Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 4 part 2


Original Network : tvN
"Semua karakter, organisasi, tempat, dan peristiwa adalah fiktif”

Sun Mi mempersilahkan Dong Baek, Kyung Tan, dan Se Hoong untuk masuk ke dalam kantornya. Tapi dia melarang Ji Eun untuk ikut masuk.

Didalam ruang rapat. Sun Mi menjelaskan bahwa Ki Dan sudah membakar semua bukti pembunuhan, tapi dia yakin bahwa masih ada yang belum terbakar. Ki Dan hanya membakar bukti yang di ingat nya, oleh karena itu dia ingin mencari bukti yang tidak diingat oleh Ki Dan.
“Omong kosong apa itu?” komentar Kyung Tan.
“Pertama, kita akan mencatat semua yang dilihat Detektif Dong. Setelah itu, kita akan berusaha mencari apa yang kurang,” kata Sun Mi, menjelaskan.



“Aku tidak memindai semuanya. Aku tidak sempat, jadi, hanya dua pembunuhan terakhir yang kulihat,” balas Dong Baek. Dan Sun Mi tidak masalah.
Dimulai dengan Kim Seo Kyung. Yang bertugas mempersiapkan dan membersihkan adalah Han Man Pyeong. Dia mengikat Seo Kyung di tempat tidur, lalu memakaikan jubah putih kepada Ki Dan serta sarung tangan juga kepadanya. Kemudian sebelum membunuh, Ki Dan selalu berkhotbah. Dia merasionalkan perbuatan nya untuk Man Pyeong dan dirinya sendiri.


“Berapa lama? Total khotbah dan pembunuhan itu,” tanya Sun Mi.
Dong Baek mengingat ketakutan dan jeritan Seo Kyung. Dan dia merasa pusing mengingat itu. Melihat kondisinya, Kyung Tan merasa khawatir. “Satu jam untuk Kim Seo Kyung. Lebih dari 10 menit untuk Yoon Ye Rim,” jelas nya.

“Dia dikejar waktu karena aku,” gumam Sun Mi, menyimpulkan. “Hasrat seksual dan sensasi pembunuhan dipadukan untuk memaksimalkan sinergi. Siapa yang membersihkan?”
“Kondom digulung di sarung tangan,” jelas Dong Baek.




Setelah selesai membunuh korban, Ki Dan melepaskan jubah putih dan sarung tangan yang dipakainya. Kemudian dia pergi melewati jalan hutan. Dan sesampainya dirumah, dia akan membakar semuanya.


“Tapi aku tidak mengerti,” kata Kyung Tan. “Dia membersihkan dirinya, tapi membuang mayatnya dengan gegabah.”
“Dia pamer,” balas Dong Baek.
Dong Baek menggambarkan titik- titik mayat dibuang. Lalu dia menghubungkan titik- titik tersebut dan terbentuklah sebuah gambar. Ki Dan ingin mengisyaratkan kelahiran kerajaannya, karena itu Ki Dan berencana untuk membunuh 13 orang. Mengetahui itu, Kyung Tan sangat merasa kesal dan ingin mencari pistol nya.
“Kenapa Kim Seo Kyung dibuang hidup-hidup? Bagaimana jika dia pulih?” tanya Sun Mi, heran. Dan mendengar itu, Kyung Tan pun duduk kembali dengan tenang untuk mendengarkan.

“Jangan membuangnya di tempat yang terlalu terpencil,” kata Ki Dan, memberitahu Man Pyeong, setelah selesai membunuh Seo Kyung. “Tidak akan menyenangkan jika dia terlambat ditemukan,” jelasnya.


Man Pyeong memasukkan mayat Seo Kyung ke dalam mobil. Tapi tiba- tiba dia merasa sesuatu yang aneh. Dan saat dia memeriksa nadi Seo Kyung, dia merasakan kalau Seo Kyung masih hidup.

“Han Man Pyeong membiarkannya hidup. Park Ki Dan mengetahuinya kemudian,” jelas Dong Baek. “Han Man Pyeong bukan psikopat.”
“Itulah yang terjadi saat orang bodoh memiliki keyakinan yang kuat,” komentar Kyung Tan.
“Dia yakin para korban akan ditebus melalui hukuman Park Ki Dan,” komentar Sun Mi.



Sun Mi mem-print hasil diskusi mereka semua. Dan lalu Se Hoong membagikan itu kepada masing- masing. Sun Mi menjelaskan bahwa dia ingin mereka untuk melupakan semua prasangka dan melihat dengan sudut pandang yang baru, bukan sudah pandang nya atau Dong Baek.
“Ini seperti memainkan Cari Perbedaannya.,” kata Kyung Tan. “Ini keahlianku.”
Mereka berempat berkeja sama dan mendiskusikan ulang semuanya. Mereka bekerja sampai larut malam, bahkan sampai matahari bersinar terang.

Didalam kamar mandi. Dong Baek mencuci wajahnya dan menatap dirinya sendiri di cermin.

Saat Dong Baek kembali ke ruangan, Sun Mi menyarankan semuanya untuk menyegarkan diri dan berkumpul kembali nanti. Tapi tiba- tiba Se Hoong menemukan sesuatu yang janggal.
“Setelah membunuh Seo Kyung, dia membakar 13 barang di perapian. Dari baju olahraga hingga ransel,” jelas Se Hoong. “Tapi setelah membunuh Ye Rim, dia hanya membakar 12. Sarung tangan lateksnya hilang. Sarung tangan lateks tempat dia menggulung kondomnya. Aku penasaran apakah kamu lupa menyebutkannya,” katanya.


Mendengar itu, Dong Baek mulai mengingat kembali dengan perlahan. “Tunggu. Dia tidak membakarnya,” katanya mengingat. “Bagaimana jika dia jatuhkan di suatu tempat?”
“Maka Han Man Pyeong akan membuangnya,” jawab Sun Mi.



“Bagaimana jika tergeletak di suatu tempat?” tanya Dong Baek. “Sarung tangan itu bisa saja jatuh ke celah atau pipa air.”
“Pantas diperiksa,” balas Sun Mi.

Se Hoong berkomentar, seandainya mereka berhasil menemukan itu, maka mereka akan mempunyai DNA korban dan DNA Ye Rim. Mendengar itu, Dong Baek dan Sun Mi segera berangkat ke tempat kejadian.
“Bangunkan Kapten Koo dan hubungi tim forensik,” kata Dong Baek dengan terburu-buru.
“Dan minta berapa petugas?” balas Se Hoong.
“Semuanya!”



Diruang bawah tanan. Dong Baek dan Sun Mi berhasil menemukan sarung tangan yang mereka cari didalam lubang saluran air, tapi mereka tidak bisa mengambilnya dan harus menunggu ahli forensik.
Tiba- tiba saat mereka sedang membicarakan itu, atap diatas mereka berbunyi.

Dong Baek dan Sun Mi keluar dari dalam ruang bawah tanah. Dan ternyata sedang ada pekerja konstruksi serta pengacara Park yang ingin menghancurkan ruang bawah tanah. Pengacara Park menjelaskan bahwa dia datang mewakili pemilik tempat ini. Dan Sun Mi menjawab bahwa pemiliknya sudah meninggal.

“Dia meninggalkan wasiat yang menyatakan bahwa semua asetnya akan diserahkan ke klienku,” jelas Pengacara Park.
“Siapa itu?” tanya Sun Mi.
“Cari tahu sendiri,” balas Pengacara Park. Lalu dia memanggil pekerja konstruksi. “Sekarang, bekerjalah. Maju!” perintahnya. Dan Sun Mi marah.

Pengacara Park ingin menutup ruang bawah tanah dengan alasan mereka ingin menstabilkan tanah dengan beton. Sun Mi dan Dong Baek merasa marah, mereka berdua mengingatkan Pengacara Park untuk tidak boleh merusak TKP, karena jika Pengacara Park melakukannya, maka Pengacara Park dan semua pengikutnya akan ditangkap. Tapi Pengacara Park tidak peduli, sebab dia tahu kalau Dong Baek sedang di skors.
“Kami dari Unit Investigasi Metropolitan. Minggir atau ditangkap,” ancam Sun Mi.
“Tapi timmu sudah dibubarkan,” balas Pengacara Park sambil mendengus meremehkan. “Dasar pecundang,” ejek nya.


Dong Baek menebak kalau Pengacara Park pasti dikirim oleh Ki Dan untuk datang ke sini. Tepat disaat itu, seseorang datang dan orang itu adalah Kepala Im dari kejaksaan wilayah Utara. Pengacara Park memperkenalkan Kepala Im sebagai orang yang bertanggung jawab.


“Kamu?” kata Dong Baek, tidak menyangka.
“Ini pertemuan pertama kita?” tanya Kepala Im sambil menunjukkan kartu namanya kepada Sun Mi. "Firma Hukum Hwang dan Ann, Pengacara Im Joong Yeon"
“Pengacara?” tanya Sun Mi, heran.
“Berkat kamu, aku dipaksa memilih karier ini,” jawab Kepala Im sambil menatap ke arah Dong Baek.
“Tapi kamu akan segera dipenjara,” balas Dong Baek.
“Tidak bersalah sampai terbukti bersalah. Akan butuh sekitar tiga tahun agar pengadilan bisa memutuskan. Aku tidak bisa berhenti hidup selama bertahun-tahun, bukan?” balas Kepala Im, tenang.


Dong Baek merasa sangat marah. Dia ingin menyerang Kepala Im, sebab Ye Rim mati karena Kepala Im. Tapi sebelum Dong Baek sempat menyentuh Kepala Im, para pengikut Kepala Im menahan Dong Baek ditanah. Termaksud dengan Sun Mi juga.
“Itu adalah penistaan dan fitnah,” kata Kepala Im dengan sinis. Dan Dong Baek mengancam akan membunuh Kepala Im. “Aku akan menambahkan tuntutan ancaman,” balasnya.

“Mengacaukan TKP adalah kejahatan!” kata Sun Mi, mengingatkan.
Kepala Im menatap Sun Mi dan menanyakan, dimana surat perintah Sun Mi. Dan Sun Mi tidak bisa menjawab, sebab dia tidak memilikinya.
“Jangan berdiri saja. Bawa mereka keluar,” perintah Kepala Im kepada para pengikutnya.




Dong Baek dan Sun Mi berusaha untuk melepaskan diri mereka dari pegangan para pengikut Kepala Im. Tapi sayangnya mereka tidak bisa. Jadi dengan sangat menyedihkan, mereka hanya bisa melihat saat petugas konstruksi memasukkan semen ke dalam ruang bawah tanah.
“Tidak!” teriak Sun Mi.


Kepala Im berterima kasih, karena Ki Dan telah memberikan kesempatan untuk nya. Dan Ki Dan merasa puas mendengar itu. Dia menanyakan, berapa yang Kepala Im butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Dan Kepala Im menjawab dengan percaya diri, dia menjawab uang muka lima dan lima lagi setelah berhasil.
“Apa satuannya?” tanya Ki Dan, merasa ragu.
“Juta, tentu saja,” jawab Kepala Im.


Ki Dan merasa tarif yang Kepala Im ajukan termaksud tinggi. Dan mendengar itu, Kepala Im tertawa, kemudian dia menjelaskan bahwa ini bukanlah masalah kriminal biasa, tapi tuduhan pembunuhan. Jika Ki Dan ingin menabung untuk memasuki akhirat nanti, maka tidak apa- apa.
“Dahulu kamu tidak terlalu tertarik dengan uang,” komentar Ki Dan.
“Saat kamu tidak bisa naik lebih tinggi, hanya satu hal yang tersisa. Jika kamu serahkan kepadaku, kamu bisa hidup bahagia dengan tenang,” balas Kepala Im.
“Pengacara pembela terbaik sepanjang masa,” puji Ki Dan. “Kita sepakati sembilan saja dikurangi perpuluhan,” katanya mencoba bernegosiasi. Dan Kepala Im setuju.
“Kehidupan abadi,” seru mereka berdua dengan puas.

Didalam mobil. Kepala Im tertawa senang, setelah dia telah berhasil menyelesaikan tugas nya.


Didalam ruangan yang gelap. Seorang Ibu yang penuh dengan darah terkurung di dalam sebuah tempat kecil tanpa bisa bergerak. Didepannya dia melihat dan mendengar putranya menangis sambil memanggil- manggil. “Ibu… Ibu… Ibu…” panggil nya.
Namun Ibu tidak bisa perbuat apapun. Kemudian Ibu melihat sebuah terror, seseorang memegang palu besar dan seperti ingin memukul. Bang!!

Dong Baek terkejut dengan cahaya yang tiba- tiba menyinari matanya. Dia segera menangkap tangan orang yang ada di hadapannya.
Dokter yang sedang memeriksa kondisi Dong Baek merasa terkejut karena tindakan Dong Baek.


“Tenanglah, Baek. Kapten Koo membawamu kemari,” kata peneliti, memberitahu.
“Berapa lama aku pingsan?” tanya Dong Baek.
“Tiga jam?”
“Tapi di luar gelap,” komentar Dong Baek.
Peniliti menatap Dong Baek dengan heran. “Kamu terbangun dan pingsan lagi. Kamu tidak ingat?” tanyanya. Dan Dong Baek menatap bingung padanya. “Kamu berdiri dan berjalan.”
“Apa yang kamu…” kata Dong Baek, tidak mengerti.

Peneliti menujukkan video saat Dong Baek bangun dan berjalan sendiri. Dong Baek keluar dari kamar dan duduk melamun ditangga selama satu jam sampai Dong Baek di temukan. Mengetahui hal tersebut, Dong Baek melepaskan infus di tangan nya.
“Ini dari gegar otak. Aku baik-baik saja sekarang,” kata Dong Baek, menjelaskan.
“Ini jauh lebih buruk daripada gegar otak. Kamu pingsan saat memindai ingatan seseorang sebelumnya. Ada masalah. Jangan memindai ingatan siapa pun sampai penyebabnya ditemukan,” kata peniliti, mengingatkan dengan tegas.
“Aku harus pergi.”


Saat Dong Baek baru saja ingin pergi, Se Hoong dan Kyung Tan datang menemuinya. Mereka berdua meminta maaf, sebab telah terlambat datang ke tempat kejadian. Dan dengan lemas, Dong Baek duduk ditempat tidur kembali.
“Para penjaga melukai diri mereka dan mengklaim kamu memukul mereka agar kamu tidak bisa melaporkan mereka,” kata Se Hoong, memberitahu berita buruk lainnya.
“Bahas pekerjaannya nanti,” kata peniliti, menegur Se Hoong dan Kyung Tan.

Sun Mi datang ke kantor Shin Woong dan meminta untuk diberikan wewenang. Lalu dia akan menangkap Ki Dan. Mendengar itu, Shin Woong menghela nafas lelah, dan menanyakan pendapat Sun Mi, menurut Sun Mi, apa peran polisi. Apakah untuk menghancurkan kejahatan.
“Kita harus menghancurkan mereka sebisa mungkin,” jawab Sun Mi.


“Itu masalahmu,” balas Shin Woong. “Kamu sakit. Karena kamu tidak tahan saat melihat orang jahat. Polisi ada untuk sedikit menyeimbangkan keadaan. Keseimbangan yang wajar antara kebaikan dan kejahatan. Dengan begitu, kamu tidak akan sakit,” jelas nya, menasehati.
Sun Mi tidak mengerti dengan maksud Shin Woong. Dan Shin Woong dengan sabar pun menjelaskan, menurutnya sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menghancurkan Ki Dan. Mendengar itu, Sun Mi masih tidak mengerti, dengan sikap keras kepala dia tetap kekeh pada prinsipnya, yaitu sebagai polisi dia harus menahan pembunuh dan membawanya ke pengadilan.
“Sesulit itukah?” tanya Sun Mi kepada Shin Woong.
Dong Baek bersiap- siap untuk sidangnya.


Kyung Tan dan Se Hoong menunggu dibawah. Saat Dong Baek keluar, mereka menatapnya dengan tatapan simpati. Dan dengan lemas, Dong Baek masuk ke dalam mobil.

“Itu disebut "sidang", tapi sebenarnya perburuan. Tujuannya adalah mempermalukanmu daripada mengungkap kebenaran,” kata Se Hoong, memberitahu.
“Dia mungkin lebih muda darimu, tapi dengarkan dia,” kata Kyung Tan, menyarankan Dong Baek.
Se Hoong menyuruh Dong Baek untuk jangan mengaku bahwa Dong Baek ada membaca ingatan orang tanpa persetujuan. Jika tidak, maka Dong Baek akan menerima hukuman.
“Jika aku menolak?” tanya Dong Baek, lemas.


“Mereka berencana menggunakan ini untuk meloloskan UU yang melarang pemindaian ingatan,” jelas Se Hoong. Dan Kyung Tan sependapat dengannya.
“Kamu harus memohon agar hakim berbelaskasihan di pengadilan,” jelas Kyung Tan. “Bagaimana jika kamu kehilangan lencanamu karena keras kepala? Kamu mau dikeluarkan dari kepolisian?”
“Mengubah risiko menjadi peluang. Mari gunakan peristiwa ini sebagai titik balik,” tambah Se Hoong.
“Lupakan yang lainnya. Memohon sajalah,” tambah Kyung Tan. “Memohon dan mintalah pada orang-orang berkuasa. Mengerti?” tanyanya. Dan Dong Baek diam, mengabaikan mereka berdua.

Diruang persidangan. Banyak wartawan yang berkumpul. Disana Dong Baek di tanya, apakah Dong Baek benar ada membaca ingatan seseorang tanpa persetujuan. Dan Dong Baek mengiyakan dengan jujur, dia ada membaca ingatan orang tanpa persetujuan.
“Pindaian tanpa surat perintah adalah hal ilegal dan pelanggaran berat. Anda setuju?” tanya Jaksa.
“Ya,” jawab Dong Baek.

Para masyarakat yang menonton persidangan itu merasa ngeri. Mereka takut kalau Dong Baek akan memindai ingatan mereka.
Ibu pembersih satu menonton berita tersebut juga.
Ki Dan menonton dengan perasaan senang.

“Anda akan menuduh siapa pun atas kejahatan tanpa surat perintah dan hal-hal seperti itu?” tanya Jaksa.
“Tidak,” jawab Dong Baek.
“Anda yakin?”
“Ya, saya yakin. Mulai besok,” jawab Dong Baek.
Mendengar jawaban Dong Baek, ‘mulai besok’, semua orang merasa terkejut dan heran. Dong Baek tersenyum dan berdiri. Dia memberitahu semuanya bahwa masih ada tugas yang harus di kerjakan nya hari ini. Lalu dia mulai mengumumkan kejahatan Ki Dan.


“Saya tahu siapa Pembunuh Palu Cakar yang sebenarnya,” kata Dong Baek. Dan para jaksa merasa panik. “Pembunuh memilih gadis cantik dan mensponsori mereka. Beberapa tahun kemudian, dia berbohong bahwa mereka menjadi jahat dan Han Man Pyeong menculik mereka.”
“Jaga mulut Anda!”

“Dia bilang mereka akan selamat,” kata Dong Baek, terus berbicara. “jika mereka menerima tubuhnya. Dia memerkosa mereka dengan kejam. Dan akhirnya, dia menghantam mereka dengan palu cakar. Berulang kali sampai mereka mati.”
“Berhenti bicara!”

“Dia menyamarkan hasrat menjijikkannya sebagai penyelamatan dari dewa. Namanya adalah…” kata Dong Baek dengan jawaban yang sengaja di gantung. Dan semua orang merasa panik.
Sun Mi menonton berita tersebut juga. Dia tampak tegang.

“Begitu menyebut namanya, Anda akan dipenjara!”
Walaupun diancam seperti itu, Dong Baek tetap berbicara, “Namanya adalah …”
“Diam!”
“Park Ki Dan,” kata Dong Baek. “Kalian semua tahu siapa dia! Dia pemimpin kultus terkenal, Park Ki Dan!” teriaknya, menegaskan.
Para masyarakat terkejut mengetahui berita mengejutkan tersebut.
Para petinggi dan jaksa marah kepada Dong Baek.
Para wartawan sibuk merekam.
Ibu pembersih satu terkejut menonton berita tersebut.
“Dia baru saja menghunuskan pedang bermata dua,” gumam Sun Mi.
“Dasar…” umpat Ki Dan.

Dimedia. Para petinggi protes. Jika hukum ditegakkan dengan benar, maka semua ini tidak akan pernah terjadi. Maksudnya adalah Dong Baek sudah seharusnya dari dulu di tangkap. Sebab tindakan Dong Baek hari ini adalah ilegal.
Host acara mendapatkan kabar dari headset yang di pakainya. Jadi karena itu, dia pun menyela perkataan protes para petinggi dan mengakhiri acara berita. “Pendapat para panelis tidak berkaitan dengan perusahaan penyiaran,” jelasnya kepada masyarakat.

Sesampainya dikantor, Ji Eun terkejut melihat seluruh kantor sangat sibuk. Mereka sibuk dikarenakan banyak masyarakat yang marah dan mereka tidak berhenti menelpon.

Kepala Im mengadakan wawancara untuk melakukan klarifikasi. “Kami akan mengajukan gugatan pidana dan perdata. Kedua, Pak Park telah memutuskan untuk mundur dari jabatannya dan menjauh dari sorotan untuk sementara walaupun para penatua gereja berusaha menghentikannya. Dia juga memintaku memberi tahu masyarakat negara ini untuk mendoakan agar kondisi buruk Detektif Dong dapat membaik,” katanya dengan sikap seolah dia orang yang baik dan tulus.
Menonton berita tersebut, seseorang melemparkan telur di TV nya.
Ji Eun dan para reporter yang lain melakukan siaran di depan gedung tempat tinggal Dong Baek. “Detektif Dong, yang biasanya tinggal di hotel, baru-baru ini pindah kembali ke tempatnya sendiri dan belum keluar sejak kejadian itu.  Sementara itu, permintaan untuk menghukum Park Ki Dan diunggah di situs web Rumah Biru. Hanya dalam beberapa jam, tiga juta orang menyukai unggahan itu. Itu menunjukkan tingkat partisipasi tertinggi. Pagi ini, kejaksaan mengumumkan rencana mereka untuk meminta surat penangkapan untuk Detektif Dong. Tapi tampaknya mereka memutuskan untuk mundur karena sentimen publik.”

Didalam apatermen. Dong Baek meremas rambutnya dengan sikap depresi. Kemudian saat hpnya berbunyi, dia pun mengangkatnya.

Sun Mi menanyakan dengan perhatian, apakah Dong Baek baik- baik saja. Dan dia juga mengucapkan terima kasih, sebab karena tindakan Dong Baek, maka dia berhasil untuk mendapatkan surat perintah. Jadi dia akan segera mencari bukti yang terkubur tersebut.

Mendengar itu, Dong Baek sama sekali tidak merasa bersemangat. “Mungkinkah itu?” tanyanya.
“Aku 99 persen yakin. Aku akan mendapatkannya selama kami tidak membuat kesalahan besar,” jawab Sun Mi dengan percaya diri.
“Tidak, bukan itu maksudku. Apa itu akan diakui sebagai bukti hukum?” tanya Dong Baek sambil mendengus geli.
“Itu mengandung DNA Park Ki Dan, jadi, sudah sewajarnya…”
“Di negara ini, akal sehat tidak berarti di pengadilan.”
Sun Mi heran mendengar perkataan Dong Baek. Sebab dahulu Dong Baek adalah pria yang paling gegabah. Lalu dia pun mematikan telpon, karena dia berpikir Dong Baek butuh beristirahat.
Setelah telpon mati, Dong Baek tetap diam tanpa semangat.

Pagi hari. Inspektur A dan B datang ke tempat Dong Baek. Dan karena panggilan mereka, maka diapun terbangun.

Para fans menunggu Dong Baek dengan bersemangat. Tapi Dong Baek diam tanpa ekspresi.
“Kita mau kemana?” tanya Dong Baek dengan serius.
“Kamu akan tahu saat kita tiba.”


Sesampainya di tempat tujuan. Dong Baek terkejut melihat mayat Ki Dan. Sun Mi memberitahu Dong Baek bahwa Ki Dan dibunuh saat fajar.
Seseorang datang dengan membawa palu. Dia berjalan mendekati Ki Dan dan memukulnya.
“Aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku,” kata Sun Mi. “Semua umat yang ada di sana tidak bisa ingat bagaimana Park Ki Dan dibunuh.”


“Kamu mencoba menghancurkan hidupku, bukan? Aku sudah hampir ditangkap,” balas Dong Baek dengan sikap malas dan tidak peduli.
“Ini permintaan resmi. Aku bahkan mendapat persetujuan tertulis,” balas Sun Mi.
“Ada banyak saksi! Kenapa kamu membutuhkanku…” 

Sun Mi mengabaikan penolakan Dong Baek dan menatap kedua inspektur. Mereka membawa Dong Baek untuk bertemu dengan semua orang disana. Dan setelah Dong Baek selesai menyentuh semua orang, dia terduduk dengan lemas.




“Tidak ada. Tidak ada di ingatan mereka,” kata Dong Baek dengan lemas. “Seolah-olah ada yang menghapus adegan kematian Park Ki Dan dari ingatan mereka,” jelasnya, masih heran kenapa bisa begitu. Kepadahal dia melihat semuanya dengan jelas di dalam ingatan Ki Dan.
Sun Mi terkejut mendengar itu.

3 Comments

Previous Post Next Post