Original Network : TBS
“Aku tidak
percaya dia bilang bahwa walaupun Shin-san
telah menyelamatkannya,” keluh Suzu.
“Adiknya
baru saja meninggal. Dia pasti jadi gelisah. Cobalah mengerti,” jelas Kazuko,
menasehati. Tapi Suzu tidak peduli dan berharap kalau Akane meninggal saja.
Mendengar itu, Kazuko langsung menampar Suzu dan memarahinya. Dengan kesal,
Suzu pun berlari pergi.
Shin menghampiri Kazuko dan meminta maaf padanya. Dengan ramah, Kazuko membalas bahwa Shin tidak perlu meminta maaf, karena dia hanya sedang mendisplinkan putrinya saja. Dia lalu memperlihat kan foto keluarga mereka yang robek.
“Pada festival desa tahun lalu, kami memenangkan kompetisi keluarga. Hadiah nya adalah kepiting, sehingga Suzu sangat bersemangat,” cerita Kazuko.
“Kamu
memiliki keluarga yang bahagia. Setiap orang selalu tersenyum,” komentar Shin.
Dan Kazuko tertawa gembira.
“Menjadi
keluarga yang bahagia adalah salah satu kualitas yang kami miliki. Tapi… selama
anak- anak bisa tertawa, aku tidak akan meminta apapun lagi. bahkan jika aku
tidak bisa punya kaus kaki baru.”
Shin datang
ke depan kamar Suzu yang masih tertutup. Dia meminta maaf kepada Suzu, karena
dia telah membuat Suzu merasa buruk kemarin. Serta dia memberitahu Suzu tentang
perkataan Kazuko kemarin yang berharap supaya anak- anak nya bisa tumbuh
bahagia. Mendengar itu, Suzu membuka pintu kamarnya. Dan melihat itu, Shin
tersenyum padanya.
Shin mengambil
sesuatu dari kantongnya dan memberikan itu kepada Suzu.
Seseorang
mengetikkan pesan di komputer. Mood ku
hari ini sedang buruk. Aku butuh selingan. Hari ini adalah hari itu. Hari ini
bagus.
Sasaki mengajak Hasegawa untuk mendiskusikan tentang pernikahan mereka. Tapi Hasegawa tidak mau dan mendorongnya. Sehingga Sasaki menabrak lemari dan terjatuh dengan kesakitan. Namun walaupun begitu, Hasegawa tidak peduli, dia mengambil kamera nya dan juga botol kaca kecil diatas meja, kemudian dia pergi.
Masashi
membujuk Ayahnya, Tanaka, untuk memeriksa kan kesehatan ke dokter. Tapi Tanaka
tidak mau, sebab dia tidak merasa terlalu buruk. Dan Sano pun ikut membujuk
Tanaka, dia menjelaskan bahwa dia telah mengaturkan pertemuan dengan dokter. Jadi
Tanaka pun akhirnya setuju. Mendengar itu, Shin menghela nafas lega.
“Baiklah,
disana masih ada beberapa pekerjaan sampai sore. Aku akan memelahkan kayu
bakar, okay?” kata Sano, menawarkan bantuan. Dan Masashi mengiyakan.
Suzu memandangi gantungan kunci dari Akane. Dia mengingat tentang pengtengkaran nya dengan Akane dan dia merasa sedih. Lalu dia mengingat tentang perkataannya yang mengharap kan supaya Akane meninggal dan dia merasa menyesal.
Shin
berkeliling di sekitar luar rumah dan memeriksa keadaan di sekitar. “Seseorang harus mengatur kan itu di suatu
tempat, jika itu pembakaran.”
Tiba- tiba terdengar sesuatu dan Shin pun merasa waspada. Dia mengambil cangkul yang di temukan nya di tanah dan pergi ke arah sumber suara. Tapi ternyata itu adalah suara kucing yang sedang mengorek kantong sampah. Melihat itu, Shin merasa lega serta lemas.
Dokter sudah pulang. Dan menurut pemeriksaan kesehatan Tanaka baik- baik saja. Tanaka kemudian ingin pergi ke kamar mandi, tapi saat berjalan, dia tidak sengaja menabrak tas Shin dan hampir saja terjatuh. Dengan panik, Masashi langsung membantu nya dan mengomelinya supaya berhati- hati. Dan Tanaka mengiyakan sambil terus berjalan.
Sano
membantu mengangkat kan tas Shin yang terjatuh. Dan disaat itu, tanpa sengaja
dia menemukan buku kliping milik Shin.
Saat Shin kembali ke dalam rumah, dia terkejut melihat Sano sedang memegang buku kliping nya. Jadi dia pun langsung merebut buku tersebut dan menyimpannya.
Telpon rumah berbunyi dan Tanaka mengangkatnya. “Tidak, putrimu tidak datang tapi Sano-san ada disini… aku akan memberikan padanya…”
Tanaka lalu memberikan telponnya kepada Sano.
Dengan nada khawatir, Kazuko memberitahu Sano bahwa Suzu barusan pergi untuk bertemu dengan Akane, tapi sampai sekarang Suzu belum pulang juga. Dia sudah menghubungi keluarga Akane, tapi ternyata Akane juga belum pulang.
Mendengar
itu, Sano merasa sangat khawatir. “Suzu belum pulang. Akane-chan juga,” katanya, memberitahu. Dan
Shin terkejut.
“Akane- chan akan menghilang besok.” Pikir Shin. Lalu dia teringat sesuatu dan mengambil gambar aneh yang di simpannya. “Sano-san, mungkinkah ini berhubungan? Ini Suzu dan Akane-chan?” tanyanya. Kemudian dia bersiap untuk pergi, “Mari cari mereka.”
“Masashi,” panggil Sano. “Kami harus pergi. Hati- hati dengan api dan jangan pergi dari rumah,” jelasnya dengan cepat. Lalu dia pergi dengan Shin. Dan dengan bingung, Masashi mengangguk.
Sano dan Shin pergi mencarai Suzu serta Akane secara terpisah. Para warga desa juga membantu mencari.
Shin bertemu
dengan Hasegawa. Jadi dia pun memanggilnya. “Hasegawa-san, Suzu dan Akane-chan
menghilang. Apakah kamu tahu dimana mereka?” tanyanya. Dan dengan lemas,
Hasegawa menggoyangkan kepalanya tanda tidak tahu. “Apa yang kamu lakukan
disini?” tanya Shin heran, saat melihat sikap anehnya.
“Aku mencari Akane-chan,” jawab Hasegawa. “Aku telah mengenal dia sejak dia masih sekecil ini. Aku menggantikan popok nya. Memandikan dia. Menjaga dia,” jelas nya dengan tidak fokus.
“Apa kamu
baik- baik saja?” tanya Shin, heran serta perhatian. Dan Hasegawa tidak
menjawab, dia berjalan pergi dan menghilang di tengah hujan salju.
Sano menghampiri Shin dan menanyakan, apakah ada tanda. Dan Shin diam, dia mengingat tentang berita di buku kliping yuki serta gambar aneh dari buku Tanaka. “Mengapa Suzu juga?” gumamnya bertanya pada diri sendiri.
“Suzu juga?”
tanya Sano, mendengar gumaman itu. “Apa maksudmu? Jangan bilang, kamu tahu
sesuatu tentang ini?”
“Tidak…”
kata Shin, kesulitan untuk menjelaskan. “Tapi hanya Akane-chan yang seharusnya menghilang besok. Masa lalu telah berubah.”
“Masa lalu telah berubah? Shin-san buku catatan yang kamu bawa. Bisakah kamu tunjukan itu padaku? Aku melihat isinya saat aku memungut nya barusan. Apa masa depan tertulis disana?” tanya Sano dengan penasaran.
“Aku tidak akan pernah memberitahu nya
tentang masa depan nya.”
“Mengapa
kamu tidak bisa menunjukkan nya padaku?! Kamu tidak mempercayaiku?!” tanya
Sano. “Hidup Suzu sedang di pertaruhkan sekarang!” teriaknya marah. “Dia
mungkin orang asing untukmu, tapi dia keluargaku yang berharga!” katanya
frustasi.
“Aku tidak
bisa menunjukkan nya padamu!” teriak Shin, menolak.
Dengan tidak
sabaran, Sano memukul Shin. “Ada apa? Apa yang kamu rencanakan?! Aku tidak bisa
mempercayai mu lagi.”
Sebelum Sano
sempat mengambil tas Shin, seorang warga bernama Izawa Kenji, dia datang dan
memanggil nama Sano dengan keras. “Suzu-chan
…” katanya. Dan Sano pun segera mengikutinya.
Suzu
menceritakan kepada semuanya bahwa dia janjian dengan Akane untuk bertemu di
stasiun bus, tapi Akane sama sekali tidak datang. Jadi dia tidak ada bertemu
dengan Akane. Mendengar itu, Kanemaru memainkan mancis di tangannya dan
berpikir. Sedangkan kedua orang tua Akane merasa tambah cemas.
Kanemaru memperhatikan Shin dan mendekatinya. “Kemana kamu membawa dia? Kamu gurunya. Membujuk dia untuk keluar akan mudah kan? Atau…” katanya, lalu dia berbisik di dekat telinga Shin. “Kamu membunuhnya?”
“Aku tidak adan melakukan apapun,” jelas Shin dengan frustasi. Karena setiap orang menatap curiga padanya. Dan bahkan Sano tidak mau membantu nya. Lalu dia pun pamit untuk pergi mencari Akane.
Akane berada di dalam sebuah gudang kayu yang dikunci dengan rantai dari luar. Dia menangis. “Aku ingin pulang. Tolong! Seseorang tolong aku!” teriaknya.
Cahaya kecil yang masuk dari lubang di pintu tiba- tiba menghilang dan melihat itu, Akane pun mendekat ke arah pintu untuk melihat. Dan saat dia mengintip dari lubang tersebut, dia merasa sangat terkejut karena melihat mata seseorang disana.
“Mengapa
kamu membawa ku ke sini? Keluarkan aku dari sini!” pinta Akane.
Para warga merasa cemas, karena mereka telah mencari ke setiap sudut desa, tapi mereka masih belum bisa menemukan Akane. Dan mereka berharap supaya dimalam yang dingin ini, Akane akan baik- baik saja. Lalu tepat disaat itu, Sano pulang.
“Dimana
dia?” tanya Sano.
“Shin-san belum pulang.”
Dari jauh,
Kanemaru dan Kiyohiko memperhatikan tindakan Shin. Menurut Kiyohiko, Shin
tampak tulus mencari Akane. Tapi Kanemaru tetap merasa curiga kepada Shin, dia
yakin Shin memiliki beberapa rahasia dan dia ingin tahu.
Shin pulang
dengan lemas ke rumah Sano.
Melihat
kepulangannya, Kazuko langsung keluar dari dapur dan menyambut nya. “Sarapan
segera siap, mari hangatkan diri dulu,” katanya dengan perhatian.
“Tidak apa.
Aku hanya kembali untuk menukar pakaian saja,” balas Shin dengan lemas.
Tepat disaat itu, Sano keluar dari dalam kamar. Dan melihat dia, Shin menghindarinya. Begitu juga dengan Sano. Dan Kazuko merasa heran ada apa.
Shin lanjut mencari Akane. “Dimana kamu Akane-chan?” pikir Shin dengan lelah. Lalu dia mengambil gambar aneh yang di simpannya dan melihat nya lagi.
Para warga dan polisi mencari Akane. Lalu disaat itu, Sano mendapatkan laporan bahwa ditemukan sepasang sarung tangan di dekat sungai Otousu.
Kedua orang
tua Akane melihat sarung tangan itu dan mereka memastikan bahwa itu bukanlah
sarung tangan milik Akane. Dengan sedih, Ibu Akane menangis, karena dia merasa
sangat khawatir.
“Shin sensei tahu sesuatu benarkan? Itu sama dengan Chinatsu! Setiap orang bilang dia tidak bisa dipercayai! Apa yang akan kamu lakukan, Sano-chan?!” tanya Ibu Akane dengan frustasi.
Shin duduk
di dekat bangku taman sambil memeluk tubuhnya yang merasa kedinginan. “Apa tidak mungkin untuk mengubah masa lalu?
Pada tingkat ini, Akane- chan mungkin akan…”
Kazuko datang menemui Shin. Dia memberikan segelas minuman hangat padanya. Dan Shin menerima minuman itu dan meminumnya. “Aku ingin menemukan Akane-chan sesegera mungkin. Tapi tidak peduli kemana aku pergi, aku tidak menemukan tanda keberadaannya. Dia pasti sedang kesulitan dalam cuaca sedingin ini,” kata Shin dengan cemas.
Kazuko diam dan berpikir. Lalu
dia tersenyum. “Ikut dengan ku,” ajak nya.
Sano merasa sangat stress. Dia
menyimpan sarung tangan tersebut ke dalam amplop. Dan kemudian dia diam sambil
berpikir dengan keras.
Tags:
Theseus No Fune