Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 10-2
Images by : TvN
Part
2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land
Di Doldambul
Para budak di pekerjakan sebagai penambang.
Mereka bekerja tanpa henti dan di aniaya. Tidak di perlakukan layaknya manusia.
Dalsae yang bertugas untuk menerjemahkan ucapan majikan kepada para budak.
Usai menerjemahkan, Dalsae berlari
melihat ke bawah sumur. Dia berkata di dalam hatinya agar Eunseom dapat bertahan.
Di bawah sumur itu, di sebuth
Gitbadak. Untuk menambang permata di bawah tanah. Eunseom di tempatkan di sana
bersama beberapa penambang lainnya. Mereka menempatkan hasil yang di tempatkan
dan hasilnya di tarik ke atas.
Syoreujagin (ini majikan yang sangat
membenci Igutu dan menganiaya Eunseom) juga berusaha diam-diam mencuri permata
yang bisa di ambilnya dari pemilik tambang.
Saat jam istirahat, penambang yang
berada di bawah tanah tidak di berikan makan karena di anggap tidak menemui
target hasil. Tentu saja, penambang yang di sana langsung lunglai. Eunseom ada
di sana dan terus bekerja tanpa beristirahat.
Salah seorang budak, Sateunik
menghampiri kelompok lain dan meminta maaf karena ini semua salahnya hingga
mereka tidak mencapai target. Dan tentu dia di pukuli. Tapi, Eunseom teruslah
bekerja. Dan Eunseom malah di pukuli karena adalah Igutu tapi tidak
menghasilkan banyak. Eunseom hanya diam dan tidak melawan sama sekali bahkan
tidak bersuara sama sekali. Dia tampak sudah kehilangan semangat hidup.
Eunseom terus teringat wajah Teodae
yang bunuh diri di depan matanya.
Ada seorang kakek di sana yang menyuruh
mereka untuk berhenti bertengkar dan lanjut kerja saja.
Sateunik sendiri terus memperhatikan
Eunseom. Dia menghampiri Eunseom dan meminta maaf. Eunseom menatapnya terkejut,
tetapi kemudian lanjut bekerja.
--
Di atas, Syoreujagin makan dengan nikmatnya.
Tapi, saat itu, dia di panggil untuk menghadap Goldu.
“Kudengar kau membawa Igutu.”
“Ya, Pak. Kutempatkan di tambang. Jadi,
dia tak bisa mendaki ke atas sini. Itu sia-sia, mengingat permata di sini.”
“Kau pikir sia-sia? Kakakmu dibunuh
Igutu, kau pikir membunuhnya sia-sia? Kurasa kau tak mau kehilangan apa pun.”
“Maksudku…Semua di sini adalah milikmu,”
jawab Syoreujagin ketakutan.
--
Eunseom lanjut bekerja bersebelahan
dengan Ibsaeng. Saat itu, Ibsaeng menemukan sebuah permata yang cukup besar, dan
dia langsung bahagia. Dia menyombongkan pada Eunseom kalau dengan permata itu
dia akan bisa membeli rumah besar di sebelah Istana Serikat Arthdal. Dia akan
bisa hidup mewah dengan di jaga oleh Pasukan Daekan. Orang yang mendengar angan
Ibsaeng, langsung menyebut Ibsaeng gila. Tidak ada gunanya mempunyai permata
yang bisa membeli seluruh Arthdal kalau akan baerada di bawah tanah dan menggali
tambang seluruh hidup.
“Maksudku, ayolah. Kita harus punya
harapan,” gerutu Ibsaeng.”Harapan. Aku dan dia sudah berbeda. Dia sudah
dijinakkan seperti hewan oleh Syoreujagin. Siapa namamu? Namamu tak mungkin
Ungu. Aku tak berencana mengatakan ini padamu. Namun, aku akan kabur. Kuberi
tahu caranya. Kini, kita dikurung sangat dalam di bawah tanah. Pertama, kita
harus… Kita dikurung di bawah tanah, 'kan? Jadi, kita harus… Aku tak boleh beri
tahu banyak padamu. Namun, aku bisa mengajakmu. Itu bergantung pada perilakumu.
Bagaimana? Kau mau ikut?” ajak Ibsaeng. Tapi, Eunseom terus diam. “Dasar
berandal. Kau pasti tuli. Hei! Dengar? Kau tuli.”
--
Malam hari,
Semua pekerja tertidur. Tapi, tidak
dengan Eunseom. Matanya tampak sangat kosong.
Flashback
Eunseom
menjerit histeris saat Teodae bunuh diri di hadapannya. Dan Syoreujagin malah
menendang tubuh Teodae yang sudah tidak bernyawa. Karena hal itu, Eunseom
akhirnya berteriak, mengikuti yang selalu Syoreujagin dia suruh ucapkan. Mengenai
hinanya Igutu. Saat itu, Dalsae sampai jatuh terduduk melihat Eunseom yang
telah menyerah hingga seperti itu.
(ah,
aku ingin mengumpati Syoreujagin. Aku berharap dia akan menerima hukuman
setimpal. Dia tidak tahu kalau Eunseom adalah anak dari Asa Hon, orang yang di
tinggikan dan di banggakan di Arthdal dan anak dari Ragaz, orang yang juga
hebat di Neanthal).
Eunseom
teringat saat Choseol berkata kalau mereka tidak tahu, apakah Eunseom akan
menguntungkan bagi suku Wahan atau malah membawa mala petaka terhadap mereka.
Dia
teringat saat Mungtae mengkhianati mereka dan berkata kalau mereka tidak akan
bisa kabur dari sini.
End
Eunseom memegang telinganya merasa
sangat takut, marah dan juga tidak berdaya. Dan saat itu, dia seperti bermimpi,
melihat Tanya yang berujar, “Aku menyesalinya,” (ini yang Tanya katakan pada
Saya).
Eunseom menangis. Dan Sateunik mendengar
tangisannya tersebut, matanya tampak berkaca-kaca.
--
Karang
Gojichu Besar
Semua warga berkumpul di sana dan
tampak histeris. Tagon dan Taealha juga menuju ke sana. Ada apa?
Di sana, ada mayat seorang pria dengan
luka di jantung. Dan ada kertas bertuliskan : Ketahui kenapa Asa Sin mengirim Aramun.
--
Tagon dan Taealha bicara berdua. Tagon
berkata kalau bukan dia yang melakukan hal tersebut.
“Apakah sungguh Jiwa Gunung Puncak
Putih? Mereka yang lakukan itu? Asa Ron binasakan mereka delapan tahun lalu,”
ujar Taealha.
“Saat mereka muncul delapan tahun
lalu, orang persis bicara begitu. "Kita
binasakan mereka 20 tahun lalu.””
“Aku tak tahu ini akan menguntungkan
kita atau tidak.”
--
Dan sepertinya, itu pun bukan perbuatan
Asa Ron. Karna Asa Yon tampak marah mengira Tagon sangat berani hingga membunuh
pendeta kuil Agung.
“Namun, Tagon tak akan pernah gegabah
melakukannya,” ujar Asa Ron. Tapi, tetap saja ada keraguan di hatinya.
--
Tagon merasa kalau ini adalah masalah
besar.
“Namun, para orang bodoh itu… Kata
mereka, Aramun adalah seorang Igutu. Itu sebenarnya bagus untukmu, 'kan? Maksudku,
memang akan berisiko, tapi jika keyakinan mereka menyebar di Serikat...”
“Mereka tak akan menang lawan Asa Ron.
Aramun adalah pahlawan, Igutu dianggap monster. Kau pikir rakyat akan terima
hal itu? Kenapa aku harus ambil risiko sebesar itu? Tak bisa kulakukan. Pendeta
ditemukan tewas, Asa Ron akan meributkannya. Itu akan mengubur rumor gosal dan
bukan keturunan langsung. Mungkin itu perbuatan Asa Ron,” yakin Tagon.
--
Asa Ron memerintahkan agar semua orang
di kumpulkan. Jika ini adalah perbuatan Tagon maka dosa yang di lakukan Tagon
lebih besar daripada melakukan Ollimsani. Sekalipun bukan Tagon yang
melakukannya, ini bisa menjadi peluang bagi mereka untuk memutar balik keadaan.
“Mulai kini, semua yang meragukan kekuasaan
Klan Asa dianggap Jiwa Gunung Puncak Putih,” ujar Asa Ron.
--
Tagon memberitahu Taealha kalau mereka
harus menangkap Jiwa Gunung Puncak Putih sebelum di dahului.
Dan tanpa membuang waktu, Tagon langsung
menemui pasukan Daekan.
“Kita akan serang Jiwa Gunung Puncak
Putih. Siapa yang terakhir ditangkap?” tanya Tagon.
“Mungkin Olmadae, yang ke Doldambul delapan
tahun lalu.”
“Dia akan bicara jujur jika disiksa. Yeonbal,
ke Doldambul bersama Unit Tujuh, bawa dia padaku. Segera,” perintah Tagon. “Unit
Tiga, awasi Kuil Agung. Di mana Geomae?”
“Sejujurnya, Niruha, kami tak lihat
dia sejak hari itu.”
“"Hari itu"?”
“Hari saat kau beri perintah.”
“Maka Mubaek... Di mana Mubaek?”
Tags:
Arthdal Chronicles
Ayo minn lanjut,ditungguin ini
ReplyDelete