Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 02-1


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 02-1
Images by : TvN
Part 1 : The Children of Prophecy
“Eun Seom. Apa itu benar? Kau sungguh bermimpi? Kau baru saja terbangun dari mimpi?!” tanya Yeolson.
Eun Seom terdiam, tidak mampu menjawab. Para pemuda suku Wahan yang malah sibuk menjawab kalau Eun Seom pasti bermimpi. Karena itulah Eun Seom tidur di rumah pohon agar tidak ketahuan oleh siapapun. Tapi, bermimpi adalah hal yang mustahil di lakukan oleh Saram.
--
Eun Seom akhirnya di bawa ke gubuk untuk di lakukan pengadilan oleh seluruh anggota suku Wahan. Mengetahui Eun Seom yang bisa bermimpi, tentu saja sulit di percayai karena untuk bermimpi, mereka harus berlatih lama seperti kepala suku. Tapi, Eun Seom tidak pernah berlatih.
Salah satu anggota suku memberikan pendapatnya : “Tanya adalah anak Komet Biru. Dia akan jadi kepala suku berikutnya. Namun, dia tak bisa bermimpi. Namun, Eunseom bisa. Itu artinya Eunseom mencuri mimpinya Tanya!” (wow, Eun Seom dan Tan Ya sama-sama terlahir di hari Komet Biru terlihat. Berarti mereka mempunyai takdir yang sama, mampu menghancurkan Arthdal).
Semua anggota suku terhadap pendapat tersebut dan semakin memojokkan Eun Seom. Tan Ya hendak membela Eun Seom, tapi Yeolson sudah langsung bertanya pada Eun Seom. Apa benar EunSeom mencuri mimpi TanYa?
“Memang benar aku bisa bermimpi. Namun, orang tak bisa mencuri mimpi orang lain. Tidak ada yang tahu apa itu mimpi. Akan kuberi tahu apa itu. Kau berbaring di malam hari. Itu terjadi saat tidur. Seseorang mendadak muncul atau aku pergi ke suatu tempat. Semua terjadi tanpa kita sadari. Paham?” jelas EunSeom.
Semua langsung meniru apa yang di instruksika EunSeom, berbaring dan tidur, tapi tidak ada apapun yang terjadi. Jadi, mereka kembali protes.
“Intinya, itu terjadi tanpa kita sadari. Semua muncul tanpa aku sadari. Jadi, bagaimana bisa kucuri mimpi orang? Dan... Dengarkan aku! Aku sudah bermimpi jauh sebelum datang kemari. Bagaimana kalian bisa berpikir kucuri mimpinya Tanya?” jelas EunSeom lagi.
Tapi, semua tidak percaya dan menuduh EunSeom yang berbohong. Tidak mungkin Saram bisa lahir dengan kemampuan bermimpi. Dan tetap saja menuduh EunSeom mencuri mimpi TanYa. Tapi, pas di suruh menjelaskan bagaimana caranya mencuri, yang nuduh nggak bisa jelaskan. Dia bilang alasannya hanya karena TanYa dan EunSeom lahir di hari yang sama, Komet Biru.
Dan kemudian, Buksoe memberitahu hal lain. EunSeom melakukan Tarian Spirit Choseol! Tarian itu adalah tarian yang sulit dan hanya boleh di lakukan oleh Choseol dan keturunan kepala suku. Jadi, EunSeom menarikan tarian itu agar bisa mencuri mimpi TanYa.
“Eunseom bisa meniru apa pun setelah sekali lihat. Dan dia hafalkan untuk mengajariku karena aku masih sulit menghafal tarian,” jelas TanYa, membela EunSeom.
Tapi, semua tidak percaya dan berprangsaka kalau TanYa sudah di tipu oleh EunSeom. EunSeom itu sangat pandai berbohong dan berbeda dari mereka. Ada keropeng biru di punggung EunSeom dan darahnya juga berwarna ungu. Pokoknya, EunSeom adalah pencuri!
“Buksoe benar. Eunseom pencuri. Dia mencuri kuda. Dia curi kuda yang kita buru,” lapor Balsae.
Semua semakin heboh menuduh kalau Eunseom ingin menikmati kuda itu sendirian. suasana menjadi semakin kacau.
Arthdal Chronicles
Dan Balsae membawa mereka ke kuda yang di curi Eunseom yang di temukannya di pinggir hutan. Anggota suku semakin marah pada Eunseom karena telah berani mencuri kuda mereka untuk di makan sendirian. Yeolson langsung menuntut penjelasan Eunseom, karena apa yang di lakukan Eunseom adalah dosa besar.
Eunseom terdiam dan hendak mengaku, tapi Tanya menghentikannya. Dia membela Eunseom dengan berbohong kalau Eunseom mencuri kuda bukan untuk memakannya sendiri tapi demi suku kita. Semua tambah biingung dan menyuruh Tanya menjelaskan, demi apa? Tanya bingung membuat alasan apa, jadi dia menyuruh Eunseom untuk menjelaskan.
“Itu… Sebenarnya, aku… Aku mau tunggangi kuda ini! Kucoba menunggangi kuda ini. Jika bisa ditunggangi… bagus untuk Tanya karena dia berlatih di tempat jauh. Kupikir itu bagus untuk Ayah Yeolson yang bepergian, berdagang dengan suku lain. Maka kucoba menunggangi kuda,” jelas Eunseom berbohong, karena di dalam hatinya, dia memarahi dirinya sendiri yang telah bicara omong kosong. “Aku serius. Kuda berlari lebih cepat daripada kita.”
Semua terdiam mendengar penjelasan Eunseom. Tapi, kemudian menyorakinya karena sudah bicara omong kosong. Saram tidak bisa menunggangi kuda. Saat semuanya menyorakinya, Choseol, terus memandangi Eunseom.

Para anggota suku meminta Yeolson yang adalah kepala suku, ayah Tanya, untuk mengusir Eunseom dari suku mereka. Eunseom itu aneh mau itu ucapan ataupun pikirannya. Eunseom pernah mengubur biji ek di tanah dan bilang kalau pohon ek akan tumbuh lagi saat kita tidak punya cukup makanan dulu. Dalsae ikut memanasi dengan berkata Eunseom harus di usir!
Tanya lagi-lagi membela Eunseom. Ide aneh Eunseom kan terkadang ada yang berguna. Siapa orang yang melubangi rumah agar dapat sinar matahari? Ya, Eunseom.
Melihat anggota suku yang mulai ragu, Dalsae langsung berteriak kalau Eunseom itu sudah mencuri kuda, jadi dia harus di usir. Dan tidak masuk akal mau menunggangi kuda. Choseol berbisik pada Yeolson.
“Aku, Yeolson, pemimpin suku ini, dapat keputusan bijak. Aku mau Eunseom berhasil menunggangi kuda saat bulan purnama lagi. Jika gagal melakukannya, akan kuusir dia dari desa kita,” putusan Yeolson.
Anggota suku setuju dengan keputusan itu, hanya Dalsae yang tampak tidak setuju. eunseom jadi bingung sendiri, karena sangat tidak mungkin menunggang kuda.
--

Yeolson berjalan pulang dengan Choseol, dan terlihat memikirkan sesuatu. Saat Yeolson bertanya apa yang Choseol pikirkan, Choseol berkata mengenai ucapan semua kepala suku mereka… tapi dia tidak memberitahkannya pada Yeolson. Yeolson tampak sudah terbiasa melihat Choseol yang selalu menyembunyikan sesuatu.

Yeolson membawa Choseol ke tempat dia bekerja membuat perkakas dari kayu. Choseol memuji Yeolson yang sangat hebat membuat sesuatu.
“Eunseom tiada duanya, benar?” ujar Yeolson
“Ya. Dia berbeda dalam banyak hal.”
“Namun, kita bisa bertemu dia karena Tanya memaksa ke hutan hari itu. Katanya, dia merasa ada orang di sana.”
“Ya. Itu hari pertama Tanya bermimpi.”
“Itu juga mimpi terakhirnya. Kau pikir Tanya tak bisa jadi kepala suku berikutnya? Aku heran dia tak bermimpi lagi. Apa karena dia tak hafal tarian?”
“Yakinlah pada putrimu. Dia anak Komet Biru. Anak yang diramalkan.”
“Astaga, komet itu sangat terang,” ingat Yeolson.
“Tentu. Bisa jelas terlihat, bahkan siang hari.”
“Namun, tentang ramalan Komet Biru itu : Orang yang merusak cangkang akan muncul saat Komet Biru muncul bersama kematian. Lalu Suku Wahan tak akan sama lagi.” ujar Yeolson merasa ragu.
“Lalu kenapa?” tanya Choseol.
“Aku tak tahu itu ramalan baik atau buruk. “
“Ramalan Serigala Putih Besar tak bisa dibedakan baik atau buruknya. "Hal besar akan terjadi. Namun, seseorang di antara kalian sudah siap. Jadi, jangan takut." Itulah artinya,” jelas Choseol.

Dan Choseol kemudian bertanya apa lagi yang sedang Yeolson buat? Yeolson menunjukkan alatnya dan memberitahu kalau Urumi bilang sangat sulit membuat api, jadi dia membuat alat pembuat api ini. Choseol tersenyum dan memuji Yeolson yang sangat bakat.
“Eunseom juga begitu demi kenyamanan. Karena itu dia coba menunggangi kuda. Itu ide aneh. Namun, jika berhasil, akan sangat nyaman,” ujar Yeolson, membayangkan kalau Eunseom bisa menaiki kuda.
Di dalam hatinya, Choseol bertekad tidak akan membiarkan Eunseom berhasil menunggangi kuda. Tidak boleh.
--

Eunseom duduk di dekat kudanya. Di tangannya, dia memegang sebuah kalung dengan liontin berwarna hijau kebiruan dan sebuah pedang kayu. Setelah bergumam meminta maaf pada Tanya, Eunseom segera bersiap untuk membunuh kuda-nya itu.

Pas saat dia hendak menancapkan pedang kayu kecilnya ke leher si kuda, seseorang menembak lehernya dari samping. Eunseom kesal dan langsung mencari siapa pelakunya. Ternyata pelakunya adalah Tanya.
“Kau mencoba pergi, ya? Bahkan tanpa memberitahuku? Kau butuh kulit kuda untuk pergi. Dan sepatu untuk menyeberangi Laut Air Mata. Juga banyak daging untuk perjalanan jauh,” tebak Tanya, alasan sebenarnya Eunseom mencuri kuda.
Eunseom ketakutan karena Tanya tampak sangat marah dan hendak memukulnya. Jadi, dia berlari ketakutan ke dalam hutan, dan Tanya terus mengejarnya. Mereka terus berlari hingga mendekati pinggir danau.

Tanya sudah hendak memukul Eunseom, tapi saat dia melihat punggung Eunseom, dia mengurungkan niatnya. Keropeng biru di punggung Eunseom telah luruh. Dan hal itu membuatnya teringat pesan terakhir Asa Hon pada Eunseom, untuk pergi dari tempat ini.
“Keropeng birumu luruh.”
“Ya. Belum lama ini.”
“Kurasa kau sungguh akan pergi.”
“Ya. Tadinya.”
“Menyeberangi Laut Air Mata?”
“Ibuku muncul dalam mimpiku,” beritahu Eunseom.
“Dia menyuruhmu kembali saat keropengmu luruh?”
“Tidak. Dia menatapku, lalu lenyap. Seperti hari itu. Seperti saat dia meninggal tanpa penjelasan.”
“Aneh, dia menyuruhmu kembali. Ibumu sakit. Dia memanggilmu Aramun, padahal tahu namamu.”
“Kupikir juga begitu dan mencoba melupakannya. Namun… ibuku… sudah sakit sepanjang ingatanku. Walau begitu, dia tak beristirahat sehari pun. Dia sibuk cari jalan menuruni Tebing Hitam Besar. Kami butuh sepuluh tahun untuk menemukannya. Namun, begitu kami turun, ibu bilang aku memanfaatkannya dan menyuruhku kembali. Lalu dia meninggal. Aku tak bisa tanya jawabannya pada siapa pun. Namun, tak bisa kulupakan ucapan ibuku. Aku mau belah kepala jika itu bisa membuatku lupa.”
“Kapan kau mau memberitahuku?” tanya Tanya. “Sehari sebelum atau saat kau pergi? Jika kau pikirkan, aku yang menyelamatkanmu. Aku juga temanmu. Akan bagus jika aku bisa bermimpi juga. Mungkin aku bisa memahami perasaanmu. Namun, aku tak tahu. Namun, aku tahu kau akan pergi. Ibumu menyuruh. Aku paham. Pergilah. Sepatu dari kulit bokong kuda lebih awet. Buatlah sepasang.”
Usai mengatakan hal itu, Tanya pergi meninggalkan Eunseom sendiri.
Eunseom menundukkan kepalanya, tampak bingung dengan keputusan apa yang harus di ambilnya. Dia jadi ragu untuk pergi.
Tiba-tiba, Choseol muncul dan mengingatkan janji Eunseom yang bilang akan pergi saat keropeng birunya telah luruh. Dia menyuruh Eunseom pergi karena ini bukanlah tempat Eunseom. Jadi pergilah dan lupakan tempat ini.
“Kenapa kau sangat membenciku? Mimpi Tanya menuntunku kemari. Aku juga bagian dari Suku Wahan,” ujar Eunseom.
“Benar, Tanya meramalkan kau kemari, tapi kami tak tahu kau akan menguntungkan Suku Wahan atau akan membawa malapetaka ke atas kami.”
“Jadi, maksudmu, aku membawa sial bagi Suku Wahan? Kenapa? Kenapa berpikir begitu?” tanya Eunseom, tidak mengerti.
“Kau pasti tahu, Serigala Putih Besar adalah kepala suku pertama kami. Ada mantra yang diturunkan dari Serigala Putih Besar pada kepala suku berikutnya. Tentang tiga hal yang tak boleh kami lakukan. Warga Wahan tak tahu itu. Mendengar larangan membuat mereka mau melakukannya. Karena kau akan pergi, kuberi tahu. Pertama. Pujalah Tebing Hitam Besar, tapi jangan melintasinya. Kau melintasinya. Pelajari kearifan benih, tapi jangan menumbuhkan. Saat orang lain tak terpikirkan hal itu, kau menanam biji ek. Dan hari ini, kau bilang mau menunggangi kuda. Berkomunikasilah dengan hewan, tapi jangan dijinakkan. Itu yang ketiga. Kau tak bisa jadi anggota Suku Wahan. Itu tidak boleh terjadi,” jelas Choseol.
“Lalu aku harus jadi apa? Masa bersama ibuku sudah lewat. Jika masaku bersama Tanya juga hilang... Jika tempatku bukan di mana pun... Ibuku bilang jika hidup bersama Saram, aku akan jadi Saram. Saling bantu. Tersenyum dan menangis bersama. Karena itu Tanya adalah Suku Wahan, sama seperti Dalsae. Semua orang punya suku. Lalu, Lalu aku? Siapa aku? Di mana tempatku seharusnya?”
“Kurasa menemukan jawabannya adalah takdirmu,” jawab Choseol dan pergi.
Choseol berjalan keluar hutan. (Dan aku nggak tahu kenapa adegan ini di tampilkan, seolah ada sesuatu gitu).
Tanya juga berjalan keluar hutan, tapi dia menangis. Menangis karena Eunseom harus pergi dan meninggalkannya.
--

Eunseom berlari dengan sangat kencang. Dia berlari hingga ke tebing dan melompat ke dalam air. Di dalam air dia mengingat percakapan terakhirnya dengan Choseol, dimana dia memohon agar dia di izinkan hingga tanya menghafal tarian spirit. Choseol mengizinkannya tinggal, tapi hanya sampai Perayaan Spirit Bunga, dan setelah itu, Eunseom harus pergi.



Post a Comment

Previous Post Next Post