Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 15


Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
 ====
Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 15
Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Zheng Hui menanyakan rencana Tong Nian hari ini, karena dia ingin mengajak Tong Nian untuk makan bersama. Dia yang akan mentraktir karena hari ini adalah ulang tahun Tong Nian. Zheng Hui sanga bersemangat, tapi tidak dengan Tong Nian. Tong Nian masih merasa sedih karena Shangyan sudah punya pacar (ini hanya kesalahpahamannya saja). Tiba-tiba, Zheng Hui mengeluarkan hadiah untuk Shangyan yang telah di siapkannya. Tampaknya, dia ingin menyatakan cinta.
Eng… ing… eng, timing-nya sangat tidak pas. Atau mungkin takdir tidaklah berpihak pada Zheng Hui. Kenapa?
Karena Shangyan muncul. Dia bahkan langsung menghampiri Tong Nian, dan bertanya kenapa wajah Tong Nian muram? Apakah Zheng Hui membully Tong Nian? Zheng Hui dengan gugup membantah dan mengatakan kalau dia adalah senior Tong Nian dan mereka ikut kompetisi coding bersama. Jadi, Shangyan jangan salah paham.

Shangyan tahu kalau yang di maksud oleh Zheng Hui adalah kompetisi ACM. Zheng Hui kaget, darimana Shangyan tahu? Dan Shangyan menunjuk ke arah Wu Bai yang sedang berdiri di depan mobilnya. Zheng Hui masih ingat dengan Wu Bai yang adalah juara saat itu! Zheng Hui terlalu terfokus dengan hal itu, hingga dia lupa bertanya, siapa Shangyan?


Shangyan dengan santai mengajak Tong Nian untuk pergi bersamanya. Mereka akan bermain. Dan dia akan mengantarkan Tong Nian pulang sebelum jam 9 malam. Tong Nian langsung tersenyum sumringah dan mengikuti Shangyan, dia lupa dengan ajakan Zheng Hui. Zheng Hui benar-benar bingung hingga dia masih memegang hadiah yang seharusnya dia berikan pada Tong Nian. Dia hanya berdiri diam melihat Tong Nian yang masuk ke dalam mobil Shangyan dan pulang.
--
Shangyan sudah sampai di depan rumah. Tapi, Wu Bai berkata kalau dia tidak mau pulang dan ingin meminjam mobil Shangyan untuk jalan-jalan. Shangyan jelas heran, kenapa Wu Bai tidak mau masuk? Wu Bai dengan santai berkata kalau indera keenam-nya berkata sebaiknya dia pergi sekarang.
“Aku ingin tanya, apa kita tidak bermain di luar tapi mau di rumahmu?” tanya Tong Nian, bingung.
“Kakek ingin bertemu denganmu. Tidak ada pilihan lain, jadi tolong bantu aku,” jawab Shangyan.
Tong Nian tidak masalah karena dia juga senang bertemu kakek. Shangyan malah berkata kalau ini kali terakhir dia meminta tolong dan tidak akan terulang lagi. Untunglah, Tong Nian tidak terlalu menanggapi perkataan Shangyan tersebut.
--

Kakek sangat senang bertemu dengan Tong Nian. Tapi, dia juga menanyakan ada dimana Wu Bai? Shangyan dengan jujur menjawab kalau Wu Bai kabur. Untung ada Tong Nian yang langsung berbohong kalau Wu Bai pergi menemui temannya. Bukannya membantu Tong Nian, Shangyan malah bertanya, sejak kapan Wu Bai punya teman? Kakek jelas makin bingung.

Beruntungnya, kakek tidak bertanya lebih jauh dan mengajak Tong Nian untuk makan bersama. Dia sudah memesan steak, dan tidak tahu apakah enak atau tidak. Dan ada kue ulang tahun juga yang di beli oleh Shangyan. Kakek juga memberitahu kalau minggu depan dia akan kembali ke Norway, dan setelah dia kembali, akan sulit baginya untuk datang lagi karena sudah tua dan tidak kuat perjalanan jauh.

Tiba-tiba, Kakek bertanya, apakah Tong Nian masih takut naik pesawat? Tong Nian bingung, dia tidak takut. Dia sering berpergian keluar kota dan negeri untuk mewakili sekolahnya dalam perlombaan. Kakek lebih bingung lagi, karena saat dia bicara dengan ibu Tong Nian, ibu bilang kalau Tong Nian takut ketinggian dan tidak bisa naik pesawat.
“Ah, mungkin ibuku masih menganggapku anak kecil dan tidak bisa pergi sendirian. Jadi, dia bilang kalau aku takut naik pesawat. Tapi, dia mungkin mengatakan hal seperti itu pada yang lain juga,” ujar Tong Nian, jelas agar kakek tidak sakit hati.
Eh, pembicaraan kakek semakin jauh. Dia malah membahas mengenai Tong Nian dan Shangyan nanti nikahnya mau di Shanghai atau Norway. Tong Nian jelas terkejut. Shangyan juga langsung bilang kalau mereka tidak pernah membahas mengenai pernikahan. Kakek mulai memarahi Shangyan yang tidak mau menikah. Shangyan memilih menghindar dengan pergi ke kamar, dan beralasan akan melakukan telepon konferensi.

Tong Nian menenangkan kakek untuk tidak marah. Kakek masih terus marah bahkan menyebut Shangyan yang sudah tua tapi masih saja bermain komputer. Kakek juga minta maaf karena cucunya itu  pasti mengecewakan Tong Nian. Shangyan dapat mendengar jelas semua ucapan kakek tersebut dari atas.
“Dia tidak mengecewakan,” ujar Tong Nian. “Sejujurnya, aku suka melihatnya bekerja dengan komputer.”
“Jangan membelanya. Dia sudah bermain komputer sangat lama dan aku sudah mengkhawatirkannya begitu lama juga. Tapi, dia masih menghormatiku. Dia tidak berbicara balik padaku atau jika tidak aku pasti sudah lama mati karena frustasi.”
“Kakek, kau mungkin salah paham padanya. Sebenarnya, dia tidak bermain. Yang di lakukannya adalah kompetisi resmi, dia meraih kemuliaan untuk negara kita.”
“Ini.. aku tahu! Wu Bai dan dia, memberitahuku hal itu sepanjang hari. Mereka bilang kalau mereka adalah pelatih dan kompetitor profesional. Ini resmi. Tapi, aku tahu kalau mereka hanya ingin menenangkanku.”
“Mereka tidak menenangkan kakek. Semua itu benar,” ujar Tong Nian, penuh keyakinan. “Kakek, aku rasa ini adalah bukti kerja keras yang mereka raih setelah berusaha sekian tahun. Kakek tahu, 10 atau beberapa tahun yang lalu, ketika dia pertama kali masuk dalam dunia CTF, lingkungan domestik China sangatlah lemah. Tidak ada pelatih ataupun klub. Juga tidak ada senior berpengalaman. Tapi, mereka dengan bergantung pada diri mereka sendiri, membentuk dunia dengan kemampuan mereka sendiri. Mereka membuat seluruh dunia tahu kalau ada sebuah team yang datang dari China, bernama SOLO. Mereka juga membuat setiap orang tahu kalau ada anggota yang sangat kuat, dan itu adalah Han Shangyan. Kakek, setiap kali aku memikirkan hal ini, aku merasa sangat bangga. Terutama ketika aku memikirkan pidato pensiun-nya. Aku benar-benar merasa sakit untuknya. Jadi, aku dapat mengerti passion-nya untuk CTF.”
Kakek mendengarkan semua penjelasan Tong Nian dengan seksama. Dan hal yang lebih membuatnya terkejut adalah pidato pensiun Shangyan, dia benar – benar tidak tahu akan hal itu. Tong Nian memberitahu kalau saat karir Shangyan berada di puncak, Shangyan memilih untuk pensiun. Saat itu, Shangyan mengatakan sebuah kalimat, dan banyak orang yang mengingat perkataan Shangyan hari itu. Kakek semakin ingin tahu bagaimana pidato Shangyan, dan Tong Nian langsung memberitahu semuanya. Dia mengingat pidato saat Shangyan memutuskan untuk pensiun. Setiap katanya.
Dari atas, Shangyan yang mendengarkan, tampak tersentuh. Mungkin, dia tidak menyangka akan ada seseorang seperti Tong Nian yang mengerti arti CTF bagi dirinya.
Tong Nian masih terus menyakinkan kakek mengenai apa yang di lakukan oleh Shangyan bukanlah hal yang sia-sia. Dia juga sangat menyukai progamming. Tapi, mungkin level kesukaannya, tidak bisa di bandingkan dengan Shangyan yang berdedikasi untuk CTF.
“Nian Nian, aku minta maaf, sesaat yang lalu aku terbawa emosi. Sebenarnya, selama bertahun-tahun ini, aku selalu khawatir akan Han Shangyan, jadi aku terus melihat mengenai pekerjaannya. Bagiku, itu seperti produk baru dari kalian para generasi muda. Dan aku mencoba untuk mencari cara untuk memahami dan mengetahui mengenai hal itu.”
Tong Nian mengerti apa yang kakek rasakan. Waktu kecil dia juga tidak mengerti apapun mengenai ‘security network’ tapi semakin dia memahaminya, dia semakin menyukainya. Kakek semakin menyukai kepribadian Tong Nian. Apalagi Tong Nian sadar kalau kakek sebenarnya menyayangi Shangyan.
“Hari itu, aku dapat melihat kalau orang tuamu sebenarnya tidak begitu menyukai Han Shangyan, bukan?”
“Mereka… tidak pernah mengatakan itu padaku.”
“Jika mereka tidak pernah mengatakannya, maka itu hal bagus. Sebenarnya, cucuku ini, mempunyai banyak kekurangan. Tapi, sisi baiknya juga ada beberapa. Kau harus bersama dengannya untuk beberapa lama baru bisa mengetahuinya.”
Tong Nian tersenyum. Mereka mulai makan dengan hati yang lebih riang.
--
Shangyan mulai bekerja setelah menguping pembicaraan kakek dan Tong Nian tadi. Tapi, dia malah teringat saat-saat dia menyatakan pensiun dulu. Penyesalan itu pasti ada tampaknya.
--

Tong Nian membawa kakek ke kamar untuk beristirahat. Jika ada apapun, panggil saja dia. Kakek malah menyuruh Tong Nian untuk menemui Shangyan dan bersenang-senang. Apalagi, Shangyan sudah menyediakan bel portable untuknya, dan jika di tekan ‘teng’, Shangyan akan dengar dan datang. Kakek bahkan memamerkan cara menekan bel itu pada Tong Nian.
Tong Nian keluar kamar dan berjumpa dengan Shangyan yang datang terburu-buru. Dia bertanya, ada apa dengan kakek? Kenapa menekan bel? Tong Nian menjawab kalau kakek hanya menekan bel untuk menunjukkan cara kerja bel itu padanya. Tidak ada masalah apapun.
Shangyan kemudian menyuruh Tong Nian untuk menunggu di taman, sementara dia memotongkan buah. Shangyan memotongkan mangga, karena dia tidak tahu apa yang Tong Nian sukai. Apa tidak masalah? Tong Nian sesaat tampak ragu dan menjawab ya, tidak apa.

Shangyan lanjut tanya, selain tahu kalau namanya adalah Han Shangyan, apa lagi yang Tong Nian tahu? Tong Nian menjawab jujur kalau dia tidak tahu banyak. Dia hanya melihat video-video kompetisi dan interview Shangyan. Selain itu, tidak ada lagi.
“Han Shangyan, ulang tahun 14 February. Lahir di Norway. Umur 18 tahun, memilih kewarganegaraan China. Aku adalah pemain profesional CTF selama beberapa tahun. Mendapatkan peringkat dan penghargaan. Semua itu bisa di temukan di Internet. 2 tahun kemudian, aku pensiun. Aku pergi kuliah selama beberapa tahun, dengan jurusan Industrial Design. Setelah lulus, aku mendirikan klub K&K di Norway. Aku adalah investor pertamanya dan aku juga adalah salah satu bos klub. Setelah membentuk klub K&K cabang China, aku secara permanen tinggal di sini,” jelas Shangyan, menceritakan mengenai dirinya.
Tong Nian berkata kalau sebenarnya dia sudah tahu semua hal itu dari internet.
Shangyan akhirnya memberitahu hal lain. Dia adalah orang yang sulit berbaur. Meskipun dia tahu kalau CTF adalah dunia mengenai kode, tapi hanya di dunia itu dia bisa menemukan ketenangan dan keseimbangan. Dia juga tidak suka cabai dan terong, tapi dia suka permen. Setiap kali dia kesal atau ingin meneriaki seseorang, dia akan memasukan permen ke dalam mulutnya untuk menghentikan dirinya agar tidak bicara. Dia benci dengan perasaan seolah di tahan atau di batasi, itulah kenapa dia tidak suka bertengkar dengan kakek. Dia marah pada kakek karena kakek selalu ingin menentukan masa depannya. Dia juga marah pada orang-orang yang melihat kompetisi CTF dengan keraguan dan rasa tidak percaya, karena mereka tidak tahu kalau anak-anak itu mempunyai mimpi. Mereka belajar keras untuk membuat masa depan dengan tangan mereka sendiri.
“Apa aku terlalu banyak bicara?” tanya Shangyan, tersadar.
“Tidak. Aku suka mendengarnya,” jawab Tong Nian, tersenyum.
Shangyan mengeluarkan kotak permennya dan memakannya. Tong Nian terus menatapnya, dia sangat senang karena apa yang di ceritakan oleh Shangyan mengenai dirinya pasti tidak akan bisa dia temukan di Baidu Baike. Dan apa yang Shangyan katakan seolah berkata padanya : Selamat datang di duniaku, Tong Nian!
“Ini adalah pengenalan singkat mengenai diriku. Jangan menganggapku sebagai hero seperti yang mereka katakan di Internet. Aku bukan (hero). Mengerti?”
Tong Nian mengangguk. Tong Nian kemudian bertanya, apakah sekarang Shangyan hendak memarahi seseorang? Bukankah Shangyan baru saja makan permen.
“Yang ingin ku katakan padamu adalah, aku bukanlah pangeran. Aku bertemperamen buruk, tidak punya tata krama seorang gentleman, aku tidak suka romance, dan bahkan tidak punya waktu untuk berkencan. Seluruh hidupku adalah mengenai K&K. Mengenai anggota team. Sangat monoton. Tidak menyenangkan. Tidak ada perjalanan, tidak ada liburan. Aku bahkan tidak tahan dengan acara sosial. Aku tidak punya hari libur, festival ataupun liburan,” jelas Shangyan dan menatap tajam Tong Nian, “Jadi, aku akan memberimu satu kesempatan lagi : Kau masih ingin putus?”
Tong Nian terkejut dengan pertanyaan itu. Dia terdiam.
“Masih mau atau tidak?” tanya Shangyan, lagi.
Tong Nian masih diam. Shangyan menduga Tong Nian tidak tahu cara menjawabnya atau mungkin ingin waktu untuk memikirkannya.
“Aku tidak mau,” jawab Tong Nian. Dia berdiri dari kursinya dan menghampiri Shangyan. “Aku
bilang, aku tidak ingin putus.”
Shangyan menatapnya. Dia mengulurkan tangan dan mengelus kepala Tong Nian. Mereka tidak jadi putus. Shangyan mengajak agar mereka mulai mengenali satu sama lain. Tong Nian mengangguk senang.
Ponsel Shangyan berbunyi dan berkata kalau dia harus melakukan telepon konferensi dulu. Tong Nian mengizinkan. Selagi Shangyan melakukan panggilan, Tong Nian menikmati mangga yang Shangyan potongkan untuknya.

Sambil makan mangga, Tong Nian terus memandangi Shangyan. Shangyan sampai lupa kalau dia lagi teleponan dengan Nan Wei dan bekerja di Norway, malah tanya kenapa Tong Nian menatapnya? Tong Nian menjawab tidak ada. Tentu saja suara Tong Nian terdengar oleh mereka yang berada di seberang telepon. Yang mengerti hanya Nan Wei yang orang China sementara yang lain tidak mengerti, tapi tahu kalau ada wanita di dekat Shangyan.
Tanpa di sangka, Shangyan berkata pada mereka : “My girlfriend is here” (pacarku ada di sini). Tong Nian senang mendengarnya. Dia dengan malu berkata akan masuk ke dalam sementara Shangyan bisa melanjutkan pembicaraan.
Di dalam, Tong Nian menghabiskan semua mangga yang Shangyan potongkan untuknya. Dan dia tampak menggaruk lehernya.

Shangyan terlibat pembicaraan serius dengan Nan Wei mengenai K&K China. Dimana Nan Wei merasa ragu dengan team K&K China, apa bisa menang atau tidak. Tapi, Shangyan yakin kalau dia bisa membuat K&K memenangkan kejuaraan. Dan akhirnya, Nan Wei mengalah dengan percaya pada Shangyan.
Wu Bai akhirnya  pulang setelah memastikan kalau sepertinya sudah aman. Eh, tapi dia malah kelihatan oleh Shangyan. Melihat Shangyan yang memanggilnya dengan ramah, Wu Bai langsung ketakutan dan berkata kalau dia tidak ada uang (pfft, dia tahu kalau Shangyan mau pinjam uang).
“Aku akan mengganti uangmu bulan depan,” ujar Shangyan.
“Aku tidak punya uang,” tegas Wu Bai.
“Ini hari ulang tahunnya,” ujar Shangyan, dan tampak memelas.
Merasa kasihan, akhirnya, Wu Bai meminjamkan kartu kreditnya. Setelah kartunya di bawa oleh Shangyan, Wu Bai sampai menggoncang-goncangkan dompetnya yang kosong.
Shangyan ke dapur, menghampiri Tong Nian. Dia melihat Tong Nian yang menggaruk tubuhnya, dan bertanya, apa Tong Nian di gigiti nyamuk? Tong Nian sebenarnya alergi mangga, tapi dia tidak berani memberitahu kepada Shangyan dan malah membenarkan kalau dia di gigit nyamuk.
Shangyan mengajak Tong Nian pergi. Tong Nian sudah senang, eh tapi sepertinya Sahngyan hanya ingin membawa Tong Nian pulang. Kakek yang melihat mereka berdua, yang malah lebih bersemangat.
Di dalam mobil, Tong Nian meminta untuk melihat kunci mobil Shangyan. Jreng! Dia membelikan Shangyan hadiah ulang tahun walaupun sudah terlambat. Hadiahnya adalah gantungan kunci dengan mainannya adalah pistol. Sama seperti nickname Shangyan ‘Gun’. 
“Hari ini hari ulang tahun-mu kan? Aku akan membawamu pergi membeli hadiah,” ujar Shangyan.
Tong Nian menolak, tapi Shangyan tetap akan membelikan hadiah apalagi Tong Nian sudah membelikannya hadiah juga. Shangyan yang tidak pernah membeli hadiah, malah menyuruh Tong Nian yang menentukan mau beli hadiah apa dan dimana.  Shangyan mengaku kalau selama ini dia hanya terfokus pada CTF dan tidak peduli mengenai apapun. Dia hanya ingin membuat China mendapatkan juara dunia.
“Kau benar-benar hebat. Beneran. Kau punya mimpi-mu sendiri, dan itu patut di kagumi. Tapi, aku rasa bukankah kau… seharusnya mengurangi tekanan pada dirimu sendiri? Tentu saja, mengejar kebanggan adalah hal penting. Untuk contohnya, jika team-mu memenangkan kompetisi, kau akan mendapatkan kebanggan dan membagikannya dengan semua anggota team-mu. Tapi, ketika kau kalah dalam kompetisi atau ketika kau melalui saat yang sulit, kau pasti ingin menemukan seseorang yang dapat mengerti tekanan-mu. Tentu saja menjadi nomor satu adalah hal yang sangat bagus, tapi menjadi nomor satu juga pasti adalah hal yang sangat melelahkan, bukan? Setidaknya, itulah yang ku pikirkan. Jika kau tidak masalah, aku bersedia menjadi pendengarmu. Untuk menemanimu di saat-saat tidak membahagiakan,” ujar Tong Nian.
Shangyan terdiam.
Shangyan membawa Tong Nian ke tempat dimana biasanya dia berbelanja. Dia menyuruh Tong Nian membeli apa yang Tong Nian inginkan (di toko komputer itu), dan Tong Nian berkata kalau dia sudah mempunya banyak aksesoris komputer di rumah. Jadi , dia tidak perlu lagi. Dan karena itu, Shangyan yang memilih CD Game untuk Tong Nian. Shangyan membelikan banyak sekali CD Game. Tong Nian sampai kaget.

Tidak hanya itu, Shangyan juga membeli banyak kertas memo dengan motif hewan. Jadi, CD game itu akan Shangyan tempeli kertas memo. CD dengan kertas memo kura-kura artinya adalah level termudah karena kura-kura binatang yang paling lambat. CD dengan kertas memo babi artinya adalah level menengah. Dan CD dengan kertas memo Panda, yang adalah binatang nasional China, menandakan level game yang sulit.
Tong Nian berkata kalau dia tidak pandai main game. Tidak di sangka, Shangyan malah berkata kalau Tong Nian bisa datang mencarinya untuk bertanya. Yah, Tong Nian bisa menggunakan alasan itu untuk menemuinya.
Shangyan mengira kalau Tong Nian ada pengalaman pacaran, jadi biar Tong Nian yan mengajari. Tidak di sangka, Tong Nian malah berkata kalau Shangyan adalah cinta pertamanya. Shangyan sampai shock tapi juga bahagia.
Wuah… hari ini adalah hari yang benar-benar membahagiakan bagi Tong Nian.
--
Shangyan sudah mengantar Tong Nian kembali ke asrama. Shangyan memberitahu kalau besok dia akan ke Sanya bersama team untuk latihan intens. Tong Nian mengerti. Shangyan juga berkata kalau dia tidak akan memberitahu jam penerbangan agar Tong Nian tidak usah mengantar. Tong Nian mengangguk. Shangyan lanjut lagi kalau setiap malah, setelah jam 9 dan sebelum jam 3, Tong Nian bisa menghubunginya. Dan jika tidak ada hal emergency, jangan menelponnya di luar jam itu, karena takutnya dia lagi rapat atau latihan. Tong Nian mengiyakan.
“Rajin-rajin belajar ya,” ujar Shangyan dengan canggung.
“Nilaiku cukup bagus,” jawab Tong Nian.
“Teruskan kerja bagusmu.”
“Aku sudah menyelesaikan mata kuliahku sebagai siswa lulus. Ini adalah waktu cuti-ku, jadi tidak ada hal yang harus ku kerjakan dengan bagus,” jawab Tong Nian lagi.
“Bahkan jika kau sudah menyelesaikan mata kuliah, kau tetap harus terus belajar,” ujar Shangyan dengan canggung. Wkwkw.
Mereka berdua benar-benar tidak pernah pacaran, jadi tidak tahu harus melakukan apa.
“Itu… apa … apa kau… mau berpelukan sedikit?” tanya Shangyan, dengan gugup.
“Ti… ti… tidak… tidak usah. Tidak masalah. Ini di depan sekolah, ada cukup banyak orang.”
“Ini bukannya aku ingin pelukan. Hanya saja dalam pacaran, ini adalah proses yang di perlukan,” jelas Shangyan, panik.
“Ya, aku mengerti.”
Kkkkkk. Astaga canggung benar euy. Untuk menghilangkan kecanggungan, Tong Nian membicarakan mengenai kentang kukus yang di jual di depan kampus yang sangat enak. Dan Shangyan langsung keluar mobil untuk membelikan kentang kukus itu. Tidak hanya kentang kukus, Shangyan membelikan banyak makanan lain karena tidak tahu Tong Nian suka makan apa lagi.
Setelah itu, mereka baru berpisah.
Menggemaskan banget dua orang yang tidak pernah berpacaran ini! &^^
--
Tong Nian masuk ke kamar asrama-nya dengan sangat bahagia. Yaya yang melihat Tong Nian membawa banyak makanan dan barang (CD game) menggoda Tong Nian yang sudah kaya. Yaya kemudian berkata kalau Zheng Hui bilang abang Tong Nian datang tadi dan membawa Tong Nian. Emang sejak kapan Tong Nian punya abang?
“Bukan abangku.”
“Bukan abangku? Ah, pacar barumu?!” tanya Yaya.
Tong Nian tidak menjawab dan malah menyuruh Yaya untuk makan saja. Yaya kemudian melihat PS4 hadiah Shangyan beserta CD game. Dia memuji hadiah yang Shangyan terima cukup bagus. Dan tidak di sangka, ternyata Yaya tahu cukup baik mengenai game.
--
Mood Shangyan cukup baik karena walaupun 97 telah bangun, Shangyan tidak marah. Shangyan malah asyik membaca majalah dan mendengarkan ocehan 97 mengenai Shangyan yang adalah bos tapi masih makan nasi kotak.
Setelah itu, 97 berkumpul bersama Grunt dan Demo. Grunt menyuruh 97 untuk tidak memancing Shangyan. Hari ini adalah hari ulang tahun Mi Shaofei (Xiaomi) dan Shangyan sedang sibuk mencari hadiah.

Bingung cari kado seperti Shangyan? Jika mau  beli kado berupa jepitan atau ikat rambut sillahkan mampir : https://www.instagram.com/novv_ch/
Numpang Iklan Sejenak, All 😊
Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.


8 Comments

  1. episode paling keren ini : Dan apa yang Shangyan katakan seolah berkata padanya : Selamat datang di duniaku, Tong Nian! -- so weet ama kalimat iki : “Jadi, aku akan memberimu satu kesempatan lagi : Kau masih ingin putus?” -- walaupun gak romantis tapi sangat menyentuh "epic" buat aku

    ReplyDelete
Previous Post Next Post