Network : tvN Netflix
Seo Dan dan Myeong
Eun datang ke desa Jung Hyuk untuk mencari apatermen. Dan melihat kedatangan
nya, Young Ae menyuruh Ibu lain serta Ok Geum untuk menunjukkan siapa pemimpin
di desa ini kepada mereka berdua dan buat mereka untuk hormat. Semua ini demi
Sam Suk (nama samaran Se Ri).
“Aku ibu
tunangan Kapten Ri Jung Hyuk dari unit perbatasan,” kata Myeong Eun,
memperkenalkan dirinya sendiri. “Aku ingin mencari apartemen di sini.”
“Itu pasti
sulit,” balas Ibu lain dengan wajah meremehkan. “Sulit karena tidak ada yang
kosong.”
“Aku tahu
gedung apartemen di pintu masuk desa sedang kosong. Aku sudah dengar. Omong-omong,
kamu tampak lebih muda dariku. Seperti itukah caramu menghormati yang lebih
tua,” jelas Myeong Eun dengan sikap mengintimidasi seperti preman. Dan para Ibu
disana tertawa tertahan melihat adegan di depan mereka semua.
Seo Dan
menghentikan Ibunya, dan mengajak nya untuk mencari di tempat lain saja. Tapi
Myeong Eun tidak mau. Dia menepis kan tangan nya ke udara dan menyuruh Seo Dan
untuk jangan menahannya. Dan dengan jujur Seo Dan mengatakan bahwa dia tidak
ada memegang tangan Myeoung Eun. Mendengar itu, Ibu lain tertawa.
“Aku tahu kamu
tak berpendidikan, tapi ini memalukan. Kamu seharusnya baik kepada orang asing.
Sikap apa ini?” kata Myeong Eun dengan kesal. Dia berbicara dengan sedikit
campuran bahasa Inggris.
“Aku tidak
mengerti ucapan mu,” balas Ibu lain.
Mendengar
keributan itu, para Ibu- Ibu yang menonton langsung berdiri dan bersiap untuk
menyiram kan air kepada Myeong Eun. Namun sebelum mereka melakukannya, Young Ae
datang. Dengan bangga Young Ae memperkenalkan dirinya sebagai Istri Kolonel
Senior yang merupakan bos dari Ri Jung Hyuk. Dan Myeong Eun pun langsung
merubah sikap nya menjadi hormat serta sopan kepada Young Ae.
“Aku tidak
menduga bisa bertemu orang semulia dirimu di jalan,” kata Myeong Eun dengan
lembut. “Dan, kemarilah dan sapa dia,” katanya memanggil Seo Dan. Namun Seo Dan
sama sekali tidak mau maju ataupun menyapa semuanya.
Myeong Eun
bersikap sangat sopan dan ramah kepada Young Ae, bahkan dia menawarkan untuk
minum segelas jus bersama. Dan Young Ae menolak untuk minum bersama, serta dia
langsung menanyakan, kenapa Myeong Eun membutuhkan apatermen.
Myeong Eun
dengan senang menjelaskan tentang Seo Dan yang akan segera menikah dengan Jung
Hyuk, jadi dia pun ingin mencarikan apatermen untuk mereka berdua. Young Ae
mengerti, tapi sebelum dia sempat berbicara, Myeong Eun langsung menyela dengan
pura- pura pikun.
“Aku benar-
benar pikun. Aku pemilik mal di Pyongyang. Mungkin karena itulah aku punya
barang-barang ini di tasku. Berat sekali,” kata Myeong Eun membanggakan produk
kecantikan yang dibawanya. Dan dia membagikan semua itu kepada mereka. “Saat
aku datang lagi, aku akan membawakan barang yang kalian butuhkan,” jelas nya
dengan bangga. Lalu dia memasukkan satu kotak lagi ke dalam kantong Young Ae
sebagai suap. Dan menerima semua itu, mereka merasa senang.
Young Ae,
Ibu lain, dan Ok Geum. Mereka dengan bersemangat membawa Myeong Eun serta Seo
Dan ke apatermen disekitar tempat mereka.
“Lagi pula,
pernikahan itu pasti disetujui kedua keluarga,” kata Ok Geum, berkomentar. Dia
tidak lagi mendukung Se Ri dan memilih untuk mendukung Seo Dan mulai sekarang.
“Biasanya, tidak
ada salahnya mendengarkan orang tuamu,” kata Young Ae, setuju.
Ok Geum
dengan bersemangat menjelaskan tentang keunggulan apatermen di tempat itu. Dan
Ibu lain juga dengan bersemangat ikut menjelaskan. Merasa senang dengan
penampilan Ok Geum, maka Myeong Sun pun memberikan satu kotak lagi kepada Ok
Geum. Dan Ibu lain merasa sedikit iri.
Mereka semua
masuk ke dalam lift. Dan Ibu Lain memberitahu penjaga lift untuk menekan tombol
lantai 5. Lalu dia menjelaskan kepada Myeong Eun serta Seo Dan bahwa lantai 5
adalah yang terbaik. Dan baru saja dia mengatakan hal itu, tiba- tiba lift mati
dan berhenti.
Myeong Eun
dan Seo Dan merasa terkejut serta ngeri. Sementara yang lainnya bersikap biasa
saja. Ibu Lain menjelaskan dengan bangga kepada mereka bahwa inilah sebabnya
lantai 5 yang terbaik, karena masih bisa di capai dengan tangga bila lift mati.
Sebab kenalannya ada yang tinggal di lantai 17, dan saat ada pemadaman, kenalan
nya ini tidak bisa menaiki semua tangga jadi kenalan nya ini pun terpaksa
kembali ke kamp dan tidur disana.
Mendengar
itu, Myeong Eun dan Seo Dan merasa ngeri. Namun tanpa menyadari hal itu, mereka
semua sibuk membuka pintu lift degnan tangan dan nmemanjat naik ke atas.
“Jangan
khawatir. Ayo keluarlah,” kata Ibu Lain dan Ok Geum, membantu mereka berdua
untuk keluar dari dalam lift dan naik ke atas.
Didalam
apatermen. Myeong Eun merasa senang, ketika melihat ada sebuah kulkas disana.
Namun saat dia membuka kulkas tersebut, ternyata isinya adalah buku. Dan dia
langsung merasa sangat kecewa.
“Sempurna
untuk menyimpan buku. Di bagian bawah, bisa menaruh pakaian,” kata Ibu Lain,
menjelaskan.
“Listrik di
sini tidak stabil, jadi, kulkas hanya untuk dekorasi. Sangat cocok untuk
menyimpan barang,” tambah Ok Geum, menjelaskan. Dan Young Ae setuju. Sementara
Myeong Eun dan Seo Dan merasa sangat syok, bukan hanya terkejut biasa saja lagi.
Kemudian
dikamar mandi. Disana ada seekor kambing di bak mandi. Ceritanya pemilik
apatermen membesarkan kambing tersebut untuk di potong saat putra nya masuk
kuliah. Tapi ternyata putranya tidak sepandai itu, jadi kambing itu pun tidak
jadi di potong.
Myeon Eun
dan Seo Dan merasa semakin syok banget.
Seo Dan
kemudian pergi ke teras kamar. Dan kaget karena ada ayam disana. “Mereka
pelihara ayam juga?” tanyanya.
“Kami
pelihara ayam di teras. Di Pyongyang, kalian pelihara ayam di mana?” balas Ok
Geum, menjelaskan. Lalu dia mengambil telur ayam yang berada di dalam kandang.
“Mau
lanjutkan turnya sendiri?” tanya Seo Dan dengan pelan kepada Ibunya. “Aku mau
bertemu Jung Hyuk,” jelas Seo Dan. Dan Myeong Eun setuju.
Seung Jung
terus mencoba untuk menelpon Se Ri, tapi nomor Jung Hyuk sama sekali belum bisa
di hubungin juga. Dan dia pun merasa khawatir kepada Se Ri. Tepat disaat itu,
Seung Jung melihat sebuah taksi berhenti di depan rumah Jung Hyuk, dan dia pun
mengira kalau itu Se Ri. Tapi ternyata itu adalah Seo Dan, dan dia pun merasa
heran.
Seo Dan ragu
untuk mengetuk pintu rumah Jung Hyuk. Dia mengeluarkan cermin dan berkaca
terlebih dahulu disana untuk menata gaya rambut mana yang bagus.
Seung Jung
menepuk bahu Seo Dan dari belakang, dan Seo Dan melonjak kaget. “Sedang apa
kamu?” tanyanya dengan terkejut.
“Itu
pertanyaanku. Sedang apa, Nona Seo Dan?” balas Seung Jung. “Benar juga. Kamu ke
desa ini saat kuberi tumpangan. Kenapa kemari lagi?”
Seo Dan
menjelaskan dengan malu- malu bahwa tunangannya tinggal di rumah ini. Dan Seung
Jung terkejut, karena setahunya Se Ri juga tinggal di rumah tersebut. Melihat
reaksi Seung Jung yang tampak terkejut, Seo Dan merasa heran dan bertanya
apakah Seung Jung kenal dengan Jung Hyuk.
“Aku juga
menunggu dia. Dia tidak ada di rumah. Jika mau, kamu bisa tunggu dia di mobilku.
Diluar dingin,” jelas Seung Jung. “Ah, kamu lebih cantik berambut terurai. Aku
tadi melihat mu. Rambutmu lebih cantik terurai,” jelas nya memberikan saran.
“Aku tidak
begitu paham maksud mu,” balas Seo Dan sambil menyimpan kembali cerminnya.
“Kamu pasti paham,”
kata Seung Jung dengan yakin. Lalu dia membuka kan pintu mobilnya. Dan Seo Dan
pun masuk ke dalam nya.
Jung Hyuk
dan Se Ri saling curi- curi pandang, saat suster datang untuk memeriksa suhu
tubuh Jung Hyuk. Dan suster merasa heran, karena Jung Hyuk tidak deman, tapi
kenapa wajah Jung HYUk sangat merah. Mendengar itu, Jung Hyuk dan Se Ri sama-
sama merasa gugup langsung.
Suster
menebak, apakah wajah Jung Hyuk memerah karena Jung Hyuk melihat sesuatu yang
tidak seharusnya. Dan Jung Hyuk langsung menggeleng pelan.
“Akulah yang
melihat sesuatu yang tidak seharusnya,” kata suster, bercerita. “Semalam, aku
melihat dua orang bercumbu di kegelapan. Pasti sudah mau kiamat. Kejadiannya di
tengah malam. Vulgar sekali, 'kan?” tanya Suster. Dan Jung Hyuk serta Se Ri
bertambah gugup.
“Semua orang
tidur saat itu,” kata Se Ri dengan sikap yang berusaha untuk terlihat tenang.
“Saat
semuanya tidur, mereka seharusnya tidur juga. Kenapa harus keluar saat hujan dan
melakukannya?” jelas suster.
“Aku yakin
tidak seburuk itu,” kata Jung Hyuk, berbicara.
“Aku
melihatnya, dan menurutku buruk. Kamu tahu apa?” balas suster.
Tiba- tiba
saja tekanan darah Jung Hyuk naik dan detak jantung Jung Hyuk pun juga semakin
cepat. Sehingga itu membuat suster merasa terkejut serta khawatir. Dia langsung
menyuruh Jung Hyuk untuk beristirahat total, lalu dia pergi untuk memberitahu
Dokter.
Dan suasana
kamar tiba- tiba menjadi hening. Jung Hyuk serta Se Ri sama- sama diam. Namun
tiba- tiba Jung Hyuk merasa seperti Se Ri ada berbicara, jadi dia pun bertanya,
apa yang Se Ri katakan. Dan Se Ri menggelengkan kepala serta menjawab bahwa dia
tidak ada mengatakan apapun.
“Lalu kamu
sedang apa?” tanya Jung Hyuk.
“Ada lubang
di seragammu karena tembakan. Aku sudah mencuci noda darahnya. Aku akan
menjahitnya dengan rapi. Aku tampak tidak cakap, tapi aku menguasai industri
mode Asia,” jelas Se Ri dengan bangga. Lalu dia menghela nafas dan mulai
berbicara dengan serius tentang kejadian semalam.
Se Ri
memberikan tiga pilihan kepada Jung Hyuk. Pertama, lupakan kejadian semalam dan
bersikap seperti biasa. Kedua, lupakan kejadian semalam dan jangan bahas lagi.
Dan Jung Hyuk merasa itu sama saja. Tapi bagi Se Ri itu sedikit berbeda.
“Yang
ketiga?” tanya Jung Hyuk.
“Sejujurnya,
kita bukan remaja lagi. Jangan saling menekan dengan hal remeh,” jelas Se Ri.
“Itu juga
agak berbeda?” tanya Jung Hyuk, heran. Dan Se Ri mengiyakan. “Aku pilih yang
ketiga,” kata Jung Hyuk memutuskan.
“Kau pilih
yang ketiga?” tanya Se Ri, memastikan. Dan Jung Hyuk mengiyakan. “Tampaknya kejadian
semalam bukan hal penting,” gumam Se Ri dengan nada kesal dan kecewa.
“Kamu
menyuruhku memilih …” kata Jung Hyuk, merasa tidak enak.
“Benar. Aku bilang begitu. Pilihanmu tepat. Tapi artinya kamu merasa tertekan, ya?” tanya Se Ri dengan sarkatis. “Aku paham. Kau kemarin tertembak, lalu dioperasi, dan masih dipengaruhi obat bius, lalu saat itu sedang hujan, dan aku menangis. Kau mungkin mengikuti impulsmu. Aku paham,” sindirnya.
“Tapi …”
“Aku tidak menekanmu,” kata Se Ri sambil mengangkat tangannya untuk menghentikan Jung Hyuk berbicara. “Aku benci itu. Kontak fisik kecil bukan masalah besar bagiku. Mari kita bersikap santai,” jelas Se Ri dengan sikap ramah yang mematikan. Lalu dia memotong benang dengan mulut nya. Dan pergi dengan alasan mau mengembalikan alat jahit.
Dengan
heran, Jung Hyuk pun diam dan memandangi Se Ri.
Saat Jung Hyuk melihat ke arah pakaian nya yang telah selesai di jahit oleh Se Ri. Dia melihat sebuah tanda hati merah. Dan dia tersenyum senang.
Sersan Pyo, Ju Meok, dan Eun Dong, datang bersama ke rumah sakit untuk menjenguk Jung Hyuk serta Letnan Park. Mereka menjelaskan kalau untuk datang ke sini mereka sampai harus mencari alasan, dan jadi terpaksa membawa semen.
“Kapten Ri
baik-baik saja? Aku terkejut mendengar kabarnya,” kata Eun Dong, cemas.
“Dia tak
apa-apa. Jangan khawatir,” balas Se Ri, menenangkan nya.
“Kabar yang lebih buruknya, kau tak bisa pergi lagi. Bagi kami, ini paling menyedihkan,” kata Sersan Pyo dengan sinis seperti biasa.
Dan seperti
biasa, Ju Meok yang menerjemahkan nya. “Dia sekarang bilang begitu, padahal
cemas saat mendengar kabarnya kemarin,” jelas nya.
Se Ri
sedikit tidak percaya. Dan dengan malu- malu Sersan Pyo mendengus, sehingga Se
Ri tahu kalau apa yang Ju Meok katakan adalah benar.
Ju Meok kemudian memberikan makanan yang mereka bawakan. Dan Se Ri cukup senang menerima itu, sebab di rumah sakit ini hanya ada nasi tanpa lauk, jadi tadi dia pun membeli beberapa barang dan membuatkan bekal untuk Jung Hyuk. Dan seperti biasa, Sersan Pyo mengejek Se Ri. Dengan kesal, Se Ri pun memandangin Sersan Pyo dengan tajam.
Saat masuk ke dalam kamar, Se Ri merasa heran karena Jung Hyuk sudah tidur. Kepadahal dia yakin kalau barusan Jung Hyuk masih bangun.
“Kapten Ri
tampak pucat,” komentar Eun Dong.
“Kalau yakin
dia akan pulih?” tanya Ju Meok. Dan Se Ri mengangguk. “Aneh melihat orang
sekuat dia terkapar di kasur.”
“Dia tampak
berbeda, 'kan?” tanya Sersan Pyo.
“Dia tidak
berbeda sama sekali,” jawab Se Ri dengan bingung.
Sersan Pyo mempertanyakan, kenapa Jung Hyuk bisa sambil tertembak dan dia mengomentari kalau Jung Hyuk seharusnya tidak berpura- pura gesit. Dan mendengar itu, Jung Hyuk mengepalkan tangan nya menahan rasa kesal.
“Kamu tidak
dengar sebelumnya? Dia berusaha melindungiku. Dia tertembak saat melindungiku,”
jelas Se Ri, membela Jung Hyuk.
“Mm… dia tak bisa menghindari pelurunya,” balas Sersan Pyo dengan sikap mengesalkan seperti biasa. “Kita tidak bisa lewatkan bahwa Kapten Ri gagal menghindari pelurunya karena terlalu cepat. Kita tahu seperti apa. Ini tidak seperti film. Kau tidak bisa menghindari peluru,” jelas Sersan Pyo.
Se Ri
memperhatikan Jung Hyuk, dan menyadari kalau seperti nya Jung Hyuk hanya sedang
berpura- pura tidur. Jadi dia pun menyuruh semuanya untuk pergi. Dan mereka
semua pun pergi darisana.
Sesudah mereka semua pergi, Se Ri langsung menyuruh Jung Hyuk untuk membuka mata, karena dia sudah tahu kalau Jung Hyuk hanya berpura- pura tidur. Dan Jung Hyuk pun membuka matanya secara perlahan, lalu dia menjelaskan bahwa dia terlalu malu untuk menghadapi mereka semua.
“Katakanlah.
Kamu gagal menghindar?” tanya Se Ri dengan serius. Dan Jung Hyuk mendengus
geli, serta membalikkan badannya. Tapi Se Ri langsung menahan Jung Hyuk.
“Begitukah?”
“Aku tidak
berusaha menghindar,” jelas Jung Hyuk. Dan Se Ri merasa bingung kenapa. “Jika
aku menghindar, kamu yang tertembak.”
Se Ri mengaku bahwa dia merasa terharu, tapi dia tidak ingin Jung Hyuk melakukan ini lagi. Dan jangan sampai mereka mengalami ini lagi. Serta jika kejadian ini sampai terulang lagi, dia ingin Jung Hyuk jangan berusaha sok keren dan menghindar.
“Kamu juga. Jika
sampai terulang lagi, jangan tetap tinggal karena aku. Pergi saja,” kata Jung
Hyuk dengan serius.
“Kamu selalu
bisa membantahku.”
“Aku serius.
Berpikir kamu bisa saja kembali ke Seoul membuat hatiku sakit.”
Se Ri
meminta Jung Hyuk tidak perlu khawatir, karena Seung Jung telah berjanji akan
mengabari keluarga nya. Jadi sekarang keluarganya pasti tahu bahwa dia masih
hidup.
Seung Jung terus menunggu di luar rumah Jung Hyuk. Dan semakin lama, dia merasa semakin dingin, jadi dia pun masuk ke dalam mobil. Lalu saat dia melihat Seo Dan sedang sibuk bermain game, dia pun mau juga dan menanyakan apa nama game nya. Serta meminta untuk mencoba bermain juga. Tapi Seo Dan tidak mau meminjamkan hp nya.
“Seo Dan, berapa usiamu? Kamu begitu dangkal,” keluh Seung Jung. “Apa nama game nya? Biar kuunduh,” tanyanya.
“Tidak bisa
kamu unduh. Jika kau ke Pyongyang, pergilah ke Pasar App dan minta mereka
mengunduhnya,” jelas Seo Dan sambil masih sibuk bermain game. Sebab hp di Korea Utara tidak memiliki app seperti Play Store. “Pasar App. Ada
di Pasar Bongsa, Pyongyang.”
“Tidak
mungkin. Harus beli app di pasar sungguhan?” tanya Seung Jung, tidak menyangka.
“Mau
bertanya berapa kali lagi? Aku harus konsentrasi,” keluh Seo Dan, kesal.
Seung Jung menyindir, bukankah Seo Dan sedang menunggu Jung Hyuk, tapi kenapa Seo Dan malah tidak tampak khawatir sama sekali kepadahal Seo Dan tidak bisa menghubungi Jung Hyuk. Dan dengan malu Seo Dan langsung berhenti bermain game nya.
“Mi apanya?”
dengus Seo Dan.
Dengan lahap. Seo Dan memakan mie yang dibelikan Seung Jung. Dan Seung Jung menatap nya dengan heran. Seung Jung kemudian menanyakan, bagaimana Seo Dan dan Jung Hyuk bisa bertunangan. Dan Seo Dan pun menjelaskan bahwa itu sudah lama di tetap kan. Intinya mereka di jodohkan dan mereka sudah menetapkan tanggal pernikahan bulan depan.
Seung Jung
membahas kembali tentang kejadian Jung Hyuk menginap di hotel bersama dengan
wanita lain, yaitu Se Ri. Dan mendengar itu, mood Seo Dan langsung rusak. Dia
menjelaskan kalau saat itu, Jung Hyuk dan Se Ri tidak tidur sekamar, melainkan
mereka tidur dikamar yang terpisah, dan mereka berdua bersama- sama karena
mereka sedang menjalankan misi rahasia.
“Itu … kami
akan segera menikah,” jawab Seo Dan dengan gugup.
“Memang
kenapa?” teriak Seo Dan.
“Kamu mendadak bicara santai,” keluh Seung Jung, terkejut. “Jadi, begini, alasan seseorang merasa gelisah karena dia tidak tahu akhirnya. Haruskah kami pacaran? Atau putus? Aku ditolak? Apakah kami bahagia? Kita tidak tahu bagaimana akhirnya. Kamu harus penasaran, dan gelisah. Jantungmu harus berdebar untuk merasakan daya tarik.”
Seo Dan
menebak, apakah itu mungkin karena mereka sudah menetapkan tanggal pernikahan.
Dan Seung Jung menyarankan Seo Dan bahwa seharusnya Seo Dan menangkap hati Jung
Hyuk terlebih dahulu, sebelum menetapkan tanggal pernikahan. Dan Seo Dan
mendengus kesal. Lalu dia memesan sebotol soju.
“Aku hampir
dijodohkan. Tapi gagal. Begitu itu terjadi, jantungku mulai berdebar. Aku tidak
bisa melupakan nya,” kata Seung Jung dengan sedih. Lalu dia meminum soju di
dalam gelas nya.
Tags:
Crash Landing On You