Sinopsis
K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 16-1
Images
by : TvN
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends
Mungtae
membunuh semua yang tidak setuju dengan keputusan yang Tagon buat. Hal itu
membuat semua takut. Mihol, termasuk salah satunya. Dia melihat tatapan mata
Tagon, dan itu adalah tatapan mata seorang raja.
Arthdal
Chronicles
Mihol mengajak
bicara Taealha. Dia bertanya memastikan, kalau Tagon sudah berjanji akan melindungi
rahasia perunggu kan? Taealha malas menjawab, tetapi Mihol memaksanya menjawab.
Taealha dengan cuek berkata kalau Tagon sudah berjanji padanya. Mihol masih
merasa ragu, apakah janji itu di buat sebelum semua ini terjadi? Dia bisa
melihat kalau sekarang Tagon sudah berubah.
“Bagaimana
bisa tidak? Seumur hidup dia coba jadi raja tanpa lakukan hal macam ini. Ayah
tahu betapa dia putus asa? Ayah tahu betapa hancur hatinya? Pada akhirnya, Ayah
dan Asa Ron mengacaukan segalanya. Aku merasa kasihan pada Tagon,” bela
Taealha.
--
Taealha membawa
Tanya ke ruangannya dan memberikan gulungan kertas yang harus di hafal oleh
Tanya. Tanya harus mengatakan hal yang tertulis di kertas itu saat Sidang Keramat.
Tanya diam saja. Taealha dengan nada merendahkan, berpura-pura baru teringat
kalau Tanya masih belum bisa membaca. Karena itu, dia membacakan isi yang ada di
gulungan itu dan menyuruh Tanya untuk mengingatnya.
Isinya adalah
: "Akan kusampaikan ucapan Airuju, awal dan akhir dunia ini, kepada
putranya, Aramun Haesulla."
Taealha menegaskan
kalau mulai saat ini, semua ramalan berasal dari Airuju, bukan Isodunyong dari
Gunung Puncak Putih. Dan setelah itu, Tanya harus mengatakan kalau Airuju
menyuruh untuk memenggal kepala Asa Mot dan semua orang yang terlibat dalam
insiden semalam. Potong kedua kaki keluarga mereka dan semua kerabat mereka.
Tanya menolak
untuk melakukan hal tersebut. Banyak orang yang tidak bersalah dan bahkan tidak
ada di kuil saat kejadian tersebut terjadi.
Taealha
dengan sinis berkata kalau Tanya tidak melakukannya, maka hanya kematian yang
menunggu. Suku Wahan yang akan mati. Tanya jelas terkejut karena Taealha
mengancamnya menggunakan suku Wahan.
“Aku juga
sedih karena ini. Namun, Tagon sudah membunuh Asa Ron dan para kepala suku. Kini,
dia punya banyak musuh. Kami tak punya pilihan. Kami harus buat orang takut. Agar
Arthdal bisa berfungsi. Karena keberadaanmu memberi Tagon kekeramatan dari
dewa, pertumpahan darah ini bisa diakhiri oleh seratus orang di alun-alun itu. Jika
bukan karenamu, Tagon harus bunuh seribu orang. Hanya itu yang buat mereka
patuh. Ingat bahwa kau selamatkan seribu orang,” tegas Taealha.
--
Mungtae masih
berdiri di tengah ruangan. Tidak ada ekspresi apapun dari wajahnya usai
membunuh orang-orang tersebut. Para pelayan berada di sekitarnya untuk mengepel
lantai yang bernodakan darah.
Saya yang
masih ada di sana, segera berlutut menghormat pada Tagon. Dia tahu kalau Ayahnya
tidak mau melakukan hal seperti ini. Dan karena ayahnya sudah melakukannya,
maka ini kesempatan yang sangat berarti baginya. Dia bersumpah akau membantu
Tagon sekuat tenaga. Selama terkurung di dalam menara, dia selalu menunggu
Tagon hingga bisa mencapai posisi ini sekarang.
Tagon tidak
mengatakan apapun dan berjalan keluar dari ruangan pemimpin. Dia teringat ucapan
Taealha padanya : “Tidak ada pilihan lain
jika kita mau memimpin banyak orang. Kita tak bisa mendengarkan semua keluhan
mereka. Buat mereka takut agar menaati kita. Maka kita akan berdiri di atas
ketakutan itu.”
--
Tanya masih
berbicara dengan Taealha. Dan Saya yang ke sana, diam-diam menguping.
Tanya meminta
untuk di pulangkan ke Iark bersama rakyatnya. Dia telah melakukan semua
keinginan Tagon dan Taealha. Asa Ron sudah tersingkir dan Tagon menjadi Aramun
Haesulla. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jadi, izinkan dia
dan suku Wahan untuk pergi sekarang dari Arthdal.
Taealha tidak
bisa mengizinkannya. Tanya menjadi marah, apa lagi yang mereka inginkan darinya?
Kenapa mereka membuat Mungtae menjadi seperti itu? Apa yang sudah mereka lakukan
pada Mungtae?
“Kami tak
melakukan apa pun. Dia hanya dapat pelajaran dengan cepat. Tanpa kekuasaan, kau
tak bisa kembali atau menolak, terlebih lagi menentang yang diperintahkan. Kau
tak berdaya tanpa kekuasaan, kecuali menuruti perintah. Pendeta Tinggi, Tanya
Niruha, apa rakyatmu sungguh ingin kembali ke Iark sekarang?” tanya Taealha,
balik.
--
Para pengawal
mendapat perintah dari Tagon untuk menangkap semua keluarga para tetua suku Ggachinol
dan Bato (yang tadi mempertanyakan keputusannya dan akhirnya di bunuh oleh
Mungtae) dan tahan mereka di alun-alun. Penggal semua yang melawan. Dan juga,
awasi para suku yang mungkin mendendam.
Semua rakyat
yang melihat apa yang di lakukan oleh para pengawal, merasa sangat sedih dan
juga marah. Kenapa semuanya di tangkap? Bahkan anak kecil yang belum bisa
berjalan juga di bawa dengan kejam-nya.
Salah seorang
rakyat langsung protes pada pengawal karena melakukan hal sekejam itu. Anak-anak
bahkan tidak terkait dengan pemberontakan, kenapa malah di begitukan?! Dan tanpa
ampun, rakyat yang protes tersebut, di hajar hingga tewas. Semua rakyat menjadi
bertambah takut dan tidak berani melawan.
--
Saya menemui
Tanya yang telah selesai bicara dengan Taealha. Dia mengemukakan pendapatnya
kalau benar, ini bukan saat yang tepat bagi Tanya untuk kembali ke Iark. Dia merasa
itu adalah hal bodoh. Tanya menanyakan maksud perkataan Saya.
“Apa maumu
saat menerima tawaran Tagon dan putuskan kerja sama denganku? Aku tahu kau
lakukan itu karena niat baik, dengan niat mulia menyelamatkan klanmu, tapi itu
juga termasuk keserakahan. Kau jatuhkan Asa Ron dan meraih posisinya demi
keserakahanmu. Jika kau tolak tawaran Tagon, dia tak takkan jadi seperti ini. Kau
dapat bagian juga. Berkat itu, Suku Wahan kini selamat dan nyaman. Kau tak bisa
menyuruh membunuh orang? Kau hanya mau berbuat baik. Jangan jadi pengecut,”
ujar Saya dengan kejam-nya. “Itu tanggung jawabmu dan harga yang harus kau
bayar. Jangan berlagak bodoh. Kau setuju melakukannya begitu memutuskan untuk
membantuku dan Tagon. Karena aku tak punya kekuasaan, kubiarkan Taealha dan
Tagon memperlakukanku bak orang mati selama 20 tahun. Tak hanya Suku Wahan yang
mengalami tragedi. Semua orang hidup dalam tragedi. Kau harus lebih kuat jika
ingin bangkit. Lalu melawan Tagon. Warga Serikat sudah percaya padamu. Kau tak
merasakannya? Warga sudah menganggapmu orang penting. Itulah kekuasaanmu, dan
panggilanmu.”
Ucapan Saya
sangat mengganggu Tanya. Dia meminta Saya untuk mengumpulkan suku Wahan.
--
Semua suku
Wahan berkumpul di ruangan Tanya. Dotti juga ada di sana, dan semua sangat
senang serta bangga karena Dotti bisa datang ke Arthdal tanpa terluka. Yeolson
memberitahu semuanya kalau Dotti datang bersama dengan Eunseom dan dia juga
sama terkejutnya saat melihat Dotti ada di tempat ahli obat, Harim. Dotti sudah
berubah menjadi dewasa dan berkata kalau dia baik-baik saja. Dia menanyakan
kabar semuanya.
Semua mulai
bersemangat bercerita mengenai kegiatan mereka sekarang. Ada yang di tempatkan
di suku Bachi dan di ajarkan cara membedakan barang dagangan. Barang yang di
jual harus lebih mahal daripada biaya membuatnya. Yeolson yang di tempatkan di
suku Hae juga sama senangnya karena bisa mempelajari banyak hal. Dia bahkan
mendapat sabuk dari Mihol karena bekerja dengan baik. Agaji yang bekerja di
Kuil Agung, memamerkan gelang yang di dapatkannya begitu mulai bekerja. Mereka
semua tampak sangat bahagia.
Mungtae baru
datang saat itu. Mereka melihat wajah Mungtae yang memar dan terluka, tapi
mengira itu karena Mungtae jatuh. Mereka juga memuji Mungtae yang tampak sangat
gagah dengan seragam pengawal.
Setelah semua
berkumpul, Tanya mulai bertanya, bagaimana jika mereka pulang ke Iark? Semua tampak
terkejut dengan pertanyaan Tanya, dan menanyakan alasan kenapa mereka harus pulang?
Mereka mengira itu karena Tanya ketakutan setelah kejadian kemarin malam,
penyerangan tersebut, tapi Tagon kan sudah berhasil menumpas kudeta sepenuhnya.
Tidak ada yang perlu di takutkan lagi.
“Aku disuruh memberi
perintah untuk membunuh mereka semua dan memotong kaki mereka untuk menguatkan
kekuasaannya, termasuk anak-anak yang tak bersalah. Kita tak diajari seperti
ini. Ajaran warisan suku kita menyatakan kita harus memberi dan murah hati dan
dunia…”
“"Ajaran"? Itu semua tak
berguna,” ujar Mungtae, memotong ucapan Tanya. “Turuti dan lakukan saja jika
itu perintah Tagon Niruha. Kumohon. Saat di puncak Tebing Hitam Besar, aku
ketakutan. Aku tak tahu berada di mana, tapi yakin akan satu hal. "Tak ada yang peduli aku di sini. Aku
sendirian. Semua orang harus menyelamatkan dirinya sendiri." Semua
merasa begitu, 'kan?”
“Jadi... Karena
itukah kau lakukan itu? Kau bunuh orang tak bersalah secara brutal,” tanya
Tanya, penuh kemarahan. Semua yang mendengar ucapan Tanya, sangat terkejut dan
menatap Mungtae.
“Benar. Aku
akan setia pada Tagon Niruha. Akan kulakukan semua yang dia suruh. Jika dia
suruh aku memukul atau menikam orang sampai mati, kulakukan. Itu lebih baik
daripada melawan rasa takut bahwa aku bisa mati ditikam,” jawab Mungtae, penuh
kemarahan dan pergi dari sana.
Semua terkejut
dengan jawaban Mungtae. Tanya menatap mereka dan menyadari makna dari kalimat
terakhir ramalannya, “Dan Suku Wahan tidak
akan pernah sama lagi.” Dan benar, sejak mereka datang ke Arthdal dan dia
berhasil membuktikan diri sebagai keturunan asli Asa Sin, semua berubah. Suku Wahan
yang menjadi budak, di elukan. Dan mereka telah terlena dengan kenyamanan
Arthdal. Tanya tampak sangat sedih dan terpukul.
Dotti memanggilnya.
Jika Tanya ingin pulang ke Iark, dia juga ingin ikut pulang. Tanya tersenyum padanya.
Setidaknya, Dotti mau kembali ke Iark.
--
Tanya pergi
ke ruang pemujaan. Dia menatap api yang menyala di batu tengah air. Dia merasa
kalau semua ajaran Serigala Putih Besar telah salah. Bukan begitu cara
Arthdal-mu bekerja. Kenapa dia membuatnya meraih posisi ini? Tidak ada yang
bisa di perbuatnya.
Saya datang
saat itu dan memeluknya dari belakang. Tanya tidak menyukai apa yang Saya
lakukan, tapi menahannya.
“Aku sadar di
usia muda bahwa aku tak bisa mendapatkan kemauanku dengan cara apa pun. Di masa
seperti itu, aku selalu bermimpi satu hal. Dalam mimpi, aku berlari di padang
rumput. Aku bisa pergi ke mana pun aku mau. Aku berburu dan menari. Kumakan
semua yang kumau dan tidur kapan pun aku mau. Kau selalu ada di sisiku dalam
mimpi itu. Jadi, aku mengenalimu saat kita jumpa pertama,” ujar Saya, masih
terus memeluk Tanya. Tanya berusaha melepas pelukan Saya, tapi Saya semakin
erat memeluknya. “Kau mungkin tak tahu, tapi gadis dalam mimpiku itulah yang
membantuku saat aku sepenuhnya tak berdaya. Aku juga ingin menjadi orang
seperti itu bagimu. Percayalah padaku. Dan lakukan yang kukatakan. Setidaknya,
saat ini.”
Saya kemudian
memberikan sesuatu pada Tanya, kalung yang dia lihat Tanya pakai di dalam
mimpinya. Saya bahkan memasangkan kalung itu pada Tanya. Dia tersenyum tipis
dan kemudian meninggalkan Tanya.
Kalung dari Saya |
Kalung dari Eunseom |
Tanya melihat
kalung yang Saya berikan. Kalung dari batu keras. Air mata Tanya menetes. Dan ternyata,
selama ini, dia selalu membawa kalung dari batu keras yang Eunseom berikan
padanya saat di Iark.
“Eunseom,”
tangis Tanya, menatap kalung tersebut. “Aku harus bagaimana? Semuanya kacau.”
Tanya masih
tetap memikirkan Eunseom. Tangisnya pecah, mengingat akan Eunseom. Dia memerlukan
Eunseom. Sama seperti dulu. Eunseom yang selalu ada di sisi-nya.
--
Berita mengenai
kekejaman Tagon sudah tersebar di setiap rakyat. Mereka harus berhati-hatai
agar tidak menyinggung, atau mereka akan bernasip sama.
Saat itu, Pyeonmi
yang lewat di tengah pasar, melihat Barkryangpung yang berkeliaran bagai orang
linglung. Begitu melihat Pyeonmi, Barkryangpung langsung memohon agar di bawa
ke Divisi Militer, dan kemudian dia jatuh pingsan.
--
Para rakyat
dan tawanan berada di depan Istana Serikat. Semua meratap. Tanya, Tagon, Saya
dan Taealha menuju ke sana.
Asa Mot
menatap Tanya dan di dalam hatinya berkata bahwa Tanya akan menjadi boneka Tagon.
Dia tidak takut mati. Namun, dia sedih karena dia mengakhiri zaman para dewa.
Asa Sakan
juga menatap Tanya dan menyadari kalau Tanya adalah ‘lonceng’. Tapi, bagaimana
dengan ‘cermin’ dan ‘pedang’?
Daldae maju
dan menjelaskan mengenai tujuan persidangan hari ini. Semua karena kudeta yang
terjadi kemarin malam untuk membunuh Tagon dan Tanya. Untungnya, keduanya berhasil
selamat dan bisa melihat matahari pagi, semua berkat Airuju yang berarti Arthdal
berjaya. Dan kini, Tanya Niruha akan melakukan Sidang Keramat.
Tanya maju
dan mengumukan pesan ‘Dewa Airuju’.
“Akan
kusampaikan ucapan Airuju, awal dan akhir dunia ini. “Asa Sakan dari Suku Gunung Putih akan dipenjara dalam ruang tangga di
Kuil Agung." Juga, siapa pun yang terlibat insiden semalam, keluarga
mereka, dan semua kerabat mereka (saat Tanya
mengucapkan ini, Saya dan Taealha kaget. Kenapa semua? Kan hanya beberapa yang
akan di penggal dan sisanya potong kaki. Apa yang hendak Tanya lakukan?) Mereka semua
akan… Mereka akan dicabik-cabik dan bangkainya disebar,” umumkan Tanya.
Semua kaget,
termasuk Saya dan Taealha. Semua rakyat semakin meratap dengan keputusan Tanya
yang sangat kejam.
“Itulah
kata-kata Airuju. Namun, aku, Tanya, keturunan langsung Asa Sin, pemilik
lonceng bintang, menyarankan kita hanya penggal yang terlibat langsung dalam
insiden semalam dan hanya memotong kaki keluarga dan kerabat mereka, agar
mereka bisa mengukir batuan dan memuja keagungan Airuju selama sisa hidupnya. Dan
Airuju memberiku jawaban : "Lakukan
kemauanmu.",” umumkan Tanya.
Semua rakyat
bersorak. Mereka merasa senang karena masih bisa hidup. Para keluarga yang
kakinya akan di potong, bahkan berterimakasih pada Tanya karena tidak membunuh
mereka. Semua semakin mengagungkan Tanya.
Dan Taealha,
sangat marah dengan apa yang Tanya telah lakukan.
Tanya tidak
ragu lagi. Dia maju ke depan dan mengangkat tangannya. Dan semua rakyat, bersorak
mengelukannya!
--
Acara selesai.
Tanya melepas semua perhiasan dan hiasan kepalanya dengan penuh kemarahan.
Flashback
Saat Taealha bertanya pada Tanya, apa rakyat
Wahan sungguh ingin kembali ke Iark sekarang?
“Perasaanmu saat pertama mengenakan gaun yang
kini kau pakai. Tidakkah mereka merasakannya juga? Yang terpenting, lihatlah ke
lubuk hatimu lebih dahulu. Aku melihatnya. Kau naik podium setelah menemukan
lonceng bintang. Lalu orang mulai meneriakkan namamu. Kulihat tatapan matamu
saat itu. Kau bergairah dan senang. Kau merasa berkuasa. Kau pikir bisa meninggalkan
semua itu?” ujar Taealha, mempengaruhi pikiran Tanya.
End
Dan ucapan
Taealha saat itu, sangat mengganggu Tanya sekarang ini.
Tagon, Taealha
dan Saya datang ke ruangannya. Taealha sangat marah dengan yang telah Tanya
lakukan tadi. Tanya tidak takut karena dia sudah melakukan sesuai yang Taealha
minta. Penggal kepala yang terlibat dalam insiden dan potong kaki keluarga dan
kerabatnya dan jadikan mereka budak.
“Kurasa kau
membuat semacam keputusan,” ujar Taealha, tersenyum.
“Kau
menyuruhku belajar. Aku sudah belajar. Katamu aku takkan bisa apa-apa kecuali
ikuti perintah jika tak berkuasa. Maka itu, aku akan mencari kekuasaan. Aku
bisa apa? Aku tak punya apa pun. Aku tak punya negeri untuk berdiri.”
“Jadi? Kau
akan berdiri di negeri apa?” tanya Tagon.
“Hati. Hati
rakyat,” jawab Tanya.
“Tempatku
berpijak sekarang juga tak berbeda. Aku ada di hati warga. Hanya berbeda nama
saja. Itu saja,” balas Tagon. “Baiklah. Keseimbangan antara kita kini sangat
baik. Pemimpin Serikat penyebar ketakutan dan pendeta penuh ampunan.”
Usai mengatakan
itu, Tagon pergi dari ruangan Tanya. Tidak hanya itu, Tagon memberikan perintah
agar Yangcha mengawal Tanya mulai sekarang.
Tags:
Arthdal Chronicles