Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 14-2


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 14-2
Images by : TvN
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends
Gunung Hasi

Ipsaeng masih mengikuti Eunseom dan bertanya apakah Eunseom akan memaafkannya? Eunseom tidak menjawab. Ipsaeng mendekat dan memberikan baju luarannya untuk di berikan pada Eunseom untuk di pakai. Dia meminta Eunseom memberitahunya jika sudah memaafkannya, karena hal itu membuatnya gelisah. Dia sadar kalau perbuatannya salah.
Eunseom bertanya, apakah janji pada Dewa saat Sateunik meninggal, tidak ada artinya bagi Ipsaeng? Ipsaeng tertawa dan mengalihkan dengan bertanya kapan Eunseom akan kembali ke Iark? Dia menasehati Eunseom yang akan terus di khianati jika memiliki pola pikir seperti itu. Eunseom bisa tewas. Jangan pernah percaya pada siapapun lagi. Pikirkan diri sendiri jika ingin hidup.
“Bukan begitu aku di ajarkan,” tegas Eunseom.
Ipsaeng sangat kesal dengan kekeras kepalaan Eunseom tersebut.
Sementara itu, Yeonbal sudah berada di dekat mereka hingga bisa mendengar suara gema saat mereka bicara.
Ipsaeng terus menasehati Eunseom untuk tidak mengikuti ajaran yang Eunseom pelajari di Iark. Karena jika di ikuti, maka Eunseom akan mati. Eunseom balas memperingati Ipsaeng yang jika terus bertingkah seperti itu, akan dia pecat. Ipsaeng sangat kesal. Dia bahkan bertekad ingin memisahkan diri dari Eunseom
Sebelum berpisah dari Eunseom, Ipsaeng berusaha membujuk Eunseom mengenai keping emas tersebut. Mereka sudah menderita untuk mendapatkannya, jadi itu adalah milik mereka. Mereka yang berada di gua (Badoru dan yang lainnya) tidak melakukan apapun.
Saat itu, Eunseom melihat di belakang Ipsaeng tampak ada sesuatu. Dengan instingnya, Eunseom bisa merasakan ada bahaya. Eunseom segera berteriak menyuruh Ipsaeng untuk lari. Dan benar saja, seekor beruang buas keluar dari persembunyiannya dan mengejar mereka.
Ipsaeng tertinggal dari Eunseom. Dan sialnya lagi, dia tersandung. Dalam keadaan seperti itu, dia berteriak memanggil Eunseom meminta bantuan. Eunseom kembali dan langsung membantu Ipsaeng. Dia memukul beruang itu dengan kayu dan menyuruh Ipsaeng agar segera berdiri dan lari. Sebelum lari, Ipsaeng mengeluarkan pedangnya dan melukai kaki Eunseom hingga Eunseom tidak bisa berlari. Ipsaeng lagi-lagi mengkhianati Eunseom

Eunseom terdesak. Dia berlari dengan terpincang-pincang. Beruang itu terus mengejarnya. Dia jatuh ke bawah tebing dan beruang itu masih terus mengejarnya. Dan disaat kritis itu, groaaaar!!!
--
Ipsaeng yang sudah berlari jauh, berbicara pada dirinya sendiri untuk tidak mempedulikan Eunseom. Toh, pada akhirnya, Eunseom akan terbunuh. Dia yakin akan itu.
--
Dan keyakinan Ipsaeng salah. Sebelum sempat menerkam Eunseom, beruang itu sudah mundur ketakutan begitu melihat kedatangan Neanthal. Ya, Rottip dan rekannya muncul. Eunseom memperhatikan mereka dan sadar kalau mereka adalah Neanthal. Eunseom berterimakasih pada mereka karena sudah menyelamatkannya.

Rottip dan rekannya beranjak pergi, meninggalkan Eunseom. Eunseom memanggil mereka dan bertanya, kalian Neanthal kan? Eunseom juga menunjukkan darahnya yang berwarna ungu dan memberitahu mereka kalau dia adalah Igutu.

Begitu melihat warna darah Eunseom, Rottip segera mendekat. Dia menciumi aroma tubuh Eunseom. Wajahnya tampak kaget. Dan kemudian, dia memilih untuk tetap pergi.
Rottip ternyata sadar kalau Eunseom adalah anak dari Asa Hon. Dia tidak menyangka kalau anak itu akan bisa selamat dan tumbuh dewasa. Rottip teringat dengan Asa Hon yang walaupun adalah Saram, sangat baik dan peduli pada mereka, Neanthal.
Rekan Rottip menyadari keanehan sikap Rottip tadi dan bertanya ada apa? Rottip berkata kalau dia mengenal Igutu tadi, dia adalah anak dari Asa Hon.
“Asa Hon? Siapa Asa Hon? Orang yang menyelamatkanmu saat kau muda? Jadi, kau sudah membalas budi.”
“Namun, dia berarti putranya Ragaz,” beritahu Rottip.
“Kenapa kau tak bilang dia putranya Ragaz?”
“Lalu kenapa jika dia putra Ragaz? Kita tak bisa apa-apa.”
--
Ipsaeng terus bergumam kalau dia masih hidup. Dia bisa hidup. Tampaknya, dia masih merasa ragu dan melihat ke belakang. Dia berkata pada dirinya sendiri untuk kembali untuk mengubur jasad Eunseom dan mengambil keping emas itu.

Sialnya, karena dia kembali, dia malah berjumpa dengan Yeonbal dan rombongannya. Ipsaeng berusaha kabur, tapi tentu saja larinya kalah dengan lari kuda. Kakinya juga di panah oleh Yeonbal agar dia tidak bisa berlari lagi. Ipsaeng tertangkap.
Eunseom ternyata ada di sekitar sana dan mendengar teriakan Ipsaeng.
Yeonbal memerintahkan Ipsaeng untuk memberitahu dimana budak yang lain? Dimana Olmade?
“Apa hanya dia yang kalian cari?” tanya Ipsaeng.
“Aku tak peduli yang lain, hanya butuh Olmadae.”
“Artinya, kau akan membebaskanku?” tanya nya lagi memastikan.
Yeonbal mengiyakan. Dia akan membebaskan Ipsaeng jika Ipsaeng memberitahunya dimana Olmadae. Tapi, Ipsaeng harus membawanya pada Olmadae, baru dia akan membebaskan Ipsaeng. Ipsaeng ragu sejenak. Tapi, karena dia hanya peduli pada nyawa-nya, dia bersedia menunjukkan jalannya.
Eunseom yang melihat kalau Ipsaeng lagi-lagi berkhianat, sangat amat kesal.
--
Goldu dan rombongannya juga dalam perjalanan ke Jubinol. Dia menempuh jalur berbeda dengan Yeonbal sesuai perintah Yeonbal. Tapi, mereka tidak menemukan apapun. Anak buah Goldu menyarankan agar mereka berbalik arah saja karena mereka telah mendekati wilayah suku Ago dan itu berbahaya.

Di saat itu, dia melihat Karika seorang diri. Goldu langsung senang mengira kalau Karika hanyalah seorang diri. Tapi, rasa senang itu hanya sesaat karena tidak lama, muncul segerombolan orang berjalan kaki di belakang Karika. Goldu langsung turun dari kudanya karena dia tahu kalau itu adalah suku Momo.

Karika menanyakan yang mana namanya Goldu? Tapien segera menerjemahkan ke dalam bahasa Saram kalau Xabara (sebutan untuk Ketua Suku Momo) mencari yang namanya Goldu. Goldu segera memperkenalkan diri dengan sopan dan berkata dia tidak menyinggung apapun mengenai suku Momo, jadi ada apa mencarinya?
“Sateunik!” teriak Tapien, penuh amarah dan dendam.
Dan di bawalah keluar anak buah Goldu yang tertangkap oleh suku Momo. Karika memberitahu kalau orang itu sudah menceritakan semuanya mengenai Goldu yang menangkap Sateunik dan menjadikannya budak hingga tewas. Goldu ketakutan dan membantah hal tersebut. Dia dengan panik berkata kalau dia tidak mau tahu sama sekali kalau Sateunik adalah suku Momo. Karika tidak peduli dengan alasannya, dan dengan satu instruksi tangan, Goldu tewas di bunuh oleh anak buah Karika.
Semua pengikut Goldu menjadi ketakutan.
“Aku tahu kalian mencari pria berbibir ungu. Aku juga mencari dia. Katakan semua yang kalian ketahui!” perintah Karika.
--

Ipsaeng membawa Yeonbal dan pasukannya menuju ke puncak Gunung Hasi. Yeonbal jelas bingung, apa Olmadae ada di puncak gunung? Ipsaeng mengatakan tidak. Dia mengambil jalan gunung karena jika melalui jalan biasa, itu sangat dekat dengan Hutan Agoha yang adalah wilayahnya Suku Ago. Yeonbal memerintahkan kalau mereka akan jalan di luar sisi hutan dan tidak akan ada masalah apapun, asal mereka tidak jalan memasuki hutan. Ipsaeng masih takut, tapi jelas saja perintah Yeonbal harus di lakukannya.
Eunseom ternyata masih mengikuti mereka diam-diam dari belakang.
--
Hari sudah malam,
Seucheon cemas karena Ipsaeng dan Eunseom belum kembali juga. Badoru setuju, akan tetapi, dia tidak mencemaskan Eunseom melainkan Ipsaeng. Olmadae kemudian bertanya kenapa Seucheon yang dari Arthdal, datang jauh-jauh untuk menolong mereka? Seucheon kesulitan menjelaskan karena situasinya rumit. Yang jelas, dia hanya melakukan perintah dari Mubaek.
--
Ipsaeng dan rombongan Yeonbal beristirahat di dalam hutan. Rombongan Yeonbal makan dengan lahap dan tidak memberikan makanan sama sekali pada Ipsaeng. Ipsaeng memohon agar di berikan makanan karena sudah berhari-hari tidak makan dan jika tidak makan, dia akan pigsan. Yeonbal memerintahkan anak buahnya untuk memberikan makanan pada Ipsaeng.
Dasar tak bernurani, sebelum memberikan makanannya pada Ipsaeng, dia malah memasukan makanan itu dulu ke dalam mulutnya, baru kemudian dia keluarkan dan berikan pada Ipsaeng. Di saat itulah, karena lengah, Eunseom diam-diam menjeratnya dengan tali.
Situasi menjadi kacau. Eunseom memberikan batang kayu yang ujungnya telah di runcingkan pada Ipsaeng. Dia berteriak menyuruh Ipsaeng untuk segera membebaskan diri dengan batang kayu tersebut. sementara Eunseom berteriak menyuruh mereka untuk tidak mendekat atau dia akan membunuh orang yang di jeratnya dengan tali tersebut. Yeonbal ternyata cukup cerdik, dia mengeluarkan pisau yang di sembunyikannya di balik sepatunya, dan di saat dia berpura-pura meletakkan senjata-nya di tanah, dia melemparkan pisau itu, memotong tali yang menjerat rekannya.

Eunseom lebih cepat tanggap. Dia segera menyuruh Ipsaeng berlari. Mereka berdua berlari sangat kencang sambil berusaha menghindari anak panah yang di tembakkan oleh Yeonbal dan anak buahnya. Eunseom tertembah panah di lengannya. Dan karena situasi yang gelap dan berlari terlalu kencang, Ipsaeng dan Eunseom terjatuh ke bawah tebing.
Yeonbal dan anak buahnya tidak bisa mengikuti lag. Kenapa? Karena Yeonbal melihat tanda wilayah suku Ago.
Ipsaeng dan Eunseom yang sampai di bawah, segera menyuruh Eunseom untuk bangkit karena mereka harus segera pergi. Kenapa? Karena dia melihat tanda wilayah suku Ago. Mereka telah memasuki wilayah Suku Ago. Eunseom bingung karena Ipsaeng dulu bilang adalah putra kepala suku dan juga saudara tiri Tagon. Apa semua ucapan Ipsaeng adalah bohong?
Ipsaeng kesal. Yang penting mereka harus keluar sekarang juga dari sana. Jika Eunseom tidak mau, ya sudah.
Eunseom akhirnya bertanya, kenapa Ipsaeng melakukan hal itu? Ipsaeng tadi pasti berpura-pura jatuh (saat di kejar beruang) kan? Ipsaeng mau menikam-nya untuk di jadikan umpan kan? Ipsaeng berusaha menjelaskan kalau hal itu hanyalah salah paham. Eunseom tidak mau mendengarkan dan berteriak menyuruh Ipsaeng memberitahu alasan kenapa Ipsaeng melakukan itu padanya?!
Ipsaeng sudah kadung kesal. Dia dengan jujur berkata kalau dia mau hidup! Dia tidak mau di makan beruang. Eunseom menyebutnya orang jahat! Ipsaeng membenarkan. Dia adalah orang jahat. Tapi, kenapa Eunseom terus menyelamatkannya? Apa Eunseom bodoh? Bebal? Dia mencoba membunuh Eunseom. Tapi, kenapa Eunseom kembali dan menyelamatkannya? Jika Eunseom khawatir jika dia akan memberitahu Daekan mengenai gua itu, maka bunuh saja dia. Dia pantas mati. Dia sudah bohong sejak mereka bertemu. Setelah bebas, semua orang bertarung, sementara dia tetap bersembunyi dalam tikar agar bisa kabur membawa permata. Di Jubinol, dia hanya ingin mencuri keping emas. Dia kabur sendirian walau tahu kalau Eunseom akan di serang. Dia kabur sendirian! Bahkan hari ini, dia mengorbankan Eunseom pada beruang! Tapi, kenapa Eunseom terus membahayakan nyawa demi dirinya?!
“Aku butuh kau,” jawab Eunseom.
“Aku? Kenapa?”
“Bawahanku,” ujar Eunseom. “Aku mau kau jadi bawahanku.”
“Aku? Kenapa butuh bawahan?” bingung Ipsaeng.
“Karena aku butuh kekuasaan.”
“Sial kau. Kau Igutu. Kau sudah sangat kuat.”
“Tidak. Aku lemah, tak punya kekuasaan. Jika aku begitu kuat,  apa akan kubiarkan sukuku diseret seperti itu dan dikurung di bawah tanah? Aku mau menyelamatkan mereka. Untuk itu, aku butuh kekuasaan. Namun, di Tebing Hitam Besar, kekuasaan ditentukan oleh jumlah bawahan dan kekuatan mereka. Itu sebab aku butuh bawahan. Aku mau berkuasa, kalahkan mereka, selamatkan sukuku, dan akhirnya melindungi mereka! Namun, sukuku tak tahu apa itu bawahan karena kami anggap semua setara. Karena itu aku tak tahu cara menjadikan orang bawahanku! Itu sebabnya aku terus baik padamu. Namun, kurasa cara itu salah. Ayo kita berpisah. Aku sudah selesai,” ujar Eunseom emosi, dan berjalan meninggalkan Ipsaeng.
“Kau mau melawan siapa? Siapa? Apa dia sangat kuat?” teriak Ipsaeng, penasaran.
“Arthdal,” jawab Eunseom, tanpa keraguan sedikitpun.
“Astaga, yang benar saja. Siapa di Arthdal?”
“Arthdal… itu sendiri.”
Ipsaeng terperangah. Eunseom lebih gila daripada dugaannya. Walau begitu, dia menyuruh Eunseom untuk ikut dengannya keluar dari wilayah Suku Ago hidup-hidup baru bisa melawan Arthdal. Pas sekali dia melihat ada sampan dan menyarankan agar naik sampan saja dan ikuti arus sungai-nya. Eunseom menolak karena Ipsaen bicara seolah tahu jalan saja.
“Tentu aku tahu. Aku putra ketiga Ketua Klan Tae Suku Ago,” ujar Ipsaeng dan menghentikan perkatannya (sepertinya, dia jujur). “Pokoknya aku tahu, ayo pergi dari sini.”
Eunseom pun memilih untuk percaya pada Ipsaeng.
--

Esok hari,
Ipsaeng dan Eunseom berada di sampan dan mengikuti arus aliran sungai. Mereka bahkan bisa tidur. Ipsaeng terbangun dan begitu melihat sekitar, dia tampak panik. Dia bahkan membangunkan Eunseom dan memarahinya karena tidak membangunkannya padahal sudah dia suruh dan malah ikut tertidur. Dia menyuruh Eunseom untuk membantunya mengayuh sampan ke pinggiran sungai.

Eunseom masih bingung karena terbangun. Dan sesuatu menarik perhatiannya. Dia memberitahukannya pada Ipsaeng. Sekumpulan suku berada di tepi sungai dan melihat ke arah mereka. Itu adalah suku Ago.
--
Saya bingung karena memimpikan mengenai suku Ago kemarin malam. Kenapa dia bisa bermimpi seperti itu?
Saat itu, Myeongjin menghampirinya dan memberitahu kalau tanggal gohamsani sudah di tetapkan, dua hari lagi.
--
Asa Ron menemui Tanya untuk memberitahu mengenai tanggal Gohamsani. Dia di dampingi oleh Asa Yon.
“Kini semuanya sudah berada di tempat semestinya. Ini berkat pemeliharaan Isodunyong dan hukum Airuju,” ujar Asa Ron.
“Di mana itu semestinya?”
“Kini, setelah kau kembali, kita bisa kembali ke Gunung Puncak Putih dan Aramun Haesulla akan memimpin Serikat. Itulah maksudku. Berkah dilimpahkan atas Serikat,” ujar Asa Ron. Dan tampaknya, dia merencanakan sesuatu.
Saya datang saat itu. Asa Ron tentu bingung karena baru pertama kali melihat Saya. Saya memperkenalkan dirinya sebagai bang (menteri) Administrasi Kerajaan yang membantu Tagon dan Tanya.
Asa Mot diam-diam berbisik memberitahu kalau Saya adalah putra dari Tagon. Asa Ron tentu terkejut.
--
Saat keluar, sikap Asa Ron langsung berbeda. Dia kesal karena ternyata Tagon punya rahasia seperti itu. Dia kemudian menanyakan pada Asa Yon mengenai Lidah Hitam. Asa Yon memberitahu kalau Lidah Hitam sudah tiba. Asa Mot terkejut mendengar mengenai Lidah Hitam. Di tambah lagi, Asa Yon bilang kalau anak-anak Shahati juga sudah tiba.
“Niruha, apa rencanamu?” tanya Asa Mot, khawatir.
--

Haetuak membawakan pedang yang di buah khusus untuk Taealha dan Tagon. Pedang itu sangat indah. Taealha juga tampak menyukai pedang itu. Mood Taealha juga tampak senang.
Taealha juga tampaknya mendapatkan anak baru.
--
Asa Mot sedang mengajarkan Tanya tarian untuk Gohamsani nanti. Saya memperhatikannya. Dan tampaknya, ada orang baru juga di klan Asa.
Saya memberitahu Tanya kalau Yeolson datang dan sedang menemui Tagon.
Dan orang baru (pria) klan Asa tampak tersenyum mencurigakan.
--
Tagon berbincang dengan Yeolson. Bertanya, apakah Yeolson sudah tahu rahasia perunggu? Yeolson menjawab tidak. Tagon tidak terkejut, karena dia yakin kalau Mihol menjaga rahasia itu dengan baik dari pada budak.
“Namun, aku bertanya-tanya apakah ada hal lain yang bisa dipakai,” tanya Yeolson.
“Apa misalnya?”
“Besi.”
“Besi? Itu tak berguna. Aku pernah diberi tahu kemungkinan tanpa batasnya, tapi lelehannya tak bisa diperkeras untuk digunakan.”
“Karena lelehan itu tak murni. Jika bisa dapat besi murni… Timah dan perunggu sulit ditemukan, tapi besi mudah. Sumber daya yang dipakai untuk membuat satu pedang perunggu bisa untuk ratusan pedang besi,” jelas Yeolson, bersemangat.
“Kau cepat belajar. Aku percaya padamu. Namun, jika itu mungkin, Suku Hae sudah melakukannya,” ujar Tagon.
Saat sedang berbincang, Gilseon masuk dan melaporkan mengenai tanggal Gohamsani yang telah di tentukan. Yeolson segera pamit untuk pergi karena urusannya sudah selesai.
--
Saya menemui para suku Wahan yang akan menemani Tanya saat gohamsani nanti. Semua anggota suku Wahan tentu terkejut melihat wajah Saya yang sangat mirip dengan Eunseom. Saya bingung melihat reaksi suku Wahan yang tampak terkejut.

Saya memberitahu kalau suku Wahan yang di bawa ke Doldambul juga akan segera tiba. Semua senang karena itu artinya, Teodae, Dalsae dan Buksoe akan kembali (betapa mereka akan sangat sedih jika tahu bahwa seharusnya mereka tidak perlu sampai ke Doldambul, jika saja Mungtae tidak berkhianat. Teodae juga tidak akan memilih bunuh diri karena rasa putus asa yang sangat. Buksoe, kemana engkau? Semoga baik-baik saja dan bisa memberitahu pengkhianatan Mungtae). Hanya Mungtae yang tidak senang mendengarnya.


Post a Comment

Previous Post Next Post