Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 15-2
Images by : TvN
Dalam perjalanan ke Kuil Agung,
Mungtae malah berjumpa dengan Asa Ron yang sedang kabur dari Tagon. Melihat Mungtae
yang mengenakan pakaian prajurit, Asa Ron salah mengira kalau Mungtae telah
menerima perintah dari Sodang dan Pyeonmi. Asa Ron berbohong pada Mungtae kalau
Tagon memberontak. Dan dia sekarang ingin ke Gunung Puncak Putih untuk
menjemput Ksatria Para Dewa. Dia memerintahkan Mungtae untuk mengawalnya.
Mungtae masih bingung karena bertemu
dengan Asa Ron dan mengiyakan perintah Asa Ron. Sambil jalan, Mungtae teringat
perkataan Gilseon kalau di Arthdal mereka hanya bisa lebih kuat jika memihak
yang berkuasa.
--
Taealha memperban luka Tagon dengan merobek kain bajunya. Dia melakukan itu, agar tidak ada yang melihat warna ungu darah Tagon. Tagon masih sedih dengan semua yang harus terjadi.
“Tanya… menurutmu dia tewas?” tanya
Taealha.
“Kuharap dia masih hidup. Arthdal akan
segera jadi kacau. Jika tak ada dewa di saat itu akan sangat menyedihkan,”
jawab Tagon.
Taealha memuji Tagon yang baik,
menurutnya.
Saat itu, terlihat rombongan pasukan
Daekan dan divisi militer yang berteriak memanggil nama Tagon. Dan saat menemukan
Tagon serta Taealha, semua langsung meminta maaf karena sudah datang terlambat.
Tagon melihat mereka semua dan menyadari kalau Kitoha tidak ada. Mugwang segera
memberitahu dengan sedih mengenai Kitoha dan dokter Harim sedang merawatnya
sekarang.
“Malam ini di Arthdal akan dikenang lama
sekali. Kepala Suku Bato, Kungtung, Kepala Suku Ggachinol, Dawa, Kepala Suku
Yeondal, Bodan, Kepala Suku Garamal, Heukgal. Kubantu mereka semua naik ke
Airuju. Mereka mau membunuhku karena tertipu Asa Ron. Dan Asa Ron kabur. Saudara
kita, Gitoha, kini di ambang kematian. Yang terjadi pada kalian, dan Taealha
hari ini, juga terjadi padaku. Namun, Airuju memilihku, bukan Asa Ron, dan
Pasukan Daekan, bukan Suku Gunung Putih, serta Taealha, bukan Anak-anak
Shahati. Kini, siapa yang akan kalian pilih?” tanya Tagon.
“Ayo ke Kuil Agung!” perintahkan
Tagon.
Dan bersama-sama, mereka menuju ke
Kuil Agung.
Sementara Tagon, dia memerintahkan
sesuatu pada Yangcha (aku kira awalnya, Yangcha ke kuil Agung, lah ternyata tidak).
--
Asa Yon sangat cemas karena Asa Ron masih belum kembali juga. Bagaimana dengan Tagon? Apa yang terjadi?
Saat itu, Asa Mot tiba dan memberitahu
Asa Yon kalau Tagon selamat. Pasukan Daekan
dan para pengawal berkumpul di Hutan Ratapan. Sementara mengenai Asa Ron tidak
ada yang tahu. Asa Mot membawa seseorang, sepertinya pria itu adalah Laba-Laba
Biru. Asa Mot sadar kalau mereka juga sudah kalah. Mereka gagal. Mereka semua akan
kembali ke Isonduyong hari ini (dewa mereka. Yang artinya, mereka akan mati).
Asa Yon malah semakin bertekad akan
membunuh Tanya. Dia akan memenggal kepala Tanya dan menjejalkannya ke muka
Tagon. Dengan begitu, mereka tidak akan memiliki Dewa.
Asa Mot melarang. Asa Yon harus tetap hidup. Dia yang akan menemani Tagon. Bagaimanapun, dia adalah istri dari Tagon. Tidak perlu semuanya mati. Kaburlah ke Gunung Puncak Putih.
Diam-diam, Laba-Laba Biru tampaknya
memikirkan sesuatu.
--
--
Para pasukan Daekan dan Divisi Militer menuju Kuil Agung. Gilseon memberitahu kalau para pengawal telah di tempatkan di sekitar Kuil Agung. Dan dengan perintah dari Tagon, mereka akan segera menyerang. Tagon melarang Gilseon melakukan hal tersebut. Pengawal militer tidak boleh menyerbu masuk. Tujuan pengawal adalah menjaga semua orang tetap di dalam. Dia dan pasukan Daekan yang akan masuk.
Taealha juga ingin ikut masuk, tapi
Tagon melarangnya untuk ikut bersamanya. Taealha tampak khawatir.
Dan begitu Tagon serta Pasukan Daekan
masuk, mereka segera membunuh semua klan Asa serta prajurit suku Gunung Putih
yang menghalangi. Tanpa ampun.
Tidak di sangka, Kitoha datang
membantu mereka. Tagon jelas bingung, kenapa Kitoha bisa
datang? Kitoha menjelaskan kalau dokter Harim bilang, karena lemak tebal di lehernya, tebasan belatinya tidak cukup dalam untuk membunuhnya. Semua tertawa mendengar penjelasan Kitoha. Dan penyerangan klan Asa kembali di lanjutkan.
datang? Kitoha menjelaskan kalau dokter Harim bilang, karena lemak tebal di lehernya, tebasan belatinya tidak cukup dalam untuk membunuhnya. Semua tertawa mendengar penjelasan Kitoha. Dan penyerangan klan Asa kembali di lanjutkan.
--
Laba-laba Biru pergi ke ruangan Tanya.
Dia melihat tirai yang Tanya buat dan langsung sadar, kalau tirai itu tidak mungkin
kuat untuk menahan bobot satu orang. Yang artinya, Tanya masih berada di sini.
Saat itu, Tanya masuk kembali. Sialnya.
Laba-Laba Biru melihat jubah dan belati yang di pegang Tanya, dia mengira Tanya
adalah anak-anak Shahati. Dia segera memberitahu kalau Tanya masih ada di dalam
bangunan ini.
Tapi, saat memperhatikan dengan seksama,
Laba-Laba Biru tampaknya curiga melihat tangan Tanya yang mulus dan cara
memegang belati yang tampak aneh. Dia langsung menyuruh Tanya mengikutinya. Tanya
mengira Laba-Laba Biru terkecoh dengan penyamarannya dan mengikutinya tanpa
curiga.
“Maka kau harus segera kembali setelah
selesai di sini.”
Laba-Laba Biru membawa Tanya ke ruang
Pengadilan Kuil Agung, baru menyerang Tanya. Dia memberitahu Tanya kalau Shahati
bukanlah nama tempat, tapi nama orang. Dia tahu kalau yang ada di hadapannya
ini adalah Tanya, keturunan dari Asa Sin. Dia akan membunuh Tanya.
Tanya menatapnya. Dan dia melihat, dari atap yang terbuka, tampak bulan sabit bersinar terang. Dan Yangcha ada di sana. Ternyata, Yangcha mendaki Kuil Agung dan masuk lewat puncak Kuil Agung.
Yangcha segera melompat turun dan menyerang Laba-Laba Biru, sebelum Tanya berhasil di lukai. Pertempuran berlangsung dengan sengit. Kekuatan kedua orang itu hampir seimbang. Tapi, Yangcha mempunyai senjata lain. Rantai. Dia mencekik leher Laba-Laba Biru dengan rantai hingga tewas.
Begitu dia tewas, Tanya menyuruh Yangcha untuk mengikutinya. Mereka harus menyelematkan Saya. Tanya membawa Yangcha kembali ke ruangannya. Dan ternyata, masih ada yang menunggu untuk menyerangnya. Dan Yangcha kembali membiarkan tangannya terluka untuk melindungi Tanya.
Tanya melihat tangan Yangcha yang mengalami pendarahan hebat. Dia hendak memeriksa, tapi Yangcha segera menjauh. Dia menemukan Saya yang berada di dalam lemari. Melihat wajah Saya yang sangat mirip dengan Eunseom, masih saja membuatnya curiga. Dia bertanya-tanya di dalam hatinya, apa benar itu adalah kembaran Eunseom? Haruskah dia percaya? Bagaimana jika Tanya berbohong dan ternyata mereka adalah orang yang sama?
“Dia bukan dugaanmu. Eunseom-ku bukan
pembunuh berdarah dingin seperti kalian,” ujar Tanya, mendengar pikiran Yangcha.
“Pria
macam apa dia?”
“Orang yang baik. Eunseom tak
sepertimu, Saya, atau Tagon. Kalian… adalah gosal (GOSAL: SPIRIT PENDENDAM)”
“Kau
bisa mendengar pikiranku?”
Yangcha tampak terkejut.
Dan pasukan Daekan tiba untuk
menyelamatkan Tanya.
--
Suku Wahan berkumpul di ruang pengadilan. Di sana telah banyak mayat bergelimpangan. Barkryungpang datang melapor pada Tagon kalau Tanya dan Saya sudah ditemukan dan baik-baik saja. Gilseon juga melapor kalau Asa Ron tidak ada di Kuil Agung.
Baru juga di bicarakan, Mungtae datang dengan membawa Asa Ron yang mulutnya di sumpal dengan kain. Asa Ron berusaha keras memberitahu kalau Tagon adalah Igutu, tapi tentu saja tidak ada yang bisa di ucapkannya karena mulutnya tersumpal. Tagon melirik ke arah Mungtae. Dia mencurigai sesuatu.
Tagon, tanpa membuang waktu, dia langsung
menebas leher Asa Ron. Asa Ron tewas di tempat. Semua yang ada di sana, tampak
terkejut dengan yang Tagon lakukan. Tagon menatap Mungtae dan menanyakan nama
Mungtae.
“Benar. Aku sendiri yang memilihnya. Dia
Mungtae dari Suku Wahan,” jelas Gilseon.
Saat itu, Asa Mot di bawa ke hadapan Tagon. Asa Mot berteriak dan menjerit, apalagi saat melihat tubuh tidak bernyawa Asa Ron. Dia memaki Tagon adalah monster, seperti yang di duganya. Tagon terpancing. Dia mencengkeram wajah Asa Mot dan berkata kalau dia bukanlah monster. Namun, Klan Asa menjadikannya seperti ini.
“Baik, Tagon, ikut denganku,” ujar Asa
Mot dan mencengkeram erat tangan Tagon. Dan dari lengan bajunya, keluar ular
berbisa yang mematuk Tagon. Tagon menghindar.
Mugwang tampak marah dan hendak
membunuh Asa Mot. Tagon melarang, dia menyuruh agar Asa Mot di kurung. Besok,
kaki Asa Mot akan di potong dalam Sidang Keramat. Asa Mot pun langsung di bawa.
Dan sepertinya racun ular tersebut bekerja.
Karena, Tagon langsung pingsan.
--
Taealha mengarahkan para pengawal agar membawa Tagon ke kamarnya. Taealha tampak sangat panik dan menanyakan dimana Harim? Apa belum tiba? Barkryangpung memberitahu kalau Mugwang sedang menjemputnya dan tidak akan lama.
--
Harim berada di rumahnya. Chae-eun
merasa sesuatu yang besar sedang terjadi melihat salah satu pasukan Daekan (Kitoha)
yang terluka parah malam ini. Harim juga merasa demikian. Istri Harim, segera
menyuruh agar Harim tetap harus berada di rumah, di saat seperti ini.
--
Mungtae masih di sana dan teringat
saat dia menangkap Asa Ron. Saat itu, Asa Ron memberitahunya kalau Tagon adalah
Igutu. Monster! Dan dia teringat saat Tagon menebas leher Asa Ron tadi.
Gilseon menghampiri Mungtae dan memuji
yang telah Mungtae lakukan. Melihat Gilseon, Mungtae segera bertanya, apakah
Igutu itu kuat? Gilseon heran dengan pertanyaan aneh Mungtae, dan dia menjawab,
kalau Igutu itu kuat. Mungtae jadi berpikir kalau mungkin itu alasannya Eunseom
kuat.
“Namun, kekuatan mereka tak ada
artinya dibandingkan Neanthal. Mereka yang terkuat,” beritahu Gilseon.
“Neanthal?”
--
Harim tiba dan merawat Tagon. Dia di awasi oleh Taealha dan Yangcha. Selesai memberikan obat di tangan Tagon yang tergigit ular, Harim memeriksa suhu tubuh Tagon. Harim tampak terkejut, di saat dia memeriksa nadi Tagon. Dia menyadari kalau Tagon adalah Igutu. Dan Taealha menyadari ekspresi Harim tersebut.
“Ganti ini dengan teratur dan beri dia minum air dicampur bubuk ini nanti. Dia akan hidup,” ujar Harim dan memberikan bubuk obat pada Taealha.
Taealha tampak lega karena Tagon akan
hidup. Dia berterimakasih atas bantuan Harim. Harim juga segera membereskan
barangnya dan bergegas pergi dari sana.
Baru Harim pergi, Taealha sudah memanggil Mugwang. Dia memerintahkan Mugwang untuk mengikuti Harim. Jika tidak terjadi apapun setelah Harim pulang, maka Mugwang boleh kembali. Jika ada yang mencurigakan, maka bunuh dia dan keluarganya. Mugwang menerima perintah tersebut tanpa bertanya apapun.
--
Harim tiba di rumah dengan panik. Dia
memerintahkan Chae-eun dan istrinya untuk segera berkemas. Mereka akan pergi sekarang
juga. Chae-eun dan istrinya jelas bingung dan bertanya ada apa? Harim tidak
menjelaskan dan hanya berkata akan mengatakan alasannya nanti.
“Lalu Doti? Dia tidur di dalam.”
--
Mugwang membawa Barkryangpung dan dua
orang pasukan Daekan lainnya untuk ikut dengannya mengikuti Harim. Barkryangpung
memberitahu kalau sepanjang hari ini, dia merndapat firasat buruk. Apalagi hari
ini ada bulan sabit.
“Sial, harusnya aku ke Kuil Agung lebih
dahulu dan menggorok leher Tanya jalang itu,” ujar Mugwang, marah.
“Mugwang, yang benar saja. Dia Niruha
kita.”
“Aku bisa salahkan salah satu pendeta.”
Mugwang sebenarnya takut, karena dia
terus teringat sumpah Tanya kalau di malam bulan sabit, akan ada tangan yang
merenggut jantungnya.
Di saat itu, mereka melihat Harim dan
keluarganya membawa barang-barang mereka. Mereka kabur. Mugwang dan pasukannya
mengikutinya.
Tags:
Arthdal Chronicles