Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 10-1


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 10-1
Images by : TvN
Part 2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land

Saya terkejut karena Tanya benar-benar bisa mendengar suara hatinya. Akan tetapi, Tanya tidak menyadari hal itu. Dia mengira kalau dia mendengar ucapan Saya.
--
Untuk menyakinkan Tagon kalau Tanya dari suku Wahan adalah keturunan langsung dari Asa Sin untuk klan Asa, Mubaek menunjukkan totem yang di temukannya di dalam Bundelan Keramat milik Suku Wahan. Itu adalah Byeoldaya milik Asa Sin. Jadi, Suku Wahan adalah keturunan langsung dari Asa Sin. Sayangnya, Tanya menghilang.
Tapi, Tagon tahu dengan jelas Tanya berada di mana, karena dia yang menyembunyikan Tanya.
--
Acara di gua telah selesai dan semua bubar. Acara ini kan di hadiri oleh Chae-eun juga, tapi saat acara, Saya berada di belakang dan hanya melihat diam-diam, jadi dia tidak melihat Saya. Saat keluar, Saya menyuruh Tanya untuk menunggunya di dalam hutan karena masih ada yang ingin di lakukannya.
Arthdal Chronicles

Tanya berjalan kembali ke hutan dengan perasaan bingung. Lukisan di wajah itu jelas adalah miliki suku-nya, suku Wahan. Dan lukisan totem tadi adalah sama seperti milik suku Wahan.
Saat itu, Chae-eun dan Nunbyeol melihat Tanya dan menyuruh Tanya untuk memperkenalkan dirinya. Dia bertanya kenapa Tanya bisa berada di sini tanpa melukis wajah? Tanya gugup dan beralasan kalau ini adalah hari pertamanya. Chae-eun terus bertanya, apakah Tanya (Chae-eun belum tahu nama Tanya ya) seorang diri? Tanya menjawab kalau dia bersama temannya, tapi temannya sedang bicara dengan seseorang dan akan segera kembali.
Chae-eun tersenyum ramah dan menyuruh Tanya agar tidak takut padanya. Dia hanya ingin mengingatkan Tanya agar melukis wajahnya lain kali. Tanya mengiyakan. Dan dia kemudian bertanya alasan kenapa harus memakai lukisan wajah.
“Ini dipakai oleh leluhur Suku Gunung Putih, juga Asa Sin. Sekitar 200 tahun lalu, Klan Asa mulai melarangnya. Mereka juga coba menghentikan kami, padahal kami hanya berbagi kata-kata bijak,” jelas Chae-eun.
Hal itu membuat Tanya semakin curiga, apa leluhur suku mereka, Serigala Putih Besar adalah Asa Sin?
--
Tagon dalam perjalanan pulang. Dia masih memikirkan mengenai Tanya yang adalah keturunan langsung Asa Sin. Dan dia teringat saat Tanya membahas mengenai Saenarae, padahal menurut Taealha hanya dia dan Haetuak yang tahu mengenai hal tersebut.
--
Tanya bersama dengan Saya dan dia bertanya mengenai Asa Sin. Saya memberitahu yang di ketahuinya, yaitu saat Asa Sin menghilang, keturunan asli Asa Sin di bantai. Dan sekarang yang tertinggal hanyalah keturunan tidak langsung (anak haram). Dan klan Asa sekarang bukanlah apa-apa jika keturunan langsung Asa Sin masih ada.
Tanya masih penasaran dan bertanya apakah Asa Sin tidak pernah muncul lagi setelah menghilang? Saya membenarkan, akan tetapi Asa Sin mengirim pengiringnya kemari, yaitu, Aramun Haesulla.
“Kalau begitu, Aramun Haesulla sungguh seorang Igutu?” tanya Tanya.
Saya menatapnya. Apakah Tanya benar-benar tidak sadar mampu membaca isi pikirannya atau hanya berpura-pura tidak melakukannya?
“Mana aku tahu kejadian 200 tahun lalu? Namun, yang mereka ajari di tempat ini, menyelamatkanku. Sesuatu yang kukira kutukan dianggap berkat di sini. Namun, mereka tak tahu aku adalah Igutu,” jawab Saya.
Tanya sadar kalau dia mungkin adalah keturunan langsung Asa Sin.
“Bagaimana jika keturunan langsung Asa Sin datang ke Arthdal?”
“Dia akan menjadi Pendeta Tinggi,” jawab Saya. “Tidak, orang itu pasti akan dijadikan Pendeta Tinggi oleh Tagon,” ujarnya dalam hati.
--

Mihol menemui Yeolson karena dia mendengar kalau Mubaek menemuinya. Yeolson dengan takut berkata tidak tahu mengenai pria yang menemuinya. Mihol bertanya apa yang mereka bicarakan?
Belum sempat Yeolson menjawab, Taealha dan Haetuak datang. Taealha segera memerintahkan agar Haetuak membawa pergi Yeolson. Mihol menghela nafas, dan kemudian mengingatkan Taealha kalau Tagon telah berlutut di depan Asa Ron dan bahkan dengan bertelanjang kaki. Karena itu, dia mengajak Taealha untuk kembali ke rencana awal, dimana dia akan mendukung Asa Ron sementara Taealha bersama Tagon.
“Rencana sia-sia dan bodoh itu… Jangan pikirkan lagi, atau posisi Ayah akan diturunkan jadi bachi perunggu,” ancam Taealha dan langsung pergi.
Mihol marah dan kemudian bertanya apakah Yeobi ada mengawasi Taealha? Yeobi mengiyakan.
--

Saya dan Tanya pulang dan mereka terkejut karena Tagon berada di kediaman mereka.

Tagon mengajak Tanya untuk bicara berdua. Dia bertanya mengenai leluhur Wahan. Tanya menjawab, Serigala Putih Besar. Dan Tagon langsung meminta Tanya menceritakan mengenai Serigala Putih Besar tersebut. Tanya langsung berkata kalau di hari Choseol akan memberitahunya, pasukan Daekan datang dan membunuhnya saat menyerang mereka.
“Jadi, kau tak menerima Bundelan Keramat Wahan?”
“Bagaimana bisa? Kalian hancurkan semua milik kami,” jawab Tanya, dingin.
Tapi, di dalam hatinya, Tanya berpikir. Apakah Tagon sudah tahu mengenai dia yang adalah keturunan Asa Sin? Haruskah dia beritahu? Harus bagaimana?
Tapi, tiba-tiba Tagon menggambar sesuatu. Totem milik klan Asa yang sama seperti milik suku Wahan. Dia bertanya, apakah Tanya pernah melihat gambar tersebut? Tanya langsung berbohong tidak pernah melihat gambar tersebut (padahal sudah, karena Choseol sudah menunjukkan gambar itu pada Tanya, di episode 04). Tagon mengerti dan tidak bertanya lagi.
Dan saat Tagon sudah keluar, dia teringat ucapan Saya kalau Tagon pasti menjadikan keturunan langsung Asa Sin menjadi pendeta tinggi (wooow, Tanya benar-benar bisa membaca pikiran, tapi tidak menyadarinya). Dan karena itu, Tanya keluar mengejar Tagon.
“Jika… Jika aku teringat hal lain, boleh aku menemuimu?”
“Tentu. Bilang pada Hae Tuak bahwa aku mengizinkanmu,” jawab Tagon dan lanjut berjalan pergi.
Saya ternyata memperhatikan mereka. Dan begitu Tagon pergi, dia langsung bertanya pada Tanya apa yang di tanyakan ayahnya? Kenapa ayahnya ingin tahu mengenai suku Wahan. Tanya menjawab kalau Tagon ingin tahu asal usul suku Wahan dan pendirinya.
Saya masih ragu dan bertanya alasannya. Tanya menjawab kalau dia tidak tahu. Saya masih belum puas, kenapa Tagon membiarkan Tanya hidup dan kenapa Taealha menjadikan Tanya pelayan? Dia memaksa Tanya menjawab. Dan akhirnya Tanya memberitahu kalau itu karena dia bermimpi (itu hanyalah kebohongan. Yang Tanya lakukan hanya menceritakan ulang mimpi Eunseom, seolah itu adalah mimpinya). Dia juga bisa bermimpi karna dia adalah penurus kepala suku Wahan.
Saya tidak percaya, tidak mungkin hanya karena Tanya bisa bermimpi maka Tanya di biarkan hidup.  Tanya berbohong kalau di dalam mimpinya dia melihat Saya. Dan dalam mimpinya, Serigala Putih Besar menyuruhnya melindungi Saya. Mungkin itulah alasan kenapa nyawanya di ampuni.
“Lalu kenapa mau bunuh diri? Tak ada penerus yang mengabaikan perintah leluhurnya. Kau mau bunuh diri saat temanmu mati.”
“Kurasa karena itulah aku tak jadi. Aku harus melindungimu,” jawab Tanya gugup.
Saya menatapnya dan dalam hati berujar kalau ternyata bukan hanya dia yang melihat Tanya di dalam mimpinya, tapi juga Tanya.
“Kau… Saat pertama kita bertemu, kau seperti mengenalku,” ujar Saya.
“Benar.”
“Aku melihatmu dalam mimpiku.”
“Dalam mimpimu, aku orang macam apa?”
“Kau tak punya teman atau keluarga. Kau menderita sendirian dan bicara sendiri. Kau menahan penderitaan sendirian. Seseorang yang ingin melangkah menuju cahaya,” jawab Tanya.
Saya terhenyak mendengar jawaban tersebut, karena itu memanglah semua yang di rasakannya. Dia mendekat ke Tanya, menggenggam tangannya dan meletakkannya di pipinya, “Kini, aku ingin memberitahumu segalanya,” ujar Saya dan tampak penuh kesedihan. “Kau mau dengar?”
Hal ini membuat hati Tanya menjadi gentar. Dapatkah dia memanfaatkan Saya untuk mencapai tujuannya?
--

Mubaek datang menemui Chae-eun. Dia ingin meminta bantuan.
“Kau kenal Hae Tuak dari Suku Hae?”
“Ya, dia pelayan Taealha.”
“Satu pelayan wanitanya dari Suku Wahan. Namanya Tanya. Pertemukan denganku jika kau temukan dia. Ini penting,” pinta Mubaek.
--
Tagon memanggil 3 orang prajurit pasukan Daekan yaitu : Moogwang, Hongsul dan Geomae.
“Kalian percaya padaku? Ini demi Daekan, Arthdal, juga aku. Kalian mau melakukannya?”
“Ya, tentu. Tentu, Niruha,,” jawab mereka, penuh keyakinan.
--
Di tengah malam kota, seorang pria pulang sendirian dengan mabuk. Dan tiba-tiba, Moogwang, Hongsul dan Geomae menyerang pria tersebut. Mereka membunuh pria tersebut tanpa menyadari kalau Roddip dan rekannya melihatnya.


Pria itu sudah di bunuh dan Geomae bertugas untuk menggantung mayatnya. Tapi, Roddip muncul di belakangnya dan dengan bahasa Neanthal bertanya, apa yang di lakukannya? Geomae terkejut dan mengeluarkan pedangnya. Mata Roddip bersinar kebiruan.
--
Saya menceritakan mengenai masa kecilnya. Mengenai dia yang di bawa pulang oleh Tagon saat terjadi perang dengan Neanthal, sekitar 1 atau 2 tahun setelah perang. Tanya bertanya alasannya? Tapi, Saya pun juga tidak tahu.
--
Subuh hari, dua orang pria pulang sambil berbincang. Dan mereka malah menemukan mayat pria tersebut, Gargan.
--
Haetuak datang untuk menemui Taealha. Tapi, malah mengintip ke ruangan Saya. dan karena ketahuan ngitip, Haetuak akhirnya memberitahu kalau dia tadi datang mencari Tanya. Ada sesuatu terjadi di pasar.
--

Semua prajurit penjaga dan pasukan Daekan termasuk Mubaek berkumpul di tempat di mana Gargan tergantung. Dan Kitoha datang dengan terburu-buru melaporkan kalau pemilik bengkel tembikar juga tewas dengan leher tergorok. Penjual unggas juga tewas jatuh masuk ke dalam sumur. Hal ini menyebabkan kegemparan di masyarakat.
“Tampaknya, mereka yang terpengaruh gosal tetap mati pada akhirnya. Gosal Neanthal belum tenang. Untuk menenangkan mereka, Tagon Niruha melakukan semua permintaan Pendeta Tinggi! Lihatlah yang terjadi!” ujar Moogwang tiba-tiba, sengaja menggiring opini publik.
Mubaek jadi berpkir, apa ini adalah perintah Tagon?
Saat itu, Hongsul memberitahu kalau Geomae menghilang pada Kitoha. Kitoha mana tahu, kan kemarin Moogwang, Hongsul dan Geomae pergi bersama, kenapa malah bertanya padanya.
--
Tagon menyeret Moogwang ke tempat sepi. Dia tahu kalau 3 orang yang mati itu di bunuh oleh Moogwang. Dan Moogwang mengakuinya. Tapi, dia tidak merasa bersalah karena Asa Ron yang awalnya membuat mereka gila dan memaksa Tagon untuk berlutut.
“Lalu kenapa?  Anggota Pasukan Daekan bunuh warga yang tak bersalah?”
“Kenapa tidak? Siapa yang larang? Jika Tagon suruh, aku tak akan ragu membunuhmu!”
“Mugwang… Jangan. Asa Ron dan Tagon akan lakukan semua hal agar lebih berkuasa. Sebenarnya, mereka sudah melakukannya. Menghunus pedangmu ke depan hanya akan berujung pada kematianmu.”
“Tidak. Teruslah bicara begitu, dan kau yang pertama akan mati,” balas Moogwang, tidak menghormati Mubaek lagi.
--

Taealha sudah mendengar mengenai kabar itu dari Haetuak dan dengan terburu-buru dia langsung pergi ke kediaman Tagon. Tagon tahu apa yang ingin Taealha tanyakan, jadi dia langsung memberitahu kalau dialah yang menyuruh untuk membunuh orang-orang tersebut. Taealha jelas kaget, kenapa Tagon tiba-tiba berubah pikiran? Padahal, saat dia menyarakan untuk membunuh, Tagon menolak idenya.
--

Asa Yon melaporkan pada Asa Ron mengenai kematian tiga orang warga dan di duga bunuh diri. Dan karena itu juga, warga percaya kalau gosal Neanthal dan Igutu masih hidup dan ritual yang di lakukan sia-sia.
“Dari awal memang tidak ada gosal, tak mungkin mereka penyebabnya,” ujar Asa Ron.
“Lalu apa? Pikirmu ini perbuatan Tagon?”
“Walau panggilan yang kuterima bukan dari dewa, tanpa aku, mereka tak bisa menerima panggilan. Akhirnya, mereka akan menemuiku,” ujar Asa Ron. “Tak ada seorang pun di Arthdal bisa menggantikanku.”
--
Taealha menebak apakah Tagon menemukan seseorang yang bisa menggantikan Asa Ron? Tapi hal itu tidak mungkin dan tidak masuk akal.
Tagon tersenyum dan memberitahu kalau Asa Ron bukanlah keturunan langsung Asa Sin. Dan dia telah menemukan keturunan langsung Asa Sin.
“Di negeri Iark nun jauh, tinggal dujeumsaeng dengan nama Wahan. Yang cukup mengejutkan, mereka bicara bahasa kita. Dalam desa mereka, kami temukan byeoldaya Asa Sin bergambar Jiwa Gunung Puncak Putih. Yang memberikannya padaku adalah yang paling jujur dan setia, Mubaek.”
“Apa? Benarkah? Risan dan Asa Sin memang kabur ke selatan. Maksudmu mereka dirikan Iark dan Suku Wahan? Apa Asa Sin leluhur mereka?”
“Leluhur Wahan adalah Serigala Putih Besar. Anggaplah Serigala Putih Besar itu Asa Sin. Jadi, penerusnya… Penerusnya tahu tentang… Saya dan Saenarae yang hanya diketahui oleh Hae Tuak.”
“Dia adalah Tanya?” kaget Taealha.
--

Saya dan Tanya pergi ke tengah desa. Mereka melihat orang-orang yang meninggal tersebut. Dan gosip mulai tersebar di desa mengenai Gosal Neanthal yang belum tenang. Saya dapat menduga kalau ini pasti adalah perbuatan Tagon, tapi kenapa?
--
“Agar diakui jadi keturunan Asa Sin, dia harus temukan lonceng bintang Kuil Agung. Apa Tanya tahu?” tanya Taealha.
“Bagus jika tahu, tapi masih ada cara lain. Sebarkan rumor lebih dahulu.”
Taealha tersenyum, “Siapa yang jadi menterinya jika Arthdal punya bang Rumor? Pasti Hae Tuak.”
--

Dan benar, Haetuak berada di kerumunan orang di pasar dan mulai menyebarkan rumor. Mengenai boneka tanah liat dari kuil Agung yang sudah mulai di buang beberapa orang karena hal itu hanya mendatangkan gosal. Ada yang memihak Asa Ron tapi ada yang memihak Tagon. Dan ada yang berkata kalau doa Asa Ron tidak di dengarkan oleh Isodunyong karna Asa Ron bukanlah keturunan langsung klan Asa.
Saya mendengar semua gosip itu dan melihat Haetuak juga. Ayahnya telah menyebarkan rumor. Tapi, walaupun rumor tersebar, Asa Ron tetap tidak akan bisa di gantikan.
--

Tanya dan saya berada di tengah hutan.
“Kini, rumor akan menyebar ke seluruh Serikat tanpa tidur saat malam, lewati banyak mulut dan telinga, rumor akan berkembang mencapai langit. Namun… Karena gelisah, warga dengan bodoh percaya penggosip tak dikenal dan menyebarkannya, tapi tak pernah mereka sembarang bertindak hanya karena rumor.”
“Kenapa tidak?” tanya Tanya.
“Karena itu tetaplah rumor. Rumor tak bisa menggantikan Asa Ron.”
“Mungkin agar rakyat percaya Tagon Niruha. Dia pernah terima panggilan dari Aramun Haesulla.”
“Aramun jadi dewa hanya karena Klan Asa mengakuinya. Dapat panggilan tak berarti jadi dewa. Dia tak bisa gantikan Asa Ron.”
“Kalau begitu, mungkin bukan Tagon yang melakukan ini.”
“Kau salah. Pasti ayahku.”
“Katamu, Asa Ron tak bisa digantikan.”
“Apa dia menemukan orang yang bisa gantikan Asa Ron? Dia temukan yang bisa gantikan Asa Ron dalam sehari. Siapa dia?” pikir Saya.
Dan dia teringat kalau sehari sebelumnya, Tagon menemui Tanya. Dia menatap Tanya dengan tajam dan mendorongnya ke dahan pohon. Apa yang Tanya dan Tagon sembunyikan darinya?
“Kau membodohiku. Ayah berubah pikiran setelah bertemu kau.”
“Kau keliru,” sangkal Tanya.
“Pikirmu aku percaya omonganmu? Kau pikir kau berhasil membodohiku? Kau pikir aku begitu saja percaya padamu jika kau berlutut, memperlakukanku seperti majikan setelah kau melawanku mati-matian? Aku tulus menyukai dan menginginkanmu. Namun, kau memanfaatkanku. Kau mau balaskan dendam temanmu yang mati? Kau masih bernapas karena aku menyukaimu. Kau hidup karena aku menginginkanmu. Kau tahu itu? Jadi, kenapa… Kenapa? Kenapa kau membohongiku? Kenapa kau berbuat begitu?” marah Saya.
“Kau bilang, hanya itu caranya untuk tahu. Itu katamu. Katamu, jika tak punya kekuasaan, aku tak akan bisa tahu. Katamu, tanpa kekuasaan, aku tak akan tahu kenapa kami alami itu, dan kenapa Eunseom akhirnya tewas seperti itu. Itulah alasanku. Kumanfaatkan kau untuk dapat kekuasaan. Itulah rencanaku. Namun… aku menyesalinya,” jelas Tanya dan menangis penuh amarah dan kesedihan.
“Kenapa?”
“Kurasa semua mulai kacau. Karena itu… aku menyesalinya.”
“Kenapa kau menyesalinya? Kenapa menyesal?” teriak Saya.
“Tiap kali melihat wajahmu… Tiap lihat wajahmu… Kita seharusnya tak pernah bertemu,” ujar Tanya dan menatapnya dengan mata sendu.
Saya terhenyak mendengar jawaban tersebut. “Apa rahasia antara kau dan ayahku? Kenapa ayahku berubah pikiran?”
“Aku keturunan langsung kepala Suku Wahan dan Serigala Putih Besar. Serigala Putih Besar… Serigala Putih Besar pastilah Asa Sin,” beritahu Tanya. “Kupikir aku keturunan  langsung Asa Sin. Aku.”
“Kau… yang akan menggantikan Asa Ron?” kaget Saya.


Post a Comment

Previous Post Next Post