Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 07-1


Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 07-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI

Park Sae Ro Yi menyambut kedatangan Presdir Jang, Geun Won dan Soo Ah. Sementara itu, Yi Seo bertugas menanyakan pesanan para tamu. Dia dengan tenang, menanyakan apa yang ingin Presdir Jang pergi? Dengan lugas, Yi Seo bahkan berkata kalau dia mengenal Presdir Jang karena tidak ada pebisnis yang tidak mengenal Presdir Jang.
Presdir Jang memesan satu porsi sup dan hidangan tumis serta satu botol soju. Dia meminta di hidangkan makanan andalan restoran DanBam.

Yi Seo pergi ke dapur dan memberitahu makanan pesanan Presdir Jang. Yi Seo juga menanyakan selera Presdir Jang pada Geun Soo karena Geun Soo kan anaknya. Geun Soo memberitahu kalau ayahnya suka makanan yang bumbunya kuat. Sae Ro Yi langsung memerintahkan Hyun Yi untuk memasak sukjusamgyeopbokkeum dan sundubujjigae. Yi Seo menyarankan agar di beri tambahan bumbu. Tapi, Sae Ro Yi melarang.
“Dengarkan aku. Aku tidak ingin ada kesalahan apapun hari ini. Karena itu, berperilakulah seperti biasa,” perintah Sae Ro Yi.
--
Makanan selesai di masak dan Geun Soo yang bertugas menghidangkan. Begitu melihat Geun Soo, Geun Won langsung memakinya sudah gila dan ngapain di sini? Dengan tenang, Geun Soo menjawab kalau dia bekerja.
“Ini bukan tempatmu,” ujar Presdir Jang.
“Dimana tempatku?” tanya Geun Soo, balik. “Apa Jangga… tempatku?”
“Ayah datang untuk makan. Kita bahas lain kali.”
Geun Soo tidak membantah. Dia menundukkan kepala dan memberi salam agar mereka menikmati pasangannya.

Walaupun Sae Ro Yi tampak baik-baik saja, tapi sebenarnya dia cukup tegang. Itu terlihat saat dia membantu Hyun Yi memaksa, dia tidak sadar kalau air mendidih hingga Hyun Yi harus memberitahu.
Saat Sae Ro Yi menghidangkan hidangan sup ke meja Presdir Jang, Presdir Jang langsung bertanya, mengenai Sae Ro Yi yang membeli saham Jangga. Geun Won dan Soo Ah terkejut karena sebelumnya, mereka tidak tahu apapun.    
“Bukankah sahammu stabil? Itu adalah investasi yang baik,” jawab Sae Ro Yi.
“Bukan itu. Maksudku delapan tahun lalu, ketika saham Jangga terpuruk. Jumlah investasimu melebihi 100 juta. Sepertinya itu adalah uang duka dari kematian Manajer Park. Lalu dengan uang itu, kau berinvestasi di Jangga? Apa alasannya?”
“Aku percaya padamu. Meski nama Jangga tercoreng, nilai Jangga... tidak akan berubah pada akhirnya. Aku pikir itu menguntungkan dalam jangka panjang.”
“Jadi, ini semua hanya karena profit? Apa ada hal yang lain?” tanya Presdir Jang, tidak percaya. “Baiklah, aku percaya soal itu. Apa maksud investasi pagi ini? Investasimu 600 juta won,” ujar Presdir Jang.
“Apa? Enam ratus juta? Kau melakukannya?” kaget Geun Won.
“Apa maksudmu?” tanya Presdir Jang.
“Kau... sepertinya terganggu olehku,” tebak Sae Ro Yi. “Alasannya sama seperti dahulu.”
“Kebohonganmu terlihat,” komentar Presdir Jang.
Presdir Jang kemudian mencoba makanan andalan DanBam yang di hidangkan padanya. dia memakan habis semua makanan itu dengan lahap. Tidak benar-benar habis, masih tersisa sedikit saja makanan.
“Aku berekspektasi besar sebelum ke sini. Setelah aku datang dan makan ini sendiri, kau tidak bisa melawan Jangga sama sekali. Bersyukurlah. Aku tidak menganggapmu sebagai musuh. Ini kukatakan karena memikirkan Manajer Park. Menyerahlah dan hidup biasa saja,” peringati Presdir Jang,” ujar Presdir Jang, meremehkan DanBam.
Geun Won tersenyum senang. Mereka beranjak pergi.
Sae Ro Yi membalas perkataan Presdir Jang. Dia tidak akan menyerah sama sekali. Dengan sangat tegas, Sae Ro Yi berujar : “Mungkin ini proses yang lambat, tapi aku melakukannya perlahan-lahan, dan kau adalah tujuan akhirku.”
Geun Won langsung marah mendengar ucapan Sae Ro Yi. Tapi, Sae Ro Yi berteriak begitu keras dan menyuruh Geun Won untuk diam saja. Geun Won tampak takut hingga diam.
“Memikirkan Manajer Park? Jangan bercanda. Yang kau bisa lakukan untuk ayahku adalah berlutut dan menebus dosamu. Aku akan mewujudkannya,” tekad Sae Ro Yi.
“Gertakan yang keras kepala, nekat, dan sombong. Kau perlu dipukul dengan tongkat,” balas Presdir Jang.
“Aku tak hanya menggertak.”
“Apa kau tahu? Harimau tidak menggeram atau mengaum. Mereka hanya mengoyakmu. Aku akan mengajarimu apa artinya itu.”
Usai mengatakan itu, Presdir Jang beranjak pergi. Sae Ro Yi tidak gentar, sebaliknya, dia berteriak keras mengucapkan terimakasih karena sudah datang ke DanBam.
Yi Seo dari tadi memperhatikan mereka.
--


Malam hari,
Sae Ro Yi ada di atap DanBam dan melihat video harimau di ponselnya dengan serius. Yi Seo yang naik ke atap, melihat itu dan tertawa karena Sae Ro Yi benar-benar mencari informasi mengenai harimau. Harimau sudah tentu mengaum.
Sae Ro Yi membenarkan. Harimau mengaum dengan keras dan Presdir Jang hanya asal bicara saja tadi padahal belum pernah melihat harimau asli. Yi Seo menjelaskan kalau maksud Presdir Jang tadi, adalah ingin menghancurkan Sae Ro Yi.
“Kau harusnya menahan diri. Dia adalah lawan yang tangguh. Kau tidak bisa bertarung seperti itu.”
“Dia pasti pikir aku bocah yang tak bisa mengontrol amarah. Tapi baguslah bila dia berpikir begitu.  Dia mungkin akan menginjak kita dan itu pasti terjadi. Jika dia kira aku bocah, dia takkan berusaha sekuatnya.”
“Apa maksudmu dengan itu?”
“Pukulan pertama penting saat bertarung. Lalu pukulan pertama harus dari belakang.”
Sae Ro Yi bicara sambil mengirim pesan pada Ho Jin, memberitahu kalau Presdir Jang datang ke DanBam dan mereka harus bertemu.
Ho Jin di apartemen mewahnya, membaca pesan dari Sae Ro Yi. Dia setuju untuk bertemu.

Flashback
Ho Jin mengunjungi Sae Ro Yi di penjara. Sebelum bisa bertemu, Ho Jin harus mengisi formulir izin temu. Dia harus menulis nama tahanan yang ingin di temui, namanya dan juga hubungannya dengan tahanan. Ho Jin sedikit bingung harus mengisi apa.
--
Sae Ro Yi terkejut melihat Ho Jin yang datang menemuinya. Ho Jin tampak gugup. Dia datang karena ingin bertanya, kenapa Sae Ro Yi memukul Geun Won hari itu (hari pertama Sae Ro Yi sekolah)? Sae Ro Yi dengan santai menjawab kalau dia hanya tidak suka melihatnya. Dan juga, Ho Jin tidak usah berterimakasih padanya.
Ho Jin membantah hal itu. Dia bahkan menyebut Sae Ro Yi yang hanya ikut campur. Dia sudah mempunyai caranya sendiri melawan Geun Won yaitu dengan bertahan. Karena Sae Ro Yi tidak bisa menahan diri, makanya Sae Ro Yi berakhir di penjara seperti ini.
Sae Ro Yi tidak marah mendengar ucapan Ho Jin, sebaliknya dia jujur kalau ucapan Ho Jin cukup menusuk. Tapi, apa yang Ho Jin ucapkan benar. Hanya saja, jangan sok tahu. Ada hal-hal yang tak bisa di tahan oleh orang lain. Dan karena Ho Jin sudah selesai bertanya, Ho Jin boleh pergi.
“Apa yang ingin kau lakukan? Ada rencana setelah keluar?” tanya Ho Jin, masih belum pergi.
“Entahlah. Aku tak ingin bicarakan itu. Karena kau menyebalkan.”
“Aku masuk Universitas Hanguk jurusan Manajemen. Itu adalah hasil dari menahan diri dalam neraka itu,” beritahu Ho Jin.
“Begitu rupanya. Kau bisa hidup baik dengan lupakan semua. Baguslah.”
“Apa kau bisa begitu? Hidup baik dan melupakan semuanya? Itu hal yang diucapkan oleh orang yang tak pernah dirundung. Aku bahkan terkadang terbangun karena memimpikan Jang Geun-won. Tak hanya sekali aku naik ke atap di malam hari karena ingin bunuh diri,” jujur Ho Jin.
“Aku tak pintar menghibur orang...”
“Tiga tahun itu terasa lama. Hal yang membuatku bertahan selama itu adalah rasa ingin membalas dendam. Mimpiku adalah menjadi manajer aset finansial. Itu semacam manajer dana. Sebelumnya, aku tak bisa jujur tadi karena sedikit terganggu. Sebenarnya aku berterima kasih karena kau membantuku.”
“Saat aku keluar nanti, aku akan buka kedai. Kuingin jadi yang terbaik di bisnis makanan dan menjatuhkan Jangga,” beritahu Sae Ro Yi, mengenai tujuannya. “Itu tujuanku.”
"Itu takkan mudah.”
“Aku tidak pikir itu...”
“Itu sulit. Tapi mungkin bisa terjadi jika ada manajer dana andal,” sambung Ho Jin. Artinya, dia akan membantu Sae Ro Yi.

Sae Ro Yi tersenyum dan tertawa. Dia bahkan menanyakan nama Ho Jin. Ho Jin memberitahu namanya. Sae Ro Yi memberitahu namanya juga dan mengajak Ho Jin untuk berteman dengannya. Dan Ho Jin menyambut hal itu. Itulah tujuannya datang.
Dan kita di perlihatkan, kalau di formulir izin temu, Ho Jin menulis hubungannya dengan Sae Ro Yi adalah teman.
End

Sae Ro Yi tiba di tempat Ho Jin. Mereka bahkan minum bir bersama. Ho Jin memberitahu keputusan investasi Sae Ro Yi pag ini cukup gegabah. Jika saja Sae Ro Yi bisa menuggu setahun saja, uang itu bisa bertambah 500 juta lagi.
Sae Ro Yi langsung bertanya kenapa Ho Jin tidak berusaha menghentikannya? Ho Jin balas mengingatkan kalau tujuh tahun yang lalu, dia masihlah seorang mahasiswa, tapi Sae Ro Yi percaya padanya dan mempercayakannya dengan uang duka mendiang ayah Sae Ro Yi.  
“Aku tak tahu tentang saham, tapi aku tahu kau,” ujar Sae Ro Yi. “Kau bilang tiga tahun itu bagai neraka. Karena kau bertahan di neraka itu, kau bisa masuk ke universitas terbaik. Kau orang yang kuat dan gigih.”
“Kau bilang itu dan menyuruhku lakukan banyak hal.”
“Apa?”
“Direktur Kang Min-jung. Aku masih merinding membayangkan itu,” jawab Ho Jin.
Flashback
Ho Jin dan Sae Ro Yi pergi menemui dir. Kang. Ini pertemuan pertama Sae Ro Yi dengan dir. Kang sejak terakhir kali mereka bertemu di pemakaman manajer Park. Dir. Kang terang-terangan memberitahu tidak menyangka kalau Sae Ro Yi menyuruh Ho Jin mendekatinya selama 6 bulan ini.
“Aku dengar ceritamu dan Presdir Jang. Manajer Park adalah orang yang aku hormati dan sukai. Sayangnya, aku tak bergerak dengan rasa kasihan atau simpati,” terang-terangan Dir. Kang.
“Aku dengar Ho-jin membantumu menggandakan uangmu. Aku juga dengar kau bekerja keras untuk memajukan Jangga.”
“Lalu apa?”
“Aku ingin mendukungmu.”
“Bagaimana caranya?”
“Jika rapat pemilik saham diadakan suatu hari nanti. Kau pasti tahu kualitas Ho-jin dari enam bulan ini.”

“Ho-jin memang berbakat.  Bagaimana denganmu? Kau bekerja keras tujuh tahun untuk buka sebuah kedai? Mengagumkan. Manajer Park pasti sangat bangga padamu. Tapi Saeroyi, hal ini berbeda. Sekalipun jual bisnismu yang bernilai beberapa ratus juta itu, kau hanya bisa memperoleh sedikit dari saham Jangga. Mengerti? Kau tak bisa bekerja sama denganku.”
“Bagaimana kalau aku bisa dapatkan satu persen dari saham Jangga?” tanya Sae Ro Yi, mencoba bernegosiasi.
“Satu persen? Total saham Jangga sekitar 200 miliar. Satu persennya adalah dua miliar won. Uang itu tak bisa didapatkan anak kecil sepertimu dan sejujurnya, itu pun bukan bantuan besar,” pesimis Dir. Kang.
“Bukankah ini cocok untuk mengetesku? Jika itu bisa kulakukan, aku bukanlah anak kecil. Sekalipun bukan bantuan besar, bukankah tetap membantumu? Dan perlu kau ketahui, aku tak terlalu sedih kau menolak bantuanku.”
Dir. Kang tertawa mendengar ucapan Sae Ro Yi. “Kau berbicara seakan kau sudah mempunyai hal itu.”
“Begitulah caraku hidup.”
“Apa yang kau mau dariku?”
“Menjadi pemilik saham terbesar setelah Presdir Jang. Kau sudah lama kenal Jang Geun-won. Apa dia mampu memimpin Jangga nanti? Apa Jangga yang dipimpin Geun-won akan berkembang baik? Aku ingin kau memimpin Jangga,” jawab Sae Ro Yi.

Permintaan yang tidak terduga bagi dir. Kang. Sae Ro Yi menjelaskan lebih lanjut kalau di saat pelengseran Presdir Jang mulai di bahas, dia akan berada di pihak dir. Kang. 
Dir. Kang mulai membahas mengenai Sae Ro Yi yang menganggap presdir Jang adalah musuh, akan tetapi, bagi Presdir Jang, Sae Ro Yi hanyalah seekor lalat. Sae Ro Yi sekarang ini menggertak hanya karena memiliki sebuah kedai kecil. Omong kosong yang dari tadi Sae Ro Yi ucapkan tidak membuatnya bersemangat karena dia adalah pecinta damai.
“Namun, karena kau anak Manajer Park, haruskah aku mencoba berharap?” lanjut dir. Kang, mulai goyah. “Dibandingkan omonganmu, juga perspektifku, aku percaya Presdir Jang. Kedaimu bernama DanBam? Jea Foods, Hyeonil Foods, Soso Brothers, dan yang lain. Kau tahu mereka?”
“Perusahaan restoran tingkat atas.”
“Presdir Jang makan di tempat mereka. Satu persen, dua miliar. Itu ambisi yang hebat, tapi hatiku tak tergerak dengan angka yang kau berikan. Buat Presdir Jang datang ke kedaimu untuk makan. Itu misi dariku. Bila kau bisa mengganggu pikirannya, aku akan percaya kepadamu,” tantang dir. Kang.
End
Dan Sae Ro Yi bisa melakukannya hari ini. Dia berhasil membuat Presdir Jang terganggu dengannya dan datang ke kedainya.
--

Sae Ro Yi dengan di antara menggunakan mobil Ho Jin, bertemu dengan dir. Kang. Dia memuji Sae Ro Yi karena sudah berhasil menyelesaikan misi darinya. Tapi, menurut dir. Kang juga, itu hanyalah keberuntungan akibat investasi 600 juta won Sae Ro Yi pagi ini. Sae Ro Yi membenarkan kalau presdir Jang terganggu dengan investasi itu sebab dia pembeli sahamnya.
Sae Ro Yi juga senang karena dir. Kang sudah menarik sahamnya di tempat lain dan membeli saham Jangga. Apa itu artinya, dir. Kang sudah mantap dengan hal ini?
“Hei. Kau tahu kau menyebalkan?” tanya dir. Kang.
“Tidak,” jawab Sae Ro Yi.
“Kau memang sedikit menyebalkan,” timpali Ho Jin.
Hahaha. Dir. Kang dan Ho Jin setuju kalau Sae Ro Yi itu menyebalkan. Tapi, itu jugalah letak pesona Sae Ro Yi. Tanpa ragu, dir. Kang bersedia bekerja sama dengan Sae Ro Yi untuk menjatuhkan Presdir Jang dan Geun Won.
Wow! Sae Ro Yi dan Ho Jin sangat senang dengan hasil tersebut.
--
Presdir Jang memanggil dir. Kang ke rumahnya dan mengajaknya bermain go. Entah kenapa, tiba-tiba Presdir Jang mulai membahas mengenai mendiang ayah dir. Kang. Dia sering teringat dengan Bo Hyeon (nama mendiang ayah dir. Kang) dan merasa umurnya tidak lama lagi. Tapi, dia juga khawatir mengenai perusahaan dan tidak percaya dengan Geun Won.
“Kini sedang tren merekrut manajemen profesional untuk tangani perusahaan. Walau ini sulit untuk kuucapkan, kuharap kau tak merasa wajib mewariskannya ke putramu. Banyak orang lebih berbakat dibandingkan Geun-won di Jangga. Bukankah perkembangan Jangga adalah yang terutama?” ujar dir. Kang.
“Kalau begitu… Kau cocok dengan posisi ini, 'kan?” balas presdir Jang.
Pembicaraan mereka terhenti karena permainan sudah selesai dan di menangkan oleh dir. Kang. Presdir mengajak dir. Kang untuk makan bersama, tapi dir. Kang menolak karna dia sudah ada janji lain.
“Min Jung. Aku senang kau seperti keluargaku. Lalu sebagai presdir Perusahaan Jangga, aku juga selalu bersyukur atas perasaanmu terhadap Jangga. Aku hanya percaya denganmu. Karena itu, aku titip perusahaan ke depannya,” ujar Presdir Jang, sebelum dir. Kang pergi.
“Aku akan selalu percaya dan menurutimu, Pak,” balas dir. Kang.


Setelah dir. Kang pergi, sekretaris Kim menemui presdir Jang. Ternyata, sebelumya, presdir Jang sudah menerima foto mengenai pertemuan kemarin malam dir. Kang dengan Sae Ro Yi. Artinya, presdir Jang tidak sepenuhnya percaya pada dir. Kang hingga bisa menyuruh orang diam-diam mengikutinya.
--

di DanBam,
Yi Seo terus memperhatikan Sae Ro Yi. Yi Seo benar-benar penasaran mengenai hubungan Sae Ro Yi dan Jangga. Di matanya, Sae Ro Yi tampak seperti orang yang narsis dan suka pamer, tapi saham dan pukulan pertama yang Sae Ro Yi bicarakan, dan rencana dari delapan tahun lalu… itu adalah pertarungan yang tidak di ketahuinya. Dan itu membuatnya kesal.
Sae Ro Yi menerima telepon dari Ho Jin karena itu dia memberitahu yang lain kalau dia ada urusan. Yi Seo langsung mau ikut. Geun Soo sampai kaget. Sae Ro Yi juga menolak membawa Yi Seo dan menyuruh Geun Soo membersihkan toko dan mengantarkan Yi Seo pulang.
Geun Soo mengiyakan. Tapi, begitu Sae Ro Yi pergi, Geun Soo langsung bertanya pada Yi Seo, kalau dia pasti tahu sesuatu mengenai hubungan keluarganya dengan Sae Ro Yi. Yi Seo tidak mau memberitahu dan hanya bilang tidak tahu. Geun Soo tidak percaya, tapi Yi Seo terus bilang tidak tahu. Yi Seo sampai berteriak dan menarik perhatian para pekerja lainnya.
Hal itu, jelas membuat Geun Soo semakin yakin kalau Yi Seo tahu sesuatu.
--

Ho Jin mengajak Sae Ro Yi bertemu untuk menunjukkan rasio kepemilikan saham pendukung presdir Jang. Ho Jin merasa kalau mereka terlalu cepat menunjukkan taring mereka. Yang di tunjukkannya adalah rasio saham pendukung presdir Jang dan pendukung dir. Kang seperti mereka. Bila melihat rasio kepemilikannya, mereka masih kurang sekitar 12 persen. Itu karna orang dalam sangat percaya pada Presdir Jang.   
“Kalau begitu, rusak kepercayaannya,” ujar Sae Ro Yi.
“Bagaimana?”
“Kita ada satu kartu lagi, 'kan?”
“Detektif itu?” tanya Ho Jin. “Apa itu kartu bagus? Setiap tahun, dia selalu bilang tak tahu.”
“Kita harus terus mencoba.”
--
Esok hari,
Perusahaan Jangga,
Presdir Jang memanggil Geun Won di ruangannya. Dia memanggil untuk menanyakan mengenai adanya biaya keluar untuk “Kedai Terhebat.” Harusnya, mereka yang di bayar untuk tampil di acara itu, kenapa malah mereka yang membayar?
Geun Won dengan bodohnya menjawab kalau dia membayar agar Sae Ro Yi tidak bisa tampil di acara itu. Alasannya? Karena itu adalah program kompetisi masak dan mungkin saja Jangga kalah. Presdir Jang benar-benar marah mendengar alasan itu. Itulah sebabnya, orang-orang menganggap Geun Won tidak kompeten. Dasar anak tak berguna!
“Ucapanmu barusan, sama saja kau mengakui bahwa Jangga tak lebih baik dari kedai itu. Zaman sudah modern, cobalah gunakan otakmu!”
Geun Won hanya bisa meminta maaf. Presdir Jang sudah terlanjur marah dan menyuruh Geun Won keluar dari ruangannya.
Pas Geun Won keluar, dia malah berpas-pasan dengan Geun Soo yang menuju ruangan presdir Jang. Geun Soo memberitahu kalau dia di panggil oleh ayah untuk datang. Geun Won penaaran dan bertanya alasan Geun Soo di panggil?
“Kau khawatir?” tanya Geun Soo, tersenyum.
Geun Won marah melihat senyum dan pertanyaannya, dan meninju wajah Geun Soo hingga sudut bibirnya terluka.
“Waktu kecil aku tak paham alasan kau memukulku. Ternyata karena kau cemas,” ujar Geun Soo, tenang.
“Kau benar-benar gila,” marah Geun Won dan menarik kerah baju Geun Soo.
Geun Soo melepaskan cengkeraman Geun Won di kerah bajunya, “Tenang saja. Aku tak tertarik.”
Geun Soo masuk ke ruangan Presdir Jang.
“Kenapa wajahmu seperti itu?” tanya Presdir Jang, melihat sudut bibir Geun Woo yang berdarah.
“Aku sering dengar itu saat kecil.”

Presdir Jang tidak basa basi lagi. Tujuannya memanggil Geun Soo adalah untuk menyuruhnya sekolah keluar negeri sekaligus menemui ibunya. Geun Soo tidak mengiyakan. Sebaliknya, dia bertanya hubungan ayahnya dengan Sae Ro Yi. Itulah tujuannya datang. Untuk menanyakan hal itu.
Presdir Jang menjawab kalau hubungan mereka tidak baik dan tanyakan saja langsung pada Sae Ro Yi. Geun Soo tidak berani bertanya langsung pada Sae Ro Yi karena dia takut. Karena hal yang jahat ada pada keluarganya sendiri.
“Tak usah khawatir. Bukan aku yang jahat. Ini peribahasa yang paling ayah suka. "Yang kuat memangsa yang lemah." Orang yang baik dan jahat. Menurutmu bagaimana cara membedakannya? Dengan melihat yang menang. Dan ayah selalu menang. Ikan yang tumbuh dalam akuarium hanya bisa tumbuh sebesar tangan ini. Namun, bila tumbuh di alam, ia bisa tumbuh lebih dari satu meter.  Kau keluar dari rumah dan hanya menjadi pelayan kedai? Kau adalah putra ayah. Walau kau anak haram, ayah tak bisa biarkan kau menjadi ikan kecil. Ayah mau kau berhenti...”
“Dengar! Aku tak ingin hidup seperti itu. Aku pergi dahulu,” teriak Geun Soo. “Lalu satu hal lagi.  Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi apa Ayah yakin bahwa DanBam itu akuarium kecil? Saeroyi hyung lebih kuat dari yang Ayah bayangkan.”
Ucapan Geun Soo membuat Presdir Jang, terganggu.
--

Soo A menuju Itaewon. Dia lewat di tempat perhentian bus. Dan itu membuatnya jadi teringat malam dimana Sae Ro Yi bilang akan membuatnya menjadi pengangguran. Teringat hal itu, Soo A menghubungi Sae Ro Yi.
Eh, umur panjang, Sae Ro Yi lewat di depan mobilnya.
--

Mereka berjalan bersama di taman. Saling menanyakan apa ada masalah? Dan sama-sama menjawab tidak ada. Soo A penasaran cara Sae Ro Yi bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk investasi. Tapi, Sae Ro Yi hanya menjawab rahasia.
“Karena aku karyawan Jangga?” tanya Soo A, alasan Sae Ro Yi tidak mau memberitahu.
“Tidak. Lebih dari itu, aku tidak ingin kau terlibat dalam pertarunganku dengan Presdir Jang.”
“Apa maksudmu? Kau sudah membuatku terlibat. Terkadang, aku bingung sendiri. Aku sudah jelas karyawan Jangga dan aku bekerja keras dalam pekerjaanku. Namun, saat kau bilang ingin membuatku menjadi pengangguran, itu membuatku sangat senang. Kadang aku berharap kau hentikan hal ini, tapi kemudian aku tetap mendukungmu. Berada di antara kau dan Jangga, apa yang harus kulakukan? Siapa yang harus kubela? Terdengar aneh saat kubicarakan. Aku seperti bermuka dua,” curhat Soo A.
“Apa aku pernah beri tahu alasanku suka padamu?”
“Apa?”
“Hari itu. Kau terlambat saat wawancara universitas. Kau berlari kencang saat itu, 'kan?  Kau berkata tak butuh bantuanku dan terus begitu sambil berlari sejauh itu. Tapi kau berhasil sampai dan masuk. Saat kau masuk ke dalam, aku melihat punggungmu. Saat itu aku merasa bahwa kau orang independen yang tahu cara mengurus dirimu sendiri. Kau keren saat itu. Tak usah bingung. Jadilah pendukung untuk dirimu sendiri,” ujar Sae Ro Yi.
“Baiklah,” senyum Soo Ah.


Post a Comment

Previous Post Next Post