Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 15-3
Images by : TVn
Part
3 : Arth, The Prelude to All Legends
Harim benar-benar ketakutan. Mereka akan
kabur sangat jauh. Ke Iark. Istrinya dan Chae-eun bertanya alasannya. Harim tidak
memberitahu. Jika mereka tidak pergi, mereka akan mati. Mereka pergi melewati
hutan. Mereka mampir ke gudang obat dan membangunkan Nunbyeol agar ikut bersama
mereka.
Pas mereka keluar, Mugwang dan pasukannya sudah mengepung. Harim tampak marah dan bertanya kenapa mereka di sini? Bukankah Tagon sudah membaik? Mugwang dengan santai menjawab kalau dia juga tidak tahu, dia hanya mendapat perintah untuk membunuh mereka semua.
Harim serta keluarga-nya jelas
langsung berlari kabur. Tidak ada rasa belas kasihan sedikitpun pada mereka. Mugwang
memanah istri Harim, menembus leher-nya. Istri Harim tewas di tempat. Harim akhirnya
memilih menyerahkan dirinya agar di bunuh. Tapi, lepaskan kedua anaknya. Dia berjanji
demi langit dan Isodunyong, tidak akan mengatakan apapun. Bunuh saja dia! Rahasia
itu akan mati bersamanya!
Nunbyeol juga ikut berlutut memohon. Chae-eun
pun demikian. Memohon agar mereka tidak di bunuh.
Mugwang tidak peduli. Dia menyuruh anak buahnya untuk menarik Chae-eun dan Nunbyeol menjauh. Harim masih terus memohon, dengan sangat. Mugwang menatapnya dan teringat perkataan Mubaek padanya, kalau mereka tidak boleh membunuh warga yang tidak bersalah. Jika Mugwang melakukannya, hanya akan mengantar Mugwang pada kematian. Mugwang tidak mengingat nasihat itu, dan tanpa ragu, menghunus Harim dengan pedangnya. Kejam!
Chae-eun berteriak penuh rasa
frustasi. Kenapa mereka melakukan ini pada mereka? Apa salah mereka?! Barkryangpung
tampak tidak tega. Tapi, dia tetap melakukan perintah Mugwang. Mugwang menyuruh
agar Chae-eun dan Nunbyeol di pisahkan, agar dia mudah membunuh mereka. Kekejaman
Mugwang tidak berhenti!
Nunbyeol benar-benar terpancing saat
melihat mereka berusaha membunuh Chae-eun. Matanya berubah. Barkryangpung menyadari
ada yang tidak beres pada Nunbyeol. Dia segera menyuruh semuanya untuk menjauh!
Mundur! Tidak ada yang mendengarkannya.
Ucapan Nunbyeol, membuat Mugwang
teringat saat Tanya berkata, “Kau terlambat” adalah kata-kata terakhir yang
akan Mugwang dengar.
Dengan kekuatan Neanthal-nya, Nunbyeol
merebut pedang dan membunuh pasukan Daekan. Targetnya jelas! Mugwang! Yang membunuh
ayah dan ibunya.
--
Mungtae bertanya mengenai Neanthal pada Gilseon. Kalau Neanthal berlatih ilmu pedang, bagaimana? Gilseon menjawab kalau Neanthal tidak bisa mempelajari ilmu pedang karena darah mereka akan berbalik jika berlatih.
“Tetap saja, jika mereka berlatih ilmu
pedang?”
“Aku tak yakin. Jika makhluk seperti
itu ada, tak seorang pun bisa mengalahkannya.”
--
Dan Nunbyeol -lah, Neanthal yang
menguasai ilmu pedang. Dengan ilmu-nya, Nunbyeol membunuh semuanya. Kecuali,
Barkryangpung dan Mugwang. Mungwang benar-benar ketakutan dan teringat kutukan
Tanya padanya. Hari ini adalah bulan sabit. Mugwang berlari, hendak kabur.
Nunbyeol menangkapnya. Dengan tangannya, Nunbyeol menancapkannya ke dada Mugwang dan mencabut jantungnya. Mugwang mati. Sama seperti yang Tanya katakan.
Chae-eun terkejut melihat semua hal itu. Barkryangpung semakin ketakutan, apalagi saat Nunbyeol berjalan mendekatinya. Sebelum mencapai Barkryangpung, Nunbyeol pingsan. Barkryangpung pun pingsan.
--
Hutan
Agoha
Eunseom dan Ipsaeng tertangkap oleh
suku Agoha. Mereka di ikat dan di dudukkan di pinggiran sungai bersama orang
lainnya. Eunseom meminta Ipsaeng untuk menceritakan lebih banyak.
“Ceritakan apa? Mereka Suku Ago, kita
akan dijual sebagai budak.”
“Maaf karena bohong.”
Eunseom kaget karena Ipsaeng meminta
maaf. Tidak seperti sifat Ipsaeng yang biasa. Saat itu, salah seorang suku Ago
menatap padanya. Eunseom terpikir sebuah ide. Ipsaeng menyuruh Eunseom untuk
berbisik saja di telinganya, tapi Eunseom malah bicara sambil menatap suku Ago
tersebut.
“Hei,” tegur Ipsaeng.
“Ada bintik biru di punggungku. Bilang
aku sakit. Lalu…,” Eunseom terus bicara.
“Hentikan!” perintah Ipsaeng.
“Mereka akan membuangku agar tak
tertular…”
“Cukup!” kesal Ipsaeng.
“Kenapa?”
“Dia mengerti bahasa Arthdal,” beritahu
Ipsaeng marah. “Kau tak dengar kataku? Mereka dahulu anggota Serikat.”
Suku Ago yang menatap mereka, yaitu Tae Maja (suku Ago dari klan Tae) memuji rencana Eunseom yang bagus, sayangnya sia-sia. Tae Maja hendak pergi, tapi dia berbalik lagi. Tampaknya, dia mengenali Ipsaeng yang duduk menghadap ke belakang. Ipsaeng sendiri terus menundukkan kepala.
--
Dalsae sudah agak sembuh. Dia khawatir karena Eunseom serta Ipsaeng belum kembali juga. Dia curiga kalau sesuatu pasti telah terjadi. Dia mengajak mereka untuk mencari Eunseom. Seucheon menolak dan mengajak mereka untuk kembali ke Arthdal saja. Mubaek sudah menunggu mereka.
Badoru setuju dengan Dalsae. Mari ke
Jubinol.
“Pak tua (Olmadae) masih butuh
perawatan,” ujar Badoru.
“Aku takkan kuat kembali ke Arthdal,”
ujar Olmadae.
“Sekalian saja bantu kami sebisamu. Bawa
kami ke dokter di Geomeuldun,” pinta Badoru.
“Sungguh? Kalian mau ke sana?” tanya
Seucheon, memastikan.
--
Semua klan Asa yang ada di Puncak Gunung Putih di bawah ke Arthdal. Termasuk dengan Asa Sakan. Mubaek yang memimpin proses membawa mereka. Tampaknya, Mubaek juga tidak setuju dengan hal tersebut.
Semua rakyat Arthdal berkumpul di pusat kota. Ada yang menangis melihat para klan Asa di kuil Agung termasuk Asa Mot dan Asa Moo, serta para keluarga menteri yang di sudah di bunuh Tagon kemarin malam, akan di eksekusi. Mereka juga sudah mendengar mengenai Asa Ron yang hendak membunuh Tagon dan Tanya kemarin malam. Ada yang tidak setuju dengan eksekusi tersebut, tapi ada juga yang setuju. Rakyat mulai terpecah.
Kitoha memberitahu kalau Asa Yon tidak
di temukan. Sepertinya dia sudah kabur. Gilseon malah mengumpat, mau kabur juga
percuma. Bisa apa jika Asa Yon hanya sendirian.
--
Mungtae di bawa ke hadapan Tagon. Wajahnya penuh luka, seperti di pukuli. Tagon bertanya alasan kenapa Mungtae menyumpal mulut Asa Ron kemarin malam?
“Katanya kau Igutu. Katanya, walau
kubawa dia padamu, aku tetap akan mati karena mendengarnya,” jawab Mungtae.
Mendengar jawaban Mungtae, Yangcha langsung memegang pedangnya. Owh. Berarti Yangcha tahu rahasia Tagon. Siapa dia
sebenarnya? Sepertinya bukan Igutu karena darah di tangannya waktu terluka
berwarna merah.
“Kenapa kau bawa Asa Ron padaku, walau
tahu kau akan mati? Katakan. Aku yakin kau punya alasan.”
“Oleh siapa?”
“Oleh… Oleh mereka yang dahulu adalah
temanku.”
Tagon mendekat padanya. Dia menyuruh
Mungtae untuk tidak menyeka air matanya dan jangan membasuh darahnya. Ikuti dirinya!
--
Agaji membantu memakaikan riasan kepala
Tanya. Dia berusaha sangat keras untuk bicara sopan pada Tanya. Tanya menyuruh
Agaji untuk bicara seperti biasa saja saat mereka hanya berdua. Agaji menolak
karena dia sudah kebiasaan.
Agaji berkata kalau dia merasa takut. Dia
merasa akan terjadi hal penting hari ini.
Saya sudah sehat dan menemui Tanya. Agaji
segera pamit keluar. Tanya menanyakan keadaan Saya. Saya senang karena Tanya
mencemaskannya. Ini kali pertama-nya, sebelumnya tidak akan ada yang
mencemaskan keselamatannya.
“Kau lihat mereka di Istana Serikat?”
tanya Tanya.
“Aku sudah dengar.”
“Aku paham kenapa mereka tangkap para
pendeta. Namun, yang lainnya tak terkait kejadian kemarin. Kenapa anak-anak
ditangkap? Mereka ditangkap hanya karena dari Klan Asa atau Suku Bato.”
“Kesalahan dan nyawa mereka kini tak
penting. Mereka semua harus mati. Jika tidak, kita tak bisa bergerak maju.”
“Apa katamu?”
“Kita lakukan yang terbaik agar mereka
takut. Ayahku membunuh sangat banyak kepala suku. Suku Bato dan Ggachinol… Bayangkan
sedihnya mereka. Kita harus ubah itu jadi ketakutan, dan dengan cepat. Namun,
itu tak akan terjadi. Jangan cemas. Ayahku berbeda daripadaku. Dia akan meragu
lagi. Dia akan cari cara yang lebih aman agar bisa dicintai warga Serikat karena
dia tak bisa melepaskan itu. Kemurahan hati. Kesatuan. Semacam itu.”
“Itu karena dia punya alasan yang
kuat.”
Saat itu Myeongjin masuk dan
memberitahu kalau semua menteri serikat telah berkumpul.
--
Mubaek tiba dengan klan Asa dari Gunung Puncak Putih. Semua rakyat mulai marah melihat Asa Sakan di bawa dengan cara di ikat. Mereka paham kalau Asa Ron bersalah. Tapi, Asa Sakan adalah Kepala suku Gunung Puncak Putih.
Mubaek tampak tidak setuju dengan keputusan Tagon. Kitoha memberitahu Mubaek kalau mereka juga hampir terbunuh saat Mubaek pergi dan tidak ada. Mubaek hanya berkata kalau dia lega karena situasi tidak memburuk. Mubaek yang tidak melihat Mugwang, bertanya dimana Mugwang? Kitoha juga tidak tahu dan menduga dia mabuk dengan Barkryangpung.
Barkryangpung ada di Arthdal dengan penampilan acak-acakan. Tampaknya, dia cukup terguncang dengan kejadian yang di lihatnya kemarin malam.
--
Chae-eun membawa Nunbyeol bersembunyi di dalam gua. Dia berusaha mengobati luka Nunbyeol. Dia masih teringat kejadian kemarin mengenai Mugwang yang berkata kalau dia hanya menjalani perintah. Chae-eun tampak penuh amarah dan merasa kalau Tagon adalah pelakunya.
Nunbyeol terbangun dari pingsannya. Chae-eun
sangat lega melihat Nunbyeol yang sudah sadar. Mereka berdua, berpelukan dan
menangis atas tragedi yang menimpa keluarga mereka.
--
Tagon pergi ke singgasana-nya bersama dengan Taealha, Mungtae dan Yangcha. Mungtae juga membawa senjatanya, berbentuk palu. Di dalam, semua sudah berkumpul, termasuk Saya dan Tanya.
Tanya tampak terkejut melihat Mungtae
yang penuh darah di wajahnya.
Daedae mulai membacakan : "Semalam,
pemimpin Suku Gunung Putih dan pendeta Kuil Agung, Asa Ron, Kungtung dari Suku
Bato, Dawa dari Suku Ggachinol, Bodan dari Suku Yeondal, Heukgal dari Suku
Garamal, semua berkumpul dan coba memberontak melawan Serikat. Namun, berkat
bimbingan Airuju dan kebijaksanaan pemimpin serikat, Tagon Niruha, Serikat bisa
menjadi damai lagi. Ishillobu dikeva.”
Semua diam. Tidak ada respon sama
sekali.
Salah satu peserta rapat akhirnya bersuara
: “Niruha. Kungtung, Kepala Suku Bato, kemarin ke sana hanya karena dapat pesan
dari Asa Ron. Dia tewas karena terlibat dalam kejadian kemarin, aku tak mau
mempertanyakan kematiannya. Namun, kau tak perlu menangkap keluarganya juga. Itu
tak masuk akal.”
“Mereka keluarga pengkhianat. Para
dewa akan menentukan takdirnya di Sidang Keramat,” ujar Mihol.
“Asa Sakan juga? Kau serius? Aku tahu
perbuatan Asa Ron mengerikan. Teganya kau memperlakukan Kepala Suku Gunung
Puncak Putih seperti itu? Kepala Suku Ggachinol juga tewas. Dia pergi setelah
dapat pesan dari Asa Ron. Setelah itu, dia kembali dengan kepala terpenggal. Kami
tak tahu apa yang terjadi, tapi disuruh mengikuti perintah. Teganya kau
melakukan ini. Kau mencoba menghancurkan Serikat?” protes yang lain.
“Niruha, ucapan mereka sama sekali tak
masuk akal. Tolong jelaskan pada kami,” timpal yang lain.
“Mereka benar, Niruha. Kau harus
menjawab,” balas yang lain.
Tagon diam. Dia menatap semuanya satu persatu. Orang-orang yang mulai meragu padanya. Saya menatapnya dan yakin kalau Tagon akan memaafkan mereka semua dan menyudahi semuanya. Bilang mereka harus maju agar Serikat lebih kuat.
Tapi, semua berbanding terbalik dari
dugaan Saya.
Tagon mengangkat tangannya. Melihat tangan
Tagon, Mungtae segera maju ke tengah.
Mubaek sedang menuju ke tempat Tagon. Dia
juga bertanya-tanya, apa yang akan Tagon lakukan untuk menyelesaikan masalah
ini.
Dan pemandangan mengerikan di lihatnya
begitu masuk ke dalam. Apa itu?
Mungtae dengan senjata palunya, memukul
tanpa rasa belas kasih semua orang yang mempertanyakan tindakan Tagon. Dia memukul
terus menerus, hingga semua tewas. Seolah yang di pukulnya hanyalah benda,
bukan makhluk hidup! Dia sama saja telah menjadi monster!
Tanya tampak sangat marah dengan yang Mungtae lakukan! Bukan itu yang selama ini suku Wahan ajarkan dan tanamkan pada mereka!
Taealha dan Saya juga menatap Tagon. Semua
mata menuju padanya. Mihol berkata kalau Tagon telah memiliki mata seorang raja!
“Aku telah berusaha sangat keras untuk
menghindari cara ini. Bencana… Aku, Tagon, telah menjadi rajanya bencana.”
Tags:
Arthdal Chronicles
Hello guysss. Konflik arthdal semakin memanas. Aku dh nonton episode 16, dan aku merasa 2 episode terakhir (17&18) tidak akan bisa menyelesaikan Arthdal. Aku berharap akan ada season 2 nya, atau mungkin part 4.
ReplyDeleteMau mengingat kan aja. Mana tau ada yg lupa. Konflik Arthdal kn semakin memanas dan banyak tokoh baru muncul (suku Momo dan suku Ago). Aku takut kalian ada yg lupa, ada beberapa org yg tidak muncul (menghilang) dan punya peranan penting:
1) Bantu, kuda Kanmoreu milik Eunseom, yg meninggalkan Eunseom karena Eunseom menjadi lemah
2) Buksoe, dari suku Wahan, teman Dalsae yg tidak tertangkap jd budak saat Munggah berkhianat
3) Danbyeok yg terkena racun dan sekarat, dan di bawa Mubank ke Harim utk di obati. Tidak tau apakah dia selamat atau meninggal.