Sinopsis K-Drama : Chocolate Episode 14-1


Sinopsis K-Drama : Chocolate Episode 14-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, PERUSAHAAN, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI

Kang sudah kembali ke Seoul dan segera pergi menemui Ny. Han di rumah sakit. Ny. Lee yang melihat kedatangan Kang, langsung mengomel panjang lebar karena Kang baru datang. Dia juga marah karena Kang mengabaikan telepon dan pesannya. Apa Kang menandai nomornya sebagai spam?
“Ya, benar,” akui Kang.
Ny. Lee jelas makin kesal. Ny. Han bertanya apakah Kang pergi ke Wando?
“Ada pria di sana yang dahulu menganggapku seperti putranya,” beritahu Kang.
“Astaga, kau menyedihkan sekali,” hina Ny. Lee. “Kau pikir situasimu mengizinkanmu pergi bersantai ke Wando? Bibimu (Ny. Yoon)berusaha keras mengambil alih Geosung sendirian…,” sindirnya karena Ny. Yoon juga ada di dalam kamar. “Maaf. Aku terdengar agak kasar, 'kan? Bibimu (Ny. Yoon ) berusaha, maksudku bekerja keras, mengambil alih Geosung. Dia putus asa mengulur waktunya…”
“Kau bertemu pria itu?” potong Ny. Han dan kembali pada Kang.
“Ya. Aku ingin tinggal di sana dengannya. Aku tak ingin pulang dari Wando,” ujar Kang.
Ny. Lee semakin menggila dan marah-marah. Ny. Han juga marah hingga melempari Kang dengan bantal dan berteriak menyuruhnya kembali ke Wando saja sekarang. Nenek terus berteriak hingga kehabisan tenaga.
--
Jun mengajak ayahnya bertemu, di depan makam Kakek. tn. Lee jelas heran kenapa Jun mengajaknya bertemu di sini tiba-tiba? Katanya ada yang mau di jelaskan, kenapa malah mengajak bertemu di sini? Jun menjawab kalau ini adalah tempat favorit tn. Lee. tn. Lee selalu saja kemari setiap kali merasa kesulitan.
“Karena ayahku satu-satunya orang yang memahamiku… Kenapa kita kemari? Kenapa kau mengalihkan pembicaraan? Apa kau sakit? Sikapmu tiba-tiba aneh. Kau terus mengatakan hal aneh.”
“Apa Kakek sungguh satu-satunya orang yang memahamimu?” tanya Jun lagi.
“Ya, benar. Seluruh dunia, termasuk ibu dan saudara-saudaraku, memandangku rendah. Tapi dia selalu memberi tahu aku yang terbaik dan selalu ada di sisiku. Kenapa? Ada apa? Kau tak percaya? Tanya saja kakekmu. Bukankah aku benar, Ayah? Katamu kepandaian bukan segalanya. Katamu ketidaksempurnaanku membuatmu makin peduli padaku. Benar, 'kan? Kuberi tahu sesuatu. Setelah  kakekmu memberitahuku itu, aku sengaja tak belajar sama sekali. Aku ingin dia lebih peduli padaku. Sejujurnya, kakekmu tak begitu senang dengan ayah Kang, Jae-hun. Itu karena mereka yang pandai cenderung tak manusiawi. Dia selalu berusaha menceramahi ayah kami soal hierarki dan kesetaraan. Sangat tidak sopan. Astaga. Omong-omong, kau sedang kesulitan? Karena itu kita kemari?”
“Aku merasa jenuh di Seoul. Kita juga sudah lama tak kemari karena sangat sibuk.”
“Kurasa bukan itu sebabnya. Rasanya ada yang ingin kau ceritakan,” curiga tn. Lee.
“Aku tak ingat. Aku lupa,” ujar Jun dan beranjak pergi. Wajahnya terlihat sedih juga.
--
Kang sudah kembali ke sanatorium. Dia duduk di taman sambil mengingat pernyataan cintanya pada Cha Young. Dia mengingat kebersamaan-nya dengan Cha Young di Wando.

Cha Young sedang di dapur kantin dan memasak. Sambil memasak, dia memenjamkan mata sekali-kali, seolah merasakan rasa dan aroma dari makanan itu. Setelah selesai, dia menghindangkannya di piring dan memberikannya pada Tae Hyun yang ada di dapur. Tae Hyun menggeleng, tidak mau makan. Dia sudah sangat kenyang karena perutnya sudah penuh. Cha Young memarahinya karena dia kan sudah suruh untuk mencicipi bukan makan sampai habis.
Tae Hyun membalas diri kalau dia tidak bisa berhenti makan karena makanan yang Cha Young masak tadi itu sangat lezat. Dia malah merasa aneh karena Cha Young tidak bisa mencium atau merasakan apapun, tapi rasa makanannya malah lebih baik daripada sebelumnya. Apa Tuhan mengasihani Cha Young?
Cha Young mengabaikan Tae Hyun dan mencoba sendiri masakannya. Tentu tidak terasa apapun. Tae Hyun mencicipinya dan memuji rasanya yang sangat lezat.

Pas saat itu, Kang masuk dengan ceria dan meminta izin untuk ikut mencicipin masakan Cha Young. Dia sangat lapar. Tae Hyun langsung dengan sengaja mendorong tubuh Cha Young ke dekat Kang dan memberikan masakan Cha Young untuk di makan oleh Kang. Kang mencobanya dan memuji rasanya yang sangat enak.
Tae Hyun diam-diam hendak pergi keluar. Tapi, sebelum itu, dia hendak bertanya karena penasaran. Apakah tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua di Wando?
“Dia cerita tak ada yang terjadi?” tanya Kang, balik.
“Benar.”
“Maka tak ada yang terjadi,” balas Kang.
“Tentu. Kalian anak-anak cari kutu saja. Kalian seperti biarawan dan biarawati. Menyebalkan,” gerutu Tae Hyun kesal sambil keluar dari dapur.
Kang meminta Cha Young mencoba memasak masakan lain dan dia akan mencicipinya. Cha Young balik tanya, apa yang ingin Kang makan? Dia akan membuatkannya. Kang langsung menjawab kalau dia ingin makan sesuatu yang butuh waktu lama untuk di buat. Kang tersenyum penuh arti. Wajah Cha Young sampai memerah.

Cha Young mulai memasak dan Kang memperhatikannya. Setelah melihat Cha Young menaruh bumub dan bahan, Kang bisa tahu kalau Cha Young hendak membuat mapo tofu. Kang tampak kecewa karena hanya butuh waktu 5 menit untuk membuat masakan itu. Cha Young hanya diam dan fokus memasak.
“Pengakuan yang kubuat di Wando… Maksudku, pertanyaanku. Kau tak perlu menjawab. Aku akan terus menyukaimu apa pun jawabanmu,” ujar Kang, membuat Cha Young sampai tidak bisa bergerak dan menjawab. “Aku tak akan meminta lebih jika kau menyukaiku. Jika kau tak menyukaiku, aku tak akan marah. Karena jika kau menolakku, itu pun pilihanmu. Dan aku menghormati pilihan yang kau buat.”
Kang menatap Cha Young dengan lekat sambil tersenyum. Cha Young tampak gugup.

Masakan mapo tofu dan sup selesai di buat Cha Young dan di hidangkan-nya pada Kang. Kang memakannya dan memuji rasanya yang lezat. Cha Young tersenyum mendengarnya.
Dan tiba-tiba saja suster Nara berlari masuk ke dalam dapur sambil di kejar oleh pria bertubuh kekar dan berwajah seram. Cha Young dan Kang jelas menghalangi pria itu untuk mendekati Nara. Cha Young sangat kaget dan takut hingga cegukan. Suara cegukannya terdengar oleh Kang. Kang langsung berdiri di hadapan pria itu dan menatapnya dengan sengit.
--
Pada akhirnya, Nara di jewer oleh pria tadi keluar dari sanatorium. Pria itu ternyata adalah ayah dari suster Nara. Dia sangat marah karena putrinya bekerja di sanatorium dan membonginya. Dia menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkan Nara di sekolah perawat agar Nara bisa merawa orang sakit dan membantu orang sembuh. Bukannya agar Nara bisa merawat orang yang akan mati.
“Nilaiku tak cukup untuk dapat kerja di tempat lain. Kau pikir aku penjahat?” balas Nara.
“Benar kau penjahat. Kau penipu yang menipu orang tuamu sendiri. Apa pun alasannya, aku tak akan membiarkanmu tetap di sini walau sesaat. Jadi, pulang sekarang!”
“Tunggu, Pak,” hentikan Yeong Sil yang memperhatikan dari tadi. “Begini, kau tahu… Tak semua perawat di sini punya nilai buruk di sekolah. Kami punya keyakinan dan rasa tanggung jawab…”
“Lalu kenapa?”
“Sekadar informasi, aku lulus Sekolah Keperawatan Geosung dengan nilai tertinggi…,” beritahu Yeong Sil.
“Lalu apa maksudmu?” teriak ayah Nara, marah. “Jangan ganggu aku saat sibuk. Kemari kau,” dan ayah menarik Nara untuk pulang.
Yeong Sil jadi kesal pada dir. Kwon yang daritadi hanya diam dan memperhatikan saja tanpa membantu. Dir. Kwon malah berkata itu adalah yang terbaik. Dia dapat telepon dari rumah sakit utama pagi tadi dan mereka di suruh tidak boleh menerima pasien lagi. Dia merasa sanatorium akan di tutup oleh pusat.
Dir. Kwon kemudian menanyakan Kang ada dimana? Dia dengar kalau Kang di pukul oleh ayah suster Nara tadi. Yeong Sil baru tahu hal itu dan terkejut.
--
Kang ada di atap sanatorium. Dia berusaha membuka mulutnya walau rahang-nya terasa sakit karena habis di pukuli. Pipinya saja menjadi memar. Benar-benar sakit.
Tapi, pas dia melihat Cha Young datang, Kang langsung bersikap seolah dia baik-baik saja dan khawatir. Cha Young datang dengan membawa sarung tangan karet yang sudah di isi es batu di dalamnya. Dia dari tadi sudah mencari Kang untuk memberikan itu, untuk mengobati memar di wajah Kang.

Kang malah sok kuat. Dia tertawa dan berkata kalau tidak terasa sakit. Dia bahkan membual kalau ayah suster Nara tampak tangguh tapi tinjunya sangat lemah. Cha Young tidak mendengarkannya dan langsung mengompres pipi Kang.
“Ayah Perawat Bae, yang melakukan ini kepadamu… Dia baru-baru ini muncul di berita karena menghabisi gangster di Dongdaemun. Dia ketua tim kejahatan serius di Kepolisian Dongdaemun. Dia dikenal sebagai Anjing Gila Cheongnyang-ri. Tapi, aku lega. Menurut Direktur Kwon, kau satu-satunya orang yang lolos dengan satu pukulan setelah menghalanginya,” ujar Cha Young.
“Sejujurnya, aku bersembunyi karena malu,” akui Kang. “Aku malu dipukuli di depanmu.”
“Kenapa kau malu? Tadi kukatakan dia detektif kejahatan serius yang ditakuti gangster.”
“Itu hanya sifat lelaki. Ingin selalu tampak seperti Superman di depan orang yang kau suka,” beritahu kang. Membuat Cha Young terdiam dan jadi hendak kembali ke dapur. “Aku akan berpikir semauku. Aku tahu kau akan berlari kemari dengan kantong es sekalipun bukan aku. Tapi kali ini, aku akan berpikir jauh dan menganggap kau datang karena sangat mengkhawatirkanku. Tidak apa-apa?”

Cha Young terdiam. Dia hanya menundukkan kepala dan langsung turun kembali ke bawah. Sementara Kang, tersenyum bahagia.
--

Cha Young kembali ke dapur. Wajahnya memerah. Dan saat itu, dia baru sadar kalau Kang masih belum menyelesaikan makanan-nya tadi.
Tapi, dia juga mendapat SMS dari Jun. Jun bertanya, dia lapar tapi tidak bisa makan. Dia harus makan apa di saat begini?
--
Jun berada di tempat pembuatan tembikar. Dia tampaknya menghilangkan stress dengan membuat tembikar. Dan dia mendapat balasan dari Cha Young.




Dan berdasarkan pendapat dari Cha Young, Jun mulai berbelanja. Dia membeli nasi instan, kimchi, perut babi dan daun bawang. Juga telur dan ham. Setleah membeli semua itu, dia mulai memagang daging di atas tempat pembakaran sederhana yang sudah di buatnya. Tampak lezat dan menggugah selera. Pertama, daging di panggang bersama bawang putih, kemudian di potong menjadi potongan kecil, terus di tambahkan kimchi dan nasi instan. Semua di aduk menjadi satu dan terakhir tambahkan telur dan potongan rumput laut.
Sambil memasak dia ingat kalau Cha Young menulis dalam pesan-nya kalau itu adalah makanan yang bisa di makan oleh orang yang merasa tertekan. Jun sempat membalas pesan itu dengan bertanya balik, tahu darimana Cha Young kalau dia tertekan?
Flashback
Saat pertemuannya dengan tn. Lee tadi, Jun sempat bertanya satu hal.
“Ayah, ada yang ingin kutanyakan. Kang dan aku… Kenapa harus bertengkar? Aku merasa tahu sebabnya di masa lalu. Tapi aku tak ingat,” tanya Jun.
tn. Lee tidak mampu menjawab pertanyaan itu.
end

Jun memindahkan makanan yang di masaknya ke dalam mangkok. Dia mulai makan dengan lahap. Sangat lahap.
--
Kang mendapat telepon dari Jun. Jun bertanya, apakah Kang sudah makan siang?
--

Dan pada akhirnya, Kang pergi ke tempat Jun. Dia menemukan Jun yang sedang mengangkat kayu untuk menjadi kayu bakar. Melihat yang di lakukan Jun dan lokasi mereka saat ini, Kang jadi penasaran dan bertanya apakah Jun bisa membakar keramik?
“Aku tahu cara melakukan semuanya,” jawab Jun.

Kang kemudian membahas kalau ini adalah hari pertama Jun kembali ke Geosung setelah menjalani hukuman kerja sosial. Jun membenarkan dan karena sudah kelamaan libur, dia jadi malas dan akhirnya bolos.
Jun kemudian mulai memasak lagi untuk Kang. Karena nasi instan-nya sudah habis, jadi dia hanya memanggangkan daging dengan kimchi dan memberikannya untuk di makan Kang. Mereka makan bersama.
“Ada yang ingin kau ceritakan?” tanya Jun.
“Tampaknya kau yang ingin bercerita,” balas Kang. “Apa aku ada masalah denganmu?”
“Ya.”
“Ada apa?”
“Cari tahu sendiri.”
“Aku akan beli soju.”
“Kau pikir jika mabuk aku cerita? Kubilang tak mau minum denganmu.”
“Maka aku pergi,” ujar Kang dan beranjak pergi. “Kau ingin makan bersama, sudah kita lakukan. Selesai, 'kan?”
“Temui Direktur Lee Jong-uk. Atau Direktur Kim Hyo-ik.”
“Siapa mereka?”
“Direktur berpengaruh di Yayasan Geosung. Mereka tak senang dan gugup ibuku menjadi pimpinan pelaksana. Karena itu, mereka bisa membantumu.”
“Kenapa memberitahuku semua ini?” tanya Kang, bingung.
“Lupakan jika kau tak tertarik,” jawab Jun, berusaha cuek dan terus makan daging panggang seorang diri.
Kang bingung melihatnya. Dan akhirnya beranjak pergi. Jun hanya melihatnya.
Flashback

Musim Semi 1995
Kang melihat Jun yang sedang berlutut di hadapan Ny. Yoon. Ny. Yoon berbicara dalam bahasa Inggris, memarahi Jun yang salah 2 soal dalam ujian matematika dan ilmu sosial. Ny. Yoon memarahinya dalam bahasa Inggris. Jun menatapnya dan berkata kalau dia tidak mengerti kata-kata ibunya. Dia meminta ibunya bicara dalam bahasa Korea. Dan itu membuat Ny. Yoon semakin marah.
“Kenapa kau tak mengerti? Kau keluar negeri belajar bahasa Inggris, kenapa tak paham? Bagaimana kau bisa bertahan seperti ini? Kang mungkin tampak bodoh, tapi dia anak yang mengerikan. Kau yakin selalu bisa lebih baik darinya?”
“Aku hanya salah dua dari semua tes. Kali lima, jadi sepuluh pukulan,” ujar Jun, siap menerima pukulannya.

Tanpa ampun, Ny. Yoon menyuruh Jun untuk berdiri. Jun berdiri, mengangkat celana panjangnya hingga betisnya terlihat. Dan Ny. Yoon mulai memukuli betis Jun sebanyak 10 kali dengan penggaris kayu dengan keras. Jun meringis kesakitan setiap kali menerima pukulan.
Kang yang melihatnya saja, seolah dapat merasakan kesakitan yang di alami Jun di kakinya. Dia merasa kasihan pada Jun.
--
Kang menemui Jun yang duduk di tangga. Dia membawakan cokelat shasha.
“Aku hanya tak mengerti. Ibuku juga berkata dia tak mengerti. Kau selalu yang terbaik di sekolah, kau juara tiga hanya sekali. Apa ini masalah besar bagimu hingga tidak makan? Aku di posisi 86. Apa itu berarti aku harus bunuh diri? Coba ini. Ini disebut cokelat shasha. Aku membuatnya sendiri.”

“Aku tak makan itu. Singkirkan,” ujar Jun dan mengibaskan tangan Kang dari hadapannya.
"Aku tahu kau sedang kesal. Tapi jika kau taruh cokelat ini di mulutmu, semua amarahmu akan menghilang. Ambil saja,” bujuk Kang, masih sabar.
Jun tambah marah. Dia mengibaskan tangan Kang dengan keras hingga cokelat itu terjatuh ke lantai. “Kubilang aku tak mau makan itu. Pergi, Berengsek! Kembali ke rumahmu.”
“Aku… Aku bukan orang mengerikan. Aku tidak kemari untuk memangsamu,” ujar Kang, sedih dan terluka. “Aku manusia, bukan monster. Kenapa kau terus memperlakukanku seperti itu? Sungguh, aku hanya manusia. Aku bukan monster,” tanya Kang, menangis. terluka dengan perlakuan Jun
End
Kang dan Jun, kedua saudara itu, teringat akan hal itu. Dan keduanya tampak sedih.
--
Yeong Sil menelpon suster Nara. Dia memberitahu kalau dia akan mengemasi barang suster Nara dan akan mengirimnya ke rumah suster Nara.
Yeong Sil sebenarnya masih kesal karena sanatorium akan di tutup. Dan saat dia kesal, dia mendengar suara gitar yang di mainkan. Karena rasa penasaran, Yeong Sil akhirnya pergi untuk memeriksa siapa yang sedang bermain gitar dan bernyanyi. Dia menyuruh pria itu berhenti bermain karena ini adalah sanatorium dan hal itu bisa mengganggu pasien. Pria itu mengerti dan beranjak pergi sambil membelakangi Yeong Sil.

Yeong Sil jadi penasaran ingin melihat wajahnya. Dan itu adalah pria yang bertabrakan dengannya dan Susan saat mereka pergi ke rumah ibu kandung Michael. Yeong Sil kaget dan mengenali pria itu, Min Dae Sik. Pria itu tertawa senang karena Yeong Sil mengenalinya. Yeong Sil senang dan memberitahu kalau dia sudah mengenali Dae Sik sejak mereka bertabrakan di gang hari itu.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kau keluarga pasien? Siapa?”
Dae Sik tidak menjawab pertanyaan itu dan malah bertanya kalau Yeong Sil belum menikah kan? Dia memuji Yeong Sil yang belum berubah. Entah kenapa, Yeong Sil jadi kesal dan mulai memegang wajah Dae Sik. Dia bisa tahu kalau Dae Sik operasi plastik. Dia mulai menceramahi Dae Sik yang sudah oplas tapi masih juga tidak terlihat tampan. Mukanya tetap saja sama.

Dae Sik malah membalas kalau yang seperti ini sedang tren. Dia mungkin tampak tidak menarik secara sepintas, tapi kalau dilihat dari dekat, Yeong Sil akan jatuh cinta padanya. Yeong Sil malah membahas Dae Sik yang harusnya bersyukur masih hidup walaupun sudah di pukuli gangster. Waktu itu kan tulang hidup dan pipi Dae Sik sampai patah dan akhirnya kehilangan bentuk wajah-nya.
Dae Sik kesal karena Yeong Sil bicara dan memegangnya seolah dia masih anak kecil. Yeong Sil membenarkan dan mengingatka kalau dia yang dulu sering mengganti popok Dae Sik saat masih bayi. Dia senang karena Dae Sik tidak mati.
Dae Sik malah tersenyum manis. Dia juga senang masih hidup dan bisa bertemu dengan Yeong Sil lagi. Yeong Sil sampai takut melihat ekspresi Dae Sik. Dae Sik mendekat padanya. Yeong Sil mendorongnya.
Nuna, sebenarnya, aku kemari karna ingin menanyakan sesuatu,” ujar Dae Sik dan duduk memegang gitarnya. “Saat itu, kenapa kau mencampakkanku?”
Yeong Sil terkejut dan langsung kabur masuk ke dalam sanatorium. Dae Sik terus berteriak mengingatkan hari itu, di saat hujan, di pasar Hwayang. Yeong Sil tidak mau mendengar dan masuk ke dalam sanatorium.
--
King’s Table
Yeong Sil datang menemui Seon Ae dengan membawa sekeping kue dalgona bermotif bitnang di tengahnya (aku tahu kue ini, pernah muncul di running man). Yeong Sil datang dan bertanya alasan Seon Ae tidak datang ke pernikahan orang tua Ye Sol, padahal Ye Sol menunggunya.
“Apa ibu Ye-sol wafat dengan tenang?”
“Ya, dia wafat dengan tenang. Setelah berterima kasih kepada semuanya,” jawab Yeong Sil.

Yeong Sil mencoba mematahkan kue dalgona-nya untuk mendapatkan motif bintang. Tapi, malah terbelah dua. Dia menyuruh Seon Ae mencobanya, dan jika bisa, dia akan mendapatkan bonus. Seon Ae melakukannya dan bisa mendapatkan bentuk bintang dengan sempurna. Yeong Sil memujinya yang hebat. Dia juga memberikan satu kue dalgona lagi.
“Kau akan menyerah?” tanya Yeong Sil. “Kukira kau bekerja di rumah sakit agar kelak bisa memasak untuk Direktur Kwon. Walau dibayar kecil.”
“Kau harus masak untuknya,” ujar Seon Ae.
“Apa?” kaget Yeong Sil. “Kenapa? Aku bahkan tak bisa masak mi instan.”
“Direktur Kwon dan kau bisa menjadi pasangan serasi.”
“Astaga, apa yang kau bicarakan? Kau tahu? Ada pria yang menaksirku. Dia tujuh tahun lebih muda dariku. Dan dia lajang. Dia tinggi dan bertubuh bagus. Dan beralis tebal. Dia mungkin tampak tak menarik sepintas, tapi jika dilihat dari dekat, dia punya pesona. Dia seperti itu,” beritahu Yeong Sil.
Tapi, ekspresi Seon Ae tampak tidak percaya. Yeong Sil mengalihkan dengan membahas mengenai bossam kimchi. Dia memberitahu kalau dir. Kwon sangat menyukai bossam kimchi. Dir. Kwon suka bahan mahal yang ada di bossam kimchi. Seon Ae bersemangat mengetahui itu, tapi kemudian menjadi sedih lagi karena Dir. Kwon tidak akan memakan masakannya.


Post a Comment

Previous Post Next Post