Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 1 – part 5
Network : Channel 3
Saat
Urawee datang ke kantor, dan tampak bad
mood, dengan perhatian Pam menanyakan ada apa. Dan Urawee menjawab asal,
kucingnya mati.
“Kamu
benci kucing,” komentar Pam.
“Anjing
tetangga mati.”
“Kamu
takut anjing,” balas Pam, lagi.
Pam
menanyai sekali lagi, ada apa, dan karena Urawee diam, maka dia pun mengatakan
tidak apa- apa bila Urawee tidak ingin bercerita. Urawee bisa memberitahunya
nanti, jika Urawee mau. Lalu Pam melanjutkan pekerjaan nya.
Kemudian
tepat disaat itu, Unthiga datang. “Kamu datang terlambat,” komentarnya.
“Buka
matamu. Masih ada tersisa 5 menit. Mengapa?!” balas Urawee.
Seperti
biasa, Unthiga dan Urawee pun mulai berdebat dan mengatai satu sama lain.
Mendengar itu, Pam hanya bisa diam saja, dan memperhatikan dengan cemas.
Beberapa
orang yang berada di dalam ruangan keluar, karena bertengkaran mereka berdua.
Dan pas disaat itu, Arm datang, dan dia memanggil mereka berdua untuk ikut
bersama nya ke ruang rapat.
“Apa
kamu mau kopi? Jadi kamu bisa lebih tenang,” kata SA dengan perhatian kepada
Urawee.
Dan
Urawee berterima kasih, lalu dia memberitahu bahwa dia ingin kopi hitam dengan
1 sdt gula dan tanpa cream. Sementara untuk Unthiga, dia menyuruh SA untuk
menyiapkan penangkal lacur untuk Unthiga.
Dikantor.
Setiap orang mulai menggosipkan tentang Unthiga serta Urawee yang memiliki
hubungan yang tidak baik. Dan mereka menanyakan, apakah itu benar kepada Pam.
Tapi Pam tidak mau berkomentar sama sekali.
Namun
semuanya tetap saja terus bergosip dengan bersemangat. Sehingga Pam pun tidak
tahan lagi, dan berteriak mengomentari pekerjaan setiap mereka yang bergosip.
Dan semuanya pun langsung bubar.
Diruang
rapat. Arm memberitahu Urawee bahwa Unthiga akan mengambil posisi design yang
lain dari hari ini, karena Unthiga memiliki tujuan yang sama dengan Urawee,
yaitu memiliki brand sendiri. Jadi dia berharap Urawee bisa mengajari Unthiga
tentang sistem perusahaan mereka dahulu.
Dengan
sinis, Unthiga mengatakan bahwa tampaknya Urawee tidak ingin mengajari nya. Dan
Urawee membalas bahwa dia tidak ada mengatakan tidak mau. Lalu Unthiga beralasan kalau dia hanya bicara saja, jadi
Urawee tidak seharusnya begitu marah kepadanya. Mendengar itu, Urawee pun
merasa sangat kesal.
“Aku
meminta kalian berdua untuk bekerja sama dan saling bergantung pada satu sama
lain. Jangan biarkan emosi pribadi mu menyebabkan masalah dalam pekerjaan,”
kata Arm, mengingatkan mereka berdua.
“Kamu
harus mendengarkan perkataan Ayah. Jika para karyawan melihat kita berdebat,
itu tidak baik untuk kita. Benarkan, Ayah?” kata Unthiga dengan sikap sok manis
dan polos.
Dengan
malas, Urawee pun hanya diam saja.
Arm
memberitahu bahwa dia akan menyuruh Sunisa (SA) untuk mengatur rapat dengan
semua depatermen, supaya mereka dapat mengenal Unthiga. Dan Unthiga mengiyakan,
lalu dia bertanya kepada Sunisa, apakah kantor nya sudah siap seperti yang
dinginkan nya. Dan Sunisa mengiyakan.
“Jika
tidak ada yang lain, aku permisi,” kata Urawee dengan malas. Lalu dia berniat
untuk pergi, Tapi Unthiga tidak mau kalah, dan dia keluar duluan. Melihat itu,
Urawee merasa sangat kesal, tapi dia mencoba untuk menahannya.
Unthiga
masuk ke dalam ruangan kantornya sendiri. Awalnya dia merasa puas, tapi
kemudian dia merasa tidak puas.
Unthiga
masuk ke ruangan kantor Urawee begitu saja, tanpa mengetuk. Dan Urawee pun
mengingatkannya untuk mengetuk, lalu dia menanyakan, apa yang Unthiga inginkan.
“Aku
hanya datang untuk melihat- lihat saja. Kantor mu terlihat cocok denganmu,”
kata Unthiga sambil menyentuh barang di ruangan Urawee.
Dengan
kesal, Urawee menepis tangan Unthiga yang menyentuh barangnya. “Apa kamu gila?
Huh?!”
“Kontrol
sedikit emosi mu, Wee. Aku telah memperingatkanmu, tapi kamu tidak akan
mendengarkan. Bila seperti ini, kompetisi tidak akan jadi menyenangkan, karena
kamu telah kalah sebelum kita bahkan memulainya,” balas Unthiga, menantang.
Pam
memperhatikan itu dari luar. Lalu dia pun masuk dan menyela mereka berdua. Dan
melihat nya, Unthiga pun keluar dari ruangan kantor Urawee.
Setelah
Unthiga pergi, Pam langsung menasehati Urawee untuk bersabar sedikit. Dan
Urawee marah, karena barusan Unthiga jelas mencoba untuk membuatnya kalah dan
melarikan diri dari sini.
“Jika
kamu tahu itu, maka tenanglah,” kata Pam, menyarankan. Lalu karena takut dengan
tatapan tajam Urawee, maka dia pun mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan
kain baru yang ada diruangan Urawee.
Pam
kemudian menanyakan tentang Pu. Dan Urawee menjawab bahwa sejak dia tahu kalau
Pu dan Ampu adalah orang yang sama, dia berhenti mengirimkan hasil pekerjaan
nya lagi, karena Ampu tidak cukup layak untuk menilai hasil kerjanya.
Mendengar
itu, Pam berusaha untuk bercanda supaya Uwaree tenang, tapi tidak berhasil.
Jadi dia pun pamit dan keluar dari ruangan.
Anik
mengangkat telpon dari Urawee dengan senang. Urawee mengajaknya untuk makan
malam bersama, dan Anik mengiyakan serta mengatakan bahwa dia akan menjemput
Urawee.
“Tidak
perlu. Aku bisa menyetir sendiri, jadi tidak akan menghabiskan waktumu untuk
datang mengantarku balik nanti,” kata Urawee.
“Aku
akan pergi menjemputmu dari rumahmu,” balas Anik.
“Dan
dipagi hari. Bagaimana aku berangkat kerja?”
“Aku
akan mengantarmu ke kantor mu,” jawab Anik. Dan Urawee memuji betapa pintar nya
Anik.
Anik
menjelaskan bahwa dia merasa cemas kepada Urawee, karena dia menyadari betapa
stressnya Urawee semalam. Dan Urawee senang mendengar itu.
Ketika
Unthiga melihat Anik yang sedang duduk diruang tunggu, dengan ramah dia pun
menyapa Anik. Dan Anik membalas sapaannya dengan sikap gugup.
“Mengapa
ketika kamu melihat ku, kamu bersikap seperti kamu melihat hantu? Atau kamu
tidak ingin melihatku?” tanya Unthiga.
“Bukan
begitu,” jawab Anik.
Dengan
genit, Unthiga berdiri didekat Anik, dan bertanya apakah itu berarti Anik ingin
melihat nya. Dan Anik menjawab tidak. Mendengar itu, Unthiga pura- pura merasa
kecewa, dan menebak apakah itu karena Anik takut kepada Urawee. Lalu kemudian
dia tertawa, saat Anik hanya diam saja.
“Ini
tidak seperti itu,” jelas Anik.
“Kamu
sangat lucu. Semua yang bisa kamu katakan adalah tidak.”
Mendengar
itu, Anik pun tersenyum. Dan Unthiga mengatakan dengan jelas bahwa dia menyukai
Anik. Lalu dia memegang tangan Anik, dan bertanya apakah mereka bisa menjadi
teman. Dengan gugup Anik pun diam.
Unthiga
lalu mengambil hp Anik, dan mengajak nya untuk berfoto bersama tanpa mengatakan
apapun. Dan Anik pun tersenyum senang berfoto bersamanya.
“Jika
kita teman, maka kita harus mempunyai nomor satu sama lain, kan?” tanya
Unthiga. Dan Anik mengiyakan. “Jangan lupa telpon aku ya. Aku mungkin memiliki
saran yang baik untuk bagaimana kamu bisa menaklukan hati Wee,” bisik Unthiga.
Dan
Anik tersenyum kepadanya.
Melihat
itu, Urawee bertanya dengan keras, apa yang sedang mereka berdua lakukan. Dan
dengan sikap terkejut, Anik langsung berdiri dan melepaskan tangan Unthiga yang
memegang nya.
“Aku
bertanya, apa yang sedang kalian lakukan? Jawab!” teriak Urawee.
“Mari
kita bicarakan itu nanti. Ayo,” ajak Anik, menarik tangan Urawee.
Melihat
itu, Unthiga tersenyum puas.
Urawee
menyuruh Anik untuk melepaskan tangannya, dan menjawabnya. Dan Anik pun
melepaskan tangan Urawee, lalu bertanya kenapa Urawee berteriak seperti itu,
serta apakah Urawee tidak malu dilihat banyak orang.
Dan
Urawee pun memperhatikan dengan tajam orang- orang yang melihatnya, sehingga
mereka semua bubar.
“Aku
akan menjawab pertanyaanmu, jika kamu tenang,” kata Anik. Dan Urawee pun
mencoba tenang. “Apa kamu cemburu?” tanya Anik.
“Tidak.
Tapi itu menyebalkan untuk melihat dia berdekatan dengan mu. Mengapa kalian
begitu dekat?” tanya Urawee.
“Malam
itu aku pergi dengan temanku, dan bertemu dengan Khun Oun yang hampir mau di lecehkan,
jadi aku menolongnya. Dan dia berterima kasih padaku serta mengatakan ingin
menjadi teman denganku. Lalu dia memberikan nomor nya,” jelas Anik.
“Dia
sedang menggodamu,” balas Urawee. Tapi Anik tidak percaya, dan mengatai Urawee
berbicara tidak masuk akal.
Urawee
kemudian menanyakan bagaimana perasaan Anik kepada Unthiga, dan Anik tidak bisa
menjawab. Anik malah mengalihkan pembicaraan dan mengatakan bahwa dia tidak ada
memikirkan apapun, karena dia setia kepada Uwaree.
“Aku
percaya kamu,” kata Urawee.
“Terima
kasih,” balas Anik, tampak lega.
“Tapi
aku tidak percaya dia. Aku mau membatalkan rencana kita untuk nanti malam.
Nanti kita bicarakan nanti,” kata Urawee, tegas. Lalu dia pun berjalan pergi.
Dan
Anik pun merasa capek.
Nopama
menelpon Sunisa, dan menanyakan apakah Arm ada, karena dia telah menelpon Arm
berkali- kali, tapi Arm tidak ada menjawab. Kepadahal dia ingin menanyakan jam
berapa Arm pulang, sehingga dia bisa mempersiapkan makan malam. Dan Sunisa pun
memanggil Arm yang sedang sibuk mengobrol dengan seorang karyawan. Tapi Arm
tidak menanggapinya, karena sedang sibuk.
“Halo?
Sunisa?” panggil Nopama. Dan ketika akhirnya Sunisa bersuara lagi, dia
menanyakan kenapa Sunisa begitu lambat. Dia lalu menyuruh Sunisa untuk
memberitahu Arm supaya tidak pulang telat, jika tidak dirinya akan mati
kelaparan karena menunggu. Dan Sunisa pun mengiyakan.
Setelah
Arm selesai, Sunisa memberitahu kalau Nopama sudah mematikan telpon. Dan Arm
sudah bisa menebak, kalau Nopama tidak akan menunggunya.
“Apa
kamu akan makan disini? Aku akan mencari sesuatu untukmu makan,” kata Sunisa,
perhatian.
“Tidak
perlu. Aku sudah disini sejak pagi. Aku bosan. Jadi aku akan makan diluar. Kamu
belum makan, kan? Temaninlah aku,” ajak Arm. Dan Sunisa mengiyakan.
Urawee
menghentikan mobil Unthiga dengan menghalanginya dengan mobilnya sendiri. Lalu
dia keluar dari mobilnya, dan memberikan peringatan supaya Unthiga untuk jangan
mencuri seperti Nopama. Dan Unthiga pura- pura tidak mengerti.
Dengan
paksa, Urawee memaksa Unthiga untuk keluar dari dalam mobil, karena mereka
harus membicarakan tentang masalah Anik dengan jelas sekarang. Dan merasa
kesal, Unthiga pun keluar dari mobilnya.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen