Images by : Tencent
Di pagi yang cerah, seorang wanita menyiapkan sarapan dalam keadaan setengah mengantuk. Walaupun begitu, dia tetap mampu membuat sarapan nasi goreng yang sempurna. Bahkan wanita itu juga puas dengan harumnya nasi goreng yang di buatnya.
Usai
menyiapkan sarapan, wanita itu pun segera bersiap.
Wanita
itu, An Ning, mengenakan pakaian dengan warna ngejreng. Dia mengenakan topi
berwarna kuning. Celana warna kuning. Kemeja putih. Dan coat panjang berwarna
hijaun.
Teman An Nin yang menjemput An Ning saja sampai menghela nafas melihat gaya berpakaian An Ning yang akan pergi kencan buta. An Ning tidak terima, dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk berdandan sepanjang pagi. Temannya berkomentar kalau pakaian yang An Ning pakai sangat mirip dengan yang di happy farm, seperti mentimun besar dengan bunga di atasnya. An Ning kesal, tapi mau bagaimana lagi, namanya juga nebeng.
--
Di sebuah rumah mewah, seorang pria bersiap untuk bekerja. Pria itu bernama, Long Hao Qian. Tampaknya dia benar-benar orang yang sibuk, hingga di dalam mobil pun, dia menelpon seseorang. Sayangya, orang yang di teleponnya, nomornya tidak aktif.
--
An Ning akhirnya tiba di tempat kerjanya. Dan saat mau keluar dari mobil, dia baru sadar kalau baju luaran panjangnya (coat) ternyata dari tadi tersangkut di pintu. Temannya langsung berkata kalau ini seperti tanda buruk. Kalau kali ini An Ning sampai gagal, maka ini adalah kegagalan ke 9981 kali.
An
Ning langsung menegur temannya itu yang asal bicara. Apa temannya itu tidak
pernah mendengar ungkapan : “Jalan menuju
kebahagiaan di penuhi dengan rintangan.”? Dia yakin kalau kencannya hari
ini pasti akan berhasil.
Hao Qian juga ternyata ke gedung yang sama seperti yang An Ning tuju. Saat dia memarkir mobil, dia mendapat telepon dari Yi Ming Jun yang tadi di teleponnya tapi tidak aktif nomornya. Hao Qian mengajak Yi Ming Jun untuk bertemu hari sabtu ini untuk makan bersama.
An Ning lewat di dekat mobilnya. Dan tiba-tiba saja, An Ning terpikiran untuk memeriksa giginya di kaca mobil sebelum masuk menemui teman kencannya. Sialnya, dia malah menggunakan kaca mobil Hao Qian, tanpa tahu kalau Hao Qian ada di dalam mobil.
Hao Qian yang melihatnya, langsung membuka jendela mobilnya. An Ning kaget, mana dia lagi meletakkan jari di giginya. Suasan jadi canggung. An Ning yang malu, malah berbicara asal. Dia memuji interior mobil Hao Qian yang di pasang dengan bagus. Kaca anti mengintip juga di pasang dengan bagus. Dan setelah itu, dia langsung kabur.
Hao Qian menatapnya dengan bingung. Dan penampilan An Ning, memang terlihat seperti mentimun di mata Hao Qian.
--
Di
dalam gedung restoran, di salah satu ruangan VIP, Long Hao Qian bertemu dengan
tn. Wang. Dengan sinis, dia membahas mengenai tn. Wang yang ingin berkhianat
dengan memilih kerja sama dengan grup L. tn. Wang membela diri dengan berkata
kalau Hao Qian terlalu berlebihan. Hao Qian balas berkata tn. Wang kan sudah
kerja bertahun-tahun di grung Long Teng, dan pasti tahu kalau grup L adalah
saingan terbesar grup Long Teng tahun ini.
“Aku
bisa mengerti keuntungan mal adalah hal utama. Tapi kamu bisa pikirkan dengan
baik, berdasarkan reputasi kedua grup besar dalam bidangnya, apakah kamu
benar-benar berpikir pilihanmu sudah benar?” tanya Hao Qian balik
mengintimidasi dan membuat tn. Wang jadi ragu.
--
Dan
Xiao Wang, tiba-tiba, malah memainkan kakinya di bawah meja kepada kaki An
Ning. An Ning yang awalnya sudah punya feeling bagus pada Xiao Wang, jadi
merasa aneh. Dia tampaknya tidak suka dengan sikap genit Xiao Wang. An Ning pun
menatap tajam mata Xiao Wang dan dia mulai melihat memory Xiao Wang tersebut.
Xiao Wang suka pergi ke
klub malam. Dia menari dengan seorang wanita berbaju merah. Kemudian, saat
wanita baju merah itu pergi, dia menggoda wanita berbaju hitam yang adalah
teman wanita baju merah.
Di suatu saat, seorang wanita menemui Xiao Wang dan meminta Xiao Wang bertanggung jawab karena dia hamil. Xiao Wang malah dengan kejam berkata tidak ada yang tahu siapa ayah dari anak yang wanita itu kandung. Wanita itu marah dan menyebut Xiao Wang bajingan. Dengan kejam, Xiao Wang mengiyakan.
Xiao
Wang kaget. Berpura-pura tidak mengerti maksud pertanyaan An Ning.
“Menggoda
teman pacarmu, tidur bersama beberapa wanita secara bersamaan, meninggalkan
mantan pacarmu, memaksanya untuk melakukan aborsi. Kamu seharusnya memenangkan
hadiah nobel untuk sampah,” ujar An Ning.
Xiao
Wang tetap bersikap sok polos, tidak mengerti apa yang An Ning katakan. An Ning
malas berdebat dan memilih pergi dari sana. Tapi, Xiao Wang malah menyebutnya
‘Gila’. An Ning tidak terima. Dia balik dan memarahi Xiao Wang.
Xiao Wang memang kurang ajar. Dia menyebut An Ning bukan orang normal. Dia juga menyuruh An Ning membeli cermin dan bercemin. Tidak hanya itu, dia menyebut An Ning orang aneh tapi sok pura-pura polos dan murni.
Emosi An Ning meluap. Dia menggunakan tas dan tinju tangannya untuk menghajar wajah Xiao Wang hingga babak belur.
Ternyata
semua hanyalah khayalan An Ning (aigo, aku tertipu). Xiao Wang masih berada di
depan An Ning dan bersikap manis. Dia berusaha menggoda An Ning dan mengundang
An Ning untuk datang ke rumahnya. An Ning berusaha keras untuk tersenyum dan
tidak meluapkan emosinya.
“Ibuku
bilang, pernikahan bukan masalah sepele, harus di pikirkan baik-baik. Ibuku
juga bilang umurku juga masih muda, tidak perlu terburu-buru. Ini juga bukan
seperti membeli sayur, jika membeli sayur, masih harus memilih dengan
hati-hati. Bukan kol busuk sejenisnya, tahu busuk juga harus diambil dari
rumah. Ibuku juga bilang tidak boleh terlalu awal pergi ke rumah pria. Anak
perempuan harus belajar menghargai diri sendiri, dan aku adalah orang yang
sangat berpendidikan,” ujar An Ning, panjang lebar.
Xiao
Wang pusing dan menyuruh An Ning berhenti membicarakan ibunya. An Ning
tiba-tiba memuji mata Xiao Wang yang bagus. Xiao Wang senang dan berkata kalau
matanya adalah turunan dari ibunya.
“Tentu
saja. Bisa traktir nona An Ning makan adalah kehormatanku.”
An
Ning tersenyum lebar. Dia memanggil pelayan dan meminta buku menu. Setelah itu,
dia memesan semua menu yang ada di buku menu. Xiao Wang tampak panik melihat An
Ning yang memesan terlalu banyak.
Usai
memesan, An Ning meminta izin untuk ke toilet sebentar. Karena kakeknya bilang,
sebelum makan harus cuci tangan.
--
“Saat
aku masuk kedalam mal beberapa tahun ini, aku belum pernah kalah. Aku tidak
peduli berapa banyak keuntungan yang di berikan Grup L untukmu. Atau… Hal apa
yang dimilikinya tentangmu? Aku hanya ingin kau tahu, siapa yang akan menang
pada akhirnya,” ujar Hao Qian.
Usai
mengatakan semua itu, Hao Qian pergi dari sana.
--
Dua orang pelayan sampai harus turun tangan mengantarka makanan menggunakan troli makanan. Ada banyak sekali makanan yang di antarkan. Meja saja sampai tidak muat lagi untuk meletakkan makanan.
Xiao
Wang tampak cemas. Dia menyuruh beberapa hidangan di batalkan karena meja juga
sudah penuh. Pelayan meminta maaf dengan sopan, makanan yang sudah di hidangkan
tidak bisa di batalkan lagi.
Pelayan
memberikan bill yang harus di bayar. Dan total adalah 4239 yuan.
--
Ternyata
An Ning tidaklah pergi ke toilet tapi berada di lift. An Ning marah-marah
sendiri menyebut Xiao Wang yang adalah playboy dan dia pasti akan memberikan
pelajaran pada Xiao Wang. Orang seperti Xiao Wang harus di bawa masuk ke
gerbang Meridian (gerbang utama istana kekaisaran) dan di penggal di depan
umum.
Lagi asyik memaki-maki, pintu lift malah terbuka. Dan masuklah Hao Qian. Suasana jadi canggung. An Ning memilih untuk berdiri di sudut lift. Sambil lift turun, An Ning malah bergumam menyanyi. Hao Qian yang mendengar dan melihat penampilan An Ning jadi yakin kalau An Ning untuk menderita kelainan mental.
Tidak
hanya itu, An Ning malah membuka lebar kakinya seolah menjaga keseimbangan lift
dan sambil memegang pegangan tangan lift (wkwkwkk, posenya lucu). Hao Qian
menatapnya dengan pandangan aneh. An Ning menyuruh Hao Qian untuk segera
mengikuti posenya, karena dia baca di internet, hal ini bisa menyelamatkan
hidup. Hao Qian jelas tidak mau.
Lampu
lift tiba-tiba padam. An Ning berteriak keras dan langsung berlari memeluk Hao
Qian. Hao Qian langsung teriak menyuruh An Ning untuk turun dan jangan
menyentuhnya. Dia bahkan memarahi An Ning dengan menyebutnya mentimun.
Pintu lift terbuka. Dua orang petugas ada di depan dan kaget melihat posisi An Ning yang lagi bergelayut di belakang punggung Hao Qian. Begitu pintu terbuka, An Ning langsung turun dari punggung Hao Qian dan Hao Qian langsung lari keluar lift.
Di luar lift, Hao Qian langsung muntah-muntah di tong sampah. An Ning yang lewat menanyakan keadaan Hao Qian. Sayangnya, Hao Qian dengan dingin menyuruh An Ning untuk segera pergi saja. An Ning mengira kalau Hao Qian terlalu takut hingga muntah. Berarti ketakutan Hao Qian lebih parah daripada dia yang fobia gelap.
--
Hao
Qian kembali ke dalam mobilnya. Baru juga kembali, dia sudah mendapat telepon
dari Pimpinan yang menyuruhnya untuk segera pulang.
--
Pimpinan
Long membahas mengenai kegagalan mall yang menurutnya karena kemampuan Hao Qian
yang tidak cukup. Ini pertama kalinya mereka gagal, dan dia harap ini akan
menjadi yang terakhir. Dia tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi. Hao Qiang
mengiyakan dan berjanji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.
“Kerugian
kali ini, aku akan coba yang terbaik untuk menebusnya,” ujar Hao Qian.
Pimpinan
Long kemudian membahas mengenai Gong Chen yang dia dengar adalah koki hotel
Long Teng sekarang. Hao Qian membenarkan. Hao Qian kemudian pamit untuk pergi
dulu.
Baru
juga mau jalan pergi, Pimpinan sudah memanggilnya lagi dan bertanya apakah ibu
Hao Qian ada mencari Hao Qian belakangan ini? Hao Qian menjawab tidak. Dan
setelah menjawab, Hao Qian keluar dari kamar pimpinan.
Pimpinan
melihat foto keluarga yang ada di meja dan wajahnya tampak memikirkan sesuatu.
--
An Ning pulang ke rumah dengan diam-diam. Dia sudah tersenyum senang mengira tidak ada orang di rumah, tapi ternyata ibu sudah ada di belakangnya dari saat dia masuk gerbang. Ibu langsung menjambak rambut An Ning. An Ning berteriak kesakitan dan meminta ibu tidak menjambaknya, dia tidak boleh sampai botak sebelum menikah.
Setelah
ibu melepaskan jambakan, An Ning langsung lari masuk ke dalam rumah dan menutup
pintu kaca. Ibu menyuruh An Ning untuk jujur padanya, apa lagi yang tidak cocok
di pria ini? An Ning menjawab kalau Xiao Wang itu playboy.
Ibu
kembali marah. Kenapa An Ning sampai memesan 30 makanan? Apa An Ning sudah
gila? An Ning membalas kalau dia merasa itu masih terlalu sedikit. Ibu kembali
mengomel, dia tidak masalah kalau An Ning pemilih, tapi hari ini An Ning
membuatnya malu. Sekarang tim tarian (aku tidak tahu apa yang di maksud ibu An
Ning), semuanya tahu kalau dia punya anak yang tidak normal.
“Xiao
Wang punya latar belakang keluarga yang baik, pendidikan yang baik, pekerjaan
yang bagus, tampan, dan lihat kamu masih pemilih! Otakmu sudah tidak benar!”
omel ibu.
Ibu makin marah karena An Ning berani membalas. An Ning langsung kabur keluar. Ibu sudah mau melempar kemoceng, tapi tiba-tiba, An Ning membahas rambut ibu yang baru di keriting dan tampak bagus. Ibu jadi senang.
Tapi, tidak lama, ibu tersadar dan memarahi An Ning yang berusaha mengalihkan topik. Dia kesal karena sekarang, di situs jodoh, An Ning itu sudah di blokir. An Ning juga kesal karena di daftarkan ke situs jodoh. Dia pasti akan bertemu sendiri dengan ‘pangeran berkuda putih’ nya.
Ibu
mulai mengejar An Ning. An Ning lari keluar rumah dan menutup pintu gerbang.
Ibu semakin kesal. Dan pintu gerbang kembali terbuka. Dan di sana sudah ada
kakek. An Ning berlindung di belakang kakek. Ibu memarahi An Ning yang
berlindung di belakang kakek.
An
Ning dan kakek malah berusaha mengalihkan topik dengan membahas rambut baru
ibu. Ibu dengan kesal memberitahu kakek kalau An Ning pergi kencan buta dan
memesan 30 jenis makanan. Jika kakek terus memanjakan An Ning, bagaimana An
Ning bisa nikah nantinya?
“Cucu
perempuanku masih banyak perjodohan yang bisa diikuti, kamu jodohkan satu, aku
coba lihat,” jawab kakek, membela An Ning.
“Apa
ada orang sepertimu yang bilang diri sendiri gadis? Benar-benar,” gumam ibu,
kesal.
“Punya
anak perempuan tunggal disisi benar-benar membuat hatiku hancur,” balas kakek
dan masuk ke dalam rumah.
An
Ning senang karena kakek ada di pihaknya.
--
“Ayah. Apakah didunia ini
benar-benar ada pangeran?” tanya An Ning kecil.
“Tentu saja ada,” jawab ayah.
“Seperti apa rupa seorang
pangeran?”
“Pangeran, tinggi dan juga
tampan, suara saat bicara sangat enak didengar. Selain itu, bisa menjaga putri
kecil.”
“Aku juga ingin menjadi putri.”
“Ternyata An Ning kami adalah putri
paling baik dan paling cantik didunia. Jadi apakah aku bisa bertemu pangeran?”
“Selama An Ning kami selalu
menjadi putri yang baik dan murah hati yang selalu kuat dan berani, maka
pangeran pasti akan datang. Tunggu sampai kamu dewasa, dia akan menunggang kuda
putih datang dan menjemputmu dengan kereta labu.”
“Menjemputku kemana?”
“Pergi ke istana pangeran. Kamu
akan bernyanyi dan menari di istana. Mencicipi camilan paling lezat di dunia. Kupu-kupu
akan menari untukmu. Burung juga akan bernyanyi dengan keras. Orang-orang di
seluruh dunia akan memberkati kalian,” jelas ayah.
An Ning kecil tersenyum bahagia,
membayangkan semua hal itu.
End
An
Ning merenung, sambil buang air.
Ditengah lautan
orang banyak, ingin menemukan orang yang akan menjadi milikku, benar-benar
tidak mudah. Beberapa orang ditakdirkan untuk melewati satu sama lain. Tapi ada
orang yang sangat beruntung. Bisa sangat cepat menemukan pangeran berkuda putih
milik sendiri. Tapi ada orang yang harus mencari seumur hidup. Namun aku yakin,
pada akhirnya aku akan menemukan orang yang akan menjadi milikku. Mungkin… Dia
sedang di jalan sekarang. Mungkin… Dia keluar terlambat. Mungkin… Dia sedang
diare.
Lagi
asyik melamun, ibu tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar mandi. Mereka berdua
kaget dan saling berteriak. Ibu memarahi An Ning yang tidak mengunci pintu. An
Ning balas berteriak karena ibu tidak mengetuk pintu. Ibu mengomel An Ning yang
setiap kali gagal dalam kencan buta, pasti duduk di kloset dengan mengenakan
gaun pengantin.
“Ibu.
Aku diare. Ini pasti karena aku punya terlalu banyak racun dalam tubuh jadi
selalu mengarah pada nasib buruk, makanya tidak bisa bertemu pria baik.”
“Menurutmu
kenapa aku bisa melahirkan orang aneh sepertimu. Aku masih lebih baik
melahirkan semangka,” omel ibu.
Dan
mereka malah saling berteriak. Yang satu nyuruh keluar kamar mandi. Yang satu
nyuruh agar segera bangkit karena mau buang air juga.
--
Hao Qian pergi ke bar dan bertemu temannya Yi Ming Jun. Melihat wajah Hao Qian, Ming Jun langsung bertanya ada apa? Apa bisnis tidak lancar? Dimarahi oleh ayah? Semua hal itu tidak masalah. Kemenangan atau kekalahan adalah hal biasa bagi seorang jenderal.
Hao
Qian hanya diam dan meminum air putih. Ming Jun mengomentari Hao Qian yang
tidak bisa dekat dengan wanita dan bahkan tidak bisa minum arak.
“Jangan
sebutkan lagi. Memikirkannya lagi membuatku jijik,” kesal Hao Qian.
Hao
Qian kemudian membahas Ming Jun yang katanya mau pergi ke Kanada. Kapan? Ming
Jun dengan gugupo menjawab, besok. Tapi, sebelum pergi, dia ingin memberikan
kejutan pada Hao Qian. Dia tidak akan memberitahunya sekarang.
Sedang
asyik ngobrol, dua orang wanita cantik datang ke meja mereka dan mengajak minum
bersama. Ming Jun langsung memberitahu para wanita itu kalau Hao Qian tidak
bisa dekat dengan wanita. Jadi pastikan jangan sampai mereka menyentuh Hao
Qiang. Kalau di sentuh, Hao Qian bisa muntah.
Dua
wanita itu langsung kesal. Mereka menganggap kalau hal itu hanyalah alasan tidak
masuk akal yang di buat oleh Ming Jun. Kalau tidak mau minum bersama, ya sudah.
Dua wanita itu pun pergi. Ming Jun tidak bisa membiarkan mereka, dan memilih
bergabung dengan dua wanita itu dan meninggalkan Hao Qiang seorang diri.
--
Hao Qian sudah pulang. Dan saat dia tidur, dia tampak mengalami mimpi buruk. Di dalam tidurnya dia memimpikan seorang gadis memakai baju SMA di tengah hutan (karena ada tumpukan daun kering) dan tangannya di tahan oleh beberapa orang. Gadis itu berusaha memberontak dan dengan frustasi berkata : Aku membencimu, Long Hao Qian.
Hao
Qian terbangun karena mimpi buruk itu. Di dalam mimpinya, wajah gadis itu tidak
terlihat. Dan kepala Hao Qian langsung sangat kesakitan hingga dia harus
meminum obat penenang.
“Sudah
sepuluh tahun,” gumamnya.
--
Di
sebuah gedung megah,
Seorang
wanita berambut pendek berpas-pasan dengan seorang pria. Pria itu dengan ramah
tersenyum memberi salah. Wanita itu di dalam hatinya mengejek pria itu yang
mempunyai banyak kerutan yang bisa membunuh nyamuk. Pria itu pun di dalam
hatinya, mengejek wanita itu yang memakai sepatu hak tinggi seperti enggrang
saja.
Saat
masuk ke gedung, beberapa orang menyapa wanita itu dengan panggilan “Manager
Ma” dan menyapa pria dengan panggilan “Kepala Koki.” Wanita itu hanya lewat
tanpa membalas salam pekerja.
Kepala koki langsung menegur Manager Ma, agar ketika orang lain menyapa, setidaknya tanggapi sedikit. Manager Ma malah menjawab kalau dia sudah membalas dengan “hmm”. Kepala koki sudah kesal dan menjelaskan lebih rinci, kalau orang lain bilang ‘pagi’ setidaknya balas katakan ‘pagi’, bukan hanya ‘hmm.’ Tapi, Manager Ma malah menanggapi dengan ‘hmm.’
“Manajer
Ma. Sebagai seorang kolega, aku dengan baik menyarankan, kesombonganmu lebih
tinggi dari tumit sepatu. Benar-benar bukan hal yang baik.”
Manager
Ma tidak terima di tegur. Dia malah menyebut kepala koki sebagai pria tua yang
sudah menopause.
Di saat sengit tersebut, An Ning untungnya tiba. Ini adalah hari pertama An Ning mulai bekerja di sana. Manager Ma melihat penampilan An Ning dan di dalam hatinya, menghina penampilan An Ning.
Manager Ma berpakaian
nyentrik, seperti anak muda. Mengenakan rok pendek hitam, jaket kulit dan
sepatu boots. Dia tampak iri melihat sepasang pasangan.
Suatu ketika, Manager
Ma mengisi formulir untuk mendaftar di kantor jodoh. Dia menulis umurnya 23
tahun. Pegawai meminta izin untuk melihat KTP Manager Ma untuk verifikasi.
Manager Ma dengan terpaksa menunjukkannya. Pegawai tersenyum karena ternyata
umur Manager Ma adalah 33 tahun. Manager Ma protes, dia masih umur 32 tahun
karena belum berulang tahun.
“Ini
adalah An Ning. Ini adalah Ma Meng Lu, manajer departemen restoran China,”
perkenalkan Kepala Koki.
Man.
Ma di dalam hatinya malah berkata kalau andai saja semua wanita lajang
penampilannya seperti An Ning, dia pasti akan kekurangan banyak pesaing.
Kepala
Koki menyuruh An Ning memanggil Man. Ma dengan panggilan kak Meng Lu karena
umur Man. Ma lebih tua dari An Ning. Man. Ma tidak terima dan berteriak kalau
umurnya baru 23 tahun (pfft. Nipu).
--
Kepala Koki membawa An Ning ke dapur dan memperkenalkannya pada semua koki dapur. Selain An Ning, ada juga anak baru lainnya yaitu, Yi Ming Jun. An Ning akan bekerja sebagai asisten koki.
Kepala Koki adalah
orang yang sangat perfeksionis dan tegas saat berada di dapur. Dia menekankan kalau
rasa masakan di tentukan dari hati.
Semua
koki memperkenalkan diri pada An Ning. Yang gendut namanya adalah Fei Fang.
Yang kurus namanya Mao Mao. Yang cewek cantik namanya Na Na.
Saat
sedang briefing, pegawai ruang makan masuk dan melapor kalau malam ini ada
pesta makan malam yang sangat penting. Direktur Long akan datang memeriksa
pekerjaan secara langsung. Semua langsung terkejut dengan kedatangan Manager
Long.
Kepala
Koki menyuruh mereka untuk tidak usah takut. Lakukan saja seperti biasanya.
--
Direktur Long Hao Qian tiba. Semua pegawai memberikan salam dengan sangat sopan. Pada semua pegawai ruang makan dan para manager, Hao Qian memberitahu kalau tamu VIP hari ini adalah orang yang terobsesi dengan kebersihan. Selain kebersihan, pakaian dan tata rias karyawan semuanya harus rapi dan sopan. Tidak bisa ceroboh sedikitpun.
Hao
Qian kemudian menanyakan sup yang di pesan tamu VIP, apa sudah di siapkan?
Manager Ma menjawab kalau mereka sudah mengonfirmasinya ke bagian dapur, jadi
tenang saja, kesempurnaan di jamin.
Hao
Qian beranjak ke dapur. Manager Ma memandangi sosok belakang Hao Qian, dan
tampak kagum. Para pegawai wanita malah menggosipi Hao Qian yang sempurna tapi
tidak bisa dekat dengan wanita. Apa Hao Qian itu gay? Mendengar mereka
bergosip, manager Ma langsung memarahi mereka untuk bekerja.
--
Di dapur, An Ning sudah bertukar pakaian koki. Dia mencari bumbu dapur yang di perlukan. Pas dia melihat ke bawa meja, terlihat kotor, jadi dia masuk ke dalam kolong meja dan membersihkan.
Sialnya,
ketika dia berdiri, dia menabrak atas meja dan membuat sup yang ada di rak
terjatuh dan tumpah ke punggung An Ning. Sup itu untungnya tidak panas, tapi
semua sup itu tumpah tanpa sisa. Semua koki langsung panik.
Di
saat itu, Hao Qian malah tiba. Semua langsung berusaha menutupinya. Hao Qian
sendiri lebih kaget karena Ming Jun ternyata tidak ke Kanada tapi bekerja di
tempatnya. Inilah kejutan yang Ming Jun katakan. Eh, tapi, tidak ada orang
kantor yang tahu hubungan mereka ya.
Hao Qian awalnya tidak curiga. Tapi, karena melihat reaksi para koki yang tampak gugup dan menyembunyikan sesuatu, dia akhirnya tahu masalah sup itu. Tidak hanya masalah sup yang membuat Hao Qian kaget, tapi juga melihat An Ning yang di temuinya di lift waktu itu, ternyata bekerja di perusahaannya.
--
An
Ning pun di sidang. Dia di bawa ke ruangan Hao Qian. Dan dengan tegas, Hao Qian
memecat An Ning. An Ning tidak terima. Dia akui kalau menumpahkan sup adalah
kesalahannya, tapi dia kan tidak sengaja. Dia bisa menebus kesalahannya.
An
Ning langsung mencoba tumpahan sup yang jatuh ke punggung bajunya. Melihat itu,
Hao Qian tampak mual. An Ning yang mencoba rasa sup dengan yakin berkata kalau
dia bisa membuat ulang sup dan rasanya tidak akan buruk.
“Kamu
mungkin tidak tahu caraku melakukan sesuatu. Aku tidak mengizinkan anak buahku melakukan
kesalahan. Sekalipun tidak bisa,” tegas Hao Qian.
“Jika
kamu tidak percaya kamu bisa mencobaku dulu. Jika benar-benar tidak bisa, belum
terlambat bagimu untuk memecatku.”
“Aku
tidak ingin menghabiskan waktu untuk orang sepertimu. Cepat pergi. Kalau tidak,
aku akan panggil petugas keamanan.”
An
Ning tidak mau pergi. Awalnya, dia bersikap sopan, tapi kemudian dia jadi
bersikap berani. Apa benar alasan Hao Qian memecatnya adalah karena masalah
sup? Bukan karena masalah di lift?
“Kamu
jadi orang harus sedikit murah hati, jangan terlalu bergantung pada masalah
sepele seperti itu. Masalah sup, aku juga sudah bilang, aku bisa menebusnya. Masalah
didalam lift, aku sekarang minta maaf padamu. Maaf. Kamu ingin bagaimana lagi?”
tanya An Ning.
“Masalah
sepele? Menurutmu masalah di lift adalah masalah kecil?”
“Iya.
Aku mengakui pertama kalinya bertemu dilift dan menabrakmu tidak terlalu sopan.
Tapi aku juga sudah minta maaf.”
“Menabrakku
beberapa kali?” ulang Hao Qian, dengan nada kesal.
“Aku
juga tidak membahayakan atau merugikanmu. Lagipula… Lagipula aku adalah asisten
koki baru. Aku sudah lulus ujian koki. Kamu sebagai bos perusahaan tidak bisa
membalas dendam pribadi seperti ini.”
“Jangan
bicara tuntutan yang tidak masuk akal. Cepat pergi.”
An
Ning kesal dan akhirnya bersedia pergi. Tapi, Hao Qian malah bergumam menyebut
An Ning ‘mentimun’ dan bertemu dengan An Ning membawa masalah buruk. An Ning
yang mendengar ucapan Hao Qian jelas kesal.
Dia
menatap mata Hao Qian dan melihat memori Hao Qian. Dia melihat saat kemarin
ayah Hao Qiang memarahi Hao Qian.
“Ternyata
karena kemampuan sendiri tidak cukup membuat bisnis gagal, itu sebabnya marah
dengan orang lain. Orang seperti ini benar-benar ada,” ejek An Ning.
“Apa
maksud dari perkataanmu?” tanya Hao Qian.
“Aku
bilang ada orang yang tidak bisa melakukan apa-apa lalu menyalahkan inti bumi
tidak punya gravitasi.”
“Bagaimana
kamu tahu tentang kegagalan bisnis? Kamu adalah mata-mata bisnis dari Grup L?”
tanya Hao Qian, curiga.
“Mata-mata
bisnis? Kata benda yang kamu tahu tidak sedikit.”
“Kamu
sebaiknya bicara dengan jelas. Jika tidak...”
“Jika
tidak apa? Kamu ingin mengancamku?” balas An Ning, tidak takut.
Pertikaian
mereka terhenti karena Kepala Koki mengentuk pintu. An Ning langsung keluar
dengan kesal. Kepala Koki berusaha membela An Ning di depan Hao Qian.
--
An Ning sudah bertukar baju. Semua koki dapur jelas bingung. Dan An Ning memberitahu kalau dia sudah di pecat. Semua kaget dan merasa sedih, baru kerja beberapa jam, An Ning suadh di pecat. Ming Jun sampai bergumam kalau Hao Qian tidak punya belas kasihan pada wanita.
Bersambung
Tags:
Walk Into Your Memory
lanjut min...
ReplyDelete