Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 02-2


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 02-2
Images by : TvN
Part 1 : The Children of Prophecy
Tanya menemui Choseol di dekat aliran air yang berada di dekat gua. Dan Choseol mengajarinya tarian spirit. Tanya mempelajarinya sambil bersiul menirukan suara burung dengan indah.


Awalnya, Tanya mampu mengikuti Tarian Spirit itu, tapi mendekati tahap akhir dia tidak mampu lagi mengikutinya.  Choseol menegur Tanya yang masih belum mampu menarikan tarian dan karena itulah dia tidak bisa bermimpi. Tanya harus bisa menarikan tarian Spirit, barulah boleh belajar mantra Serigala Putih Besar.
Tidak jauh dari sana, Eunseom melihat mereka.
--

Esok hari,
Pasukan Daekan sedang menunggangi kuda menuju Tebing Hitam Besar. Kitoha, anggota Daekan, menggerutu kesal. Mereka menghabiskan waktu 10 tahun untuk menghabisi suku Neanthal kemudian, setelah itu di suruh membereskan suku Ago yang memberontak, dan kemudian dia suruh ke selatan untuk membawa Dujeumsaeng. Dia benar-benar kesal.
Salah satu anggota mereka, ada yang bernama Yangcha, dan menutupi mulutnya dengan masker. Dia tidak berbicara sama sekali. Kalau dari ucapan para anggota Daekan sih, Yangcha sedang di hukum dan tidak boleh bicara. Kitoha kesal, tapi dia juga tidak berani melawan Yangcha. Temannya tertawa dan mengejek Kitoha, tapi, Mubaek saja sepertinya tidak akan bisa mengalahkan Yangcha.

Mereka akhirnya tiba di tepi Tebing. Di tepi Tebing terlihat sedang ada kontruksi dari kayu dan bahkan ada budak yang kakinya di ikatkan dengan rantai. Begitu melihat Mubaek, mereka segera berlari menyambutnya dan bertanya dimana Tagon? Dan apa semua ini?


Dan betapa terkejutnya mereka melihat kalau kontruksi di depannya itu adalah pembuatan lift tenaga manusia. Hal yang tidak akan terpikirkan oleh siapapun. Dengan alat itu, mereka bisa ke bawah dengan mudah tanpa harus mencari gua menuruni tebing. Mereka telah semakin dekat dengan Iark.
--

Tanya masih belajar menarikan tarian spirit hingga pagi hari. Dan karena itu, dia tampak sangat kelelahan dan gerakannya terlihat tidak stabil. Choseol menghampirinya.
“Aku tak bisa dengar suara spirit. Aku tak hafal tarian memanggil spirit seperti Ibu. Aku bahkan belum bisa bermimpi. Kenapa aku tak bisa kabur bersama Eunseom?”
“Karena kau terikat.”
“Benarkah? Aku terikat pada apa?”
“Namamu. Namamu, Tanya. Sebagai anggota Suku Wahan. Fakta bahwa kau putri Yeolson, kepala suku berikutnya, dan anak dari ramalan tentang Komet Biru.”
“Jadi, nama bisa mengikat kita, seperti mantra,” ujar Tanya, lirih. “Ibu pikir Eunseom mau pergi karena terikat nama?”
“Bahkan setiap tumbuhan punya nama. Dia tak terkecuali. Seperti kau tahu, Eunseom menuruni Tebing Hitam Besar. Dia harus kembali.”
“Ibu bilang Serigala Putih Besar juga menuruni tebing, 'kan? Namun, dia tak pernah kembali.”
“Kau tahu itu pesan terakhir ibunya. Namun, dia tak akan segera pergi. Tampaknya, ada yang mengikatnya di sini untuk sementara ini (yaitu Tanya).”
Tanya terdiam. Dan kemudian tersenyum.
--
Eunseom sedang mencoba membujuk kudanya agar mau berdiri. Leher kudanya dia ikat dengan tali yang dia ikatkan ke pohon agar kudanya tidak kabur. Tapi, kudanya malah tidak mau berdiri dan terus saja duduk. Eunseom sampai kelelahan dan kesal karena hal itu.
Tanya melihatnya dan heran. Eunseom menjelaskan permasalahannya. Tanya tambah heran (atau lebih tepatnya berpura-pura), kan Eunseom mau pergi, kenapa malah beneran mau belajar menunggangi kuda? Bukannya kabur saja?
“Aku akan pergi setelah kau bisa menghafal tarian, bermimpi dan jadi kepala suku yang baik.”
Tanya jelas senang. Mereka mulai membahas mengenai kuda itu yang tidak bisa di tunggangi. Tapi, Eunseom malah tampak bermain-main hingga membuat Tanya kesal. Saking kesalnya, dia memilih pergi saja.
“Beri aku nama,” terdengar suara dari sang kuda. Tanya terkejut, karena dia belum pernah mendengar suara spirit.
Dengan perlahan, Tanya menghampiri kuda itu dan mencoba bicara dari hati ke hati. Dan dia teringat perkataan ibunya kalau dia terikat pada namanya. Dia langsung bertanya, apakah Eunseom sudah memberikan nama untuk kuda itu? Eunseom menjawab tidak.
Tanya memegang kepala kuda itu, “Entah aku salah dengar atau kau sungguh bicara padaku. Aku belum bisa mengetahuinya. Namun, aku Tanya dari Suku Wahan, orang yang pecahkan cangkang, calon kepala suku Wahan, cenayang yang terhubung dengan spirit yang sudah dan akan dibangkitkan. Aku, Tanya. memberimu nama. Namamu adalah Bantu. Bantulah Eunseom, kumohon.”

Dan usai memberikan nama, Tanya memotong tali yang menjerat leher Bantu. Eunseom panik melihat apa yang di lakukan Tanya. Tapi, Tanya berkata kalau dia sudah mengikat kuda tersebut dengan sesuatu, walaupun dia tidak tahu apakah akan berhasil. Dan ajaib, walau tidak ada tali yang menjeratnya lagi, kuda itu tidak lari dan hanya berdiri di sana. Eunseom jelas takjub dan bertanya cara Tanya melakukannya.
“Bahkan setiap tumbuhan punya nama. Namanya Bantu,” beritahu Tanya dan kemudian pergi.
--

Tidak hanya membuat lift untuk menuruni tebing, Tagon ternyata telah membuat jembatan sangat panjang untuk menyeberangi Laut Air Mata, sehingga kaki mereka tidak akan terbakar saat melintas dan bahkan bisa membawa kuda dan barang lebih banyak. Mereka benar-benar menjadi lebih kejam dengan memperkerjakan budak-budak untuk menarik gerobak berisi barang-barang mereka yang berat.
--

Tanya sibuk menghias wajah anak-anak untuk Perayaan Spirit Bunga. Seluruh suku Wahan menghias wajah mereka dengan cat dan tampak bersenang-senang.
--
Sementara itu, Eunseom sedang mencoba naik ke punggung Bantu. Tapi, setiap kali naik, dia selalu terjatuh lagi.
Mungtae, Teodae dan Dalsae memperhatikan yang di lakukannya dari jauh dan tertawa karena Eunseom terus saja gagal naik ke punggung kuda dan terjatuh berulang kali.
Tapi, kemudian mereka tersadar satu hal. Kenapa kuda itu tidak kabur walaupun tidak di ikat? Dalsae tidak peduli karena mau kuda itu tidak kaburpun, kalau Eunseom tidak bisa menungganginya, akan di usir. Puas melihat Eunseom, mereka pergi.
--

Yeolson dan para anggota suku pria Wahan pergi untuk mengantarkan barang buatan Yeolson pada suku Anja. Mereka sangat senang membayangkan akan mendapat bayaran lima ekor babi.

Sementara para wanita, sibuk mempersiapkan api dan bahan masakan.
Tanya sudah cemas kalau Eunseom tidak akan di ikut sertakan dalam ritual hari ini, tapi ternyata Choseol sudah memanggil Eunseom untuk ikut serta.

Tanya segera membawa Eunseom ke pinggir danau dan menghias wajah dan tubuh Eunseom dengan cat. Eunseom diam-diam memperhatikan wajah Tanya dan hendak menciumnya, tapi Tanya ternyata menyadari itu dan menyuruh Eunseom untuk tidak menciumnya. Selesai mengecat, dia mengalungkan kalung dari tanaman yang di buatnya untuk Eunseom. Mereka tampak bersenang-senang.
Eunseom kemudian mengajari Tanya cara menari Tarian Spirit dan memberitah Tanya, di bagian mana dalam tarian itu yang selalu salah Tanya lakukan. Tanya kemudian mengingatkan Eunseom untuk tidak pernah menarikan tarian tersebut selain di hadapannya agar tidak ketahuan siapapun.
“Kau bermimpi lagi tentang ibumu?” tanya Tanya.


“Tidak. Semalam mimpinya sama, tentang dikurung. Aku dikurung dalam tempat yang dikelilingi bebatuan. Tergantung di dinding, ada kulit yang disamak dengan lukisan aneh. Lembaran kayu dijahit menyatu, digulung menjadi silinder. Kubuka satu gulungannya, dan tertawa.”
“Kenapa dia bisa bermimpi semudah itu?” tanya Tanya di dalam hatinya.

Eunseom kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya dan memakaikannya ke leher Taya. Kalung dengan liontin batu bewarna biru kehijauan. Tanya kaget melihatnya, karena itu adalah jenis Batu Keras dan butuh waktu lama untuk menghaluskan tepiannya.
Eunseom membenarkan. Dia mengampelas pinggiran batu itu setiap hari selama 4 bulan purnama. Tanya jelas senang mendengarnya. Dia memuji batu itu yang cantik.
--

Rombongan Yeolson tiba di dekat suku Anja, tetapi saat mereka sampai di sana, yang ada hanyalah gelimpangan mayat suku Anja. Yeolson terkejut dan juga heran melihat luka di leher warga suku Anja yang tajam dan dalam. Apa yang telah terjadi?

Post a Comment

Previous Post Next Post