Numpang Iklan Sejenak, All 😊
Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig
aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow,
like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie.
Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog
ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para
pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode
13
Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Lan Mei begitu semangat saat melihat kalau yang menelpon adalah Tong Nian, dan tanpa mendengar suara Tong Nian, dia udah langsung tanya, apakah Tong Nian sudah ciu*an dengan Shangyan?
“Hallo, aku adalah Han Shangyan,” ujar Shangyan,
memperkenalkan diri.
Mata Lan Mei langsung membesar, mendengar orang
yang menelponnya menggunakan ponsel Tong Nian adalah Shangyan. Shangyan berkata
kalau dia ingin meminta tolong. Entah apa yang di katakan Shangyan, karena Lan
Mei menjawab tidak masalah dan kemudian mematikan ponselnya.
Suami Lan Mei yang lagi mandi, mendengar suara
jeritan Lan Mei tadi, keluar dan bertanya, ada apa? Siapa yang menelpon?
“Idola mu,” jawab Lan Mei.
Suaminya langsung terkejut dan keluar dari kamar
mandi. Dia sangat antusias mendengar yang menelpon adalah Shangyan dan bertanya
apa yang Shangyan katakan? Lan Mei menjelaskan dari awal kalau Shangyan
menggunakan ponsel Tong Nian untuk menelponnya. Dia bilang kalau Tong Nian
mabuk dan ingin memintanya membawa Tong Nian pulang ke rumah.
“Aku rasa ya, dia takut jika membawa pulang Tong
Nian sendiri, dia akan di ceramahi oleh orang tua Tong Nian,” akhiri Lan Mei.
Suami Lan Mei lebih bersemangat. Dia menyuruh agar
Lan Mei segera bertukar baju dan bersiap, karena mereka akan segera berangkat.
--
Shangyan berusaha mengambil kalung-nya (milik ibu
tiri-nya) yang di pegang oleh Tong Nian dan berhasil. Setelah itu, dia
membereskan barang-barang Tong Nian kembali ke dalam tas, dan dia juga
memasukkan kalung yang sudah di letakkannya dalam kotak kalung ke dalam tas
Tong Nian.
--
Lan Mei dan suaminya sudah berada di depan rumah
Tong Nian dan menunggu di dalam mobil. Lan Mei sudah sangat bosan karena
Shangyan belum juga tiba. Suaminya saja sudah sampai ketiduran.
Untunglah, tidak lama kemudian, Shangyan tiba bersama Tong Nian yang masih belum sadarkan diri. Begitu melihat Shangyan, suami Lan Mei langsung menjabat tangan Shangyan dengan antusias dan memanggilnya “Gun God”. Shangyan menyuruhnya untuk memanggilnya, Han Shangyan, saja. Lan Mei dengan bersemangat memberitahu Shangyan kalau suaminya adalah fans garis keras Shangyan.
“Aku terlalu gugup hingga tidak tahu harus berkata
apa,” ujar suami Lan Mei, antusias. “Tapi, kau harus percaya, masih ada banyak
fans untuk team SOLO! Kalian adalah yang terbaik!”
“Terimakasih,” jawab Shangyan.
Suami Lan Mei meminta izin untuk berfoto dengan
Shangyan, tapi Lan Mei langsung melarang-nya. Suami Lan Mei langsung teringat
kalau Shangyan tidak suka di foto dan dia langsung meminta maaf.
“Walaupun kita tidak bisa berfoto bersama, aku
masih ingin mengatakan hal ini : Han Shangyan, semangat! Entah masa lalu
ataupun sekarang, kau selalu mempunyai kami para fans yang selalu mendukung mu
dari belakang! Kami percaya kalau team K&K, suatu hari nanti akan
memenangkan turnamen team dan mengibarkan bendera nasional kita! Ini mimpi-mu
dan, sebagai fans-mu untuk bertahun-tahun lamanya, itu juga mimpiku. Kau harus
semangat!” ujar suami Lan Mei serius dan memeluk Shangyan.
Melihat dukungan suami Lan Mei padanya, membuat Shangyan sedikit melembut. Dia mengizinkan suami Lan Mei untuk berfoto dengannya. Suami Lan Mei tentu tidak mau melewatkan kesempatan itu dan langsung mengeluarkan fotonya dan Lan Mei segera memotret mereka.
Setelah itu, Shangyan mengingatkan mereka untuk
permintaannya. Shangyan membawa keluar Tong Nian dan menggendongnya hingga ke
depan gang rumah Tong Nian. Sambil jalan, Lan Mei langsung tanya, apakah
Shangyan memiliki perasaan pada Tong Nian?
“Sejujurnya, aku tidak mengenalnya cukup baik,
kami hanya bertemu beberapa kali. Jika kau tanya apakah aku menyukainya dan aku
menjawab ya, bukankah aku akan terlalu munafik. Menyukai atau tidak, dapat di
tentukan nanti. Pelan-pelan saja. Ini bukanlah hal penting,” jawab Shangyan.
“Ini sangat penting,” ujar Lan Mei, dengan cepat.
“Segala hal punya waktunya. Cepat atau lambat
perasaan akan datang,” jawab Shangyan ambigu.
Lan Mei bingung dengan maksud perkataan Shangyan.
Apa artinya adalah hal yang di pikirkannya sekarang ini? Suaminya berkata kalau
itu artinya Shangyan akan bertanggung jawab hingga akhir. Lan Mei sangat senang
mendengarnya, karena itu artinya, Tong Nian masih memiliki kesempatan.
Setelah menggendong Tong Nian sampai ke depan pintu
gerbang rumah, Shangyan mengajak mereka untuk bertukar akun WeChat agar jika
ada apa-apa bisa di hubungi. Suami Lan Mei sangat senang karena bisa
mendapatkan akun WeChat Shangyan.
“Hari ini, terimakasih,” ujar Shangyan dan
memberikan Tong Nian pada Lan Mei.
Setelah itu, Shangyan langsung kembali ke mobilnya
dan pergi.
Ibu Tong Nian keluar karena mendengar suara bel, dan dia sangat terkejut karena Tong Nian kembali dalam keadaan mabuk. Lan Mei segera meminta maaf. Lan Mei berbohong kalau tadi mereka melakukan pertemuan, dan seseorang menuangkan alkohol ke minuman Tong Nian. Tapi, tidak perlu khawatir, begitu bangun tidur, Tong Nian akan baik-baik saja. Untunglah ibu tidak marah pada Lan Mei.
--
Shangyan mengumpulkan semua anggota dan membaca
laporan-laporan yang telah di buat setiap anggota. Masalahnya, Shangyan tidak
fokus dan terus teringat sikap agresif Tong Nian yang mabuk kemarin. Dan karena
itu, dia hanya melihat sekilas laporan-laporan itu dan menyuruh semuanya untuk
membuat ulang laporan.
Pas sudah keluar, Demo bicara dengan 97, membahas
mengenai luka di dahi Shangyan. 97 menebak kalau Shangyan pasti menabrak
dinding kemarin, dan itu pasti karena ‘kakak ipar’.
Wu Bai masuk ke dalam (dia tadi tidak ikut rapat di dalam) dan menghampiri Shangyan. Shangyan benar-benar tidak fokus untuk kerja hari ini. Wu Bai memberitahu Shangyan, kalau kemarin ibu tiri Shangyan menghubunginya karena ponsel Shangyan tidak aktif kemarin. Ibu tiri Shangyan menelpon untuk meminta kalung yang dia beli di titipkan pada kakek. Shangyan menghela nafas panjang dan meninggalkan Wu Bai.
Shangyan masuk ke dalam kamarnya. Dia terus
menerus menghela nafas. Dia teringat saat kemarin Tong Nian mabuk, Tong Nian
mengambil kalung itu, dan dia memberikannya. Shangyan akhirnya memutuskan
menelpon ibu tirinya. Dia berbohong
kalau dia sudah menghilangkan kalung itu saat di bandara dan karena itu dia
akan mengganti kalung tersebut.
“Ngapain aku harus bohong padamu?”
“Kau anakku.”
“Kita tidak berhubungan darah.”
“Aku membesarkanmu seperti anakku sendiri!”
“Kenapa kau mengomel? Aku bilang aku akan
membayarnya.”
Ibu tirinya tidak mengomel lagi dan bertanya kapan
Shangyan akan membayar kalungnya yang hilang? Shangyan meminta waktu 3 hari.
--
Tong Nian terbangun dengan senyuman karena mengingat saat Shangyan mengelus kepalanya. Tapi, kemudian, dia menjadi ragu. Apakah itu kenyataan atau hanya mimpi? Apa yang terjadi kemari malam? Tong Nian tidak bisa mengingatnya karena mabuk.
Tong Nian kemudian membongkar tas-nya untuk mencari ponselnya. Dan dia menemukan kotak kalung tersebut. Dia membuka kotak itu dan terkejut melihat ada kalung yang indah di dalam sana. Dia teringat saat dia melihat kalung tersebut di tempat Shangyan, ketika mabuk.
Tong Nian memeriksa saku jaketnya dan menemukan memo dari Lan Mei agar menelponnya jika sudah sadar. Tong Nian benar-benar bingung dan langsung menelpon Lan Mei. Lan Mei langsung bercerita dengan bersemangat kalau suaminya sangat senang karena bisa bertemu dengan Shangyan dan bahkan berfoto bersama. Suaminya bahkan menyuruhnya untuk memperingati Tong Nian agar memperlakukan idolanya dengan baik dan jangan pernah selingkuh darinya!
“A-aku … apa yang ku lakukan kemarin?” tanya Tong
Nian gugup, tidak dapat mengingat yang terjadi kemarin malam.
Lan Mei tidak menjelaskan malah memberitahu Tong
Nian kalau dia kemarin bilang ke ibu Tong Niang kalau mereka minum bersama, dan
Tong Nian mabuk. Jadi, dia dan suaminya membawa Tong Nian pulang. Setelah itu,
Lan Mei mengomeli Tong Nian yang sangat memalukan kemarin, hanya minum 1 atau 2
kaleng bir malah sudah mabuk. Apa Tong Nian ada melakukan sesuatu saat mabuk
kemarin?
Tong Nian tampaknya ingat. Dengan sedih, dia
mematikan telepon. Dia memukul kepalanya. Dia merasa sangat malu.
Setelah itu, Tong Nian mengirim pesan permintaan
maaf pada Shangyan karena kemarin dia sudah merepotkan Shangyan lagi. Tapi,
pesannya tidak di balas oleh Shangyan. Hal itu membuat Tong Nian berpikiran
negatif kalau Shangyan pasti takut dengannya dan tidak akan memaafkannya. Dan
ini pasti adalah akhir dari harapannya.
--
Shangyan mengajak Wu Bai bicara berdua. Wu Bai
jelas bingung. Apalagi, Tong Nian bertanya berapa banyak uang yang ada di kartu
kreditnya termasuk dengan uang hadiah yang di dapatnya dari kompetisi di Norway
tempo hari.
“Pinjamkan aku dulu. Aku tidak punya cukup uang,”
pinta Shangyan.
“Apa pendapatan klub sangat buruk?”
“Bukan untuk klub. Ini untukku pribadi.”
Wu Bai malah mengira kalau Shangyan ada meminjam uang dari rentenir. Shangyan dengan malu (tampaknya) menjelaskan kalau kalung ibu tirinya yang dia suruh belikan tempo hari, tanpa sengaja dia berikan pada Tong Nian. Wu Bai yang berpikiran simple, menyuruh Shangyan untuk meminta balik saja kalung itu. Shangyan jelas tidak mau, sudah di berikan, masa di minta balik?
“Cepat transfer uangnya padaku,” pinta Shangyan.
“Oh ya, jangan bilang siapapun mengenai hal ini.”
“Baiklah.”
Setelah selesai membicarakan uang, Shangyan
kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia menghela nafas panjang. Dia terus teringat
saat Tong Nian berkata kalau dia menyukai kalung itu dan memeluknya. Saat itu,
Shangyan baru melihat pesan dari Tong Nian. Ada pesan baru lagi.
Maaf
karna menganggumu lagi. Mari kita putus. Lagipula, semuanya palsu.
--
Tong Nian juga menangis sedih saat mengirim pesan
itu. Dia teringat saat dia bertanya pada Shangyan (di malam tahun baru), kapan
mereka akan putus? Dan Shangyan menjawab saat itu kalau Tong Nian saja yang
memutuskan. Ketika Tong Nian sudah memutuskan kapan ingin putus, beritahu
padanya.
Dan kini, dia sudah mengirim pesan, memutuskan
untuk putus dari hubungan palsu dengan Shangyan. Dan saat itu, Shangyan
mengirimnya pesan.
Tong
Nian : Ya.
Shangyan
: OK
Raut wajah Shangyan tampak sangat kecewa dan
sedih. Dia sudah menyukai Tong Nian, dan tidak menyangka hubungan mereka harus
berakhir, di saat dia mulai membuka hatinya untuk Tong Nian (ini pendapat
pribadiku, melihat raut wajahnya).
Tong Nian menangis penuh kesedihan membaca balasan
Shangyan.
Ibu bingung melihat wajah Tong Nian yang sedih.
Dia menebak, apakah Tong Nian putus? Tong Nian mengangguk. Ibu segera mengajak
Tong Nian ke ruang tamu untuk bicara. Ibu
juga memberitahu ayah kalau Tong Nian putus. Ibu dan ayah berusaha
mengibur Tong Nian agar tidak terlalu sedih karena sudah putus. Dan karena ayah
yang tampaknya malah tidak pandai menghibur, ibu menyuruhnya keluar, jadi dia
bicara dengan Tong Nian berdua.
Ibu berkata kalau Shangyan juga tidak cocok untuk
Tong Nian. Dia juga merasa Shangyan tidak memperlakukan Tong Nian sebagai pacar.
Tong Nian tidak suka mendengar ibu yang menjelekkan Shangyan, jadi dia berkata
tidak ingin membicarakan hal ini.
“Ibu beritahu ya, sebelum ibu bertemu ayahmu, ibu
sudah pacaran beberapa kali. Setiap kali ibu putus, ibu seperti kamu, menangis
hingga mata bengkak. Ibu berpikir kalau dunia sudah berakhir. Tapi, Nian Nian.
Kau harus percaya pada ibu. Kau akau bertemu seseorang yang sangat mencintaimu.
Orang itu, tidak akan membiarkanmu menangis.
Dan hanya akan membiarkanmu tertawa. Dan juga menyemangati apapun yang
ingin kau lakukan. Seperti permata, dia akan memegangmu di tangannya,” nasehat
ibu. “Aku akan selalu seperti saat kau masih kecil. Kami akan memegang tangamu
selalu. Di saat tersulit dan terpahit di hidupmu. Ayah dan ibu akan selalu
berada di sisimu.”
Tong Nian tampak masih sedih tapi juga sedikit
terhibur dengan ucapan ibunya.
--
Saat pulang, Zheng Hui sudah langsung menemui Tong
Nian. Dia berkata agar Tong Nian tidak khawatir karena dia sudah menyiapkan
laporan yang mereka perlukan untuk Public Security Bureau. Dia juga sudah
memanggil taksi. Tapi, Tong Nian hanya diam dan tidak menanggapi apapun. Tong
Nian bahkan langsung pergi ke toilet. Yaya langsung menyusul.
Tapi, saat Yaya keluar dari kamar mandi pun, Tong Nian masih belum keluar. Jadi, Yaya masuk lagi untuk memeriksa keadaan Tong Nian karena khawatir yang tidak keluar. Tong Nian keluar dari salah satu bilik dengan mata berkaca-kaca. Dia habis menangis. Dan jelas, Yaya jadi khawatir.
“Kau… kau putus?” kaget Yaya. “Aku baru saja
putus, dan kau juga ikut putus? Beritahu aku siapa dia?”
“Kau tidak mengenalnya, dia bukan dari sekolah
kita.”
“Setidaknya, ceritakan sedikit,” pinta Yaya.
--
Mereka sudah tiba di kantor polisi Bureau. Di
depan kantor polisi, Tong Nian malah masih menangis, memikirkan Shangyan. Zheng
Hui jelas bingung. Tong Nian berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Mereka kemudian masuk menemui petugas Wang. Tong Nian menjelaskan mengenai program yang telah mereka buat. Manfaat dan cara kerjanya. Zheng Hui tampak kagum melihat Tong Nian yang sangat lugas menjelaskan program software yang telah mereka buat. Petugas Wang juga kagum dengan mereka yang masih muda, tapi sudah mampu membuat sistem seperti itu.
Selesai dari sana, Tong Nian pamit pulang duluan.
Zheng Hui semakin bingung dan bertanya pada Yaya, apa yang terjadi pada Tong
Nian? Yaya malah menjawab kalau Zheng Hui tidak akan mengerti. Dan Yaya
langsung menyusul Tong Nian.
--
Tong Nian dan Yaya makan di café. Tong Nian
melampiaskan kesedihannya dengan banyak makan. Tapi, Yaya malah mengungkit dan
membuat Tong Nian jadi teringat dan sedih lagi.
--
Tidak hanya Tong Nian yang sedih, Shangyan juga
sedih. Cuma tidak di nampakkannya di wajah. Tapi, nampak saat kerja dia tidak
fokus. Su Cheng sadar kalau Shangyan agak aneh belakangan ini.
Su Cheng membagikan hadiah dan surat dari para fans. Ada untuk Grunt, 97 dan One. Dan terakhir, surat untuk Shangyan. Shangyan bingung, dia dapat surat? Su Cheng baru menjelaskan kalau itu adalah surat dari Xiao Ai untuk Tong Nian. Dan Su Cheng ingin Shangyan menyampaikan surat itu pada Tong Nian. Shangyan sebenarnya keberatan, tapi dia tetap mengambil surat itu.
Han
Shangyan, aku meminta Xiao Ai untuk mencarikan beberapa foto yang dapat
memotivasi-mu. Meskipun, kita putus, aku tetap berharap kau bisa menjadi lebih
berbahagia. Pesan dari Tong Nian untuk
Shangyan.
Dan surat yang di berikan Su Cheng tadi, isinya adalah foto-foto kebersamaan Team SOLO dulu. Shangyan menghela nafas panjang melihat foto itu.
Tong Nian melihat kalung hadiah dari Shangyan (hehehe, sebenarnya, itu bukan hadiah juga sih. Tapi, di kasih karena Tong Nian bilang suka). Tong Nian memasukkan kotak kalung itu di laci lemari terbawahnya.
Shangyan benar-benar galau, euy. Pas pula, dia menemukan flashdisk milik Tong Nian yang
Saat itu, 97 dan One masuk ke kamarnya. Mereka
melapor kalau Demo dalam mood tidak baik. Mereka tidak bisa membujuknya. Eh,
tapi, Shangyan tidak mendengar mereka. 97 dan One sadar kalau mood Shangyan
juga tidak bagus, jadi mereka pamit keluar.
--
Shangyan ternyata mendengarkan laporan 97 dan One tadi. Dia masuk ke kamar dan menemui Demo. Demo benar-benar tidak dalam mood baik. Melihat Shangyan, dia memilih untuk berbaring.
“Kau di sini, apa yang bisa ku tangisi? Aku tidak
dalam mood melakukan itu.”
Shangyan dengan gaya cool, menyuruh Demo
memberitahunya apa yang terjadi. Demo akhirnya memberitahu kalau ayah dan
ibunya bercerai dan tidak ada satupun di antara mereka yang menginginkan
dirinya.
“Kau sudah umur berapa? Apa hubungannya perceraian
mereka denganmu?” komentar Shangyan.
“Wow, kau jadi berani ya. Selesai menangis, kau
bisa membalas perkataanku,” balas Shangyan.
Walau begitu, mereka mulai bicara agak santai.
Demo melihat Shangyan yang makan permen, dan bisa tahu kalau mood Shangyan
tidak bagus juga. Setiap kali Shangyan merasa tidak senang, Shangyan pasti akan
mulai makan permen. Semuanya tahu akan hal itu.
Demo mulai berceramah. Kalau terlalu banyak makan
permen, Shangyan bisa terkena diabetes. Dan jika terkena diabetes, nanti
terkena komplikasi. Dan Demo bahkan menyebutkan satu persatu komplikasi yang
bisa terjadi. Shangyan jadi kesal. Mood-nya sedang tidak baik, tapi dia tetap
datang untuk bicara dengan Demo, eh sekarang malah Demo yang banyak bicara.
Demo berkata kalau dia hanya mengkhawatirkan Shangyan.
“Ibuku meninggal terlalu cepat, tidak lama setelah
aku lahir. Ayahku juga meninggal tidak lama kemudian karena sakit. Aku di
besarkan oleh ibu tiriku sejak kecil. Jika kau membandingkan hal ini, apa kau
merasa lebih baik?” ujar Shangyan, menghibur Demo.
Demo menganggukan kepala. Mungkin, tidak tahu
kisah hidup Shangyan selama ini. Dan dengan berani, Demo meminta permen pada
Shangyan. Dia melihat Shangyan yang tampak lebih baik setelah makan permen,
jadi dia ingin mencobanya juga.
Dengan baiknya, Shangyan memberikan sebuah permen
yang berbungkus warna kuning. Demo malah menolak. Dia malah bilang ingin permen
bungkus hijau seperti yang di sukai kakak ipar (Tong Nian).
“Berhenti bermimpi,” ujar Shangyan, tidak jadi
memberikan permen dan keluar dari kamar Demo.
Demo kesal karena tidak dapat perment, tapi
setidaknya, perasaannya menjadi lebih baik setelah bicara dengan Shangyan.
--
Su Cheng dan Shangyan melakukan rapat untuk membahas jadwal kerja mereka. Saat membicarakan kerjaan, Shangyan tiba-tiba meminta Su Cheng untuk menggunakan cinta keibuan Su Cheng untuk bicara dengan Demo beberapa hari ini.
“Ada apa dengannya?”
“Orang tuanya bercerai dan tidak ada satupun yang
menginginkannya. Dia masih seperti anak kecil, jadinya ber-drama. Jangan sampai
hal itu mempengaruhi turnamen.”
“Baiklah.”
--
Shangyan pulang ke rumah. Masuk rumah saja, dia
sudah seperti maling. Penuh kehati-hatian agar tidak bertemu kakek. Eh, sial,
ilmu dalam kakek lebih kuat hingga bisa tahu kalau Shangyan pulang! Kkkkk
---------
Numpang Iklan Sejenak, All 😊
Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig
aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow,
like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie.
Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog
ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para
pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
Tags:
Go Go Squid
Semangat!!!
ReplyDeleteYey!!! Yabg ditunggu"muncul :D
ReplyDeleteSemangt mbk lnjtkan ya....
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletenoted ini setuju pake banget : Raut wajah Shangyan tampak sangat kecewa dan sedih. Dia sudah menyukai Tong Nian, dan tidak menyangka hubungan mereka harus berakhir, di saat dia mulai membuka hatinya untuk Tong Nian (ini pendapat pribadiku, melihat raut wajahnya). --> aku liat ya merasa gene ..
ReplyDelete