Original Network : TBS
Shin diam mendengar kan itu. Dia mengingat tentang sikap Kazuko saat Sano sudah tidak ada. “Tidak peduli apapun yang terjadi, kamu bilang?” tanyanya sambil mendengus geli. “Tidak setiap orang bisa sekuat itu. Teman Ayah ku ditangkap untuk pembunuhan. Keluarganya hancur. Orang tuanya awalnya sangat saling mempercayai. Tapi kemudian Ibu memberitahu anak- anak nya untuk melupakan Ayah mereka,” cerita Shin dengan sedih. “Maaf aku membicarakan ini. Tapi hanya saja, ada batasan bahkan untuk keluarga yang dekat. Bahkan jika mereka kelihatan saling mempercayai satu sama lain. Itu rapuh,” jelasnya. Dan Kazuko diam mendengarkan.
“Jika… aku adalah Ibu itu. Aku mungkin mengatakan hal yang sama. Jika itu adalah cara terbaik untuk melindungi anak- anak. Dan aku pasti akan memberitahu suamiku di dalam hatiku ‘Ini adalah yang terbaik,’benarkan ?’. Kamu lihat, orang tua akan melakukan apapun untuk melindungi anak- anak mereka,” jelas Kazuko dengan jujur sambil mengelus perutnya. “Mereka berharga.”
“Berharga?”
“Ya. Jadi anak- anak yang menghadapi masalah dapat diselamatkan. “Tolong lupakan tentang Ayahmu.’ Aku mungkin akan mengatakan itu. Itu sangat depresi tapi aku yakin Ayah akan mengerti. Sebab dia berharap anak- anak akan tumbuh bahagia. Aku yakin itu,” jelas Kazuko dengan tegas dan yakin.
Shin diam dan mengingat perkataan
Sano. “Misi orang dewasa adalah untuk
melindungi anak- anak. Aku hanya ingin Suzu, Shingo, dan anak ketiga ku untuk
hidup bahagia dan sehat di masa depan.” Mengingat itu, Shin akhirnya
mengerti alasan Kazuko mengatakan itu kepada nya dulu dan dia memuji Kazuko
luar biasa. Dan Kazuko tersenyum mendengar itu.
“Kamu akan mengerti ketika kamu menjadi orang tua. Anak- anakku bodoh tapi mereka sangat manis,” kata Kazuko dengan bahagia.
“Ibu
tidak menghapus keberadaan Ayah dari hatinya. Sebaliknya, dia selalu
mempercayai Ayah di dalam hatinya.” Pikir Shin
dengan perasaan lega dan senang.
Sano, Suzu, dan Shingo, mereka
bertiga datang menemui Shin dan Kazuko. Melihat kedatangan Sano, Shin merasa
tidak enak dan diam- diam ingin pergi darisana.
Sano berdoa. Kemudian setelah
itu, dia mendekati Shin. “Terima kasih untuk peduli tentang Suzu,” kata nya
sambil menunjukkan foto keluarganya.
Shin memperlihat kan foto
keluarga yang sudah di lakban. “Ibumu mencoba yang terbaik untuk memperbaiki
ini. Karena ini adalah kenangan berharga mu. Ibu mu selalu memikirkan tentang
mu. Kamu selalu terhubung dengan keluarga mu tidak peduli apapun yang terjadi.
Benar?” jelas Shin. Dan Suzu menganguk kan kepalanya.
Flash back end
Sano meminta maaf karena telah memukul Shin. Lalu dia menjelaskan bahwa dia tidak peduli tentang buku kliping itu karena dia mempercayai Shin. Mendengar itu, Shin merasa terharu. Lalu mereka berdua tertawa bersama.
“Mari hadapi bersama dari
sekarang,” kata Sano. Dan Shin mengiyakan. “Aku berharap doa mereka terjawab,”
jelasnya sambil memandangin kedua anaknya yang masih berdoa.
Melihat istrinya bahagia, Sano
tersenyum dan ikut memandang ke langit. “Benar! Mereka terlihat seperti kota
perhiasan,” katanya sambil mengarahkan kedua anaknya untuk melihat ke langit.
Tapi karena masih mengkhawatirkan tentang Akane, maka Suzu tidak bisa
tersenyum.
Kazuko menyadari hal tersebut. Jadi untuk mengubah suasana, dia mengajak mereka semua untuk berpegangan tangan bersama. Termaksud dengan Shin. Dan saat Shin memandang ke arah langit malam yang sangat indah dengan di penuhinya bintang- bintang, dia merasa senang, dengan erat dia memegang kedua tangan saudaranya.
“Doa kita akan terjawab. Jangan
khawatir,” jawab Sano, menenangkan. Dan akhirnya Suzu pun ikut memandang ke
langit. Melihat itu, Kazuko merasa senang.
“Mari bawa Akane-chan ke sini untuk melihat bintang lagi,
okay?” kata Kazuko. Dan dengan bersamangat, Shingo dan Suzu mengiyakan.
Shin memperhatikan gambar aneh
yang dibawanya lagi. “Jika saja aku tahu
maksud bambu capung ini,” pikirnya. Kemudian dia mendengar pembicaraan
warga desa tentang Hasegawa yang dari kemarin tidak ada datang bekerja. Dan
mendengar itu, Shin mengingat tentang Hasegawa yang di temuinya pada malam
Akane menghilang.
“Tunggu! Permisi!” kata Shin,
memanggil mereka. “Apa kamu tahu dimana rumah Hasegawa-san?” tanyanya.
Shin menekan bel rumah, tapi tidak ada jawaban. Jadi dia pun berteriak memanggil. Dan Sasaki yang keluar dari dalam rumah. “Apa yang kamu lakukan ke sini sepagi ini?” tanyanya.
Melihat Sasaki, Shin teringat
tentang perkataan Satsuki yang mengatakan bahwa Hasegawa akan segera menikah
dengan pekerja wanita di pabrik Ayahnya. Shin memperkenalkan diri nya kepada
Sasaki dan menanyakan apakah Hasegawa ada di rumah.
“Tidak ada,” jawab Sasaki dengan
pelan. Lalu Shin menanyakan, dimana Hasegawa berada. Dan Sasaki menjawab, “Aku
tidak tahu,” katanya. Lalu dia menutup pintu rumah.
Shin terdiam sesaat. Lalu saat dia melihat nama di papan rumah, Sasaki Noriko, dia langsung teringat sesuatu. Dia mencari informasi tentang Sasaki di buku kliping Yuki. Dan dia menemukan nya.
“Sasaki
Noriko, bunuh diri pada 18 februari. Penyebab kematiannya adalah racun sianida
yang di gunakan di pabrik plating.” Baca Shin. “Rumah Satsuki sensei adalah pabrik plating.
Itu berarti Sasaki yang bekerja disana memberikan bahan kimia kepada
Hasegawa-san. Jadi Hagesawa adalah pelakunya?” pikirnya dengan keras.
Yuu dan Mikio melihat Shin. Jadi mereka berdua pun menghampirinya. Dan Shin berdiri menyapa mereka. Lalu tanpa sengaja kertas gambar aneh yang dibawanya terjatuh dan Mikio memungutnya.
“Apa ini?” tanya Mikio, melihat
gambar aneh itu.
“Apakah kamu tahu tentang bambu
capung ini?” tanya Shin. Dan Mikio berpikir.
“Ini terlihat familiar,” gumam Mikio, berpikir. “Ketika kita pergi ke gunung untuk menggambar disana ada pondok, kan?” tanyanya. Dan Yuu mengiyakan. “Anemometer?” pikirnya. “Itu benar. Ini terlihat seperti anemometer,” jelasnya. (Anemometer adalah alat untuk mengukur kecepatan angin).
“Apa kamu tahu dimana ini?” tanya
Shin dengan cepat.
Shin dan Sano pergi ke pondok yang diberitahukan oleh Mikio. Dan diatas pondok tersebut benar ada anemometer yang bentuknya sama dengan di gambar. Mereka memanggil- manggil Akane, tapi tidak ada jawaban, jadi mereka pun menghancurkan rantai yang mengunci pondok tersebut, lalu mereka berdua masuk ke dalamnya. Dan mereka menemukan Akane.
Melihat Akane tidak sadarkan diri, Shin terduduk lemas. Sementara Sano, dia mendekati Akane dan memeriksa nafas Akane. Dia merasakan kalau Akane masih bernafas yang berarti Akane masih hidup. Mendengar itu, Shin kembali bersemangat.
“Jangan bergerak! Jangan sentuh
apapun!” kata Kanemaru. Dia mendekati Akane dan memeriksa nadi nya. Lalu dia
menyuruh Kiyohiko untuk secepatnya memanggil bantuan darurat dan bawa Akane ke
rumah sakit.
“Ya,” jawab Kiyohiko. Lalu dia
segera membawa Akane.
Kanemaru mempertanyakan, bagaimana Shin bisa tahu kalau Akane ada di pondok ini. Dan Sano pun menjelaskan bahwa mereka tahu dari gambar aneh yang di temukan di buku Tanaka.
“Tunjukkan padaku,” kata
Kanemaru.
“Mampus.
Itu ada di dalam buku kliping. Aku tidak bisa membiarkan dia melihat buku
kliping itu,” pikir Shin dengan bingung.
Kanemaru memperhatikan sikap Shin yang tampak ragu- ragu. Jadi dia pun ingin membawa Shin untuk ikut bersamanya ke kantor polisi. Tapi Sano menghalangi Kanemaru. Kemudian tiba- tiba terdengar kabar tentang Hasegawa.
“Perhatian semua unit! Seorang pria di temukan di kuil Otou. Pria itu dia percayai adalah Hasegawa Tsubasa dari barang bawaannya. Diulangi kembali! Pria itu dia percayai adalah Hasegawa Tsubasa dari barang bawaannya,” kata kabar dari alat komunikasi polisi.
“Kamu sangat mencolok ya,”
komentar Kanemaru sambil menatap Shin dengan curiga.
“Hasegawa
meninggal?” pikir Shin, terkejut.
Seseorang mengetikkan pesan. Tsubasa meninggal. Dia bodoh tapi itu lebih
menarik. Dua bulan lagi sampai ‘acara’. Aku tidak sabar menunggu.
Tags:
Theseus No Fune