Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 10-3
Images by : TvN
Part
2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land
Mubaek sedang berada di hutan dan… dia
menemukan pedang milik pasukan Daekan namun pedang tersebut patah. Mubaek jelas
langsung memeriksa sekitar. Dan dia menemukan mayat Geomae dengan bagian dada
berlobang, sepertinya jantungnya di renggut. Mubaek terkejut, itu luka yang
hanya bisa di buat oleh Neanthal.
--
Asa Ron mengumpulkan semua orang dari
klan Asa.
“Saudara kita, pendeta kita, tewas. Dibunuh
Jiwa Gunung Puncak Putih. Isodunyong menyelamatkan mereka yang menderita karena
roh pembalas dendam Neanthal, tapi Jiwa Gunung Puncak Putih menginjak-injak dan
membunuh mereka untuk mempermalukan Gunung Puncak Putih dan menghina Asa Sin. Kini,
demi Asa Sin, demi Gunung Puncak Putih, juga demi Serikat, kita harus akhiri
hubungan dengan mereka!” pidato Asa Ron penuh emosi.
(Nanti aku buat satu postingan singkat
ya, mengenai hubungan Asa Sin – Risan dan Aramun Haesulla, biar pada lebih
paham).
--
Chae-eun berada di pasar dan Nunbyeol
dan mereka membahas sesuatu bersama seorang wanita. Mengenai bukan kelompok mereka
kan yang melakukannya? Wanita itu juga tidak tahu, jadi dia memberitahu kalau
malam ini, mereka akan melakukan rapat. Dotti juga ada di sana, tapi karena dia
tidak mengerti pembicaraan maka dia pergi bermain.
Saat itu Asa Yon naik ke podium pasar.
Dia membuat pengumuman, “Perhatian, Semuanya! Kusampaikan pesan Isodunyong, dewi
Gunung Puncak Putih yang tak pernah tidur. Kelompok jahat Jiwa Gunung Puncak
Putih berani membunuh pendeta, mencemarkan Karang Gochiju Besar, dan mengutuk
Serikat. Untuk mengatasi bencana ini, Asa Ron Niruha tak akan minum atau makan garam,
dan berdoa selama tiga hari tiga malam. Karena itu, semua rakyat Serikat diminta
mematuhi tiga perintah ini. Pertama, tetap berpikiran jernih dan jangan bicara
yang tak perlu. Kedua, berdoa pada dewa yang kalian yakini demi kedamaian
Arthdal. Ketiga. Cari Jiwa Gunung Puncak Putih (sepertinya, ini adalah kelompok
Chae-eun, karena Chae-eun dan Nunbyeol terlihat kaget gitu) dan lapor ke kami. Yang
mengomong kosong tentang Aramun Haesulla seorang Igutu dan meragukan kesucian
Klan Asa, pastilah Jiwa Gunung Puncak Putih. Cari dan melapor ke kami!”
Semua langsung berteriak untuk mencari
orang yang menamakan diri sebagai Jiwa Gunung Puncak Putih.
“Sebagian kalian adalah anggota Jiwa
Gunung Puncak Putih. Majulah. Mata Isodunyong tak pernah tidur, jangan
sembunyi. Siapa?” tanya Asa Yon.
Semua jelas bingung dan Nunbyeol serta
Chae-eun terlihat ketakutan. Asa Yon turun dari podium dan berjalan menuju… ke
arah seorang pria. Dia menuduh pria itu adalah anggota dari Jiwa Gunung Puncak
Putih, karena pria itu yang menyebarkan rumor mengenai Aramun Haesulla adalah
seorang Igutu. Pria itu kebingungan. Dia hanya menyampaikan rumor yang di
dengarnya. Tapi, penjelasannya tidak di jelaskan dan dia langsung di pukuli sampai
mati oleh klan Asa.
Tanya yang ada di pasar dan melihat
itu menjadi ketakutan. Itu mengingatkannya saat mereka di pukuli dan di lempar
batu di hari kematian Sanung. Chae-eun melihat Tanya dan mengajaknya untuk
segera pergi.
Tanya bingung karena dia tidak
mengenali Chae-eun. Chae-eun mengingatkan kalau dia adalah orang yang bertanya
pada Tanya di depan gua waktu itu, wajahnya waktu itu di lukis. Dia memberitahu
Tanya kalau malam ini mereka akan mengadakan rapat dan dia meminta Tanya
menyampaikan pesan itu pada teman Tanya. Tanya mengiyakan.
Saat itu, Dotti melihat mereka dan
langsung berteriak : “Tanya eonni.”
--
Asa Ron mendapat laporan dari salah
satu pengikutnya kalau tidak ada lagi orang yang membicarakan mengenai
orang-orang yang meninggal itu. Tapi, Asa Ron tidak terlihat senang.
“Kita memulai perang dengan taruhan
kehormatan Asa Sin. Kau tak bisa lihat perang berdarah menanti kita?” ujar Asa
Ron.
“Aku tak berpikir mengatakan itu. Namun,
kita tak mungkin kalah.”
“Benar, tak akan. Namun, bisa kulihat
ada yang tak kuketahui di balik semua yang terjadi saat ini. Jelas ada sesuatu.”
Saat itu, seseorang masuk dan
memberitahu kalau ada tamu. Tamu yang di maksud adalah Mihol. Mihol memberi
hormat pada Asa Ron dan menyampaikan kalau dia membawakan Sonsisi (hadiah). Kecil,
tapi dia harap bisa membantu.
Dan dengan perintah Mihol, Yeobi masuk
dengan membawa seorang wanita yang terikat ke depan Asa Ron.
--
Mubaek berkeliling hutan memeriksa. Dia
masih bingung, apakah benar itu adalah perbuatan Neanthal?
--
Pria yang di pukuli klan Asa di pasar,
akhirnya meninggal. Dan Asa Yon memberikan ancaman kalau ada yang membantu Jiwa
Gunung Puncak Putih dalam hal apapun, maka akan di hukum karena menistakan
dewa. Rasakanlah amarah Dewa.
Chae-eun sangat prihatin dengan pria
tersebut sekaligus ketakutan. Saat itu, Dotti baru berhasil mencapai Chae-eun
karena terjebak kerumunan orang tadi. Dengan bingung, Dotti berkata kalau tadi Tanya
ada di sini. Barusan Chae-eun bicara dengan Tanya.
“Aku yakin itu Tanya. Yang kau ajak
bicara tadi. Susu Eunseom ingin selamatkan dia,” beritahu Dotti.
Chae-eun terkejut, “Gadis itu adalah Wahan? Bagaimana Wahan
bergabung dalam organisasi kami?”
Dan kemudian, Chae-eun teringat permintaan
Mubaek agar dia mencari Tanya dan mempertemukan mereka.
--
Tanya sudah kembali ke benteng api dan
dia langsung bertanya, apakah Saya yang melakukannya? Apakah Saya yang membunuh?
Dan tanpa rasa bersalah, Saya membenarkan.
“Katamu tak ada hierarki di antara
kita dan memutuskan semua bersama,” marah Tanya.
“Benar. Karena itu kuizinkan kau bicara
santai denganku dan kau bilang akan percaya aku dan menuruti kemauanku.”
“Kau tak bilang akan membunuh orang,”
protes Tanya.
“Apa salahnya? Kubicarakan itu
semalaman. Aku ingin ada kekacauan.”
“Pendeta memukuli orang di pasar dan
membawanya karenamu. Pria, yang mungkin anggota organisasimu, dipukuli, dan ada
jasad yang dinodai secara brutal. Kau
pikir itu tak apa?”
“Ya. Kebingungan dan kekacauan. Kerusuhan
besar. Itu yang aku mau,” jawab Saya dengan tenang.
“Namun, kenapa? Kenapa begitu?”
“Arthdal dibangun di atas pondasi kuat
tanpa satu pun celah. Orang seperti kita, yang di dasar piramida, tak akan
punya peluang untuk naik tanpa menciptakan kebingungan dan kekacauan. Katamu
ingin kekuasaan. Kita harus mengubah keadaan. Hanya dengan begitu, peluang
didapat.”
“Kalau begitu, akan kulupakan,” ujar
Tanya. “Aku selesai denganmu. Lebih baik dengan Tagon,” dan beranjak pergi.
“Kau pikir dia berbeda?” marah Saya.
“Kau bilang kita putuskan bersama dan
melanggar janji itu. Setidaknya Tagon belum melakukan itu padaku.”
“Tahan. Tunggu!” panik Saya dan
menghentikan Tanya. “Aku harus bagaimana? Apa maumu? Kau mau aku bagaimana? Andai
mau kau tetap di sini, aku harus lakukan apa? Kuberi tahu kau banyak hal. Kini,
katakan padaku. Aku harus bagaimana agar kau tak pergi?”
“Tak tahu jawabannya?”
“Tak ada dalam buku. Jangan tertawa. Aku
selalu memikirkan segala kemungkinan sebelum membuat taktik, atau dalam situasi
begini. Namun, aku tak menduga ini. Katakan harus bagaimana. Aku harus lakukan
apa agar kau tak pergi?” mohon Saya.
Tanya menghela nafas, “Baiklah. Akan
kuberi tahu. Jika mau lakukan hal yang tak bisa dibatalkan, kau harus tanya aku
dahulu. Dan kau harus hargai nyawa orang. Kini, mengangguklah dan bilang kau
mengerti.”
Saya mengikuti kata Tanya, seolah Tanya
adalah majikannya. “Aku mengerti. Akan kuturuti.”
Dan Saya sangat legat karena Tanya
tidak jadi pergi. Tapi, dia bingung kenapa Tanya sangat rumit.
“Karena hal yang kupelajari di tempat
aku tumbuh besar. Dunia… Lupakan saja. Kau akan bilang itu omong kosong.”
Dan Tanya kembali melanjutkan
pekerjaannya. Membawa sesuatu ke tempat penyepuhan.
Saat dia keluar, di depan benteng Api,
Asa Yon tiba dan berkata akan mengawal Taealha mulai sekarang. taealha jelas
menolak. Tapi, para prajurit klan Asa menghentikannya dan berkata kalau mereka
harus ikut.
“Kami terima laporan kau menyebar
rumor palsu penuh hujatan,” ujar Asa Yon.
“Apa? Rumor penuh hujatan?” kaget Haetuak.
“Kau tahu Kuil Agung menangani semua
aksi penghujatan. Tentu Hae Tuak harus ikut kami.”
Taealha tertawa jengkel. Dan mulai
menyerang mereka saat ada yang menyentuhnya. Saya yang melihat itu tersenyum. Taealha
dengan sinis berkata kalau dia akan mengikuti mereka, tapi jangan berani
menyentuhnya.
Tanya bingung dengan yang terjadi. Saya
tidak menjelaskan dan hanya menyuruh Tanya untuk pergi ke rumah pohon usai dari
bengkel penyepuhan. Dan jangan keluar dari sana sampai dia tiba.
“Asa Ron bergerak lebih cepat daripada
perkiraanku. Kini giliranku,” pikir
Saya.
--
Gilseon melapor
pada Tagon mengenai Taealha yang di bawa ke Kuil Agung dan akan di tahan. Tanpa
di duga, Tagon malah bertanya, apa yang akan Gilseon lakukan jika jadi berada
di posisinya.
“Aku tak
yakin, tapi mungkin memerangi mereka,” jawab Gilseon.
“Jika
kuserang, Asa Ron akan bilang aku anggota Jiwa Gunung Puncak Putih. Kini,
tujuannya sudah jelas. Dia mau orang mengira aku dalang organisasi itu.”
“Kalau
begitu, kita harus lakukan apa? Diam dan menderita?”
“Kita
lacak Jiwa Gunung Puncak Putih untuk memperbaiki keadaan. Aku akan berunding
dengannya. Kirim utusan pada Asa Ron saat fajar besok,” perintah Tagon.
--
Saya memakai
jubah dan membawa sebuah surat. Diam-diam, dia memasuki kediaman Tagon.
--
Chae-eun
secara beruntung melihat Tanya di desa dan langsung mengikutinya.
--
Tagon sedang
berjalan di kediamannya, ketika dia menemukan sebuah surat yang di tempel di
dinding : Pemimpin Serikat kami, Aramun
yang datang dalam wujud Igutu, bimbinglah kami.
Membaca
isi surat itu, Tagon menjadi sangat panik. Dia segera melepas surat itu dan
menyembunyikan sambil bertanya-tanya dalam hati, bagaimana bisa Jiwa Gunung
Puncak Putih tahu kalau dia adalah Igutu? Bagaimana bisa?
Dan kita
melihat Saya yang berjalan keluar tanpa memegang surat lagi. Dialah yang menempel
surat itu. “Ayah. Kini, Ayah pasti sangat
bingung. Taealha di bawa ke Kuil Agung, dan Jiwa Gunung Puncak Putih mengarah pada
Ayah. Siapa yang Ayah anggap musuh? Apa Ayah masih malu pada fakta bahwa Ayah
adalah Igutu?”
--
Mubaek menemui
Harim. Dia memberitahu mengenai mayat Geomae yang rusuknya patah dan jantungnya
di cabut. Dia yakin itu adalah perbuatan Neanthal.
Dan saat
mereka tiba di kediaman mereka di dalam hutan (tempat mereka merawat Eunseom),
mereka melihat Nunbyeol yang terjatuh terduduk di tanah dan ada dua orang berpakaian
hitam berdiri di depan Nunbyeol. Harim menghampirinya dengan panik dan bertanya,
ada apa?
--
Chae-eun
mengikuti Tanya hingga ke dalam hutan.
--
Mubaek melihat
kedua orang pria yang berdiri di depan Nunbyeol. Mereka adalah Neanthal dengan
bibir berwarna biru. Harim terkejut hingga terjatuh. Sementara Mubaek segera
mengeluarkan pedangnya.
--
Chae-eun
akhirnya menghampiri Tanya.
“Kau
Tanya?” tanya Chae-eun.
“Bagaimana
kau tahu namaku?”
“Kau kenal
dengan Eunseom?”
Tanya terkejut
mendengar nama Eunseom.
--
Mubaek memegang
pedangnya dan menatap 2 orang Neanthal tersebut, “Neanthal datang ke Arthdal.”
--
Sementara
Tagon berkeliling ketakutan mencari siapa yang ada di sana.
--
“Eunseom. Bagaimana
kau bisa mengenalnya?” tanya Tanya.
--
Nikmati kekacauannya saat ini. Semua
yang berguncang pasti akan berakhir. ujar
Saya di dalam hatinya.
-Bersambung-
Tags:
Arthdal Chronicles
Dipostingan yg mana kak hubungan antara risan,asasin sama aramun haeseulla?
ReplyDelete