Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 13-2


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 13-2
Images by : TvN
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends

Tanya di bawa ke Ruang Pendeta Tinggi. Asa Mot menyambutnya dengan penuh hormat bersama para wanita klan Asa lainnya. Karena Kuil Agung sekarang adalah milik Tanya, maka mereka perlu membuat jubah Pendeta Tinggi untuk Tanya.
Tubuh Tanya pun mulai di ukur dan di pilihkan kain terbaik untuk membuat jubahnya.
Tanya tampak tidak fokus, dia teringat tatapan Mubaek tadi saat melihat Saya. Dan karena itu, dia memberitahu Myungjin yang mendampinginya kalau dia ingin bertemu dengan Mubaek.
--

Mubaek benar-benar bingung. Dia masih bertanya-tanya, apakah itu Eunseom atau bukan? Yangcha juga pasti melihat pria tadi. Saat itu Kitoha datang karena panggilan dari Mubaek. Mubaek menyuruhnya untuk mengirim kuda tercepat ke Doldambul. Kitoha memberitahu kalau Yeonbal sudah ke Doldambul. Mubaek memberitahu kalau Pendeta Tinggi (Tanya) memerintahkan untuk membawa semua suku Wahan dari sana.
Kitoha jadi takut dan merasa kalau Mugwang dalan masalah besar. Karena, Mugwang-lah yang menjual suku Wahan ke sana. Mubaek menyuruh Kitoha untuk bicara omong kosong dan panggil saja Yangcha menghadapnya.
--

di Gunung Hasi,
Para budak yang berhasil kabur bersembunyi di dalam gua. Seucheon bertanya pada Badoru mereka akan kemana? Badoru menatap Seucheon dan heran karena Seucheon bukanlah budak. Seucheon hendak menjelaskan siapa dirinya, tapi tidak jadi karena ceritanya sangat panjang.
Saat itu, Eunseom akhirnya tiba bersama dengan Olmadae. Seucheon dan Badoru langsung menyambut dan memeluknya penuh haru. Eunseom masih mengenali Seucheon dan bertanya ada apa? Seucheon menjawab kalau ceritanya panjang.
Eunseom kemudian mencari Dalsae. Dengan sedih, Seucheon memberitahu kalau Dalsae tertangkap. Dalsae mengulur waktu untuk mereka agar mereka bisa kabur. Eunseom menurunkan Olmadae dari punggungnya dan menyuruhnya untuk percaya pada Seucheon yang adalah dokter. Seucheon langsung meluruskan kalau dia bukanlah dokter.
Sementara itu, Eunseom memutuskan untuk kembali ke Doldambul. Dia akan menyelamatkan Dalsae. Badoru langsung berkata dia akan ikut. Olmadae menyadari kalau Ipsaeng juga tidak ada. Eunseom baru tersadar kalau dari mereka meninggalkan Gitbadak, dia belum melihat Ipsaeng sekalipun. Badoru kaget, apa Ipsaeng juga masih ada di sana?
--
Benar, Ipsaeng masih ada di sana. Dia masih tetap berbaring di dalam jerami, berpura-pura menjadi mayat.
Para budak yang berhasil di tangkap kembali, di kumpulkan di hadapan Yeonbal. Goldu memberitahu kalau Olmadae tidak di temukan. Dan dari budak yang ada 11 tewas dan 23 orang lainnya kabur, termasuk Syourejakin. Goldu mengumpat kesal karena kehilangan banyak orang.

Dan tidak lama, seorang membawa masuk Syourejakin yang berhasil di tangkap. Goldu langsung mencengkeram erat kerah bajunya dan berkata akan membuat Syourejakin memohon agar tidak di bunuh. Dia akan menyiksa Syourejakin. Syourejakin pun di bawa ke dalam gudang.

Setelah merasa keadaan aman, Ipsaeng baru bangkit dan berusaha mengambil permata yang tadi berusaha di ambil oleh Syourejakin tapi tidak berhasil. Sialnya, ternyata permata itu sduah tidak ada lagi. Ipsaeng jelas kesal. Dia pun memutuskan untuk diam-diam kabur dari sana. Saat mau kabur, dia tersandung mayat Sateunik. Saat melihat mayat Sateunik, Ipsaeng merasa sedikit sedih. Tapi, bagaimanapun, dia harus kabur.

Saat hendak kabur, dia melewati gudang. Dari dalam gudang terdengar suara cambukan. Saat mengintip ke dalam, Ipsaeng melihat Dalsae yang di ikat dan di pukuli terus menerus agar memberitahu dimana keberadaan Eunseom. Tidak lama, Syourejakin di bawa masuk ke dalam gudang dan ikut di pukuli. Ipsaeng ketakutan dan langsung kabur.
Saat dia berhasil keluar, dia berjumpa dengan Badoru dan Eunseom yang kembali. Badoru sangat marah karena Ipsaeng hanya diam bersembunyi berpura-pura menjadi mayat sementara mereka berusaha kabur hingga ada yang terbunuh. Ipsaeng dengan marah berkata balik, memangnya dia harus ikut terbunuh? Badoru kesal, tapi dia sadar kalau mereka tidak boleh berkelahi atau akan menarik perhatian pada penjaga.
Ipsaeng menanyakan kembali, kenapa mereka kembali setelah berhasil kabur? Eunseom menjawab kalau dia harus menyelematkan temannya. Ipsaeng sudah hendak lanjut pergi tidak peduli, tapi dia malah berkata akan ikut membantu Eunseom. Badoru jelas heran karena itu tidak seperti sifat Eunseom. Mereka tidak tahu kalau tujuan Ipsaeng ingin ikut membantu adalah demi permatanya yang dia yakin telah di ambil oleh Syourejakin.
Mereka bekerja sama untuk menyergap para penjaga dan membebaskan Dalsae.
Syourejakin juga sudah dalam keadaan terluka parah, dan di ikat tepat di depan Dalsae. Saat itu, Eunseom masuk. Dia menatap Syourejakin. Dan kemudian memutuskan untuk melepas ikatan Dalsae terlebih dahulu. Sementara, Ipsaeng berjaga diluar.

Goldu ternyata datang ke gudang. Ipsaeng segera memberi tanda dengan siulannya. Eunseom dan yang lain di dalam gudang mendengarnya. Anehnya, Syourejakin tiba-tiba memberitanda agar Eunseom bersembunyi di balik jerami yang ada di sudut.

Goldu datang untuk menyiksa Syourejakin. Dia mengambil pisau yang telah di panaskan dengan bara api dan mengarahkannya ke Syourejakin. Syourejakin menangis dan memohon agar Goldu tidak membunuhnya. Goldu menyuruh Syourejakin untuk seperti dulu, katakan : “Aku adalah kotoran yang di lahirkan seorang jalang.” Syourejakin menangis. Dia tidak ingin mengatakan hal tersebut, tapi rasa takut dan ingin hidupnya, membuat dia harus mengatakan perkataan hina seperti itu.
Melihat hal tersebut, Eunseom teringat saat Syourejakin menyuruhnya untuk mengatakan hal yang hampir serupa. Dan saat itu, dia juga mengatakan hal yang serupa.
--
Di lapangan, para budak masih berlutut semua di hadapan prajurit Daekan. Yeonbal berkata kalau mereka harus mencari Olmadae lagi dan menangkapnya. Yeonbal memerintahkan salah seorang anak buah Goldu untuk memanggilkan Goldu lagi. Mereka harus membentuk tim cari dan mencari lagi.
--
Begitu mendengar panggilan itu, Goldu merasa kesal karena di panggil-panggil sesuka itu oleh pasukan Daekan. Tapi, bagaimanapun posisinya lebih rendah dan dia harus menghadap.
Setelah Goldu keluar, Eunseom lanjut membebaskan Dalsae. Dalsae sudah terluka parah dan bahkan untuk berdiri saja sulit hingga harus di topang oleh Eunseom. Saat hendak keluar dari gudang, Eunseom menatap Syourejakin yang terikat.
--

Eunseom berhasil membawa Dalsae kabur dari sana. Dan dia juga menyelamatkan Syourejakin yang berjalan dengan di bantu oleh Ipsaeng. Ipsaeng senang karena mereka berhasil. Tapi, dia terus menerus menanyakan mengenai permatanya. Syourejakin hanya diam dan tidak menjawab. Ipsaeng berteriak meminta Syourejakin memberitahunya, lagipula Syourejakin juga akan mati (karena terluka parah).
Mereka sudah berjalan jauh dan memutuskan beristirahat di tebing. Bahkan saat sudah terlukapun, Syourejakin berkata kalau dia tidak tahu dimana permata itu. Goldu sudah mengambilnya. Ipsaeng tidak percaya.
Ipsaeng mencoba bernegosiasi. Dia akan mengobati Syourejakin, tapi beritahu dimana permatanya. Kalau tidak, mereka akan bagi dua uangnya. Syourejakin terus berkata, tidak ada padaku.
Badoru menyarankan untuk melanjutkan perjalanan karena lokasi mereka saat ini masih terlalu dekat dengan Doldambul. Mereka memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Syourejakin di sana. Saat semua sudah pergi, Eunseom menghampiri Syourejakin. Dia tahu kalau permata itu ada pada Syourejakin.
“Ipsaeng benar, kau sekarat. Apa permata itu masih penting? Aku penasaran. Kenapa permata itu begitu berharga?” tanya Eunseom, penuh emosi.
“Kekuasaan… Itu yang bisa kau dapat.”
“Kekuasaan?”
“Jumlah orang yang bisa kau miliki… Berapa yang menuruti perintahmu… Itulah artinya kekuasaan. Dengan permata, kau bisa membeli budak, Pasukan Daekan, bahkan Penulis bisa jadi milikmu. “
"Jadi milikku?”
“Siapa yang peduli walau kau petarung ahli? Kenapa kau pikir Asa Ron yang memimpin Arthdal, bukannya Mubaek? Kekuasaan… berasal dari jumlah orang yang menuruti perintahmu, Bodoh,” jawab Syourejakin. “Tapi aku mau tanya. Kenapa kau kembali untuk menyelamatkanku, Igutu kotor?”
“Jika kau selamat dan bisa membeli pasukan, ingatlah bahwa hidup yang kau jalani adalah pengampunan dari Igutu kotor,” jawab Eunseom.
Dan setelah itu, Eunseom benar-benar meninggalkan Syourejakin di sana.
--

Ipsaeng menggerutu kesal saat tahu kalau Eunseom dan yang lain akan menuju Jubinol. Kenapa mereka menuju Jubinol saat nyawa kalian terancam? Eunseom mengingatkan kalau mereka sudah berjanji pada Sateunik. Ipsaeng dengan kesal berkata kalau janji itu hanya untuk menenangkan hati orang yang akan mati. Saat situasi berubah, maka rencana juga harus di ubah. Badoru sudah kesal pada Ipsaeng dan berkata kalau Ipsaeng boleh tidak ikut dan dia akan memberitahu semuanya kalau Ipsaeng sudah ingkar janji pada Sateunik.
Ipsaeng kesal, di ancam begitu. Dia terlihat berpikir. Sateunik berasal dari suku Momo, kan?
Saat itu, kondisi Dalsae semakin parah. Eunseom menyuruh Badoru agar Dalsae di bawa ke Seucheon. Ipsaeng langsung mengangkat tangan. Dia yang akan membawa Dalsae ke Seucheon, sementara Badoru dan Eunseom bisa pergi menemui Suku Momo.
Badoru mengumpat kesal. Hanya Ipsaeng yang bisa bahasa suku Momo. Bagaimana caranya mereka bisa menyampaikan pesan Sateunik jika tidak ada Ipsaeng? Akhirnya, Ipsaeng setuju untuk pergi. Itu karena dia ingat kalau suku Momo adalah suku yang akan membalaskan dendam dan juga membalas budi. Dia sudah kehilangan permata, jadi setidaknya harus mendapatkan emas atau apapun dari suku Momo. Tanpa emas atau permata, mereka sama saja seperti pengemis dan hidup mereka tidak akan membaik.
Dalsae menyuruh Eunseom untuk segera berangkat bersama Ipsaeng dan jangan cemaskan dirinya.
--

Karena Dalsae serta Syourejakin berhasil kabur, penjaga yang menjaga gudang jadi di pukuli oleh Goldu. Dia benar-benar mengamuk dan mencekik penjaga itu. Saat itu, salah seorang budak berhasil di tangkap. Dan budak itu tahu kalau budak yang kabur akan menuju Jubinol di Gunung Hasi.
--
Ipsaeng dan Eunseom harus melewati gunung bersalju untuk menuju Jubinol. Eunseom heran kenapa mereka harus mendaki gunung seperti ini padahal bisa melewati jalan biasa. Ipsaeng berkata tidak bisa karena itu artinya mereka akan melewati suku Ago. Eunseom bingung, bukankah Ipsaeng berasal dari suku Ago?
“Suku Ago seperti kotoran. Semua mau menghindari mereka,” ujar Ipsaeng.
“Kau bukan dari Suku Ago, ya? Tak ada yang bicara begitu soal sukunya,” sadar Eunseom.
--
Goldu heran kenapa mereka menuju Jubinol? Salah satu anak buahnya berkata kalau di sana ada istri Sateunik. Mungkin mereka ingin mengabari kematiannya.
Dan karena informasi tersebut, Yeonbal dan para pasukannya segera menuju Jubinol.
--
Eunseom dan Ipsaeng sudah sangat kedinginan. Kondisi Ipsaeng juga sudah sangat lemah karena kondisi dingin tersebut. Walau begitu, dia masih yakin akan menerima imbalan besar dari suku Momo. Jika tidak ada makanan untuk mereka, suku Momo akan memanggang daging mereka sendiri untuk di berikan kepada mereka agar bisa makan.
“Kenapa berbuat sejauh itu untuk membalas budi kita?” tanya Eunseom.
“Itulah cara Dewa yang mereka sembah. Yaitu… Jika tak balas dendam atau budi, tubuh mereka dimutilasi setelah mati,” ujar Ipsaeng dengan bergetar karena kedingina. Eunseom berusaha keras agar Ipsaeng tidak jatuh tertidur.
“Bagaimana dengan Suku Ago? Dewa apa yang disembah?”
“Suku Ago… Suku Ago menyembah Dewa Keadilan. Air terjun besar tempat Inaishingi melompat… Inaishingi…,” jawab Ipsaeng.
Eunseom penasaran, apa itu Inaishingi? Tapi, Ipsaeng tidak bisa menjawab lagi karena terlalu kedinginan.
--

Mubaek menghadap Tanya. Tanya langsung bertanya, kenapa Mubaek menolong Eunseom? Mubaek ingin bercerita, tapi malam terlalu pendek untuk menceritakan kejadian panjang itu. Dan juga, ada banyak kejadian yang terjadi padanya yang tidak bisa di pahami padanya sejak saat itu. Tanya pun merasakan hal yang sama.
Mubaek penasaran dengan pria yang mirip Eunseom. Tanya tahu apa yang hendak Mubaek tanyakan. Dan Tanya juga menjawab kalau malam ini terlalu singkat bagi mereka untuk bercerita. Mubaek meminta Tanya untuk menceritakan versi singkatnya saja.
--
Mubaek menemui Yangcha dan memberitahu apa yang sudah di dengarnya dari Tanya. Tanya juga tidak tahu pasti, tapi Tanya berpikir kalau Saya adalah kembaran dari Tanya. Jadi, mereka harus berlagak tidak tahu saja.
Yangcha menggelengkan kepalanya.
“Eunseom sudah mati. Jika berita ini menyebar, Tagon akan tahu Tanya punya rahasia. Terlebih, itu berarti kembaran putra Tagon membunuh Sanung Niruha. Bisa kau bayangkan akibatnya dalam kekacauan ini? Ini bukan waktunya. Kita tunggu saja,” jelas Mubaek.
--

Pasukan penjaga Arthdal sedang berpesta. Mereka melakukan acara adu panco melawan Mungtae. Dan karena pada dasarnya, Mungtae bertubuh besar dan kuat, tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam adu panco. Walau begitu, ada juga yang tidak menyukai dengan tatapan mata Mungtae yang sinis dan merendahkan mereka.
Saat itu, Gilseon datang. Dia mengajak Mungtae bicara. Gilseon mengingatkan siapa orang yang telah menyelematkan Mungtae? Mungtae berlutut di hadapan Gilseon. Gilseon lah yang telah menyelematkannya. Gilseon tertawa senang dengan tunduknya Mungtae padanya. Dia menyuruh Mungtae pergi ke Kuil Agung.
--

Semua suku Wahan di bawa ke Kuil Agung. Tanya menghadap mereka. Semua sangat senang melihat Tanya dan langsung memeluknya. Mereka juga memuji baju yang Tanya gunakan sangat lembut. Mereka juga tidak menyangka kalau leluhur mereka, Serigala Putih Besar, adalah Kepala Suku tempat ini. Mereka sangat senang dan juga bahagia. Saat itu, Mungtae juga tba. Semua bertambah bahagia.
Tanya kaget melihat Mungtae. Apa Mungtae tidak ke Doldambul? Apa kalian kembali secepat ini?
Wajah Mungtae berubah. Dia berbohong kalau dia di kirim ke tempat lain dan menjadi pengawal. Tidak ada yang curiga dan percaya padanya.
Tanya memberi kabar gembira kalau mereka yang di bawa ke Doldambul juga akan di bawa pulang kemari. Semua senang dengan kabar gembira tersebut. Berbeda dengan Mungtae, dia ketakutan. Jika mereka kembali, dia akan ketahuan dengan berkhianat terhadap anggota suku mereka sendiri.
Yeolson tiba. Tanya langsung berlari memeluknya dengan haru. Yeolson juga demikian. Dia sangat senang karena Tanya baik-baik saja. Dari jauh, Saya memperhatikan mereka dengan sebuah senyuman tipis.
--
Mugwang mabuk-mabukkan. Dia terus teringat akan kutukan dan ramalah Tanya dulu mengenai nasib kematiannya yang sangat tragis. Dia masih tidak menyangka kalau Tanya benar-benar adalah keturunan langsung Asa Sin.
Mubaek saat itu datang. Mugwang menyambutnya dengan sinis. Dia dengar kalau semua ini terjadi karena Mubaek yang menemukan byeoldaya tersebut. Dan karena itu, Mugwang yakin kalau semua hanyalah tipuan. Tagon yang merencakan semua ini, itu keyakinan Mugwang. Itu di lakukan untuk menjatuhkan Asa Ron. Dia sangat yakin, Tanya akan di habisi setelah tidak berguna. Pada hari itu, dia yang akan menggorok leher Tanya.
--
Tanya membawa Yeolson ke kamar-nya. Tanya memberitahu kalau mereka sekarang bukan lagi budak dan Yeolson bisa memilih ingin melakukan apa. Yeolson menolak karena dia merasa senang bekerja di Benteng Api Suku Hae. Dia belajar, merenung dan menghidupkan sesuatu. Itu menyenangkan. Dia menyukai-nya.
“Ayah bukan lagi budak, lakukan sesuka Ayah.”
“Tentu.”
“Ayah. Sebenarnya… Eunseom masih hidup,” bisik Tanya. Dan jelas, Yeolson terkejut. “Benetbeot (kembaran)-nya ada di Arthdal. Tapi jangan perhatikan dia meski Ayah melihatnya. Beri tahu warga kita juga.”


Post a Comment

Previous Post Next Post