Original
Network : TBS
Gunung Otousu,
Prefektur Miyagi.
Seorang pria bernama Tamura Shin. Dia mencoba untuk menyelamatkan Ayahnya
(Sano Bungo) yang berada di bawah tebing. Dia memegang tangannya dan mencoba
untuk menariknya. Dan Sano yang berada di bawah berusaha untuk memanjat tebing.
Namun situasi sangat sulit, di karenakan badai salju yang kuat, sehingga suhu
sangat dingin dan batu tebing menjadi sangat licin.
“Sebulan sebelum
aku lahir, Ayahku menjadi pembunuh. Karena insiden pada tahun 1989 keluarga ku
hancur. Selama 31 tahun, aku hidup membenci Ayahku.”
“Aku! Aku ingin kamu untuk …” teriak Shin sambil masih memegang erat tangan
Ayahnya yang berada dibawah tebing. Dan Sano memandang nya.
Sebuah stasiun TV memberitakan tentang SD Otousu di desa otousu,
perfektur Miyagi. Total 21 anak dan staff di percayai meninggal karena racun
sianida di dalam jus jeruk. Ini adalah sebuah pembunuhan tanpa pandang bulu
yang terjadi di desa otousu. Sebuah desa yang damai di teror. Kasus ini di
tetapkan sebagai salah satu kasus paling kejam dalam sejarah kejahatan Jepang.
Terlebih tersangka nya adalah seorang petugas polisi bernama Sano Bungo.
“Ini sudah 31 tahun setelah insiden pada tahun 1989. Bahkan walaupun sekarang
kita menyambut era baru, Reiwa. Kesedihan masih tersisa. Sano yang di kenakan
hukuman mati terus mengaku tidak bersalah dan dia dituduh secara salah. Itu
membuat kita bertanya- tanya pada pikirannya di penjara,” kata Reporter di TV.
Shin menonton berita yang di siarkan di TV jalanan tanpa ekspresi. Dia
lalu mengambil masker putih dan menutupi wajahnya.
“Selama 31 tahun,
keluarga ku hidup menunduk ke bawah.”
Shin memandang keluarganya yang sedang membersihkan dinding rumah yang
penuh dengan coretan- coretan yang menghina keluarga mereka.
“Kita tidak dalam posisi untuk tersenyum atau menangis di depan publik.
Ingat untuk jangan pernah tertawa atau menangis diluar,” kata Ibu (Sano Kazuko)
kepada Shin.
“Kami takut. Kami
menahan nafas kami di masyarakat.”
Wartawan berkumpul di depan rumah keluarga Shin. Mereka mengajukan
berbagai pertanyaan seputar kejahatan pembunuhan yang di lakukan oleh Sano
Bungo. Suami Kazuko dan Ayah kandung Shin. Dan Kazuko diam sambil menundukkan
kepalanya.
Didalam rumah. Shin dan saudaranya bersembunyi. Mereka menghindari semua
kamera yang mengarah kepada mereka. Sambil memandang Ibu mereka yang terus
menundukkan kepala kepada semua wartawan yang berkumpul di depan rumah mereka.
“Kalian tidak memiliki Ayah. Ingatlah itu,” kata Kazuko dengan tegas
kepada Shin dan saudaranya, sebelum mereka mulai makan.
“Kami hidup dalam
pengasingan.”
Seorang pria bernama Sano Shingo dan seorang wanita bernama Sano Suzu.
Mereka berdua lewat di dekat Tamura. Dan Tamura berjalan melewati mereka juga.
Mereka berdua adalah saudara Tamura.
“Bahkan jika satu
era berakhir tidak ada yang berubah untuk kami. Kenyataan bahwa Ayah kami
adalah seorang terpidana pembunuh akan tetap berbekas untuk selamanya.”
Penjara Miyagi. Sano Bungo duduk menghadap ke dinding dengan ekspresi
kosong.
Shin pulang dan menyambut anaknya
yang masih berada di dalam kandungan Istrinya (Tamura Yuki). “Hey, cepatlah
keluar. Papa dan mama mu begitu bersemangat untuk bertemu kamu,” kata Shin
dengan lembut kepada anaknya.
“Tamura Shin-san,” panggil
Yuki sambil memegang sendok nasi seolah itu adalah mic. “Kamu ingin menjadi
papa yang seperti apa?” tanyanya.
“Ayah ideal ku…” kata Shin sambil berpikir, tapi dia tidak bisa menjawab
nya. Dia tersenyum dan menghindar. Dia mengambil harmonika kecil di meja dan
mulai memainkan sebuah musik.
“Musik apa itu?”
“Ini adalah lagu yang berbekas di telinga ku selama masa kecil ku,”
jelas Shin.
Shin kemudian duduk didekat Yuki. Dan mengatakan bahwa ini adalah
kebahagiaan baginya. Dengan perhatian, Yuki menyemangati Shin untuk terus
berbahagia. Lalu dia menjelaskan kalau dia ingin Shin untuk mengikuti kata hati
Shin dan melakukan apa yang Shin mau.
“Apa yang aku inginkan?” tanya Shin, tidak tahu.
“Sertifikat mengajar. Kita telah bekerja keras dalam mengajar di
falkutas, kan?” jelas Yuki.
“Aku…” kata Shin sambil tertawa. “Aku telah menyerah. Itu tidak mungkin
untuk anak seorang pembunuh,” jelasnya sambil menundukkan kepalanya ke bawah.
“Kasus Ayahmu tidak ada hubungannya dengan mu. Selain itu, dia selalu
mengaku tidak bersalah, benar kan?” tanya Yuki. Dan Shin diam. “Sebenarnya aku
telah mencoba menggali kasus SD Otousu,” jelasnya kemudian. Dan Shin terkejut.
Yuki menunjukkan buku kliping yang dibuatnya. Dia mengumpulkan semua
berita yang ada di koran dan menyusun nya di dalam buku tersebut. Dan dia
menemukan beberapa kecelakaan misterius yang terjadi didesa Otousu sebelum
kejadian di SD Otousu terjadi.
Di januari. Seorang gadis berumur 5 thn meninggal karena keracunan
herbisida (racun untuk membasmi rumput liar di taman). Dalam bulan yang sama,
kakak dari gadis tersebut menghilang. Lalu ada kematian misterius lainnya yang
terjadi desa tersebut juga. Pada waktu itu, mereka semua dianggap sebagai
kecelakaan saja.
“Bukankah aneh ada begitu banyak kasus misterius yang berpusat di desa
itu?” jelas Yuki. “Apa yang membuat Ayahmu bersalah adalah racun sianida yang
di temukan dirumahmu. Tapi itu hanya ada satu bukti saja. Mungkin seseorang
menjebak Ayah mu …” jelasnya.
“Hentikan, Yuki!” bentak Shin dengan kelelahan. Dia tidak mau mendengar
tentang kasus Ayahnya.
Yuki tidak mau berhenti. Dia memegang tangan Shin dan meminta Shin untuk
coba mempercayai Sano, karena bagaimanapun Sano adalah Ayah Yuki. Dia ingin
tahu apa yang sebenarnya terjadi? Dia ingin tahu apakah Ayah Shin benar- benar seorang pembunuh? Dia ingin tahu
itu.
Shin diam. Dia mengingat tatapan mata Ayahnya. Dia mengingat kondisi
keluarga nya. Dia mengingat perkataan Ibunya. Dia mengingat para wartawan yang
datang ke rumahnya. Mengingat semua itu membuatnya merasa sangat stress. “Kamu
tahu. Aku benar- benar bahagia sekarang. Kalian berdua adalah segalanya.”
“Aku mengerti. Tapi …”
“Aku tidak punya Ayah,” tegas Shin. “Itu apa yang aku pikirkan. Aku
tidak akan membiarkan anak ini melalui hal yang sama,” jelasnnya sambil
mengelus perut Yuki. Dan Yuki diam.
Tiba- tiba Yuki merasa perutnya sangat sakit dan jatuh ke lantai. Dengan
panik, Shin segera menghubungi ambulans.
Yuki berjuang untuk melahirkan bayinya di ruang bersalin.
Sementara Shin, dia menunggu dengan cemas di ruang tunggu.
Saat Shin mendengar suara tangisan bayinya. Dia tersenyum senang. Lalu
dia menghampiri Dokter yang keluar dari ruang bersalin.
“Bayinya selamat,” kata Dokter. Dan Shin berterima kasih banyak padanya.
“Tapi Ibunya mengalami preechlampsia (komplikasi
kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi).
Dia sedang berada dalam kondisi bahaya,” lanjut Dokter, menjelaskan.
Shin masuk ke dalam kamar menemui Istri dan bayinya. Dia memegang tangan
Yuki dan memintanya untuk bertahan. Yuki melepas tabung oksigen yang di pakai
nya dan berbicara dengan suara lemah kepadanya. “Shin. Pergi temu dia. Ayahmu
…”
“Eh?”
“Aku ingin mempercayainya… Karena dia adalah Ayahmu… Shin jangan
memandang ke bawah lagi. Jangan melarikan diri dari kebenaran… Lihatlah ke
depan ke masa depan bersama dengan anak ini. Hiduplah…” pinta Yuki. Lalu dia
menutup mata nya dan monitor jantung di samping nya berbunyi.
Shin menangis dan memanggil- manggil nama Yuki. Dokter menarik Shin
untuk menjauh dari Yuki. Tapi Shin tidak mau. Dia meronta- ronta sambil
menangis histeris.
Yuki meninggal. Ayah Yuki ingin mengambil cucunya. Dia menyalahkan Shin
yang telah menyebabkan putri nya meninggal. Sebab putrinya baru saja menikah
dengan Shin, namun putrinya sudah harus menderita bersama dengan Shin. Jadi dia
tidak mau membiarkan cucunya juga menderita. Mendengar itu, Shin merasa sedih
dan ingin menjelaskan. Tapi Kazuko langsung menghentikannya.
“Ayah besan. Kami benar- benar meminta maaf,” kata Kazuko sambil
menundukkan kepalanya.
“Dengan aku
sebagai Ayah, anak ini akan menderita,” pikir Shin dengan sedih. Lalu tiba- tiba saja anak
nya mulai menangis. Dan dia pun segera mengendong serta berusaha untuk
menenangkan anak nya. Namun anak nya sama sekali tidak berhenti menangis.
“Yuki. Apa yang harus ku lakukan?” tanya Shin ke arah foto Istrinya. Dan
lalu dia mengingat perkataan terakhir Istrinya.
Mengingat itu, Shin merasa sedih. Dia memandang ke arah anaknya dan
tersenyum kepadanya. Anak nya balas tersenyum kepadanya. “Aku papa mu. Papamu
disini,” katanya dengan lembut.
“Aku satu- satunya
Ayah anak ini. Tidak peduli apa, aku akan melindungi dia. Untuk Yuki juga.”
Shin membaca buku kliping yang dibuat oleh Yuki.
Kazuko datang dan memberitahu Shin kalau Ayah Yuki akan segera menyuruh
pengacaranya untuk menghubungi mereka. Mendengar itu, Shin menyimpan buku
kliping Yuki dan mendekati Ibunya.
“Ibu. Aku tidak pernah menanyai mu ini sebelumnya. Sano … apa yang ada
di dalam pikiran mu ketika suami mu sendiri di tangkap?” tanya Shin.
“Mengapa kamu menanyai semua ini tiba- tiba?” balas Kazuko, tidak
senang.
“Karena aku tidak tahu jenis orang seperti apa Sano. Selama ini aku
tidak ingin tahu apapun tentang kasus itu karena aku takut. Saat aku lahir, dia
sudah di tangkap, dan di berikan hukuman mati. Aku dikejar oleh media dan di
bully di sekolah. Aku tidak ingin tahu apapun tentang Ayah ku. Tapi bagaiman
jika… ,” jelas Shin. Dia mengingat tulisan di buku kliping Yuki. “Tapi
bagaimana jika Sano tidak bersalah,” jelasnya.
Kazuko membentak Shin supaya diam. Karena menurutnya perkataan Shin
sangat tidak baik untuk apa yang terjadi kepada keluarga korban. Dan dengan
tegas, Shin menjelaskan bahwa dia masih ingin tahu, apakah Ayahnya benar- benar
seorang pembunuh. Dia ingin tahu karena mengingat perkataan terakhir Yuki
kepadanya.
“Aku akan menemui Sano. Aku akan menemui dia langsung dan bertanya. Jika
Sano salah dituduh, maka anak ini akan bisa hidup tanpa menderita seperti aku,”
jelas Shin sambil memandang ke arah anaknya. Dan Kazuko pun diam.
Shin duduk dihadapan altar Istrinya. Dia tersenyum dan memberitahu Yuki
bahwa dia akan menamai anak mereka Miku. Supaya anak mereka bisa hidup di masa
depan yang bersinar. Miku ditulis seperti Mirai (masa depan). Dia berjanji
kepada Yuki bahwa dia akan memastikan anak mereka hidup bahagia.
Perfektur Miyagi.
Setelah menitipkan putrinya, yaitu Miku, untuk di jaga oleh Ibunya. Shin
pun memulai perjalanannya. Dia memutuskan untuk mengunjungi desa Otousu
terlebih dahulu, dimana kasus terjadi. Sebelum dia pergi menemui Ayahnya nanti.
Bekas Desa Otousu.
Setelah kasus SD Otousu, desa menjadi di tinggalkan. Tidak seorang pun
yang tinggal di desa itu lagi. Tanah lapang yang semula adalah SD Otousu juga
telah kosong. Shin menaruh bunga di dekat sana dan berdoa untuk orang- orang
yang meninggal disana.
“31 tahun lalu.
Apakah Sano benar- benar pelaku di balik kasus tersebut? Atau mungkinkah itu
orang lain?”
Tiba- tiba kabut tebal mengerubungi Shin. Dan batu yang semula ada
dihadapan Shin pun menghilang. Dengan segera, Shin ingin pergi darisana. Tapi
dia tidak bisa keluar.
“Apa ini? Apa ini?” tanya Shin dengan bingung. Lalu dia menjerit.
Kabut menghilang. Shin terbangun dan menemukan ada sebuah bangunan
sekolah di depan nya. Itu adalah SD Otousu yang seharusnya sudah menghilang.
“Apa yang terjadi?” gumamnya, berpikir.
Shin berlari menuju ke gerbang desa. Disana dia melhat bangunan desa
telah berubah seperti baru. Dan dia merasa sangat heran.
Shin lalu berlari ke sebuah supermarket dan memanggil- manggil apakah
ada orang disana. Tapi tidak ada jawaban.
Shin kemudian berlari ke kuil. “Aku
mungkin bisa menemukan sesuatu jika aku memanjat ke tempat yang tinggi,”
pikirnya.
Sesampainya di dekat kuil, Shin menemukan seorang gadis kecil pingsan di
sana. Di pipi gadis tersebut ada sebuah bekas merah Bekas yang sama seperti
kakaknya. Dengan cemas, dia berteriak memanggil pertolongan tapi tidak ada
jawaban sama sekali.
Shin membawa gadis kecil tersebut ke klinik untuk di obati, kemudian dia
pun permisi dan berniat untuk pergi. Namun dia berhenti berjalan, ketika dia
melihat tanggal di kalender, 7 Januari 1989. Dia merasa sangat heran. Lalu
tiba- tiba terdengar berita di TV.
“Era baru ini akan menjadi Heisei. Hei dari heiwa (damai) dan sei dari
seiko (sukses),” kata reporter di berita TV. Shin merasa masih tidak yakin.
“Jadi era baru ini adalah Heisei. Masih kelihatan tidak nyata, kan?”
komentar seorang perawat yang lewat. Dan mendengar itu, Shin merasa sangat
bingung.
Shin tiba- tiba teringat akan sesuatu. Dia duduk dan membuka tasnya. Dia
mengeluarkan buku kliping milik Yuki dan membacanya. “7 Januari 1989. Sano Suzu
dari SD Otousu jatuh dari tangga kuil,” bacanya. “Sano Suzu? Jadi gadis itu adalah kakak ku? Oh ya, dia bilang bekas di
wajahnya di sebabkan oleh radang dingin saat SD dulu.”
Tiba-tiba Shin mendengar teriakan seseorang yang memanggil nama Sano.
Dan mendengar itu, Shin pun segera keluar dari ruang tunggu. Dan disana dia
bertemu dengan Ayahnya. Dia mengingat tentang semua berita buruk yang dikabarkan tentang Ayahnya. Dan
mengingat itu, dia merasa sangat jijik kepada Ayahnya sendiri.
“Dia membunuh 21
orang. Seorang pembunuh yang melakukan kejahatan tanpa pandang bulu. Pria ini
adalah Ayah ku.”
Dalam mitologi
Yunani ada episode yang disebut ‘Kapal Theseus’. Kapal yang dilayarkan oleh
pahlawan. Kapal itu dipelihara. Kayu yang
sudah mulai membusuk satu persatu. Segera semua bagiannya di ganti
dengan yang baru. Sekarang, sebuah kontradiksi muncul disini. Apakah kapal yang
sudah ‘dipulihkan’ masih sama dengan aslinya?
Kapal Theseus
Episode 1
Sano berjalan melewati Shin, sebab dia belum mengenal Shin. Dan Shin pun
hanya diam saja sambil memperhatikannya.
Dokter menjelaskan kepada Sano tentang kondisi Suzu. Menurut hasil
X-Ray, Suzu akan baik- baik saja. Dan Sano merasa sangat bersyukur. Dokter
kemudian menunjuk ke arah Shin yang berdiri di luar pintu. Dia menjelaskan
kalau Shin adalah orang yang telah menyelamatkan Suzu.
Mendengar itu, Sano pun segera mendekati Shin untuk berterima kasih. Dia
mengulurkan kedua tangan nya kepada Shin. Tapi Shin ragu untuk menyentuh tangan
Ayahnya tersebut, karena mengingat pembunuhan yang telah dilakukan oleh
Ayahnya. Jadi dia pun menghindari Ayahnya.
Dengan ramah, Sano memperkenalkan dirinya. Dan Shin pun teringat tentang
perkataan Ibunya kalau dia tidak memilik Ayah. Mengingat itu, dia tampak sangat
jijik pada Ayahnya.
“Boleh aku tahu darimana kamu? Apa kamu sedang traveling disini? Tapi
jarang untuk turis datang ke sini,” kata Sano dengan ramah.
“Aku hanya lewat saja,” balas Shin. Lalu dia segera mengambil barangnya
dan berniat untuk pergi.
Sano memegang tangan Shin untuk menghentikannya, karena dia ingin
menawarkan tumpangan. Tapi Shin langsung menepis tangan Sano dengan kasar.
“Jangan sentuh aku!” teriaknya. Lalu dia pun pergi.
Sano memperhatikannya dengan tajam. Dia tampak heran.
“Aku harus keluar dari desa ini,” kata Shin dengan panik. Lalu dia pun
keluar dari dalam rumah sakit. Tapi dia berhenti berjalan, saat dia melihat
seorang gadis kecil bermantel pink berdiri di dekat sana. Dia mengingat
perkataan Yuki.
“Di januari.
Seorang gadis berumur 5 thn meninggal karena keracunan herbisida.”
Mengingat itu, Shin mengeluarkan buku kliping Yuki dan membacanya. Untuk
memastikan bahwa gadis kecil tersebut benar adalah korban dalam kejadian
misterius. “7 januari 1989. Anak kedua
dari Klinik Mishima, Mishima Chinatsu mati setelah dia tidak sengaja menelan
racun herbisida di dalam garasi rumahnya. 7 januari 1989… hari ini?!”
Chinatsu berlari ke belakang rumah. “Kakak, apa kamu sudah siap?
Tupainya akan melarikan diri!” teriaknya ke arah pohon tinggi.
“Mishima Chinatsu-chan?”
panggil Shin dengan ragu. Dan sambil memiringkan kepalanya dengan bingung,
Chinatsu bertanya darimana Shin tahu namanya. Dan Shin diam karena tidak harus
menjawab apa.
Shin mengingat perkataan Yuki. “Apa
anak ini berhubungan dengan kejadian SD Otousu?” pikirnya. Lalu dia
mendekati Chinatsu. Dia menanyakan dimana garasi milik keluarga Chinatsu. Dan
dengan polos, Chinatsu pun menunjukkan dimana garasi keluarganya.
Saat masuk ke dalam garasi, Shin segera mencari dimana racun herbisida
berada. Dan saat dia menemukan nya, dia pun mengambilnya.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Chinatsu. “Kamu tidak boleh mengambil
barang kami!” teriaknya.
“Tidak, bukan begitu,” jelas Shin dengan panik. “Ayahmu memintaku untuk
membawakan ini. Ya?” kata Shin beralasan. Lalu dia pun pamit dan berniat segera
pergi.
“Pencuri! Pencuri!” teriak Chinatsu dengan keras. Saat Shin kabur.
Hasegawa Tsubasa. Seorang pengantar koran yang kebetulan lewat di dekat
sana. Dia mendengar teriakan Chinatsu dan memperhatikan Shin yang berlari
pergi.
Shin pergi ke dalam hutan. Dan membuang isi racun herbisisida yang
berada di dalam botol ke tanah. Dia membuang semuanya bahkan dengan botol
kosongnya juga disana. “Anak itu tidak akan mati sekarang,” katanya dengan
lega.
Ketika Shin sedang berjalan, dia tanpa sengaja melihat Sano yang seperti
sedang menyeret Chinatsu. Dan dia pun segera mengikuti mereka berdua, tapi
sialnya dia tersandung ranting pohon dan terjatuh. Ketika dia berdiri, Sano
serta Chinatsu sudah menghilang dari pandangannya.
Shin berjalan tanpa arah untuk mencari mereka berdua. Tapi di tetap
tidak bisa menemukan dimana mereka berdua. Kemudian tiba- tiba seseorang
berteriak memanggilnya.
“Apa yang kamu lakukan dengan berdiri disana?” tanya Kazuko, berteriak.
“Itu berbahaya! Kemari lah!” panggilnya. Dan Shin terkejut melihatnya.
Saat Shin mendekati Kazuko, dia bertemu dengan kakak laki- laki nya yang
masih kecil, Shingo. Dan dia merasa terkejut. “Aku seorang turis. Aku
tersesat,” jelas Shin kepada Kazuko.
“Kamu tidak seharusnya berkeliling di tengah badai salju seperti ini. Oh
ya, disana ada sebuah tempat yang hangat. Mari kesana untuk sekarang,” ajak
Kazuko dengan perhatian.
Kazuko membawa Shin ke klinik. Dan saat dia mengetahui kalau Shin adalah
orang yang telah menyelamatkan putrinya, dia pun berterima kasih. Dan Shin
mengiyakan.
Dokter membuka perban di pipi Suzu dan menjelaskan kalau bekas merah di
pipi Suzu akan menghilang nantinya, sebab Suzu berhasil di temukan lebih cepat,
jadi dia tidak terkena radang dingin. Dengan senang, Suzu tersenyum dan
mengatakan ‘lucky’.
Mendengar itu, Shin teringat tentang wajah kakak nya yang dulu memiliki
bekas merah jelek di pipinya. “Masa lalu
berubah?”
“Syukurlah ya, Suzu-chan!”
kata Akane sambil memeluk Suzu. Dia adalah putri tertua dari Klinik Mishima.
“Ayah mu benar- benar hebat,” puji Suzu.
“Aku mengerti. Aku
bisa mengubah masa lalu. Chinatsu- chan tidak menelan racun herbisida. Itu
berarti kasus SD Otousu bisa dicegah,” pikir Shin dengan senang.
Tiba- tiba terdengar suara teriakan Sano yang berteriak memanggil Dr.
Mishima. Dan Dr. Mishima, Akane, serta Shin, mereka bertiga langsung belari
menuju ke sumber suara Sano yang sedang berada didalam gudang.
“Dia tidak sadarkan diri,” jelas Sano dengan cepat. Dan Dr. Mishima pun
segera memeriksa kondisi putrinya. Hasilnya dia menemukan seperti ada racun di
dalam Chinatsu dan dia pun segera mengendong Chinatsu ke klinik. Dan Akane
mengikuti dengan khawatir.
“Aku sudah membuang
racunnya. Jadi mengapa?” pikir Shin dengan bingung. Lalu dia mengingat saat dia melihat Sano
menyeret Chinatsu di dalam hutan.
“Apa sesuatu terjadi padanya?” tanya Shin kepada Sano yang berjalan melewatinya.
“Aku tidak tahu. Ketika aku menemukan dia, dia sudah berbaring tidak
sadarkan diri,” jawab Sano.
“Itu bohong. Mengapa kamu berbohong? Aku melihat kamu. Kamu berjalan dengan dia,” kata Shin sambil menunjuk Sano dengan penuh kebencian.
“Aku akan menghubungi pos,” balas Sano. Lalu dia pergi.
Sano menelpon pos polisi dan melaporkan tentang Chinatsu yang ditemukan tidak sadarkan diri di dalam garasi. Menurut seorang pengantar koran ada seorang pria mencurigakan yang mencuri sesuatu dari garasi dan melarikan diri. Sano mengatakan itu sambil memandang ke arah Shin yang memiliki ciri- ciri yang sama dengan pencuri di garasi. Dan Shin menundukkan wajahnya.
“Aku perlu berbicara padamu. Tunggu disini,” kata Sano dengan tegas Tapi
Shin tidak peduli dan pergi darisana.
Shin pergi ke kuil. Dia membaca berita tentang Chinatsu di buku kliping. “Aku sudah menyingkirkan racun nya. Tidak mungkin dia akan meminum nya karena kesalahan. Kemudian mengapa dia meninggal? Apa seseorang memaksa dia untuk meminumnya? Sano …” pikirnya dengan curiga.
Dihalaman belakang buku kliping ada foto Yuki. Dan Shin memperhatikan foto itu. “Yuki. Aku tidak akan melarikan diri dari kenyataan lagi. Aku pasti akan mencari tahu apakah Sano benar- benar seorang kriminal atau tidak. Untuk kebaikan masa depan keluargaku. Aku akan mengubah masa lalu,” pikirnya dengan penuh tekad.
Seseorang mengetik pesan di komputer. Meracuni tidak di duga membutuh kan waktu lama. Aku akan pergi dengan
obat itu untuk ‘acara’ seperti yang sudah di rencanakan.
Shin mengunjungin Sano yang sedang berada di kantor polisi. Dan saat
melihat kedatangan Shin, Sano langsung berhenti mengetik di laptop nya dan
menutup nya.
“Aku datang untuk berbicara dengan mu,” kata Shin dengan serius.
Tags:
Theseus No Fune