Network : Channel
3
Duang dengan gencar menyapa para tamu, dan menuntun mereka untuk
memasuki ruangan pernikahan milik Urawee dan Ampu. Sehingga setiap tamu yang
berdatangan pun masuk ke dalam sana.
Sementara ruangan pernikahan milik Unthiga dan Anik. Itu sedikit sepi
dari para tamu. Karena Nopamat tidak gencar dalam menyapa dan menuntun para
tamu. Yang dilakukan nya hanyalah duduk di dalam ruangan dan mengandalkan
Sunisa untuk berjaga di depan ruangan dan menyambut para tamu.
Lalu setelah cukup lama, karena merasa ada yang tidak beres, barulah
Nopamat keluar dari dalam ruangan. Dan dia bertanya kepada Sunisa, kenapa tamu
yang datang ke acara mereka begitu sedikit. Dan Sunisa menjawab bahwa dia tidak
tahu juga.
Sepasang suami istri datang. Dan dengan ramah, Duang langsung
menghampiri dan menyapa mereka berdua sebelum mereka masuk ke dalam ruangan
pernikahan Anik dan Unthiga. Dia menuntun mereka berdua untuk masuk ke dalam
ruangan pernikahan milik Ampu dan Urawee.
“Kami akan berpisah. Aku akan menghadiri pernikahan yang ini, dan suami
ku akan menghadiri yang satu nya lagi,” jelas si Istri.
“Kalian datang bersama, mengapa kalian malah berpisah?” balas Duang.
“Silahkan datang ke tempat Ampu dan Urawee dulu saja,” jelas nya dengan ramah.
“Tapi aku berpakaian putih. Tema pernikahan Khun Wee adalah warna, kan?”
“Tema apa? kami tidak pemilih sama sekali. Silahkan masuk ke dalam
bersama- sama,” jelas Duang sambil menuntun mereka berdua. Dan si Istri pun
menatap tidak nyaman ke arah suaminya.
Mendengar itu, Nopamat langsung keluar dari ruangan. Dan dia
menghentikan pasangan tersebut, sebelum mereka masuk ke dalam ruangan
pernikahan Urawee.
Baik Urawee dan Ampu. Serta Unthiga dan Anik. Mereka sibuk menyapa para
tamu, dan melayani untuk berfoto bersama dengan mereka semua. Dan Arm
memperhatikan mereka berdua dari jauh.
Urawee kemudian menghampiri Arm. “Khun Po,” panggil nya.
“Barusan, kamu memanggil ku apa?” tanya Arm, tidak menyangka.
“Khun Po,” ulang Urawee. “Aku ingin mengundang mu untuk berfoto bersama
dengan kami,” ajak nya. Dan Arm tersenyum senang.
Mendengar itu, Unthiga merasa tidak senang dan langsung menyela. Dia
memeluk lengan Arm dengan manja. “Khun Po akan tetap di sini dan menyapa para
tamu bersama dengan ku,” tegas nya.
“Dari apa yang aku lihat, kamu tidak memiliki banyak tamu. Dan satu hal
lagi, putri tertua akan menikah, seorang Khun Po harus hadir untuk berfoto
bersama. Untuk orang yang selalu menghalangin, tidak kah itu terlalu berdosa?”
sindir Urawee.
Unthiga merasa tidak senang. Tapi Arm langsung menenangkannya. Lalu dia
mengajak Urawee untuk berfoto bersama. Dan dia berjalan duluan ke sebrang, ke
tempat Urawee serta Ampu.
“Jangan khawatir. Setelah berfoto, aku akan mengembalikan dia. Karena
aku tidak berencana untuk mencuri apapun darimu. Bahkan jika aku bisa,” jelas
Urawee dengan tegas. Lalu dia pun pergi.
Anik ingin menyusul Urawee. Tapi Unthiga langsung menghentikannya dan
mengajak nya untuk berfoto bersama.
Didepan pintu masuk ke ruangan acara. Duang dan Nopamat saling berdebat.
Sehingga pasangan tersebut jadi merasa sangat tidak nyaman. Melihat itu, Sunisa
pun langsung memberikan tanda kepada Arm. Dan Arm mengerti.
“Aku permisi dulu ya, Wee.”
“Akankah kamu kembali ke pernikahan ku?” tanya Urawee. Dan Arm
mengiyakan. Lalu dia pun pergi.
Fae menenangkan Duang untuk tenang, karena ada banyak tamu yang melihat.
Tapi Duang tidak peduli, karena menurutnya, bukan dia duluan yang memulai bertengkaran
ini. Mendengar itu, Nopamat tidak senang.
Arm mendekati Nopamat dan menyuruh nya untuk berhenti, karena ini sangat
memalukan. Dan Nopamat pun langsung diam.
Pasangan tersebut merasa sangat tidak nyaman dengan sikap Duang dan
Nopamat yang membuat mereka menjadi kebingungan harus kemana dulu. Jadi mereka
pun memberikan amplop kepada Duang serta Nopamat. Lalu mereka pamit dan pergi
darisana. Mereka tidak jadi menghadiri acara pernikahan kedua nya.
“Senang sekarang? Mari masuk ke dalam sekarang,” ajak Arm dengan tegas
kepada Nopamat. Dan Nopamat pun menuruti nya.
“Ayo, bi,” ajak Fae kepada Duang. Dan Duang pun menurutinya.
Kedua penggosip profesional memilih untuk berpisah. Si Junior memilih
untuk ke pernikahan Urawee dan Ampu, karena dia akan menjadi MC disana.
Sementara si Senior, dia memilih untuk menghadiri pernikahan Unthiga dan Anik.
Dengan semudah itulah mereka berdua berpisah.
Para tamu sibuk mengobrol dan saling menyapa. Dan disanalah, Ya bekerja
sebagai pelayan yang membawakan minuman untuk di tawarkan kepada mereka semua.
Melihat itu, Fae pun memanggil nya. Dan dia memuji betapa bagus nya Ya saat
memakai seragam. Dan dengan senang, Ya berterima kasih kepada Fae yang telah
banyak menolong nya.
Ketika Tom melihat mereka berdua, dia merasa cemburu. Dia menghampiri
mereka berdua. Dan menyindir betapa menyedih kan nya keadaan Ya, jadi dia
menebak kalau Ya pasti tidak akan berani memukul nya. Dan dengan kesal, Ya pun
bertanya, apakah Tom ingin merasakan pukulannya.
Tapi sebelum terjadi keributan, Fae langsung menengahi mereka berdua.
Dia mengingat kan Tom kalau ini adalah pernikahan kakak Tom, jadi seharusnya
Tom tidak membuat masalah. Dan begitu juga Ya. Lalu setelah mengatakan itu, Fae
pun pergi meninggal kan mereka berdua.
“Mari bertarung dengan adil sekali lagi. Untuk mengakhiri nya,” tantang
Tom.
“Bagaimana dengan hari ini?” balas Ya, setuju. Dan Tom pun mengiyakan.
Anik berterima kasih kepada paman dan bibinya, Non dan Suk, karena
mereka telah banyak membantu nya dalam mengurus pernikahan ini. Dan dengan
ramah, Suk mengiyakan. Sementara Non, dia masih merasa kurang senang kepada
Unthiga.
“Anik, aku berharap kehidupan pernikahan mu akan berjalan mulus,” jelas
Non, mengharapkan yang terbaik untuk Anik. Dan Anik pun berterima kasih. Lalu
untuk kesopanan, maka Unthiga pun berterima kasih juga.
Acara dimulai. Ampu dan Urawee naik ke atas panggung bersama- sama. Dan
semua tamu memberikan tepuk tangan untuk kebahagiaan mereka berdua. Tapi tiba-
tiba saja sesuatu terjadi, dan suasana menjadi tegang.
Itu semua karena, ketika mereka memanggil nama Arm. Arm tidak ada
muncul. Kepadahal mereka harus mengambil foto keluarga.
Arm berniat untuk pergi ke ruangan pernikahan Ampu dan Urawee. Tapi
Nopamat menghentikannya, dan mengingatkannya kalau sekarang sedang ada begitu
banyak tamu. Dan Arm pun menjawab kalau dia tidak akan lama, serta akan segera
kembali nanti. Tapi Nopamat tidak percaya.
“Bagaimana disana?” tanya Arm kepada Sunisa.
“Mereka akan memulai acara.”
“Lihat. Tanpa kamu, mereka masih terus melanjutkan nya. Kamu tidak
berarti apapun untuk mereka,” jelas Nopamat dengan sinis.
Mendengar itu, dengan terpaksa Arm pun tidak jadi pergi ke tempat Ampu
dan Urawee. Dan Nopamat merasa puas.
Yai dipanggil untuk naik ke atas panggung. Dan dengan heran, Yai
bertanya, apakah Arm tidak akan datang. Tepat disaat itu, Sunisa datang
menghampiri mereka.
“Khun Arm tidak bisa datang ke sini. Dia sangat meminta maaf,” bisik
Sunisa dengan pelan kepada Duang.
“Jangan menunggu. Dia tidak akan datang. Ayo,” ajak Duang pada Yai
langsung. Dan mereka berdua pun naik bersama ke atas panggung.
Urawee merasa sangat gugup. Melihat itu, Ampu menenangkannya, dengan
berbisik pelan bahwa Arm pasti akan datang. Dan Urawee pun mengerti.
“Ibu, kamu tidak perlu terlalu mengontrol Khun Po. Jika dia ingin ke
sana, maka biarkan lah dia. Bahkan jika Wee mempunyai seorang Ayah, tapi itu
bukan berarti pernikahan nya akan berjalan dengan baik,” jelas Unthiga kepada
Nopamat.
Dan mendengar itu, Nopamat menatap heran kepada Unthiga yang tampak
memiliki sebuah rencana buruk.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen