Numpang Iklan Sejenak, All 😊
Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig
aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow,
like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida.
XieXie. Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog
ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian,
para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
=====
Sinopsis
K-Drama : Doctor John Episode 22
Images by : SBS
Semua karakter, tempat, perusahaan dan kejadian dalam drama ini
hanyalah fiksi
Yo
Han masih terus melakukan CPR. Dia dengan nada frustasi menyuruh mereka unntuk
tidak hanya berdiri saja dan lakukan intunbasi sekarang! Yoo Joon masih terus
berusaha menghentikan Yo Han. Yo Han menghentakkan tangan Yoo Joon yang
menahannya.
“Ada
sesuatu yang harus dia dan aku lakukan. Dia belum boleh pergi,” ujar Yo Han,
masih terus melakukan CPR.
--
Si
Young membawa Min Seong. Dan mereka berpas-pasan dengan det. Jung Rok beserta
anggotanya. Mereka mengenali Min Seong yang terekam di CCTV. Mereka harus
memeriksanya.
--
Yo
Han masih terus melakukan CPR meskipun dia sudah tampak sangat lelah.
Flashback
Saat Yo Han berada di atap dan
berbalik, dia bukan melihat lantai, tapi dia melihat Min Seong yang sedang
duduk bersembunyi di sana. Yo Han menatap Min Seong yang tampak sedih. Dengan ramah,
Yo Han bertanya apa yang Min Seong lakukan di sini? Min Seong menjawab kalau dia
berpisah dengan ibunya.
“Ibuku pergi ke akhirat. Belum
lama ini,” ujar Min Seong, menatap langit. “Anda tahu seperti akhirat itu
seperti apa?”
“Tidak. Aku belum tahu.”
“Kalau
begitu, Anda tahu apa itu kematian?”
“Tidak juga.”
“Menurutmu, kapan seseorang akan
mati? Saat peluru menusuk jantung mereka? Bukan. Saat mereka memiliki penyakit
yang tidak bisa disembuhkan? Bukan. Saat mereka makan sup jamur beracun? Bukan.”
“Lalu kapan seseorang mati?” tanya
Yo Han.
“Saat mereka dilupakan oleh orang yang mereka cintai. Itu yang
mereka katakan di film "Coco". Jadi, aku tidak akan pernah melupakan
dia. Ibuku. Orang tercantik di dunia,” ujar Min Seok. Dia menunjukkan foto Ri
Hye yang di miliki dan selalu di bawanya. “Bukankah dia cantik?”
“Apakah kamu putranya Yoo Ri Hye?”
tanya Yo Han.
“Ya. Anda mengenal ibuku?”
“Ya. Apa maksudmu dia pergi ke
akhirat?”
“Akhirat adalah tempat orang yang
kita cintai pergi. Nenekku. Kakekku. Dan ibuku,” jawab Min Seong.
“Tapi ibumu...”
“Beberapa saat lalu, dia
menyeberang,” ujar Min Seong, memberitahu Yo Han. Min Seong tampak sangat
sedih.
Apa yang terjadi hingga Min Seong
berkata seperti itu?
Ternyata, saat jam besuk di buka,
Min Seong masuk mengikuti rombongan dan tidak ada yang sadar kalau dia ikut
masuk. Di saat ada salah satu kamar menerima code blue, Min Seong melihat apa
yang dokter dan keluarga pasien bicarakan. Ibu pasien sudah tidak dapat
bertahan dan menggunakan alat ventilator. Anak pasien menangis penuh kesedihan
dan menandatangani surat persetujuan ibunya di biarkan pergi. Bagi mereka, ibu
mereka sudah berusaha keras dan mereka ingin memberikan kepergian yang damai. Dan
karna itu, dokter pun mencabut alat ventilator ibu tersebut. Min Seong memperhatikan
dokter saat mencabut ventilator tersebut.
Dan saat dia pergi ke kamar rawat
ibunya, Ri Hye, dia melakukan hal yang sama. Ibunya terlihat sangat kesakitan. Min
Seong menangis melihat wajah ibunya. Ri Hye sepertinya bisa mendengar suara Min
Seong, karena saat itu, Ri Hye tampak menangis. Min Seong ingat saat mendengar bibinya
berkata kalau ibunya sangat menderita hingga melompat dari atap. Dan karena
itu, dia melepas ventilator ibunya. Dialah orang yang mematikan ventilator Ri
Hye.
Yo Han berlarian panik mendengar
ceirta Min Seong. Yo Han sampai menggendong Min Seong dan membawanya turun dari
atap. Dia tahu kalau Min Seong ingin bertemu dengan ibunya, dan begitu juga Ri
Hye yang pasti ingin bertemu Min Seong dan memeluknya. Untuk kali terakhir,
sebelum dia pergi. Dia membawa Min Seong ke ruang tunggu dan menyuruh Min Seong
menunggu dan dia akan menjemput Min Seong nanti. Min Seong menangis
terisak-isak.
Yo Han berlari panik ke ruang
ICU. Dia segera memeriksa nafas Ri Hye yang ternyata masih bernafas. Dan saat
itulah perawat masuk dan salah paham pada Yo Han.
End
Min
Seong menangis terisak menceritakan hal tersebut pada polisi dan Si Young. Dia ingin
bertemu ibunya. Dia merindukan ibunya.
Si
Young segera berlari ke kamar rawat Ri Hye.
Yo
Han terus melakukan CPR dan bergumam memohon agar Ri Hye selamat. Mi Rae yang
melihat usaha Yo Han, tampaknya mulai menyadari kalau Yo Han berbeda dari yang
di pikirkannya. Si Young yang baru masuk segera ikut membantu Yo Han dan Mi
Rae.
Yoo
Joon dan yang lain masih tetap tidak membantu.
Dan
setelah usaha yang sangat panjang antara Yo Han, Mi Rae, Si Young dan perawat,
nafas Ri Hye kembali. Jantung Ri Hye kembali berdetak. Yo Han sangat lega.
Min
Seong tiba. Yo Han segera menghampiri Min Seong. “Kamu ingin bertemu ibumu? Temuilah
dia,” ujar Yo Han.
Min
Seong berjalan ke ranjang Ri Hye. Dia menangis memanggil ibunya dan memeluknya.
Semua
yang ada di sana, tampak sedih melihat hal tersebut sekaligus mungkin lega karena
keinginan Ri Hye terkabul. Atau mungkin juga lega karna Yo Han yang berusaha
menolong Ri Hye mungkin akan membuat Ri Hye bisa melihat putranya.
Seok
Ki tiba di sana dan menatap Yo Han.
--
Mereka
kembali ke ruang interogasi. Seok Ki bertanya, kenapa Yo Han tidak memberitahu
kalau bukan Yo Han yang mematikan ventilator dan sebaliknya, Yo Han ke sana dengan
bergegas untuk menyalakannya kembali.
“Aku
tidak mau hal pertama yang akan dia tahu saat siuman adalah putranya diselidiki oleh polisi karena
mematikan ventilator,” jawab Yo Han.
--
Min
Seong terus berada di sisi Ri Hye. Dan akhirnya, Ri Hye siuman. Hal pertama
yang dilihatnya, adalah putranya yang berada di sisinya. Hal yang sudah sangat
di rindukan Ri Hye. Ri Hye menangis. Putranya tidak takut pada wajahnya dan
sebaliknya, memeluknya penuh kerinduan.
--
“Kamu
juga tidak mau putranya merasa bersalah atas kematian ibunya selama sisa hidupnya?
Itu alasanmu mengulur waktu sampai pasiennya siuman?” tanya Seok Ki.
“Ya.
Kamu tidak akan pernah membiarkan seorang anak pun lolos dari perbuatan ini. Tentu
saja, aku siap dihukum karena menghalangi hukum. Sudah jelas aku yang salah,”
jawab Yo Han.
Seok
Ki mematikan alat perekamnya. Setelah itu, dia kembali bertanya. Kemarin, dia
ada membaca buku dan tertulis kalau tujuan utama obat adalah membuat orang
bahagia. Mengurangi rasa sakit atau memperpanjang hidup dengan obat, tidak
menjamin kebahagiaan orang. Apa Yo Han setuju akan hal itu? Menurut Yo Han, apa
peran dokter?
“Pengembangan
obat terus-menerus membuat seseorang tetap hidup tanpa benar-benar hidup. Garis
antara hidup dan mati menjadi makin samar. Kita makin membutuhkan orang yang
membuat keputusan tepat. Kita membutuhkan orang yang tahu hal paling
menguntungkan pasien. Aku yakin itu tugas dokter,” jawab Yo Han.
“Keputusan
yang tepat dalam hidup? Apakah eutanasia adalah bagian dari itu?”
“Tentu
saja.”
“Maksudmu,
kematian bisa menjadi pilihan yang tepat?”
“Pada
zaman sekarang, kematian bisa menjadi pilihan yang tepat.”
“Seperti
katamu, ada garis tipis antara hidup dan mati saat ini. Jika seseorang berhak
memutuskan hal itu, hak itu akan menjadi wewenang, lalu wewenang itu akan
dirusak dan disalahgunakan. Dengan mempertaruhkan nyawa orang. Setelah itu, kehidupan
yang telah dikorbankan tidak akan pernah bisa kembali,” ujar Seok Ki tampak
emosi dan terbawa perasaan.
“Kematian
tidak selalu menjadi pilihan yang tepat. Aku hanya berusaha menentukan hal yang
terbaik bagi pasien saat keputusan antara hidup dan mati harus dibuat,” jelas
Yo Han.
“Hukumlah
yang menentukan apakah keputusanmu tepat.”
“Tidak
ada hukum yang bisa memuaskan semua orang. Begitu juga tidak ada pengobatan
yang bisa memuaskan semua pasien. Jika menyangkut hukum dan perawatan medis, kita
harus menentukan hal paling berharga pada saat itu,” balas Yo Han dengan tajam.
Usai
mengatakan hal tersebut, Yo Han keluar dari ruang interogasi.
Setelah
Yo Han keluar, det. Jung Rok masuk dan memberikan kesaksian Si Young mengenai
Yo Han pada Seok Ki (Seok Ki yang meminta). Setelah itu, Seok Ki meminta tolong
det. Jung Rok untuk mencari tahu simbol (yang di lihatnya di pameran).
--
Yi
Moon bertemu dengan Tae Kyung. Dia merasa kesal pada Yo Han yang tidak memberitahu
mereka dari awal yang sebenarnya dan malah memperparah keadaan. Belum lagi,
mereka sedang berada dalam situasi sensitif mengenai Yi Soo dan harusnya hal
ini tidak terjadi.
“Kita
harus mengadakan komite pendisiplinan. Rumah sakit memiliki ketertiban dan
peraturan sendiri. Tindakan Dokter Cha tidak sesuai sebagai dokter bagi pasien atau
profesor bagi para murid. Dia menimbulkan masalah,” putuskan Tae Kyung.
“Kamu
berencana membuatnya meninggalkan rumah sakit untuk saat ini dengan mengadakan
komite pendisiplinannya?”
“Ya.
Kurasa itu solusi terbaik untuk saat ini.”
--
Mi
Rae, Si Young, Yoo Joon, Won Hee dan Heo Jun berkumpul bersama. Mereka merasa
khawatir jika anak Ri Hye akan di hukum. Mi Rae merasa ragu kalau Min Seong
akan di hukum karena mengingat usia Min Seong barulah 8 tahun.
Na
Yeon datang menemui mereka. Wajahnya tersenyum. Dia menundukkan kepala
dalam-dalam berterimakasih pada mereka karena tidak menyerah terhadap Ri Hye.
“Dokter
Cha yang tidak menyerah. Tapi, dia tidak di sini sekarang,” beritahu Heo Jun.
“Begitu
rupanya. Aku sendiri yang akan berterima kasih kepadanya,” ujar Na Yeon.
“Kudengar
adik Anda sudah siuman. Bagaimana keadaannya?” tanya Yoo Joon.
“Dia
bilang kepadaku bahwa dia ingin pindah ke hospis setelah pulih. Dia ingin
menghabiskan hari-hari terakhirnya di sana.”
--
Min
Seong tertidur sambil mengenggam tangan Ri Hye. Ri Hye memeluk kepala putranya
dengan lembut dan penuh kasih sayang.
--
Mi
Rae berada di bangsal Yi Soo dan menggenggam tangan ayahnya. Dia tampak sedih. Dan
akhirnya menangis.
--
Yo
Han kembali ke atap rumah sakit. Dia sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan
dokternya, apa dia merawat pasien karena rasa kasihan atau penasaran.
“Hari ini, aku menemukan
jawabanku. Ini bukan rasa kasihan atau rasa penasaran. Ini adalah rasa empati. Semua
orang takut mati entah mereka bisa merasakan sakit atau tidak. Selama
momen-momen terakhir menakutkan itu, aku ingin berada di samping mereka.”
Yo
Han menatap ke atas, seolah melihat saat Ri Hye hendak melompat. Dalam bayangannya,
wajah Ri Hye masih baik-baik saja, dia berbalik menatap Yo Han dan menganggukan
kepala tanda berterimakasih. Seolah Ri Hye tidak melompat.
Si
Young muncul di belakang-nya.
“Dokter
Cha. Katakan. Katakan bagaimana keadaanmu. Aku tahu itu bukan hanya karena Yoo
Ri Hye,” ujar Si Young. Yo Han berjalan mendekat. “Tunggu. Jika kamu baik-baik
saja, dan itu bukan hal serius, silakan mengangguk. Jika kamu tidak baik-baik
saja, tapi akan segera sembuh, silakan mengangguk. Jika kamu tidak baik-baik
saja dan tidak akan membaik…,” ujar Si Young, berusaha menahan tangisnya seolah
tahu apa yang akan terjadi.
“Lalu
apa yang harus kulakukan?” tanya Yo Han.
“Hibur
aku,” jawab Si Young.
“Akulah
yang seharusnya dihibur.”
“Tapi…
aku yang akan kehilangan dirimu,” ujar Si Young.
Yo
Han mendekat. Dengan perlahan, dia memeluk Si Young. Itu jawaban atas
kondisinya. Dia menghibur Si Young. Dia tidak baik-baik saja dan tidak akan
membaik.
Air
mata Si Young menetes. Dia membalas pelukan Yo Han, berusaha menghibur Yo Han
juga.
Tags:
Doctor John