Sinopsis K- Drama : Angel’s Last Mission Love Episode 27 - part 3


Sinopsis Angel’s Last Mission : Love  Episode 27  – Part 3
Network : KBS2

Diruang penyimpanan yang sepi. Kim Dan mengomentari betapa piciknya Hoo, karena mencoba menimbulkan perselisihan. Dan Hoo menjawab bahwa dia hanya ingin membantu temannya yang berusah menikah dengan manusia, jadi dia tidak buruk.
“Pergilah sebelum Yeon Seo keluar. Aku tidak akan berubah pikiran,” tegas Kim Dan.

“Kumohon, Dan! Jangan berusaha membuat dirimu tersiksa,” balas Hoo dengan nada keras, menasehati.

Karena Kim Dan tampak tidak akan goyah, maka Hoo tidak punya cara lain selain harus menyakinkan manusia. Dan Kim Dan berusaha menghentikannya agar jangan melakukan itu. Tapi Hoo langsung menjetikkan jarinya, sehingga Kim Dan pun terjatuh menjauh. Terus begitu.

Hingga akhirnya, Kim Dan berhasil memegang Hoo dan menjatuhkannya menggunakan segenap kekuataannya. “Permintaanku tidak banyak. Jangan ganggu aku!” teriak Kim Dan, kesal.
“Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap. Aku tidak mau itu terjadi. Sudah kukatakan. Manusia itu akan segera mati. Kenapa kamu tidak mau menyerah?! Kenapa membuang- buang waktumu bersama manusia yang akan mati, Dan?!” balas Hoo, frustasi dalam menyakin kan Kim Dan.

Kim Dan tidak terima perkataan Hoo. Dia memberitahu Hoo bahwa dirinya dan Yeon Seo telah berjanji untuk selalu bersama. Dan mendengar itu, Hoo tidak tahu harus berkata apa lagi untuk menghentikan Kim Dan.
“Apa yang terjadi?” tanya Yeon Seo. Dia melihat mereka berdua.

Dicafe. Yeon Seo memanggil Hoo dengan panggilan ‘Hei!”, karena baginya Hoo adalah senior Kim Dan, bukan seniornya. Lalu Yeon Seo menyuruh agar Hoo bertindak sebagai senior yang baik, dan mendukung Kim Dan. Serta Yeon Seo memperingati agar Hoo tidak memukul Kim Dan, karena dia tidak akan membiarkannya.
“Aku tidak memukul dia,” kata Hoo dengan gugup.

Kim Dan memegang tangan Yeon Seo untuk menenangkannya. Dia mengakui bahwa dialah yang memulai pertengkaran duluan, lalu sebenarnya Hoo bisa saja mengirimnya ke Afrika dengan menjentikan jarinya, tapi Hoo tidak melakukannya.
“Syukurlah kamu tahu,” kata Hoo. Lalu dia mau berbicara pada Yeon Seo.

Namun sebelum Hoo sempat mengatakan apapun, Kim Dan langsung memegang tangannya dan menggelengkan kepalanya. Tanda agar Hoo jangan memberitahu Yeon Seo. Dan Hoo tidak mau tahu, dia berniat menjetikan jarinya. Tapi tiba- tiba saja Yeon Seo memukul meja dengan keras untuk menghentikan mereka berdua.
“Kamu mengejutkanku,” kata Hoo, terkejut beneran.
“Nona Lee Yeon Seo, pernikahan …” kata Hoo ingin menjelaskan.

“Ingin memimpin pernikahan kami?” potong Yeon Seo. Mendengar itu Kim Dan serta Hoo sama- sama kaget. “Mungkin itu akan membuatmu kesulitan. Bagaimana jika kamu datang dan merestui kami?” jelas Yeon Seo.
“Hei, berisik,” balas Hoo.

“Aku tidak terlalu senang soal itu. Apa yang Tuhan lakukan untuk kami? Apa yang Dia lakukan untuk Kim Dan? Tapi kamu satu- satunya keluarga Kim Dan dibumi. Aku mohon bantuanmu,” pinta Yeon Seo.

Hoo menghela nafas, dan menjelaskan bahwa pernikahan itu tidak akan terjadi. Yeon Seo serta Kim Dan, tidak akan mendapatkan restu dari siapapun. Mendengar itu, Kim Dan memukul meja dan langsung berdiri.
“Tapi aku tidak akan ikut campur. Cobalah hidup dengan orang bodoh ini yang tidak pernah menurut,” kata Hoo. Lalu dia menjentikan jarinya, dan menghilang dari sana.

Kim Dan memegang tangan Yeon Seo, dan mereka berdua saling tersenyum. Karena itu tandanya Hoo merestui hubungan mereka berdua.

Hoo kembali ke kantornya. Dia membuang semua kertas laporan yang ada dimeja nya dengan kesal.

Kim Dan meminta agar Yeon Seo jangan memikirkan perkataan Hoo. Dan Yeon Seo menjawab bahwa dia memang tidak butuh restu siapapun, hanya Kim Dan lah yang dibutuhkannya. Tapi ada satu hal yang mengusiknya, yaitu tentang Kim Dan yang tidak pernah menurut. Mendengar itu Kim Dan tertawa.
“Aku ingin tertawa. Kita bilang akan melakukannya,” kata Yeon Seo sambil tersenyum bahagia pada Kim Dan.


Kim Dan kemudian mengeluarkan buku gambarnya, dan memperlihatkan gambar yang dibuatnya untuk undangan mereka. Tidak ada yang bisa mereka undang, tapi dia ingin membuat undangan hanya untuk berdua.
“Katakan dengan jujur. Kamu pernah berpacaran, bukan?” tanya Yeon Seo curiga.
“Apa itu artinya aku hebat?” balas Kim Dan dengan bangga. Lalu mereka berdua tertawa bersama.
Dikantor polisi. Diruangan Introgasi. Tn. Geum serta Ny. Choi di suruh untuk berpikir baik- baik, karena setelah semua pengakuan ini mereka tidak bisa menghindari dakwaan. Setelah mengatakan itu, si Polisi meninggalkan mereka berdua diruangan.

Ny. Choi meminta Tn. Geum untuk tidak melakukan ini, karena Tn. Geum tidak ada perbuat apapun. Dan Tn. Geum pun membalas bahwa Ny. Choi juga tidak ada melakukan ini.
“Ini kejahatanku. Aku bersalah karena tidak bertindak. Aku merasa tenang dan berpikir, ’Mungkin ini aman.’ Aku hanya berusaha menyelamatkan anak kita …” kata Tn. Geum, lalu dia berhenti sesaat, karena takut salah berbicara. “Aku harus dihukum atas kejahatan ini.”

“Biar aku yang dihukum! Jika kamu menungguku diluar sana, aku akan menanam bawang bombai begitu bebas. Aku bisa menanam daun bawang, perteseli air, wortel, apap saja. Aku akan menanam dan merawatnya. Sayang, aku akan ..” balas Ny. Choi.
“Sudah terlambat. Kita tidak bisa hidup tenang seumur hidup kita.”
Mereka berdua sama- sama merasa pusing serta stress.

Ru Na membereskan semua barang- barang yang ada didalam kantornya dengan perasaan kesal. Lalu tiba- tiba saja lampu mati, jadi dia pun langsung bersikap waspada dengan melihat ke sekeliling.
Kim Dan masuk ke dalam ruangan, dan mendekati Ru Na. Melihat kedatangannya, Ru Na mengomentari bahwa Kim Dan sama seperti kucing liar. Lalu dengan tenang dia mempersilahkan Kim Dan untuk duduk.

“Hentikan sekarang juga. Ini kesempatan terakhirmu,” kata Kim Dan, memperingatkan.
“Apa salahku?” tanya Ru Na, berpura- pura polos.
“Kamu yang paling tahu kejahatanmu,” balas Kim Dan.

Ru Na menanyakan apakah Kim Dan mempunyai kekuatan psiskis, karena aneh bagi seseorang yang terjatuh dari atas gedung tinggi tampak baik- baik saja. Dan bagaimana seseorang bisa terikat di lantai atap dalam sekejap. Orang biasa tidak akan bisa melakukan itu.
“Katakan. Aku suka hal semacam ini. Menyenangkan,” kata Ru Na sambil tersenyum.
“Nyawa seseorang dipertaruhkan, dan ini menyenangkan bagi mu?” balas Kim Dan, tidak percaya Ru Na bisa bersikap seperti ini.

“Karena aku suka orang yang kuat dan cakap. Pasti menyenangkan jika melakukan hal seru bersama,” kata Ru Na sambil membelai wajah Kim Dan dengan lembut.
Kim Dan kemudian langsung memegang tangan Ru Na, dan menjauhkannya. “Pikiranmu benar- benar busuk. Apapunn rencana jahatmu, itu tidak akan terjadi. Jika kamu membuat kecelakaan mobil, aku akan menyelamatkan dia. Jika kamu menjatuhkan dia dari gedung, aku akan menangkapnya. Jadi, akhiri rencana sia- siamu dan berhentilah,” kata Kim Dan, memperingatkan.
Ru Na dengan santai membalas bahwa baik dan buruk tidak bisa ditentukan dengan pasti, tapi menang dan kalah sudah dipastikan. Kim Dan pasti akan kalah, karena andai dia menjadi Kim Dan, maka dia pasti sudah membunuh dirinya. Karena kebaikan selalu lamban, itulah sebabnya mereka kalah.

“Kamu juga manusia. Manusia bisa melakukan kesalahan, menyesalinya, lalu memohon ampun. Kuharap kamu akan mengerti. Kumohon hentikan, jika kamu bertindak gegabah, aku mungkin akan … membunuhmu,” bisik Kim Dan, mengancam. Lalu setelah itu dia berjalan pergi darisana.

Post a Comment

Previous Post Next Post