Sinopsis J- Drama : Theseus No Fune Episode 2 - part 1


Original Network  : TBS

“Insiden yang terjadi di SD Otousu pada tahun 1989. Insiden itu terjadi di ruang serbaguna kecil. Mereka menangkap pelaku bernama Sano Bungo, ayahku. Kami menjadi keluarga pembunuh dan Heisei adalah periode kelam untuk kami.”


“Ketika aku mencoba mencari kebenaran dari Insiden tersebut, ntah bagaimana aku kembali ke masa lalu. Disana aku bertemu Ibu ku yang selalu tertawa bahagia bersama dengan dua saudara ku. Tidak peduli apa yang terjadi di masa depan, aku hanya ingin meribut kan tentang keluarga ku.”

“Pria yang seharusnya menjadi kriminal berubah menjadi Ayah terbaik di dunia.”

Shin bermain bersama dengan Sano dan kedua saudaranya. Saking asyiknya bermain, Sano tidak sengaja menabrak dinding di belakang nya dan membuat foto keluarga nya terjatuh serta robek

Kazuko sedang sibuk menerima telpon dan setelah selesai dia memarahi mereka semua. “Terlalu berisik! Aku sedang telponan!” bentaknya sambil menatap tajam kepada mereka semua. Dan Sano serta kedua anak nya menunjukkan ekpresi bersalah sambil cengengesan.
“Maaf,” kata Shin sambil tersenyum kecil.

“Shin-san,” kata Kazuko dengan bahagia. “Lamaran mu sebagai guru sementara di SD Otousu sudah diterima!” jelasnya. Dan Shin berterima kasih dengan tulus, tapi dia sedikit merasa ragu sebab dia tidak memiliki lisensi mengajar. “Dia bilang tidak apa- apa. Lalu kamu bisa menggunakan pakaian suami ku. Dia akan menemani kamu sebagai penjamin untuk identitas mu juga,” jelas nya dengan ramah.

“Apa itu baik- baik saja untuk bergantung pada nya?” canda Suzu.
“Apa ada orang lain lagi yang bisa di percayai selain orang bodoh seperti ku?” balas Sano. Dan semuanya tertawa dengan gembira.
“Keluargaku selalu tertawa sampai kejadian itu terjadi.”

Kazuko memungut foto keluarga mereka yang robek. Dan Shin memperhatikan itu.
“Orang yang membuat Ayahku terkena tuduhan palsu pasti masih ada di desa ini. Tapi aku pasti akan mencegah kejadian itu terjadi. Untuk melindungi kebahagiaan keluargaku.”
Seseorang mengetik pesan di komputernya. Polisi sedang menginvestigasi kasus Chinatsu. Tapi yang mengejutkannya mereka tidak bisa menemukan apapun. Waktu untuk acara berikutnya dibuka, karena hari semakin dekat.


12 Januari 1989
Sano menemani Shin untuk menemui kepala sekolah. Dia membantu Shin untuk menjawab berbagai pertanyaan dari kepala sekolah. Dan Shin hanya terus mengiyakan semua perkataan Sano.
“Baiklah, kamu boleh mulai dari besok,” kata kepala sekolah, menerima Shin. “Motivasi mu bagus, Aku ingin melindungi anak- anak. Aku suka pria yang bergairah,” jelasnya.
“Terima kasih,” kata Shin dan Sano sambil membungkuk kan tubuh.

Ketika Sano dan Shin keluar dari ruangan kepala sekolah, Satsuki datang menghampiri mereka berdua. Dia mengucapkan teirma kasih banyak karena Shin telah menyelamatkan Ayahnya. Lalu saat dia mengetahui kalau Shin akan mulai mengajar di SD ini juga, maka dia pun mengajak mereka berdua untuk berkeliling dan melihat.

Kemudian setelah itu, dengan suara pelan dan tatapan penasaran, dia memandangi Shin dan bertanya, ”Bagaimana kamu bisa melihat masa depan? Seberapa jauh masa depan yang bisa di lihat?”
“Um… itu tidak seperti itu,” balas Shin dengan gugup sambil berusaha untuk menghindari Satsuki.

Shin lanjut berjalan duluan, dan kemudian dia menemukan ruang kelas serbaguna yang menjadi tempat kejadian. “Ini tempat dimana itu terjadi. Jika aku tidak bisa menghentikan Insideng itu dua bulan dari sekarang, maka 21 nyawa akan hilang. Dan Ayahku akan di tangkap sebagai tersangka pembunuh.”
“Satu hal lagi, Tamura-san,” panggil Satsuki, masih penasaran dengan Shin. “Bisakah kamu melihat masa depan ku?” tanyanya dengan malu- malu. Dan Sano tertawa.
“Pasti itu! Apa jenis pria yang menjadi pangeran Hakuba ku, benarkan?” goda Sano sambil tertawa keras. “Kamu akan lebih bahagia bila tidak tahu masa depan, kamu tahu itu?

Mendengar itu, Shin memandangi Sano. “Aku pasti tidak akan pernah memberitahu masa depan yang menunggu dia. Jika dia tahu kebenaran yang kejam itu, dia mungkin akan tidak bisa tetap waras.”


Didalam kamar. Shin mengingat penjelasan Yuki. Lalu dia melihat buku kliping Yuki dan berpikir dengan keras. “Kejadian selanjut nya dalam 3 hari ke depan. Seorang pria tua bernama Tanaka Yoshio yang tinggal sendirian akan mati dalam kebakaran di rumahnya. Mishima Akane-chan akan menghilang di hari selanjutnya. Semua insiden yang terjadi di dalam desa ini mungkin berhubungan dengan insiden SD Otousu. Untuk bisa menangkap pelaku sebenarnya, aku harus menghentikan setiap insiden.”


Shin menemui Sano dan menanyakan tentang Tanaka. Dan Sano pun menjelaskan, Tanaka adalah mantan anggota majelis prefektur, karena penglihatan Tanaka melemah setelah jatuh sakit, maka Tanaka pun tinggal di rumah saja. Lalu Sano menanyakan, apakah ada sesuatu yang akan terjadi kepada Tanaka. Dan Shin menjawab dengan jujur, dalam 3 hari Tanaka akan meninggal dalam kebakaran di dalam rumahnya. Mendengar itu, Sano pun segera ingin pergi ke rumah Tanaka.


“Bolehkah aku ikut denganmu?” tanya Shin dengan pelan. “Aku khawatir.”
“Baiklah. Oh ya, bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang desa ini?” tanya Sano, penasaran. “Maksudku jika kamu datang dari masa depan, disana seharusnya ada banyak insiden yang terjadi di dunia ini, tapi bagaimana kamu bisa mengingat detail insiden di dalam desa kecil ini?” tanyanya. Dan Shin tidak bisa menjawab. Jadi Sano pun tidak memaksanya.


Dirumah Tanaka. Sesampainya disana Shin dan Sano berjumpa dengan Hasegawa yang sedang menemani Tanaka. Awalnya Hasegawa bersikap biasa saja, tapi saat dia melihat Shin, dia langsung mengatai nya sebagai pencuri.
“Shin-san bukan pencuri. Kamu salah paham,” jelas Sano.
Tapi Tanaka tidak peduli. “Aku tidak salah! Hey pencuri, pergilah dari desa ini sekarang!” teriaknya dengan marah. Dan Sano melindungi Shin. “Tanaka-san, aku pulang sekarang,” katanya dengan tidak senang. Lalu dia pun pergi.

“Tamuku hari ini adalah pencuri?” tanya Tanaka yang sedang duduk santai di tempatnya.
“Tidak, tidak. Tsubasa-san hanya bercanda. Dia kenalan ku, Tamura-san,” jelas Sano, memperkenal kan Shin. Tapi Tanaka tetap memanggil Shin sebagai pencuri.

Dengan perhatian, Sano menanyakan bagaimana keadaan Tanaka. Dan Tanaka menjawab bahwa dia baik- baik saja, putranya datang dari Sendai untuk menjaga nya selama liburan. Para warga desa pergantian datang untuk menjaga nya juga. Serta anak- anak dari SD Otousu datang setiap hari untuk mengunjungi nya. Juga ide menulis puisi sering datang ke pikirannya sehingga itu terus membuat nya sibuk. Jadi dia tidak kesepian. Dan Sano merasa senang untuk nya.
“Ketika penglihatan ku melemah. Aku terkadang meminta orang untuk menuliskan puisi nya bagiku,” jelas Tanaka. “Lihat buku di atas meja itu?”
“Boleh aku lihat?” tanya Shin, meminta izin. Dan Tanaka mengiyakan.



Shin melihat- lihat buku puisi Tanaka. Dan tulisan tangan yang ada disana berbeda- beda, karena orang yang menulis nya juga berbeda- beda. Tanaka menjelaskan bahwa dia tidak pernah mengunci pintu masuk, sebab tidak ada yang berharga di rumah nya. Dan Shin tersenyum mendengar kan itu. Kemudian saat melihat buku tersebut, Shin menemukan satu halaman yang dibawah nya terdapat gambar coretan yang tampak aneh.
“Binatang? Kelinci?” gumam Shin. Dan Sano mengiyakan, tampak nya seperti itu. Shin kemudian melihat lembaran berikut nya, dan di lembar terakhir, dia melihat sebuah gambar yang tampak aneh juga.


“Tanaka-san, apa kamu tahu siapa yang menggambar ini?” tanya Shin penasaran.
“Gambar? Aku tidak tahu.”
“Aku penasaran tentang gambar ini.”
Setelah keluar dari rumah Tanaka, Sano menjelaskan bahwa dia akan meningkatkan patroli di sekitar rumah Tanaka. Lalu untuk berjaga- jaga, pada hari kejadian nanti, dia akan datang untuk mengunjungi Tanaka lagi. Dan Shin setuju.
“Kebakaran itu harus di cegah. Jika masa lalu berubah, aku harusnya bisa menghentikan insiden di SD Otousu.” Pikir Shin dengan penuh tekad.

Shin memperkenalkan dirinya dengan gugup di depan kelas. Lalu dia menyebutkan satu persatu nama para murid. Dan para murid merasa senang, mereka bertemu tangan dan memuji Shin hebat, sebab Shin bisa mengingat semua nama mereka dengan benar.
“Aku selalu bermimpi untuk menjadi guru. Jadi aku sangat senang bertemu kalian hari ini. Mari bekerja sama dari sekarang,” kata Shin.
“Ya!” seru para murid.

Shin bisa mengingat semua nama para murid dengan benar dan tepat, karena buku kliping milik Yuki. Disana terdapat foto 21 murid yang meninggal karena keracunan. Dan itulah mereka, murid yang diajarnya sekarang.

Dikantor guru. Shin memperhatikan para murid di kelas nya yang sedang sibuk menjaga kelinci dihalaman belakang. Kemudian dia melihat Hasegawa datang menghampiri para murid dan membagikan cemilan serta memotret mereka.


“Apakah dia sering datang?” tanya Shin.
“Dia selalu datang untuk menjaga anak- anak. Dia akan segera menikah dengan pekerja wanita di pabrik Ayahku. Dia orang yang baik. Dia akan menjadi ayah yang baik juga,” jelas Satsuki dengan senang. Dan Shin diam sambil memperhatikan Hasegawa dengan seksama.

Untuk merayakan Shin yang mulai mengajar di SD Otousu. Sano sekeluarga membuatkan ramen kepiting special untuknya. Dan dengan senang, Shin menikmati ramen tersebut.
“Kami hanya makan- makanan mewah sesekali saja,” jelas Kazuko. “Kepiting adalah makanan favorit Suzu jadi kami hanya makan ini untuk hadiah nya.”


“Semua terima kasih kepada Ayah, kamu bisa makan ini. Ini membahagia, ‘kan, anak- anak ku?” kata Sano. Dan Kazuko mengiyakan. Lalu mereka semua tertawa.
Shin tersenyum melihat kebahagiaan keluarga nya. Lalu dia mengingat saat Sano sudah tidak ada lagi, saat itu mereka hanya bisa makan mi ramen instant biasa saja. Bahkan Kazuko sama sekali tidak mau membicarakan tentang Sano lagi.

“Kalian tidak memiliki Ayah. Ingatlah itu,” kata Kazuko dengan tegas kepada semuanya, saat mereka sedang makan. Sebab Shingo mengungkit bahwa dia ingin makan ramen kepiting.
“Ibu yang aku tahu telah menghapus keberadaan Ayahku. Kemanapun kami pindah, media akan mengejar kami. Tetangga akan mengusik kami. Aku pikir situasi itu sudah tidak dapat tertolong.” Pikir Shin sambil mengingat kenangan kelam keluarga nya.





“Aku tidak akan membiarkan keluarga ku hancur berantakan lagi. Jika insiden itu tidak pernah terjadi, kami akan menjadi keluarga yang normal. Sebuah keluarga yang di penuhi dengan senyuman. Aku pasti akan mengubah masa lalu.” pikir Shin dengan penuh tekad.
Seseorang mengetik pesan di komputer. Aku tahu obat itu akan menjadi luar biasa. Ketika pagi datang, bagaimana setiap orang akan bereaksi …? Aku terlalu bersemangat untuk tidur malam.

14 Januari 1989
Saat sampai di sekolah, Shin melihat tempat kelinci terbuka, jadi dia pun berniat untuk menutup nya. Namun saat dia ingin menutup nya, sesuatu dibawah menahan pintu untuk tertutup. Sesuatu itu tertutup oleh koran. Dan saat Shin menyingkir kan koran tersebut, dia terkejut, karena di bawah koran tersebut ada mayat kelinci.
“Shin sensei, apa yang kamu lakukan?” tanya Satsuki sambil berjalan menghampiri Shin. Dan dia ikut terkejut saat melihat mayat kelinci itu. (sensei = guru).

Mendengar teriakan Satsuki, para murid serta guru lain datang mendekat. Dan mereka semua merasa terkejut juga. Seorang guru pria memeriksa kelinci tersebut. “Ada muntahan. Apakah dia ada makan sesuatu yang buruk?” tanya nya. “Sesuatu seperti racun.”

“Racun…” gumam Shin. Dan para murid memandangi Shin.

Hasegawa datang ke sekolah menemui para anak- anak. Dia membagikan permen kepada mereka. Melihat itu, Shin teringat tentang Hasegawa yang berada di tempat Tanaka. Saat itu dia melihat Hasegawa sedang membantu Tanaka menuliskan puisi dibuku. Dan dia mengingat tentang gambar kelinci yang dicoret- coret di salah satu halaman buku tersebut.

“Racun…” pikir Shin. Lalu dia segera berlari ke arah Hasegawa yang sedang membagikan permen kepada para anak- anak. “Semuanya, jangan menerima makanan dari orang asing,” katanya mengingatkan.
“Sensei, apa yang kamu bicarakan?” tanya Akane dengan heran. “Tsubasa-kun teman kami.”


Para murid menatap Shin dan menanyakan, apakah Shin mencurigai Hasegawa yang telah membunuh kelinci tadi. Dan Shin diam, tidak bisa menjawab. Mendengar itu, dengan kesal Hasegawa menatap Shin,”Brengsek!”

Didalam kelas. Shin mencoba untuk menenangkan para murid atas kematian kelinci di halaman belakang sekolah. Tapi sebelum dia selesai berbicara, Akane malah menuduhnya. “Apa kamu yang membunuh kelinci itu?” tanyanya. “Kamu mencuri racun herbisida di garasi rumah kami, ‘kan? Tsubasa-kun yang mengatakan nya.”
“Dia memberitahu kami Shin sensei mencurigakan,” kata Nomura Yuu, menambakan. Kemudian seluruh murid meneriaki Shin sebagai pembunuh.
“Hentikan! Mengapa semuanya mengatakan itu?” teriak Suzu. Tapi semua murid tetap mengatai Shin sebagai pembunuh. Dengan malu, Suzu menunduk kan kepala nya dan menangis.
“Hentikan semuanya!” bentak Kato Mikio sambil memukul meja. Dan semua murid pun langsung terdiam.
Seorang guru masuk ke dalam kelas. “Shin sensei, kepala sekolah memanggil mu,” katanya memberitahu.

Kepala sekolah menjelaskan kepada Shin bahwa polisi ingin membicarakan tentang kelinci yang mati. Dan Shin merasa bingung, kenapa dia.
“Aku sudah memberitahu kalau ini tidak ada hubungannya dengan itu,” jelas Sano.
“Saat kamu baru mulai mengajar disini, kelinci mati. Lalu juga ada kecurigaan kalau kamu mencuri dan memaksa Chinatsu-chan untuk menelan racun herbisida,” kata Kanemaru dengan tajam.

Sano segera membela Shin, itu hanyalah kesalahpahaman saja. Tapi Kanemaru tidak percaya, sebab menurutnya desa sangat tenang dan damai, sampai Shin datang. Sehingga dia curiga. “Apa selanjutnya? Apa yang kamu rencanakan? Siapa yang akan kamu bunuh setelah Chinatsu-chan dan kelinci itu?” tanyanya sambil menatap tajam Shin.
“Aku tidak merencanakan apapun. Aku tidak tahu apapun tentang kelinci itu,” jawab Shin dengan tegas. Lalu dia permisi dan pergi.

Didepan kandang kelinci. Sano menjelaskan kepada Kanemaru bahwa Shin bukanlah orang yang buruk seperti apa yang Kanemaru pikirkan. Dan Kanemaru mempertanyakan, kenapa Sano sangat yakin dengan itu, kepadahal Sano baru mengenal Shin, dan dia juga ingin tahu apa motif sebenarnya Shin datang ke desa mereka ini.


“Sebab dia datang dari masa depan,” gumam Sano dengan pelan. Dan Kanemaru merasa heran. “Tidak. Maksud ku, tentu saja aku tidak percaya itu juga. Aku tidak percaya tapi semua prediksi nya menjadi kenyataan. Itu hanya mungkin jika dia datang dari masa depan,” jelas Sano dengan gugup.
“Betapa mengejutkannya. Aku tidak menduga kamu akan bercanda pada saat seperti ini,” balas Kanemaru dengan ketus. Lalu dia pun pergi. Dengan tidak perdaya, Sano pun hanya bisa diam.

Akane tidak bisa memaafkan Shin, sebab Shin mencuriga Hasegawa. Dan Suzu membela Shin. Karena Suzu membela Shin, maka Akane pun merasa kesal, dia ingin merebut kembali gantungan kunci yang pernah di berikannya pada Suzu. Dan Suzu tidak mau mengembalikan gantungan tersebut.


Tepat disaat itu, Shin datang. Dia memisahkan mereka berdua supaya jangan bertengkar.
“Akane-chan. Bodoh!!” teriak Suzu. Lalu dia berlari pergi.
“Tsubasa-kun tidak akan membunuh kelinci!” teriak Akane. Lalu dia pergi juga.

Sasaki, manajer di pabrik Kimura, Ayah Satsuki. Dia datang mengantarkan pesanan Hasegawa. Dengan sikap cuek, Hasegawa yang sedang sibuk dengan kameranya, dia tidak memperhatikan Sasaki dan menyuruh Sasaki untuk letakkan saja di lantai.

Shin datang ke tempat Tanaka dan meminta lembar terakhir di buku Tanaka.

Shin menceritakan pada Sano tentang gambar kelinci di buku Tanaka. Dia menduga gambar tersebut berhubungan dengan kelinci yang mati di sekolah. Lalu dia menunjukkan gambar lain yang menurutnya mencurigakan juga. Itu gambar dua orang yang sedang berpegangan tangan, satu menangis dan satu lagi gelap karena di coret. Dan diatas dua orang tersebut ada satu benda kecil.
“Bambu capung?” gumam Sano, berpikir.
“Aku tidak yakin jika gambar ini dan kebakaran besok berhubungan.”


“Berarti yang bisa kita lakukan adalah menghentikan kebakaran tersebut,” kata Sano. Dan Shin mengiyakan. “Baiklah, mari kita pergi besok. Besok hari minggu. Anak Tanaka-san mungkin akan datang besok, tapi kita tidak bisa memberitahu dia kebenaran nya. Lagian kita tidak tahu kapan tepat nya kebakaran itu juga. Kita akan tinggal disana sehari. Mari cari alasan untuk tinggal,” jelas nya. Dan Shin mengerti.
Dengan perhatian, Sano meminta Shin untuk bersabar, karena Kanemaru memang sedikit merepotkan. Dan Shin mengiyakan. Lalu dia pun masuk ke dalam rumah duluan.

Post a Comment

Previous Post Next Post