Network : Channel 3
Teman
Unthiga (TU) marah, ketika mengetahui Unthiga hampir saja mau dilecehkan. Tapi
Unthiga menenangkan nya, dan menjelaskan bahwa dia datang untuk bersenang-
senang, dan ingin membuat teman baru, bukan membuat musuh. Unthiga mengatakan itu
sambil menatap penuh arti kepada Anik yang duduk di sebelahnya.
“Untungnya,
kamu tidak kenapa- napa. Terima kasih sudah menolong Oun ya,” kata TU dengan
ramah, kepada Anik.
“Ya,”
balas Anik.
Unthiga
kemudian menanyakan kepada Anik, apakah Wee tidak apa- apa bila Anik datang
keluar malam- malam begini. Dan Anik mengiyakan. Lalu Unthiga pun memuji betapa
baiknya Wee, karena membiarkan pacar nya sendiri keluar di jam semalam ini.
“Wee
dan aku adalah teman,” kata Anik.
“Ah.
Tapi setiap orang mengenali kamu sebagai pacar Wee,” balas Unthiga.
“Wee
tidak membiarkan ku menggunakan kata itu,” balas Anik.
Dengan
sikap berlebihan, TU mengatakan ‘Wow’, dan menanyakan kenapa Wee tidak
menghormati Anik seperti itu. Dan Anik menjawab tidak apa, lalu dia pun pamit
kepada mereka berdua.
Namun
Unthiga menahan Anik, dengan cara memeluk mesra lengannya supaya tidak pergi.
“Aku ingin berterima kasih padamu lagi,” kata Unthiga sambil mengelus lembut
lengan Anik. “Malam ini, kamu adalah pahlawan ku. Malam ini aku akan memimpikan
tentang kamu sepanjang malam,” bisiknya, menggoda.
Dan mendengar itu, Anik tampak gugup serta
tertarik kepada Unthiga. “Bermimpi indah ya,” balas nya. Lalu dia pun pergi,
karena Unthiga melepaskan lengannya.
Setelah
Anik pergi. TU menanyakan, apa rencana Unthiga. Dan Unthiga menjelaskan bahwa
dia akan membalas untuk apa yang telah Wee lakukan kepada nya di depan para
wartawan.
“Katakan
saja. Musuhmu adalah musuhku,” kata TU, bersedia untuk membantu. Mendengar itu,
Unthiga tersenyum.
Sesampainya
Unthiga di rumah, si Pelayan menyapa Unthiga, dan dengan perhatian Unthiga
mengatakan supaya si Pelayan tidak perlu menungguinnya. Dan si Pelayan menjawab
bahwa dia hanya tidak bisa tertidur, lalu saat dia mendengar suara mobil, dia
datang untuk mengecek. Kemudian dengan perhatian, si Pelayan mengajak Unthiga
untuk segera beristrahat.
“Bi,
aku sudah dewasa sekarang. Aku sudah tinggal sendirian di luar negri selama
bertahun- tahun. Kamu tidak perlu menemani ku lagi. Ini sudah sangat malam,
tidurlah,” jelas Unthiga, sangat ramah.
“Menjaga
kamu membuatku merasa seperti aku sedang beristirahat. Aku senang melakukannya.
Pergilah tidur,” balas si Pelayan. Lalu dia mengantarkan Unthiga ke kamar. Dan
dengan senang hati, Unthiga mengikutinya.
Urawee
mengunjungin rumah Neneknya, dan bersikap manja- manja dengannya. Nenek
menasehati, kalau Urawee bisa menjadi tidak keras kepala, maka Urawee akan
menjadi seperti pohon yang indah. Dan Urawee mengiyakan.
Duang
memberikan barang- barang kepada seseorang, lalu dia pun mendapatkan bayaran
untuk itu. Kemudian setelah itu, dia mendekati Urawee yang sedang mengobrol
bersama dengan Nenek yang menasehati nya.
“Jangan
berpikir terlalu banyak tentang kemarin malam. Biarkan saja. Biarkan mereka
membuat diri mereka sendiri menggila. Tetaplah bertindak biasa, dan lakukan
pekerjaan mu,” kata Nenek, menasehati Urawee.
“Sekali
saja. Biarkan aku mengatakan ini,” kata Duang dengan sopan kepada MD. “Bahkan
walaupun kita kuat, mereka masih berani melakukan ini. Jika kita melakukan
seperti yang kamu katakan, bukankah mereka akan lebih menggila?” keluhnya,
tidak setuju. Lalu di meminta maaf kepada MD.
Duang
kemudian mengajak Urawee untuk sarapan bersama. serta mengingatkan MD untuk
minum obat setelah sarapan nanti, jika tidak maka MD akan pingsan, terkena diabetes
dan tekanan darah tinggi. Lalu MD akan menyalahkan nya dengan mengatakan dia
tidak mengurus MD dengan baik, dan dia tidak mau begitu.
“Hey,
jika aku terkena penyakit apapun, seperti yang barusan kamu katakan, itu semua
karena omelan mu,” kata MD. Dan Uwaree tersenyum geli.
Dimeja
makan. Duang memberitahu Urawee bahwa Unthiga mungkin cemburu dan terlalu iri,
sehingga Unthiga melakukan itu kepada Urawee. Mendengar itu, Urawee menatap
Neneknya, yang menatap tajam ke arah Duang. Dan Duang meminta MD untuk
mengenali siapa yang musuh.
“Aku
tidak mengatakan apapun. Tapi jangan berlebihan,” kata MD. Dan Duang pun
terdiam, tidak membalas.
“Tapi
sejujurnya, aku tidak memiliki apapun untuk di cemburuin oleh Oun,” kata
Urawee, membuka suara.
“Dia
memiliki rasa rendah diri, ditambah Ibunya selalu menghasut nya. Ibunya adalah
pelakunya. Dia tidak pernah berhenti mencoba untuk menang. Seolah dia tidak
cukup buruk, dia meneruskan sifat buruknya kepada putrinya juga,” jelas Duang
dengan berapi- api. Dan MD langsung memperingatkannya supaya diam.
Duang
pun diam, dan meminta maaf. Dia mengakui kalau dia tidak bisa berhenti
berbicara, karena dia ingin mengajari keponakan nya, Urawee, untuk lebih
berhati- hati. Lalu dia menyuruh Urawee untuk berkonsultasi dengannya, jika Urawee
ada merasakan apapun yang tidak aman. Dan Urawee menjawab bahwa dia akan
berhati- hati.
“Kamu
bisa berkonsultasi dengannya, tapi jangan terlalu mempercayai segalanya,” kata
MD, mengingatkan Urawee. Dan Duang tidak terima, serta protes. “Makan!” tegas
MD tidak menerima protes.
Dan
dengan patuh, Duang pun diam serta memakan makanan nya dengan wajah cemberut.
Lalu Urawee pun ikut makan.
“Orang-orang
itulah yang akan hancur berantakan. Mereka tidak bisa melakukan apapun kepada
Wee. Pada akhirnya, mereka akan kehilangan diri mereka sendiri dan mati,” kata
MD dengan sangat tegas.
Mendengar
itu, para pelayan bertepuk tangan, dan memuji betapa hebat nya saran dari MD.
Dan Duang pun mengomeli mereka, sehingga para pelayan pun pergi.
MD
kemudian menasehati Urawee bahwa melepaskan kebencian dan kemarahan, itu sulit.
Tapi dia percaya kalau Urawee pasti bisa melakukannya. Dan Urawee mengiyakan
dengan pelan.
Nopama
bertelponan dengan Kong, dia menjelaskan bahwa Unthiga benar- benar sakit, jadi
dia akan membawa Unthiga ke dokter dan di obati, sehingga dia pun meminta maaf
untuk apa yang telah terjadi. Dan Kong mengerti.
Nopama
kemudian meminta Kong untuk menyembunyikan berita ini. Terutama mengenai
rekaman dan foto yang diambil oleh karyawan Kong. Dan Kong mengiyakan, dia
menjamin bahwa itu tidak akan tersebar. Mendengar itu, Nopama merasa lega dan
berterima kasih, lalu dia menjanjikan akan membayar semua kerugian yang Kong
alami sesuai perjanjian.
Saat
melewati ruang makan, Unthiga tidak sengaja mendengar itu. Dan menyadari
kedatangannya, Nopama memberitahu padanya, kalau dia sudah mengurus segalanya
dan mengkonfirmasi pada setiap orang kalau Unthiga benar- benar sakit. Lalu dia
mengajak Unthiga untuk duduk dan makan bersama. Tapi Unthiga menolak.
“Jangan
pulang terlambat nanti. Aku akan menunggumu untuk makan malam bersama,” kata
Nopama, mengingatkan.
“Aku
lihat dulu. Aku mungkin ada bertemu teman nanti,” balas Unthiga.
Nopama
menasehati supaya Unthiga tidak bertindak seperti gadis pesta, jika tidak maka
orang akan bergosip. Namun dia merasa bersyukur juga, karena Unthiga tidak ada
terlibat hubungan dengan pria, sehingga dia merasa tenang. Dan Unthiga
menanyakan, bagaimana jika dia serius mencari seorang pacar.
“Itu
bagus. Cari orang yang sesuai,” jawab Nopama. Dan Unthiga menebak, kalau pria
itu harus lebih baik daripada pacar Uwaree. “Pacar nya itu adalah pencundang
murahan. Dengan status kita, cari yang lebih baik daripada dia,” jelas Unthiga.
“Itu
belum pasti. Terkadang aku ingin pria yang biasa, tapi secara tulus mencintaiku.”
“Kamu
tidak bisa makan cinta. Aku sudah membuktikannya.”
Mendengar
itu, Unthiga merasa malas, dan dia pun langsung pergi begitu saja. Dan Nopama
mengomentari sikapnya yang tidak ada mengucapkan ‘bye’.
Unthiga
mengingat tentang Ampu yang menurutnya sangat keren. Lalu dia mengeluarkan hp
nya, dan menelpon Kong. Dia meminta maaf atas sikap nya semalam, dan meminta
sesuatu kepada Kong.
Ampu
merasa heran, ketika mendapatkan telpon dari nomor tidak di kenal, dan dia
mengangkat nya. Lalu saat mengetahui yang menelponnya adalah Unthiga, dia
merasa terkejut.
MD
menyarankan, bila Urawee merasa tidak bahagia, maka lebih baik Urawee menjual
saham di Arm Tekstil, dan berhenti bekerja disana, lalu buat bisnis sendiri
seperti yang Urawee inginkan. Atau Urawee bisa membantu Duang untuk menjual
dessert saja.
“Tidak!
Aku tidak akan memperkerjakan karyawan bernama Urawee! Biarkan Wee tetap
disana! Tusuk mata dan hati mereka,” kata Duang dengan cepat.
“Kamu
masih menghasutnya?” balas MD, memarahi Duang.
Dan
Duang beralasan bahwa dia bukan ingin menghasut, tapi dia hanya ingin mengajari
Urawee untuk menjadi lebih kuat, karena lari dari masalah, tidak akan
menyelesaikan apapun. Mendengar itu, MD pun jadi tidak bisa berkata- kata.
Pelayan
kemudian datang, dan memberitahu Urawee bahwa ada tamu yang menemui datang
untuk menemui mereka.
Tamu
tesebut adalah Arm. Dengan sikap tidak senang, Duang mengakui secara
langsung bahwa dia tidak menyambut Arm
datang ke sini, jadi dia ingin Arm pergi. Namun MD menasehati Duang untuk tidak
bersikap kasar.
“Bisakah
aku bicara kepada Putriku?” pinta Arm.
“Putri?
Huh! Kamu tidak pernah peduli padanya, dan membiarkan orang lain untuk
membesarkan nya, sejak dia kecil. Dan kamu berani memanggil dia putrimu?! Aku
tidak mengizinkan itu,” desis Duang, mengusir Arm.
MD
dengan tegas menyuruh Duang untuk pergi saja. Dan Urawee pun mengatakan kepada
Duang bahwa dia akan berbicara kepada Arm, supaya Arm bisa cepat pergi dari
sini, jadi Duang tidak perlu khawatir.
“Buatlah
cepat,” kata Duang, mengingatkan. “Jika tidak cepat. Aku akan menghancur kan
kepala nya,” ancam Duang. Lalu dia pun pergi ke belakang bersama MD.
Alasan
Arm datang adalah untuk meminta maaf menggantikan Unthiga. Dan dia jujur
memberitahu kalau Unthiga sebenarnya tidak sakit. Dengan ketus, Urawee menjawab
bahwa dia sudah tahu, dan dia tidak akan menerima perminta maaf dari Arm. Dia
ingin Unthiga meminta maaf kepadanya sendiri.
Arm
menjelaskan bahwa Unthiga melakukan itu, karena Unthiga sembrono, tapi Unthiga
sudah berjanji padanya dari sekarang, itu tidak akan terjadi lagi. Mendengar
itu, Urawee bertanya, apakah Arm mempercayai itu. Dan Arm menjawab bahwa dia
mencoba untuk mempercayai Unthiga, tapi Urawee tidak perlu cemas, karena dia
berjanji akan mendisiplinkan Unthiga dengan baik.
“Seseorang
seperti mu, bisa menjaga janji? Pikirkan baik- baik. Kepada siapa kamu berjanji
juga? Dan karena kamu, hidup Ibuku hancur,” kata Urawee dengan sedih dan
tatapan mata terluka.
Flash
back
Mama
Urawee meninggal bunuh diri, dengan meminum banyak obat dan mengunci dirinya
sendiri didalam kamar. Sehingga ketika Duang, dan MD berhasil membuka pintu
kamar menggunakan kunci cadangan, mereka sudah terlambat.
Meskipun
Urawee terus menangis juga, Mamanya tetap tidak akan membuka mata lagi untuk
selama- lamanya.
Flash
back end
Urawee
menangis mengingat itu. “Dia lebih memilih mati dibanding memilih aku. Itu
karena kamu,” kata Urawee, terluka.
“Wee.
Aku minta maaf,” kata Arm, menyesal.
“Minta
maaf kepada Ibuku! Kamu punya kesempatan untuk meminta maaf padanya
dikuburannya. Tapi kamu tidak datang. Pergilah ke neraka, jadi kamu bisa
meminta maaf kepada Ibuku. Kamu pasti akan bertemu dengannya di neraka, karena
dia pergi ke neraka karena kamu. Dan seseorang sepertimu akan pergi ke neraka
juga ketika kamu mati. Jika kamu ingin minta maaf dan merasa bersalah, maka
pergilah ke neraka. Dan aku akan mengikutimu ke neraka, karena aku mengutuk
mu,” kata Urawee dengan kebencian yang sangat.
Mendengar
itu, Arm tampak terkejut. Tapi dia tetap diam.
Urawee
kemudian menegaskan supaya Arm menyuruh Unthiga agar menjauh darinya. Dan jika
Unthiga tidak berhenti menganggu nya juga, maka ketika dia kehilangan
kesabarannya, jangan katakan dia tidak ada memperingatkan nya. Karena dia tidak
akan menjadi korban satu sisi seperti Ibunya.
“Ingat
itu!” teriak Urawee sambil terus meneteskan air mata. Lalu setelah itu, dia pun
pergi meninggalkan Arm.
Dengan
sedih, Arm pun diam.
Urawee
keluar dari rumah dan menangis tersedu- sedu. Dia merasa sangat sakit dan
sangat, sangat sakit sekali.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen