Original Network : jTBC Viki
Dengan
bersemangat, Hwi menguntit dan memperhatikan Kim Young Soo, pria yang di
sukainya dari jauh. Dan Hyun Ji menemaninya dengan sikap malas. Saat Young Soo
menatap ke arah mereka berdua, Hwi merasa malu dan langsung berlari pergi.
“Hei!”
teriak Hyun Ji. “Itu bus kita. Tunggu aku! Astaga, ini berat. Hei!” keluh Hyun
Ji sambil membawa sepeda Hwi dan mengejar nya.
Eun Seop dan
Hae Won berpergian bersama ke kota. Dalam perjalanan, Eun Seop menanyakan,
apakah Hae Won ingin mampir ke tempat Su Jeong dan Myeong Yeo. Dan Hae Won
langsung menolak tanpa berpikir.
“Lagi pula,
aku ada pertemuan di lingkungan itu. Ini pertemuan pemilik toko buku, dan akan
butuh setidaknya beberapa jam,” kata Eun Seop, memberitahu.
“Benarkah?”
balas Hae Won. Dan Eun Seop mengiyakan. “Aku akan menunggumu di kafe terdekat.”
“Baiklah.”
Hae Won
masih penasaran, kenapa Eun Seop memanggil Myeong Yeo menggunakan nama, jadi
diapun bertanya. Dan Eun Seop merasa bingung tiba- tiba, tapi dia tetap
menjelaskan, Myeong Yeo mau dia memanggil menggunakan nama depan.
“Oh. Maafkan
aku,” kata Hae Won, mengerti.
Eun Seop
kemudian memberikan hp nya kepada Hae Won supaya dia bisa menghubungi Hae Won
nanti. Dan Hae Won menerima hp itu dengan senang hati.
Di café. Hae
Won menunggu Eun Seop sambil membaca buku. Tapi tiba- tiba ada telpon masuk dan
Hae Won mengira bahwa itu telpon dari Eun Seop, jadi diapun segera
mengangkatnya. Namun ternyata itu adalah telpon dari Bo Yeong. Dan Hae Won
langsung terpaku diam.
“Hae Won,
apa itu kamu? Aku menelepon Eun Seop untuk meminta nomor teleponmu. Kurasa aku
beruntung. Aku yakin masih ada kesalahpahaman di antara kita. Kapan kamu punya
waktu? Bisakah kita minum teh bersama?” tanya Bo Yeong dengan ramah.
Hae Won diam
dan memperhatikan para murid- murid sekolahan yang sedang bermain dengan riang.
“Masalahnya, cuaca terlalu dingin belakangan ini, Bo Yeong,” jelas nya dengan
pelan. “Lain kali saja. Mari bertemu lain kali saat cuacanya membaik.
“Saat
cuacanya membaik?”
“Ya. Mari
bertemu saat cuaca lebih baik,” jawab Hae Won. Lalu dia langsung mematikan hp
nya.
Berita
Cuaca: “Karena salju yang dingin dan
lebat, banyak penerbangan dan kereta yang ditunda atau dibatalkan. Ratusan
sekolah di seluruh negeri juga telah ditutup. Suhu diperkirakan akan makin
turun. Di wilayah Yeongseo, suhu akan turun di bawah minus 20 derajat Celsius. Cuaca
dingin sepertinya akan bertahan untuk beberapa lama. Disarankan tetap di dalam
ruangan sesering mungkin. Menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, cuaca
dingin ini bisa menyebabkan radang dingin dalam beberapa menit. Semua orang
didesak untuk lebih berhati-hati. Provinsi Gangwon barat diduga akan
mendapatkan salju setebal 15 cm akhir pekan ini.”
Hae Won
membaca sebuah buku dengan serius dan menghayati. Itu adalah buku yang pernah
di baca oleh Eun Seop saat di sekolah dahulu. Dan Hae Won mengingat itu.
“Kepada
Dafodil” oleh Jeong Ho Seung. “Jangan menangis. Menjadi kesepian adalah
menjadi manusia. Hidup adalah menahan kesepian. Jangan menunggu panggilan yang
tidak pernah datang. Sandpiper berdada hitam di lapangan alang-alang memperhatikamu.
Terkadang, bahkan Dewa pun menangis karena kesepian. Burung-burung duduk di
ranting karena mereka kesepian. Kamu duduk di dekat air karena kesepian. Bayangan
gunung datang ke desa sekali sehari karena kesepian. Gemuruh lonceng berbunyi
karena terlalu sepi."
Mengingat
kenangan tersebut, Hae Won tersenyum senang dan langsung berlari ke lantai
bawah sambil berteriak memanggil nama Eun Seop.
Namun
ternyata Eun Seop tidak ada, melainkan Hwi. Dan Hae Won merasa terkejut, karena
tiba- tiba Hwi berbicara kepadanya. Hwi curhat bahwa dia ada menyukai seorang pria
bernama Kim Young Soo, tapi Young Soo tidak menyukainya dan dia merasa heran
kenapa. Juga dia tidak punya teman. Hae Won sama sekali tidak fokus
mendengarkan curhatan Hwi dan sibuk mencari dimana Eun Seop berada.
“Hae Won,
bisakah kamu duduk di sini?” panggil Hwi, tidak sabaran.
“Baiklah.
Apa katamu?” tanya Hae Won, mendengar kan.
“Kubilang
aku tidak punya teman. Seluruh sekolah membenciku. Itu sebabnya dia harus
menyukaiku,” kata Hwi, mengeluh.
“Apakah itu masuk akal?” balas
Hae Won, tidak mengerti. “Jadi, kenapa dia tidak menyukaimu?”
“Entahlah. Aku
bahkan tidak tahu kenapa aku tidak punya teman. Bagaimana aku tahu kenapa dia
tidak menyukaiku?” balas Hwi dengan serius. “Hae Won, apa yang harus kulakukan?”
tanyanya.
Hae Won
tidak fokus mendengarkan Hwi. Dia masih mencari dimana Eun Seop dan dia pun
bertanya. Dan Hwi menjawab bahwa dia tidak tahu, dia tidak ada melihat Eun Seop
juga. Lalu dia menyarankan Hae Won untuk menelpon saja. Tapi ternyata hp Eun
Seop tertinggal di atas meja.
“Di mana
dia?” gumam Hae Won.
“Kenapa kamu
mencarinya? Apakah dia berutang kepadamu?” tanya Hwi, ingin tahu.
“Tidak
biasanya dia menghilang tanpa mengatakan apa pun.”
“Jangan
khawatirkan dia. Entah di sini, di rumah, di arena seluncur es, atau di
gunung,” jelas Hwi dan Hae Won heran dengan kata ‘gunung’. “Pasti di sanalah
dia berada.”
“Kenapa dia
ada di gunung?” tanya Hae Won.
“Dia selalu
pergi ke sana seperti orang gila.”
“Gunung yang
mana?”
“Di belakang
toko buku.”
Mendengar
itu, Hae Won langsung bangkit berdiri dan ingin pergi ke sana. Dan Hwi
mempertanyakan, apakah Hae Won yakin ingin ke sana, karena gunung cukup
berbahaya pada malam hari. Menurut cerita yang di dengarnya, ada banyak hewan
liar disana dan manusia akan mati jika ke gunung saat malam hari.
Hae Won
memberanikan dirinya dan pergi ke gunung. Namun sesampainya dia di kaki gunung,
dia merasa takut dan ingin kembali saja. Tapi dia ragu untuk kembali juga. Jadi
akhirnya diapun memberanikan dirinya dan masuk ke dalam gunung.
Eun Seop
masuk ke dalam sebuah pondok tua. Lalu dia duduk di depan pondok tua tersebut
dan beristirahat disana.
Eun Seop : “Pada suatu hari, ada seorang pemuda.
Orang-orang selalu menyakitinya. Karena dia polos, orang-orang selalu menipu
atau mengkhianatinya Pada akhirnya, dia memutuskan mencari tempat orang-orang
jujur tinggal.”
Hae Won : “Apakah dia menemukan tempat seperti itu?
Eun Seop : “Tidak. Dia tidak bisa menemukan tempat
tinggal orang jujur. Jadi, anak itu akhirnya tinggal sendirian dalam kesepian dan
mati.”
Hae Won
merasa ketakutan dan kebingungan. Sebab dia sudah berjalan cukup jauh, tapi dia
belum menemukan Eun Seop. Dan tiba- tiba terdengar suara gagak, jadi diapun
merasa panik dan langsung berlari untuk kembali. Sialnya saat berlari, dia
tersandung dan terjatuh. Kemudian karena dia merasa sangat ketakutan, dia pun berlari
semakin masuk ke dalam hutan.
Tepat disaat
itu, Hae Won akhirnya bertemu dengan Eun Seop. Dan dia merasa sangat lega.
Dengan heran, Eun Seop menanyakan, kenapa Hae Won datang ke sini.
Hae Won : “Aku kasihan kepadanya.”
Eun Seop : “ Kepada siapa?”
Hae Won
menatap Eun Seop dan mulai menangis. Lalu dia berjalan mendekati Eun Seop dan
memeluk nya dengan erat. Dan Eun Seop balas memeluk nya, karena kaki Hae Won
lemas dan hampir saja mau terjatuh.
Hae Won : “Pemuda dengan bulu mata perak serigala. Dia
pasti kesepian. Sangat kesepian. Pemuda itu pasti sangat kedinginan”
Eun Seop : “ Apa yang bisa kita lakukan untuk pemuda
itu?”
Hae Won : “ Kita harus memeluknya. Peluk dia seerat
mungkin. Dengan seluruh kekuatan kita, agar dia bisa merasa hangat. Kita harus memeluknya
dengan erat.”
"Unggahan Blog Pribadi
Toko Buku Good Night"
"Dia sedang tidur, seatap
denganku"
"Dia datang ke kamarku
tadi"
"Dan berkata bahwa lampu
lama di mejaku indah"
"Aku tiba-tiba merasakan
kebahagiaan"
"Serta ingin berlutut dan
memegang tangannya"
"Dan menyatakan perasaanku
kepadanya"
"Tapi aku tidak mau
mengejutkannya, jadi, kuucapkan terima kasih"
"Sesuatu yang sulit
dipercaya akan terjadi kelak"
"When the Weather is Fine"
Tags:
When The Weather Is Fine