan yang dipimpinnya disebut bang,” ujar seorang gadis kecil, Narin,
Kepala Suku Saenyeok, pengganti Danbyeok.
Tagon segera memuji Narin yang
mengerti sejarah walaupun masih muda. Dan gadis itu merendah. Semua tertawa
melihat tingkah gadis tersebut.
“Benar, tujuanku adalah menerapkan
sistem itu lagi. Untuk memerintah Serikat, kita butuh delapan bang, dan 12 won
sebagai asisten. Jadi, kuminta para kepala suku untuk pindah ke Arthdal dan
memimpin jaringan sebagai menteri dan wakil menteri,” jelas Tagon.
Semua anggota suku yang ada, segera
memberikan persetujuan mereka terhadap sistem pemerintahan Tagon. Dan karena
semua suku sudah setuju, maka Asa Ron juga setuju karena tidak menentang
keinginan dewa. Tagon tersenyum penuh arti. Tagon kemudian meminta Daedae, ahli
tulis mereka, untuk mengumumkan posisi baru pada kepala suku.
“Menteri Bang Perdagangan adalah
Kungtung dari Suku Bato. Lalu Bang Afiliasi Perunggu. Taealha dari Suku Hae akan
menjadi menterinya. Berikutnya adalah Menteri untuk Bang Ritual. Yaitu Asa Ron,
Kepala Suku Gunung Putih,” baca Daedae.
Dan mendengar posisinya, wajah Asa Ron
langsung tampak marah. Dia tidak menyangka akan hal itu.
Setelah pertemuan selesai, Asa Yon
langsung protes pada Daedae. Daedae menjelaskan kalau tugas Asa Ron masih sama
hanya sebutannya saja yang berbeda.
“Bukan itu masalahnya. Kini posisinya di
bawah pemimpin Serikat!” marah Asa Yon. (kan dengan menjadi menteri berarti Asa
Ron di bawah Tagon. Padahal, harusnya posisi Asa Ron dan Tagon setara).
--
Asa Ron kembali ke kediamannya dengan
emosi. Tagon telah menjebaknya. Dan ternyata, di sana telah ada Asa Sakan juga
menunggunya.
--
Tagon bersama dengan Taealha berada di
dalam hutan dan menunggangi kuda. Taealha berkata kalau para ketua suku sangat bahagia
tanpa tahu apa yang menant mereka. Mereka tidak akan bisa menggulingkan Tagon. Dan
juga, kepala suku Saenyeok yang baru sangat pemberani. Tagon membenarkan dan
berkata kalau Danbyeok membesarkan Narin dengan baik. Dan karena Narin masih
muda, dia harus ramah padanya.
“Lalu, anakmu? Saya. Kau tidak mau
menemuinya?” tanya Taealha.
--
Haetuak sangat bersemangat mencari
baju yang akan di kenakan oleh Saya karena Tagon akan datang berkunjung. Dia juga
senang membayangkan Tagon yang akan membawa Saya keluar dan memperkenalkan Saya
sebagai anaknya. Pas saat itu, Saya tertawa, dan Haetuak bingung. Itu karena
Saya melihat bayangan Tanya dari cermin yang sedang kelelahan berdiri, jadi
berdiri dengan satu kaki. Haetuak sudah mau marah, tapi Tagon tiba.
Haetuak membawa Tanya keluar dan
membiarkan Tagon bersama Saya.
Suasana sedikit canggung. Tagon melihat
buku-buku yang Saya baca. Dan Saya kemudian meminta maaf atas masalah tempo
hari. Tagon diam sesaat dan kemudian menyuruh Saya untuk membuka baju. Dia melihat
keropeng biru di punggung Saya yang telah lepas.
“Kini kau bisa keluar. Namun,
hati-hati, jangan sampai tertangkap,” ujar Tagon.
“Jangan cemas, ayah.”
Tagon kemudian hendak keluar. Tapi,
Saya tiba-tiba berkata kalau Tagon sangat berani mengaku sebaga Aramun. Kenapa tidak
lebih jauh lagi?
“Aramun Haesulla jadi dewa 200 tahun
lalu karena diakui Klan Asa. Jika Ayah memaksa, Klan Asa akan enggan...”
“Aku menjadi pemimpin Serikat.”
“Namun, pemimpin Serikat bukan raja. Ayah
mau menjadi raja, 'kan? Rakyat Arthdal takut pada Klan Asa, tapi memuja Ayah. Ayah
tak bisa jadi raja. Raja harus seperti malapetaka. Ayah harus menakutkan
seperti bencana. Ayah berusaha dicintai semua orang. Bencana menimpa kita jika
darah Klan Asa tumpah. Ayah harus jadi sama keramatnya,” ujar Saya.
“Kenapa harus?”
“Karena Igutu lebih baik daripada Saram,”
ujar Saya dan mengiris tangannya hingga darah ungunya menetes. “Ayah akan jadi
raja, dan aku akan jadi penerus Ayah. Kita akan menjadi dewa dan bangga
menunjukkan darah ungu ini…”
“Bangga?” marah Tagon. “Ini bukti
betapa lugunya kau dalam hal teror. Kau tak paham soal Igutu,” lanjut Tagon. Dia
kemudian mengambil baduk hitam dan putih yang ada di meja. Baduk hitam adalah Igutu
dan putih adalah Saram. “Saat muda, ada teman melihat darah ayah. Umur ayah
tujuh tahun, begitu juga dia. Dia punya kakak perempuan umur 11 tahun, kakak
laki-laki umur 13 tahun, ada ayahnya, ibunya, dan pamannya. Jangan lupa
neneknya. Namun, ayahnya ayah membunuh mereka semua. Sejak itu, ayah bunuh
orang yang tahu tentang ayah. Jika tak segera ayah lakukan, harus ayah bunuh semua
yang dia temui besoknya. Itu artinya
jadi Igutu di Arthdal. Jadi, apa katamu? Ayah pernah bertemu prajurit sebodoh
kau di medan perang. Ayah tak pernah menemani mereka. Kenapa? Karena mereka
cepat mati. Pelajari apa itu teror,” ujar Tagon penuh amarah dan memberikan
batu putih pada Saya. “Jika tidak, ayah harus mengajarimu. Seperti dilakukan
ayahnya ayah.”
“Fakta bahwa Ayah adalah Igutu... Apa
Ayah…,” ujar Saya penuh amarah. “Bukan apa-apa. Akan kuingat ucapan Ayah.”
Tagon kemudian keluar. Diluar, Tagon
bisa menebak kalau lanjutan dari pertanyaan Saya adalah apakah dia malu menjadi
Igutu?
Dan hal itu membuat Tagon teringat
masa kecilnya. Saat dia kecil, di dalam hutan, Tagon memakan semangkok besar
daging manusia mentah. Walaupun terasa ingin muntah, Tagon terus memakannya. Dan
usai memakan semua itu, Tagon kecil, mengiris tangannya, berharap darah yang
keluar adalah berwarna merah. Namun percuma, darahnya tetap saja ungu.
Kembali ke masa sekarang, Tagon benci
menjadi Igutu.
Tags:
Arthdal Chronicles