Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 06-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN
KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI
Di episode kali ini, kita akan melihat kisah masa lalu Soo Ah.
Ibu
Soo Ah meninggalkan Soo Ah di panti asuhan pada hari hujan. Dia menyuruh Soo Ah
untuk menjadi anak baik dan mendengarkan perkataan para guru. Ibu memeluk Soo
Ah dan mencium pipinya, kemudian pergi begitu saja.
Soo
Ah datang ke sekolah, dan dia mendengar seorang siswa pria bergosip pada
temannya, memberitahu kalau Soo Ah adalah anak dari Panti Asuhan Gaenari. Dia
tahu karena rumahnya dengan dengan panti asuhan itu dan dia melihat Soo Ah
keluar dari sana. Teman Soo Ah yang tahu hal itu, jadi merasa kasihan pada Soo
Ah yang adalah anak yatim piatu yang di buang oleh orang tua. Soo Ah mendengar
ucapan temannya itu yang merasa kasihan padanya.
Saat Soo Ah masuk ke dalam kelas, teman-nya itu menawarkan sebuah roti pada Soo Ah. Soo Ah tersenyum ramah menerima roti itu dan berterimakasih sembari berujuar kalau dia memang sedang lapar. Temannya itu langsung memberikan sekotak susu juga untuk Soo Ah. Soo Ah tersenyum dan memuji temannya itu yang terbaik. Nama temannya itu adalah Choi Gyeong Hui.
Walau tersenyum, Soo Ah sebenarnya merasa marah. Dia diam-diam membawa tas Gyeong Hui ke toilet dan membuat semua isi yang ada di tas itu (buku, makanan, alat tulis) ke dalam kloset toilet.
Karena
perbuatannya tersebut, Soo Ah di panggil oleh guru wali kelasnya. Soo Ah tidak
mengakui kalau itu adalah perbuatannya. Guru tidak percaya karena selama jam
olahraga, hanya Soo Ah yang tetap berada di kelas. Soo Ah berbohong kalau dia
pergi ke ruang UKS karena tidak enak badan.
Guru
mulai membahas mengenai Gyeong Hui yang selalu baik pada Soo Ah, tapi kenapa
Soo Ah malah seperti ini? Soo Ah malah bersikap sini menyebut sikap baik Gyeong
Hui padanya sama seperti memberi receh ke pengemis. Dia bahkan menuduh guru
tidak percaya padanya karena dia tidak punya ibu. Guru kesal dan menyuruh Soo
Ah untuk kembali ke kelas saja.
“Kau
kehilangan kesempatan itu. Kesempatan untuk menyesali semuanya,” ujar guru itu.
“Aku
tidak butuh kesempatan semacam itu,” jawab Soo Ah.
--
Soo Ah berjalan seorang diri pulang ke panti. Di tengah jalan, dia melihat tanaman yang sedang berbunga. Dia menangis.
Tujuh belas tahun, umur yang sangat muda. Aku
yang menyedihkan karena di buang orang tuaku. Aku berpikir… ‘aku harus
menyayangi diriku sendiri.’ Aku yang tak di cintai oleh siapapun. Aku berpikir,
‘aku harus mencintai diriku sendiri.’
Dan
karena itu, ketika presdir Jang memanggilnya dan menawarkan beasiswa Jangga
padanya dan bahkan akan membiayai biaya hidup Soo Ah ke depannya, Soo Ah
menerima tawaran itu.
Aku terus membenarkan tindakanku sejak hari itu.
Dia
tahu kalau perbuatannya tersebut salah, karena dia tahu apa maksud dan tujuan
dari Presdir Jang memberikan beasiswa itu padanya. Karena itu, saat dia menemui
Park Sae Ro Yi di penjara, dia menangis sambil meminta maaf.
Ketika khianati penyelamatku. Ketika aku
khianati temanku. Aku akan lebih nyaman bila dia memakiku dengan keras.
Namun,
Sae Ro Yi tidak marah padanya.
End
Sama seperti saat itu, Sae Ro
Yi mengatakan hal ini : “Kau hanya melakukan yang terbaik untuk hidupmu. Kau
tidak salah apa-apa.”
Dan karena itu, Soo Ah terbawa
suasana dan hendak mencium Sae Ro Yi. Sae Ro Yi bahkan sudah memenjamkan
matanya, siap menerima ciuman dari Soo Ah.
Syaat!
Sayangnya, moment romantis itu
hancur karena Yi Seo yang muncul dan mendorong mulut Soo Ah, menjauh.
“Hukum Pidana Pasal 32. Mencium
seseorang tanpa izin termasuk pelecehan seksual,” ujar Yi Seo.
Sae Ro Yi jelas terkejut dengan
apa yang Yi Seo lakukan. Soo Ah juga mengibaskan tangan Yi Seo yang memegang
mulutnya dengan kesal. Soo Ah yang sebelumnya mabuk, sampai sadar dari mabuknya
karena perbuatan Yi Seo.
Yi Seo berpura-pura polos malah bertanya, apa dia mengganggu mereka? Apa Sae Ro Yi memang setuju menerima ciuman dari Soo Ah? Bhuahaahhaa. Sae Ro Yi sampai tidak tahu harus menjawab apa. Yi Seo langsung mengingatkan Sae Ro Yi agar mereka segera bergegas ke tempat pesta karena ini adalah pesta pertama setelah mereka buka lagi.
Sae Ro Yi menyuruh Yi Seo untuk
pergi duluan. Dia akan menyusul setelah memesankan taksi untuk Soo Ah. Yi Seo
mengeluarkan ponselnya dan menawarkan diri untuk menelpon taksi. Dia bahkan
menanyakan alamat Soo Ah dengan nada memaksa. Soo Ah tidak mau memberitahu.
Tanpa malu, Soo Ah meminta ikut pesta itu pada Sae Ro Yi. Yi Seo sampai tertawa sinis mendengarkan permintaan Soo Ah dan menegaskan kalau itu adalah acara kedai mereka, untuk apa Soo Ah ikut?
“Aku sedang bertanya kepada
bos-mu,” tegas Soo Ah.
--
“Aku tak tahu apa aku sungguh
bisa ikut di acara kalian ini,” ujar Soo Ah, malu.
“Kami tentu menyambut hangat
teman bos kami,” balas Seung Kwon dan mengajak semuanya untuk bertepuk tangan.
Tapi, tidak ada yang mau bertepuk tangan sama sekali.
Hyun Yi tidak asing dengan
wajah Soo Ah karena sering melihatnya di Itaewon. Soo Ah membenarkan dan
memberitahu kalau dia bekerja di Kedai Jangga. Soo Ah melihat Geun Soo dan
merasa tidak asing juga. Geun Soo mengingatkan kalau tahun lalu, dia pernah
datang ke Jangga bersama Yi Seo, tapi di usir. Soo Ah ingat kalau Geun Soo
salah satu anak di bawah umur waktu itu. Tapi… sepertinya mereka pernah bertemu
sebelum itu juga karena wajah Geun Soo terasa familier saat itu juga. Geun Soo
langsung tampak gugup dan pura-pura tidak tahu (karena dia adalah putra Presdir
Jang, pasti Soo Ah pernah melihatnya).
Geun Soo dan yang lain mencoba
makanan yang di hidangkan dan memuji rasanya yang sangat enak. Yi Seo
memberitahu kalau restoran ini adalah restoran lezat yang di promosikannya di
dalam blog-nya. Dia memberikan 4 bintang untuk restoran ini. Geun Soo merasa
kagum karena restoran ini bisa mendapatkan 4 bintang dari Yi Seo. 4 bintang
dari Yi Seo artinya tempat ini hebat.
Mendengar itu, Sae Ro Yi jadi
penasaran. Berapa bintang yang akan Yi Seo berikan untuk DanBam? Yi Seo
menjawab, 3 bintang. 3 bintang darinya artinya restoran bagus yang masih bisa
di kunjungi orang.
“Ada,” jawab Yi Seo. “Kedai
Jangga. Lokasi, pelayanan, interior. Semua terlihat sangat bagus. Namun, yang
terhebat dari semuanya adalah rasa. Aku dengar itu resep langsung dari Presdir
Jang. Orang itu benar-benar hebat.”
Mendengar itu, Sae Ro Yi
langsung berujar kalau Hyun Yi bisa melakukannya. Hyun Yi sampai keselek
mendengar ucapan Sae Ro Yi. Yi Seo langsung berujar kalau Hyun Yi sudah pintar
memasak, akan tetapi, Jangga adalah perusahaan besar dengan lebih dari sepuluh
merk sukses. Ukuran mereka di bandingkan dengan mereka tentu berbeda dan tujuan
kita pun lain.
“Tidak ada bedanya. Tujuanku
adalah menjadikan DanBam waralaba,” tegas Sae Ro Yi, memberitahu tujuan dari di
dirikannya DanBam. Hal yang membuat semuanya terkejut.
“Aku tidak pikir itu akan
mudah. Itu bisa saja sulit. Tentu sangat sulit bila sendirian, tapi ada kalian,
'kan? Kita bisa. Pasti bisa.”
Semua diam. Geun Soo tampak
bersemangat. Seung Kwon ingat saat mereka masih di penjara dan saat itu Sae Ro
Yi berujar kenapa mereka harus menyerah sebelum mencobanya sendiri? Mereka
tentu harus mencobanya dulu. Dan Sae Ro Yi sudah membuktikan ucapan tersebut
padanya.
“Baiklah. Waralaba atau apa pun
itu, semua bisa terjadi,” sambung Hyun Yi. “Kalau begitu lima kali… Tidak, aku
akan bekerja sepuluh kali lebih keras.”
“Kalau begitu, haruskah kita
percaya padanya?” ikut Geun Soo.
Yi Seo tersenyum.
--
Soo Ah mencuci tangannya di toilet. Dia masih memikirkan ucapan Presdir Jang yang menyuruhnya untuk membuktikan perkataan-nya dengan perbuatan.
Saat itu, Yi Seo masuk ke
toilet dan langsung bertanya pada Soo Ah, kenapa dia berbohong? Sanksi dilarang
berjualan. Bukan Soo Ah yang melaporkannya. Soo Ah hanya diam.
“Kau tanpa tahu malu mengganggu
kami, 'kan?” balas Soo Ah, terpancing. “Apa urusanmu? Kau bilang kau tak suka
Saeroyi.”
“Baiklah. Semangat.”
“Karakterku sedikit aneh. Aku
bahkan dapat konseling kejiwaan saat aku di SMP. Tapi dokter bilang ada
kemungkinan 79 persen aku adalah sosiopat.”
“Jadi? Maksud omonganmu dari
tadi adalah kau seorang wanita gila?” tanya Soo Ah balik dengan nada tidak
peduli.
“Jadi, maksud dari omonganku
ini… Ada orang yang harus dapatkan yang dia inginkan. Bila ada orang yang
mengganggunya, dia akan menghancurkan orang itu dengan cara apa pun. Aku
seperti itu. Jadi… Aku katakan lagi untukmu. Aku menyukai Bos,” tegas Yi Seo,
mengintimidasi tanpa rasa takut dan gentar pada Soo Ah.
Soo Ah tersenyum meremehkan, “Baiklah.
Tapi bagaimana ini? Seperti yang aku katakan sebelumnya, Saeroyi menyukaiku. Kau
tahu itu, 'kan?”
“Coba saja. Gadis manis,” balas
Soo Ah, menantang balik.
--
Geun Won pergi menemui Seo
Jeong In, putri dari Jea Foods di sebuah restoran. Geun Won meminta maaf karena
datang terlambat. Dia beralasan kalau dia terjebak macet. Nn. Seo tidak masalah
akan hal itu, tapi dia sudah memesan makanan duluan untuk mereka, tidak masalah
kan? Geun Won mengiyakan dengan canggung.
Nn. Seo bisa merasakan kalau
Geun Won terlihat tidak nyaman, atau Geun Won tidak suka dengannya? Geun Won
malah membalas dengan kalimat seperti ini : “Melihat Jea Foods seperti apa,
tidak mungkin aku tak suka denganmu.” Tentu saja, kalimat itu membuat Nn. Seo
kesal karena jadi terlihat jelas kalau Geun Won mau menemuinya karena
perusahaan orang tuanya.
“Aku tak terlalu suka ayam,”
beritahu Geun Won.
Nn. Seo tersenyum dengan
jengkel. Dia tentu tidak percaya dengan ucapan Geun Won. Bagaimana bisa putra
sulung pemilik bisnis makanan terbesar di Korea, tidak menyukai ayam? Karena
itu, Nn. Seo meminta pelayan membawakan buku menu lagi.
--
Soo Ah pergi menemui Presdir Jang di ruangan Presdir. Saat itu, Soo Ah melihat foto keluarga Presdir Jang yang ada di atas meja (Presdir – Geun Won – Geun Soo). Soo Ah langsung bertanya, apa laki-laki yang ada di foto itu, adalah putra Presdir? Presdir membenarkan, itu adalah putra keduanya.
“Apa maksudmu? Di sana?”
“Putra keduamu ini. Apa dia ada
di DanBam karena…”
Presdir Jang yang lagi menulis,
langsung meletakkan pena-nya dengan kesal. “Apa? Geun-soo bekerja untuk Park
Saeroyi sekarang?”
“Benar. Maaf. Ternyata kau tak
tahu,” ujar Soo Ah, merasa takut.
Presdir Jang jadi tampak marah. Dia menanyakan keadaan kedai Park Sae Ro Yi. Soo Ah memberitahu kalau kedai itu berjalan dengan baik. Orang bahkan mengantri sekarang. Bisnis mereka berkembang pesat.
Mendengar itu, Presdir Jang
semakin cemas dan khawatir.
Saat itu, Geun Won masuk ke
ruangan kerja Presdir. Saat melihat ada Soo Ah di sana, Geun Won langsung izin
keluar dan akan datang lagi nanti. Presdir menyuruhnya untuk tidak keluar dan
menanyakan langsung bagaimana kencan buta Geun Won? Geun Won canggung karena
ada Soo Ah di sana, tapi dia menjawab juga pertanyaan ayahnya kalau tidak ada
yang spesial.
Presdir menyuruh Soo Ah dan Geun Won duduk. Ada yang ingin di bicarakannya. Soo Ah juga menunjukan dokumen yang berisi profil mengenai Jo Yi Seo. Saat itu, sekretaris wanita Presdir yang masuk untuk menghindangkan minuman, sekilas mendengar pembicaraan mereka mengenai Jo Yi Seo dan DanBam.
Soo Ah memberitahu kalau alasan
kedai DanBam bisa berkembang adalah karena Jo Yi Seo. Sebagai bintang SNS dan
blog, Yi Seo membuat strategi pemasaran yang bagus. Walau masih muda, Yi Seo
pintar membaca pasar dan hebat membuat keputusan. Mendengar itu, Presdir Jang
menilai Yi Seo sebagai anak yang menarik. Penilaian yang sama yang di
berikannya pada Soo Ah, dulunya.
“Dia lembut, tapi juga kuat. Tak
umum menjadikan gadis 20 tahun sebagai manajer. Namun, hasilnya terlihat jelas.
Menurutku nalurinya bagus. Bila dia buat tujuan jelas, aku yakin dia dapat
berkembang lebih baik. Para karyawan memercayainya karena dia jujur dan
terbuka,” nilai Soo Ah.
Geun Won semakin sinis dan
menilai Soo Ah yang terlalu menilai Sae Ro Yi berlebihan. Menurutnya, wajar
jika para karyawan patuh pada Sae Ro Yi, karena karyawan Sae Ro Yi hanya
sedikit dan hal itu mudah di atur. Geun Won bahkan heran melihat ayahnya yang
terlalu memikirkan kedai kecil milik Sae Ro Yi.
“Jangga juga awalnya sebuah
kedai kecil. Orang yang punya tujuan pasti bisa mencapai banyak hal,” ujar
Presdir Jang. “Teruskan.”
“Tujuan Park Saeroyi saat ini adalah
membuat DanBam sebagai merek dan menjadikannya waralaba,” beritahu Soo Ah.
Geun Won tertawa dan menyebut
Sae Ro Yi yang sudah gila. Dia benar-benar menganggap remeh Sae Ro Yi. Tapi,
tawa Geun Won langsung hilang saat melihat wajah ayahnya yang sangat serius.
Ayahnya tidak tertawa sama sekali atas tujuan Park Sae Ro Yi. Sebaliknya, dia
menyuruh Soo Ah untuk terus mengawasi Sae Ro Yi.
--
Woah! Plot twist! Dir. Kang mendapat pesan dari sekretaris wanita Presdir
Jang yang masuk menghidangkan minuman tadi. Pesannya memberitahu kalau Presdir
Jang menyuruh Soo Ah untuk mengawasi Park Sae Ro Yi dan kedainya yang bernama
DanBam.
Dir. Kang mengulang nama “Park
Sae Ro Yi” dan “DanBam.” Sepertinya ada sesuatu yang dir. Kang rencanakan?
Semoga saja, dir. Kang masih ingat kalau Park Sae Ro Yi adalah anak dari
mendiang Manager Park.
--
Ibu Yi Seo bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan. Saat sedang bekerja, salah seorang karyawannya tiba-tiba bertanya mengenai Yi Seo yang katanya di terima di Universitas Sungyoon. Ibu Yi Seo, Jo Jeong Min, dengan bangga menambahkan kalau putrinya berada di daftar teratas universitas tersebut.
Karyawan-nya jadi makin kepo
dan bertanya, apakah Yi Seo bekerja paruh waktu sambil kuliah? Dia menunjukkan
SNS milik Yi Seo yang memposting kegiatannya di DanBam. Ny. Jo baru tahu hal
itu dan berusaha untuk tetap tenang.
--
Kedai masih ramah. Salah
seorang pelanggan wanita yang sudah mabuk, sibuk meminta agar Geun Soo
memberikan nomor teleponnya. Yi Seo melihat hal itu dan tidak peduli. Tapi,
Geun Soo peduli. Dia berkata pada pelanggan itu kalau dia sudah mempunyai orang
yang di sukainya.
Yi Seo menemui Sae Ro Yi dan menanyakan pendapatan bersih yang mereka dapatkan, berapa totalnya? Sae Ro Yi menjawab, 36.200.000 won. Yi Seo puas dengan hasil itu, tapi dia ingin mendapatkan lebih banyak lagi. Dia menanyakan pendapat Sae Ro Yi mengenai idenya agar memperkenalkan DanBam melaui TV. Sae Ro Yi setuju saja karena kata Yi Seo itu adalah cara pemasaran terbaik.
“Jika berhasil, kau takkan
ingkar janji, 'kan?” tanya Yi Seo.
“Ingkar janji?”
“Tentang syarat aku bekerja di
sini. Aku dapat 20 persen dari pendapatan bersih sebagai ganti gajiku.”
“Kedai ini rugi sebelum kau
datang. Meski tak ada pendapatan, aku tetap akan memberimu gaji. Untunglah
tidak.”
“Seiring dengan peningkatan
penjualan, tenaga kerja perlu ditambah. Sepertinya kita butuh satu koki dan
satu pelayan untuk akhir pekan,” beritahu Yi Seo.
Sae Ro Yi setuju dan Yi Seo
langsung bergerak memasang pengumuman kerja.
--
Yi Seo pulang ke rumah, dan Ny. Jo sudah menunggunya di ruang tamu dengan sebuah koper. Yi Seo jelas heran melihat ibunya yang masih belum tidur. Ny. Jo memberitahu kalau pihak kampus menelponnya dan dia sudah tahu kalau Yi Seo tidak masuk kuliah. Dia menanyakan alasan Yi Seo yang melakukan kerja paruh waktu alih-alih kuliah. Apa Yi Seo ingin mencoba masuk ke Harvard lagi?
Yi Seo berkata kalau dia bukan
kerja paruh waktu, tapi manajer kedai tersebut. Dia bekerja sebagai ibu. Ny. Jo
langsung berteriak marah. Dia menuntut penjelasan Yi Seo yang memilih bekerja
di kedai kecil seperti itu daripada kuliah?! Apa karna hal waktu itu? Apa orang
yang Yi Seo sukai bekerja di sana?
Yi Seo membenarkan dan bahkan
menambahkan kalau orang yang di sukainya adalah pemilik kedai tersebut. Ny. Jo
semakin kesal dan marah. Dia juga tahu apapun yang dia kataka tidak akan
merubah keputusan Yi Seo, jadi dia mengusir Yi Seo keluar dari rumah. Dia kecewa
karna Yi Seo membantahnya. Dia hanya ingin Yi Seo mendengarkannya dan melihat
hal baik.
“Ibu terlahir miskin, tak punya apa pun untukmu. Jadi, ibu lakukan apa pun untuk membesarkanmu. Tapi… karena kau begitu spesial dan sangat pintar, ibu tahu kau tak akan seperti ibu. Bagaimana bisa kau mengambil sifat yang tak berguna dari ibu? Walau kau lihat ibu hidup…” tangis Ny. Jo.
“Aku berbeda dari Ibu. Aku
pintar dan spesial, 'kan?”
“Apa maksudmu?”
“Tujuanmu hanya membantu bisnis
pemilik kedai itu? Lalu apa? Kau jadi istri pemilik kedai?”
“Ibu tak membesarkan aku
begitu. Aku tak bersandar pada mimpi orang. Aku juga tak akan hidup dengan
mimpi Ibu. Yang kujalani saat ini adalah hidupku. Terima kasih telah membesarkanku
dengan baik. Ini tidak akan makan waktu lama. Aku lebih hebat dari yang Ibu
bayangkan. Aku pergi,” ujar Yi Seo dan membawa kopernya keluar rumah. “Bersedihlah
sebentar.”
--
Yi Seo merenung di jembatan yang menghadap ke Namsan Tower. Dia mengenakan masker. Eh, Sae Ro Yi ternyata sedang lari malam dan melihat Yi Seo di sana. Dia cukup terkejut karna Yi Seo kan harusnya sudah pulang tadi, tapi apa yang di lakukannya di sini.
“Aku sedang memikirkanmu,”
jawab Yi Seo, blak-blakan.
Sae Ro Yi kaget. Yi Seo balik
tanya, kenapa Yi Seo bisa tiba-tiba lari dan muncul di sini? Sae Ro Yi menjawab
kalau berlari adalah hobinya dan jalur jembatan ini baik untuk berlari. Sae Ro
Yi melihat koper yang Yi Seo bawa dan tahu ada masalah. Yi Seo memberitahu
kalau dia membuat ibunya menangis. Sebabnya, karena dia tidak hidup sesuai yang
ibunya inginkan. Ibunya ingin dia kuliah di universitas bagus, bekerja di
perusahaan besar dan menikah dengan pria baik-baik. Dan ibunya tidak suka
dengan apa yang di lakukannya sekarang.
“Kenapa kau tak hentikan aku?”
tanya Yi Seo, kaget. “Biar kutebak. Kau ingin hormati pilihanku karena itu hidupku?”
“Bukan itu. Karena aku
membutuhkanmu,” jawab Sae Ro Yi, membuat Yi Seo senang. “Bila ibumu ingin kau
bekerja di perusahaan besar, mungkin DanBam bisa menjadi tempat seperti itu
untukmu. Apa ini terdengar egois? Aku tidak pernah menghibur orang lain
sebelumnya.”
“Ini lebih menghibur dari
kata-kata lain. Tapi ini di luar dugaanku. Kau biasa saja saat berkata seperti
itu,” jawab Yi Seo, tersenyum lebar.
“Saat acara makan waktu itu, kau
bilang ingin buat DanBam lebih besar dari Jangga, 'kan?” ingat Yi Seo.
“Benar.”
“Akan kuwujudkan.”
“Konon, "Makin besar mimpimu, makin besar kau tumbuh." Kau orang
yang tak ingkar janji, 'kan? Kau bukan pembual, 'kan?” tanya Yi Seo, tertawa. “Mari
kita wujudkan bersama.”
--
Dalam perjalanan ke kedai DanBam, Hyun Yi melewati sebuah salon. Dia teringat ucapan Yi Seo padanya tempo hari kalau dia lebih cantik dengan rambut warna hitam.
--
Seperti biasa, sebelum DanBam di buka, Sae Ro Yi mengajak semua pekerjanya untuk melakukan senam. Hyun Yi tiba terlambat dan meminta maaf. Dia tiba dengan rambut yang sudah di cat warna hitam. Melihat itu, Yi Seo tersenyum lebar karena apa yang di katakan-nya benar, Hyun Yi lebih cocok dengan warna hitam. Terlihat cantik. Geun Soo dan Seung Kwon setuju dengan hal itu. Sae Ro Yi bahkan memujinya juga. Hyun Yi sangat senang mendengarnya.
--
Di ruangannya, Presdir Jang
tampak gugup. Dia teringat ucapan Soo Ah mengenai Geun Soo yang bekerja di
kedai Park Sae Ro Yi. Presdir Jang merasa aneh pada dirinya sendiri karena
entah kenapa terusik dengan Park Sae Ro Yi.
--
Seung Kwon dan Hyun Yi melihat
aplikasi lamaran kerja. Yi Seo memposting lowongan pekerjaan DanBam di aplikasi
tersebut dan ternyata banyak yang mendaftar. Pasti akan butuh waktu lama untuk
menginterview satu persatu.
Sae Ro Yi dan Yi Seo yang menginterview para pelamar. Ada banyak jenis orang yang melamar, dari tua sampai muda. Ada yang bahkan melamar karena dia adalah fans dari Yi Seo.
Ada salah satu pelamar yang sangat cantik (cameo : Seo Eun Soo), dan melihat pelamar itu, Seung Kwon langsung suka dan bahkan langsung mau menerima-nya jadi pekerja. Tapi, keputusan ada di tangan Sae Ro Yi dan Yi Seo. Sae Ro Yi ternyata mengenali pelamar itu karena pelamar itu bekerja di restoran Seok Cheon dan sangat baik. Yi Seo dengan ketus bertanya alasan pelamar itu berhenti dari tempat kerja sebelumnya.
“Aku sebentar lagi kembali
kuliah. Karena kerja purnawaktu tak mungkin, aku mencari paruh waktu,” jelas
pelamar. “Aku akan bekerja keras. Pilih aku, Saeroyi.”
Seung Kwon dari tadi memperhatikan dan terus tersenyum melihat wajah pelamar yang cantik itu. Sae Ro Yi juga tampaknya ingin menerimanya, tapi Yi Seo malah bilang akan mengirim hasil wawancara hari ini melalui pesan. Sae Ro Yi sampai bingung karna sebelumnya tidak seperti itu.
Setelah pelamar itu pergi, Yi
Seo langsung berkata tidak menerima pelamar itu. Seung Kwon langsung protes dan
menanyakan alasannya. Dengan santai, Yi Seo menjawab : “Naluriku.” Seung Kwon
tentu tidak terima dan terus protes.
Seorang pria muda dengan penampilan cuku unik, datang ke kedai. Melihat pria itu, yang berkulit gelap dan terlihat seperti orang asing, langsung membuat Sae Ro Yi gugup karena dia tidak bisa bahasa Inggris. Untungnya Yi Seo bisa berbahasa Inggris dan dengan sopan memberitahu kalau kedai mereka masih belum buka. Mereka buka jam 5 sore.
Eh, ternyata, pria itu bisa
berbahasa Korea dengan lancar. Dia datang bukan untuk makan, tapi wawancara
kerja sebagai pelayan. Namanya adalah Toni Kim. Dia sudah tinggal di Korea
selama 1 tahun dan ayahnya adalah orang Korea.
“Apa kau punya pengalaman menjadi
pelayan di bar atau kedai?” tanya Yi Seo.
Tanpa di duga, Yi Seo memilih
Toni Kim sebagai pekerja mereka. “Kita harus bekerja dengannya untuk lihat
apakah dia pekerja keras. Kita di Itaewon, tapi yang bisa bahasa Inggris hanya
aku. Ini hal yang bagus, 'kan? Orang asing tentu membuat situasi lebih hidup.”
Sae Ro Yi setuju dan bertanya
apakah Toni bisa bekerja besok? Toni tentu saja bisa. Dengan begitu, Toni
menjadi bagian dari DanBam!
Tags:
Itaewon Class