Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 01-1
Images by : JTBC
Seorang wanita dengan penampilan
cukup nyentrik, Jo Yi Seo, berada di sebuah ruangan bersama seorang wanita. Yi
Seo sedang melakukan sesi konseling dengan psikiater tersebut. Yi Seo dengan
jujur dan blak-blakan berkata bahwa dia berharap dunia ini berakhir.
Psikiater itu dengan suaranya
yang lembut, bertanya, apakah Yi Seo telah melalui suatu situasi buruk? Yi Seo
menjawab tidak, hanya dia merasa bahwa hidup itu melelahkan. Dia kemudian
tertawa dan menyebut dirinya sendiri gila. Dia yakin kalau psikiater itu pasti
merasa aneh mendengar gadis muda sepertinya mengatakan hal seperti ini.
Psikiater itu tetap tenang dan
berujar bahwa semua orang pasti pernah lelah dengan hidupnya. Dia mulai
bertanya pada Yi Seo, sejak kapan Yi Seon merasakan hal itu dengan sangat
jelas? Yi Seo dengan gaya cuek menjawab setiap saat.
“Hidup itu repetitif dan mudah
ditebak. Kau berusaha masuk ke universitas bagus. Seiring usia, kau berusaha
keras untuk bertemu pria baik dan menikah. Semua usaha yang kau lakukan… Sebenarnya
semua orang tahu cara untuk sukses,” ujar Yi Seo.
“Cara untuk sukses? Apa itu?”
“Kau hanya perlu bekerja
seperti orang gila. Dan itu melelahkan.”
“Tidakkah ada yang menyenangkan
untukmu? Misalnya, hal yang kau suka.”
“Bos yang selalu kau bicarakan?
Apa yang bosmu katakan saat itu?”
Yi Seo terdiam, mengingat
jawaban bos-nya saat dia mengatakan hal yang sama.
Boss
Yi Seo, Park Seo-ro-yi berujar : “Bila hidup sangat melelahkan… mati saja.”
End
Yi Seo tertawa mengingat
jawaban tersebut. Dia memberitahu psikiater bahwa jawaban boss-nya itu
membuatnya sadar bahwa dia sudah bertingkah kekanak-kanakan. Psikiater itu
malah menilai bahwa boss Yi Seo terdengar tidak bertanggung jawab. Tanpa di
duga, Yi Seo berkata kalau konseling harusnya seperti itu : dialog yang jujur
sambil minum bersama.
Yi Seo mengakhiri konselingnya karena dia harus pergi bekerja. Psikiater berkata bahwa dia akan berkunjung ke tempat kerja Yi Seo. Yi Seo setuju dan bahkan memberikan kupon diskon pada psikiaternya.
--
Ibu kota Korea Selatan, Seoul. Di pusatnya terdapat area bernama Yongsan. Dan kata kunci yang hangat di daerah itu, Itaewon. Biaya sewanya di atas 200 juta won. Tertinggi ketiga di Seoul. Di jalan kecil ini, kau bisa melihat dunia. Inilah kisah kami yang hidup di jalan ini, dengan prinsip hidup kami.
==di perlihatkan ada 6 orang yang berjalan dengan langkah percaya diri termasuk di dalamnya, Park Sae-ro-yi dan Jo Yi-seo==
--
Seorang guru sedang menghukum 3 orang siswa pria dengan menyuruh 3 orang pria itu untuk berlutut sambil mengangkat ember berisi air di atas kepala. Dia memerintahkan mereka untuk mengangkat dengan benar, dan dia akan memukul mereka untuk tiap tetas air yang jatuh. Hukuman itu di berikan karena mereka selalu membolos jam belajar tambahan.
Di antara tiga pria yang di
hukum itu, salah satunya adalah Park Sae-ro-yi. Park Sae-ro-yi tanpa takut,
menjawab kalau dia mendengar jam belajar tambahan itu tidak wajib di ikuti. Guru
jelas marah karena dia masih berani menjawab. Dia memukul Park Sae-ro-yi dan
langsung berceramah juga pada semua yang ada di kelas, mengenai nilai rata-rata
kelas mereka yang rendah. Tidak hanya itu, dia juga menilai bahwa 3 orang yang
sedang di hukum sekarang ini, pasti ketika dewasa hanya akan memanfaatkan orang
tua seperti lintah. Mereka tidak berguna.
Park Sae-ro-yi tampaknya marah mendengar hinaan guru itu, dan entah apa yang di pikirkannya, tiba-tiba saja, dia menuang semua air yang ada di ember ke kepalanya. Semua terkejut. Guru semakin marah dan menuduh Park Sae-ro-yi sedang melawan padanya. Park Sae-ro-yi dengan tenang, mengucapkan maaf. Dia bahkan menawarkan diri untuk mengisi air di ember lagi.
Dan tingkah Park Sae-ro-yi itu, menarik perhatian salah seorang gadis di kelas mereka. Dia terus menerus memperhatikan apapun yang Park Sae-ro-yi lakukan dan bahkan sampai mengirim surat ke radio.
Isi surat gadis itu adalah : “Suatu hari di awal semester… Murid ini
bilang dia sering mendengar suara denging dalam kepalanya. Walau dimarahi
setiap hari, dia tak pernah hadir di jam belajar tambahan. Walau dia terkadang
bertingkah gila, dia hidup penuh disiplin. Walau tak punya teman selama tiga
tahun, anehnya dia tak terlihat kesepian sama sekali. Tanpa kusadari, aku mulai
menyukai dirinya. Dia akan pindah sekolah pekan depan. Dengan rasa sesal di
hati, aku bingung untuk menyatakan cinta kepadanya atau tidak.”
Dan penyiar radio memberikan
saran seperti ini untuk surat si gadis : “Ini
kisah cinta sepihak yang polos dari seorang siswi. Entah apa pilihan yang
tepat, tapi nuranimu biasanya tahu apa yang ingin kau lakukan. Seperti caramu
memikirkannya, cobalah fokus pada perasaanmu.
Karena itu, dengan memberanikan diri dan dengan dukungan 2 orang teman-nya, gadis itu, menemui Sae-ro-yi yang mengambil barang di depan loker. Dia memberikan sekotak cokelat beserta surat sembari memberikan semangat pada Sae-ro-yi yang akan mengikuti tes akademi polisi besok. Sae-ro-yi hanya melihat sekilas pemberian dari gadis itu dan kemudian berlalu pergi begitu saja. Dia tidak menerima pemberian gadis itu.
Kedua teman gadis itu, yang melihat apa yang Sae-ro-yi lakukan jelas jengkel dan menganggap Sae-ro-yi memang gila. Gadis itu berkata kalau Sae-ro-yi tidak menyukai makanan manis. Kedua temannya semakin kesal dan menjelek-jelekan Sae-ro-yi yang tidak ada sopan santun dan suka seenaknya. Tanpa di duga, gadis itu malah berkata kalau karena alasan itulah, dia menyukai Sae-ro-yi.
--
Sae-ro-yi pindah ke Kota Pajin.
Dia pergi ke stasiun Pajin dan tampak terburu-buru.
Di tempat yang sama, seorang gadis SMA, Oh Soo-A, berjalan cepat menuruni tangga stasiun. Saat itu, seorang pengemis yang duduk di pinggiran tangga, meraih tangan Soo A dan memohon agar di berikan sedikit uang. Soo A tampak jengkel dan mengibaskan tangan-nya hingga pengemis itu terjatuh.
Sae-ro-yi yan melihat itu, refleks menolong pengemis itu hingga membuat kakinya terluka. dia kemudian mengejar Soo A dan memarahinya karena mendorong orang dan pergi begitu saja. Soo A dengan acuh berujar kalau dia mendorong pengemis itu karena pengemis itu memegangnya. Sae-ro-yi tetap ngotot dan menyuruh Soo A meminta maaf karena hampir membuat pengemis itu terluka.
“Kau bangga berbuat baik? Apa
itu membuatmu merasa baik?” balas Soo A dengan sinis. Dan usai berkata itu, dia
langsung pergi.
--
Sae-ro-yi tiba di tempat akademi polisi. Dia menjalani serangkaian tes fisik untuk dapat masuk ke akademi kepolisian. Salah satu tes fisiknya adalah lari keliling lapangan. Seorang penilai, merasa heran melihat Sae-ro-yi yang berlari begitu lambat dan tertinggal jauh padahal Sae-ro-yi mendapat nilai sempurna saat tes kekuatan. Dia menganggap Sae-ro-yi sepertinya buruk dalam berlari. Untungnya, salah seorang penilai lainnya, melihat kaki Sae-ro-yi yang di balut perban dan menduga kalau Sae-ro-yi terluka.
Saat berlari, seorang pelari
terakhir, dengan nafas ngos-ngosan bicara pada Sae-ro-yi kalau mereka tidak
akan bisa lolos tes ini bila dapat satu poin di salah satu tes fisik. Jadi,
karena mereka berdua tampaknya akan gagal, kenapa mereka tidak berhenti dan
beristirahat saja?
--
Park Sung Yeol, ayah dari Park Sae-ro-yi, sedang dalam perjalanan ke kantor, dan secara kebetulan dia berpas-pasan dengan mobil direktur Kang Min Jung. Dir. Kang dengan ramah menyapa tn. Park (jabatan tn. Park adalah manager). Dia juga meminta tn. Park untuk tidak perlu berlaku terlalu sopan padanya dan berlaku biasa saja. Dir. Kang juga senang karena tn. Park di pindahkan kembali ke kantor pusat di Pajin. Mereka berdua tampak akrab dan sepertinya adalah kolega lama.
Dir. Kang menanyakan mengenai
anak tn. Park, Sae-ro-yi akan bagaimana? tn. Park memberitahu kalau putranya
akan pindah ke SMA Gwangjin. Mendengar itu, dir. Kang memberitahu kalau Jang
Geun Won, anak dari pimpinan perusahaan Jangga juga bersekolah di sana dan
kelas 12.
Dir. Kang tiba-tiba teringat
sesuatu dan mulai membahas mengenai panti asuhan yang di sponsori oleh
perusahaan, yaitu Panti Asuhan Gaenari. tn. Park tahu mengenai panti asuhan itu
karena dialah penanggung jawabnya. Ada apa?
“Kami putuskan berhenti
mensponsori mereka,” beritahu dir. Kang. Yang artinya, Jangga akan berhenti
memberikan donasi kepada panti asuhan Gaenari.
“Apa maksudmu? Cuma Jangga
penyedia makanan mereka. Kalau sponsor berhenti, bagaimana mereka makan?”
“Ingat dokumenter orang tua yang
baru tayang itu? Panti jompo sedang tren.”
“Kita mencari perhatian media? Kubilang,
bisnis itu tentang manusia,” marah tn. Park. “Siapa yang mengambil keputusan
bodoh ini?”
tn. Park terdiam mendengar
jawaban dir. Kang. Dia tidak jadi marah lagi. Karena baginya, percuma melawan
presdir Jang. Mau bagaimana lagi, semua ini adalah tentang bisnis. Tapi,
tampaknya, tn. Park marah pada dirinya sendiri juga yang tidak berdaya saat
mendengar kalau semua adalah keputusan presdir Jang.
--
Sae-ro-yi menyelesaikan semua tes fisik untuk masuk ke akademi polisi. Dan tampaknya, dia berhasil lulus.
--
tn. Park bersama Sae-ro-yi
bersama di dalam mobil. tn. Park menanyakan kondisi kaki Sae-ro-yi dan
Sae-ro-yi bilang kalua kakinya baik-baik saja, jadi tidak ada masalah. tn. Park
bahkan menanyakan apakah Sae-ro-yi tidak sedih berpisah dengan teman-teman di
sekolah lama? Dengan tenang, Sae-ro-yi menjawab kalau dia tidak sedih dan juga
dia tidak punya teman. tn. Park memberitahu kalau anaknya presdir Jang ternyata
bersekolah di sekolah yang akan Sae-ro-yi masuki dan semoga mereka bisa
sekelas.
“Jang Geun Won,” jawab tn.
Park.
“Aku harus baik dengannya?”
“Dia anak Presdir Jang, tentu
aku harus baik dengannya.”
tn. Park tertawa mendengar
jawaban Sae-ro-yi. Dia tahu kalau Sae-ro-yi sangat sulit bersosialisi.
Buktinya, di raport saja, guru Sae-ro-yi menulis Sae-ro-yi sebagai anak yang
tidak pandai bersosialisasi. tn. Park menasehati Sae-ro-yi untuk tidak terlalu
kaku karena itu akan membuat hidup lebih sulit.
“Ayah juga tak tahu.”
Mereka tertawa. Sae-ro-yi
akhirnya bertanya juga mereka mau kemana?
tn. Park ternyata membawa Sae-ro-yi ke Panti Asuhan Gaenari Pajin. Dia ke sana untuk memberikan makanan untuk anak-anak. Dan salah satu anak di panti asuhan itu adalah Oh Soo A. Soo A tentu kaget saat melihat Sae-ro-yi apalagi saat tahu kalau Sae-ro-yi adalah putra dari tn. Park.
tn. Park bicara pada Soo A. Dia
meminta maaf pada Soo A karena perusahaan Jangga berhenti memberikan donasi.
Soo A sudah mendengar itu dari direktur dan menurutnya itu bukanlah kesalahan
tn. Park. Karyawan kan memang harus mematuhi perintah boss.
tn. Park berkata kalau rumah
mereka sekarang dekat. Dan karena itu, dia akan sering datang untuk memasak.
Soo A senang mendengarnya karena dia lebih senang makan masakan dari tn. Park
daripada dari perusahaan Jangga. Dia berterimakasih pada tn. Park.
“Tidak perlu. Aku bersyukur kau
jadi gadis baik,” ujar tn. Park.
“Dia agak kaku dan pemalu,
'kan?”
“Bukan itu. Dia cukup tampan.”
“Benarkah? Itu karena dia mirip
denganku.”
Mereka berdua tertawa bahagia.
Usai bicara dengan tn. Park, Soo A ikut membantu Sae-ro-yi menjemur pakaian. Sembari menjemur, dia mengajak berbincang Sae-ro-yi yang katanya akan pindah ke SMA Gwangjin. Dia juga bersekolah di SMA itu. Tapi, Sae-ro-yi hanya diam dan tidak merespon sama sekali.
Soo A jadi kesal. Dia menyuruh
Sae-ro-yi untuk mnejawab jika ingin berteman dengannya. Sae-ro-yi malah balik
tanya untuk apa dia berteman dengan Soo A? Dia juga bertanya, apakah Soo A
dekat dengan ayahnya? Soo A membenarkan. Dia sudah mengenal tn. Park selama 5
tahun. Jangga adalah sponsor panti asuhan Gaenari dan tn. Park adalah
penanggung jawabnya. Karena itu, mereka menjadi saling mengenal.
Sae-ro-yi tetap saja bersikap
dingin hingga membuat Soo A kesal. Soo A mengira kalau Sae-ro-yi masih marah
karena pertemuan pertama mereka saat itu dan dia menyebut Sae-ro-yi
menyebalkan. Sae-ro-yi tidak terima di sebut menyebalkan hanya karena membantu
orang. Lalu, bagaimana dengan ayahnya yang membantu Soo A?
“Ku tarik ucapanku. Kita tidak
bisa berteman,” ujar Soo A dan langsung menyudahi menjemur pakaian dan langsung
pergi.
--
Selesai membantu di panti, tn.
Park dan Sae-ro-yi akhirnya pulang. tn. Park pamit pada Soo A sementara
Sae-ro-yi langsung masuk ke dalam mobil. tn. Park meminta Soo A untuk maklum
karena putranya itu memang sulit bersosialisai. Soo A dengan bercanda berkata
bahwa itu karna tn. Park terlalu memanjakan Sae ro yi.
--
Sebelum berangkat kerja dan
sekolah, Sae-ro-yi memasakan sarapan. Masakannya terlihat lezat. tn. Park
bahkan memuji rasanya yang enak. tn. Park khawatir karena Sae-ro-yi masih
mengenakan seragam sekolah lama, dan menawarkan untuk meluangkan waktu
membelikan seragam sekolah baru untuk Sae Ro Yi pagi ini. Sae Ro Yi menolak
karena ini kan hari pertama ayahnya bekerja juga, dan juga dia tidak masalah
memakai seragam ini sementara.
--
Sae Ro Yi berlari menuju halte bus. Dan lagi-lagi, dia berjumpa dengan Soo A. Sae Ro Yi sengaja berdiri agak jauh dari Soo A. Saat itu, dia melihat sebuah mobil hitam berhenti di depan Soo A.
Yang ada di dalam mobil itu adalah Jang Geun Won. Dia menawarkan tumpangan pada Soo A. Tapi, Soo A menolaknya, karna dia lebih suka naik bus. Geun Won membujuknya karena lebih nyaman naik mobil. Dengan blak-blakan, Soo A berkata kalau dia tidak nyaman dengan Geun Won.
Pas sekali, bus tiba. Jadi, mau
tidak mau, Geun Won pergi. Dan Soo A naik ke dalam bus. Sae Ro Yi hanya tetap
diam di tempatnya, tidak naik ke dalam bus. Sepertinya, dia menghindari Soo A.
--
Guru masuk ke dalam kelas dan
memperkenalkan murid baru hari ini. Murid itu adalah Sae Ro Yi. Dan ternyata,
dia sekelas dengan Soo A dan Jang Geun Won. Sae Ro Yi dengan canggung dan kaku
memperkenalkan dirinya. Guru menyuruh Sae Ro Yi memberitahu cita-citanya juga
atau hobinya. Sae Ro Yi memberitahu kalau dia bercita-cita menjadi polisi dan
hobinya adalah mendengarkan musik dan berlari.
Guru menyuruh Sae Ro Yi untuk
duduk di samping Soo A yang kebetulan kosong. Guru juga menyuruh mereka untuk
bicara sendiri sementara dia ke ruang guru sebentar. Sae Ro Yi dengan canggung
duduk di samping Soo A.
Saat guru tidak ada, Geun Won langsung membully seorang murid pria berkacamata, Lee Ho Jin. Dia mendorong murid itu hingga menabrak loker di dinding belakang kelas dan kemudian menuang susu ke kepala Ho Jin.
Ho Jin meminta maaf karna
membelikan susu putih karna susu strawberry di kantin sudah habis. Geun Won
tidak puas dan terus saja menjentik dahi Ho Jin hingga memerah. Dia bahkan
menjentik kacamata Ho Jin, dan tentu saja, refleks Ho Jin menutup matanya. Takut.
Sae Ro Yi tidak tahan melihat itu dan bangkit dari kursinya. Soo A langsung menyuruh Sae Ro Yi untuk membiarkan hal itu dan jangan ikut campur. Untuk apa ikut campur?
“Karena aku tidak nyaman,”
jawab Sae Ro Yi.
Soo A menyuruhnya untuk melihat
situasi jika ingin ikut campur. Soo A memberitahu kalau pria pembully itu
adalah Jang Geun Won, putra dari boss tn. Park. Jadi, jangan ikut campur. Sae
Ro Yi tidak peduli.
Sae Ro Yi tetap menghentikan apa yang Geun Won lakukan. Dia bahkan berkata, “Hanya karena kau kaya, tak berarti kau bisa jadi bajingan.”
Soo A sampai terkejut. Tidak
hanya Soo A, semua yang ada di kelas juga terkejut dengan apa yang Sae Ro Yi
lakukan. Geun Won pun tersinggung karena Sae Ro Yi menyebutnya bajingan. Bukannya
berhenti mengganggu Ho Jin, dia malah semakin mengganggu dengan menarik rambut
Ho Jin. Sae Ro Yi terus menyuruhnya berhenti.
Saat itu, guru masuk ke dalam
kelas. Dia melihat apa yang terjadi, tapi tidak berkata apapun. Sae Ro Yi
sampai bertanya, apakah gurunya tidak melihat ini? Guru gugup dan menyuruh
untuk berhenti bermain dan mulai belajar.
Woaah! Guru tidak peduli dengan
apa yang Geun Won lakukan.
Sae Ro Yi tidak tahan
melihatnya dan langsung melayangkan tinjunya pada Geun Won hingga Geun Won
terjatuh ke lantai. Merintih kesakitan. Semua langsung panik melihat Geun Won
yang terluka.
--
tn. Park sedang melakukan presentasi mengenai saus Jangga yang enak. Dan saat itu, sekretaris Kim datang menemuinya.
--
Geun Won dan Sae Ro Yi di bawa ke ruang kepala sekolah. Geun Won duduk santai di sofa sambil mengompres hidungnya, sementara Sae Ro Yi di pukuli dengan tongkat oleh guru. Guru memarahi Sae Ro Yi yang baru hari pertama sudah berani memukul teman di depannya. Kepsek malah sibuk meminta maaf pada Geun Won.
Presdir Jang Dae Hee ternyata
datang ke sekolah terkait kasus ini. Dia datang bersama sekretaris Kim dan juga
tn. Park. Presdir Jang langsung membahas mengenai putra tn. Park yang memukuli
putranya. tn. Park langsung meminta maaf atas hal itu. Geun Won langsung kesal
karna anak dari bawahan ayahnya berani memukul wajahnya. Presdir Jang menyuruh
Geung Won untuk diam.
Presdir Jang dengan sikap-nya yang tampak
baik, namun entah kenapa terasa menyeramkan, bertanya pada Kepsek, apa hukuman
yang akan di terima Sae Ro Yi? Kepsek menjelaskan bahwa berdasarkan peraturan
sekolah, Sae Ro Yi akan di keluarkan dan mengenai masalah hukumnya, polisi akan
membantu menyelesaikannya. Presdir Jang langsung berkata kalau polisi tidak
perlu ikut campur dalam masalah anak-anak. Presdir Jang juga berkata bahwa dia
sudah lama mengenal tn. Park, jadi menyelesaikan masalah ini bukanlah hal
besar.
tn. Park pasti terkejut mendengar hukuman yang harus Sae Ro Yi jalani. Tapi, saat Presdir Jang bertanya pada Kepsek, apakah Kepsek akan tetap mengeluarkan Sae Ro Yi jika dia memaafkan? Kepsek langsung menjawab kalau mereka tentu saja tidak akan mengeluarkan Sae Ro Yi jika Presdir Jang memaafkannya.
tn. Park jelas senang dan
berterimakasih atas bantuan Presdir Jang. Dia berjanji bahwa hal ini tidak akan
pernah terulang lagi.
“Namun… Sae-ro-yi. Penting
bagimu untuk meminta maaf atas kesalahanmu sendiri. Aku mau kau berlutut di
depan putraku dan meminta maaf. Mari selesaikan dengan itu,” perintah Presdir
Jang.
Geun Won tersenyum senang
mendengarnya. tn. Park terkejut dan berusaha negosiasi. Tapi, sebelum dia
sempat mengatakan sepatah katapun, Presdir Jang mengingatkan bahwa Sae Ro Yi
telah memukuli putra sulungnya. Dia juga merasa tidak enak berada di posisi
seperti ini dan karna itu dia memberikan soluis terbaik akan bisa
menoleransinya. Jadi, mari selesaikan masalah ini dengan Sae Ro Yi berlutut
meminta maaf.
Sae Ro Yi terdiam.
“Benar. Kau ayah baik, Manajer
Park. Kau didik dia dengan baik,” puji Presdir Jang.
“Namun, ayahku juga mendidik
aku untuk hidup memegang prinsipku. Aku melihat teman sekelasku dirundung. Lalu
guruku membiarkannya,” lanjut Sae Ro Yi. “Aku tak nyaman, jadi, coba
menghentikannya. Aku memukulnya karena dia tak mau dengar. Tak seharusnya dia
merundung teman di depan guru seperti itu. Aku bersedia menerima hukumannya jika
aku salah. Namun, aku tak bisa meminta maaf kepada Jang Geun-won. Karena aku
tak merasa salah.”
“Ini prinsipku. Ini didikan ayahku.
Dan aku ingin terus hidup seperti ini,” tegas Sae Ro Yi.
tn. Park terdiam mendengar
ucapan putranya tersebut. Putranya memegang teguh apa yang di ajarkannya.
Sayang sekali, presdir Jang
tidak suka dengan keteguhan hati Sae Ro Yi. Dia malah mengintimidasi tn. Park. Tapi,
tn. Park tidak merasa terindimidasi melainkan memuji Sae Ro Yi yang sangat
menganggumkan. Sae Ro Yi berperilaku sesuai prinsip dan bersedia bertanggung
jawab.
Presdir Jang langsung berujar
kalau tn. Park telah bertindak bodoh. Apa tn. Park mengira masih bisa tetap
bekerja padanya bila hubungan mereka menjadi canggung? Dan tidak di duga, tn.
Park langsung berkata kalau dia akan mengundurkan diri. Sae Ro Yi shock karna
tidak menyangka masalahnya akan membuat ayahnya terlibat seperti ini.
tn. Park tidak menyesal atas keputusannya. Sebaliknya, dia menundukkan kepala berterimakasih pada Presdir Jang untuk segalanya selama dia bekerja. Presdir Jang sampai tidak tahu harus berkata apa.
--
tn. Park membawa Sae Ro Yi ke
sebuah kedai. Dia menasehati Sae Ro Yi yang sudah salah karena menggunakan
kekerasan. Dan Sae Ro Yi sudah menerima hukumannya. Sae Ro Yi masih merasa
bersalah, karena ayahnya harus berhenti walaupun tidak berbuat salah.
tn. Park mengajak Sae Ro Yi
untuk minum alkohol bersama, tapi Sae Ro Yi menolak karena dia masihlah
pelajar. tn. Park mengingatkan kalau Sae Ro Yi sekarang sudah bukanlah pelajar.
Dia menyuruh Sae Ro Yi menuangkan soju padanya dan bahkan mengajarinya cara
menuang soju yang benar di hadapan orang tua.
Sae Ro Yi mencoba soju
pertamanya dan mengatakan rasanya terasa manis. tn. Park tertawa dan berujar
bahwa itu artinya hari ini sangat berkesan untuk Sae Ro Yi. Sae Ro Yi
menundukkan kepala, tidak tahu harus berkata apa.
“Semua ini hanya akan menjadi
kenangan. Kau bisa ikut ujian penyetaraan untuk gantikan ijazahmu. Ayah juga
punya uang untuk membuka satu restoran kecil. Tapi bukan itu yang terpenting. Ayah
selalu mengajarkanmu untuk hidup berprinsip, tapi ayah gagal melakukannya. Berbeda
dengan ayah, ayah harap kau hidup percaya diri. Hari ini ayah lihat kau telah
hidup seperti itu. Ayah sangat bangga padamu. Teruslah hidup seperti itu, Nak,”
puji dan nasehat tn. Park.
Tags:
Itaewon Class