Original Network : jTBC Viki
Hae Won
mencoba untuk melihat dari bulu yang di pegangnya. Tapi tiba- tiba saja
terdengar suara teriakan Myeong Yeo yang memanggil nya dari luar.
Myeong Yeo
memanaskan mesin air yang membeku menggunakan hair dryer. Dan setelah itu, Hae
Won mencoba untuk menyalakan air di keran. Tapi hasilnya tidak ada air yang
mengalir. Dan Myeong Yeo yang sudah kelelahan pun merasa putus asa.
“Saat pipa
membeku, bungkus pipanya dengan handuk basah yang panas,” kata Hae Won,
memberikan saran.
“Tanpa air,
kita tidak bisa membasahi handuk dengan air panas,” balas Myeong Yeo, kesal.
“Astaga. Sial. Ayo panggil tukang leding. Bibi tidak bisa melakukan ini,”
keluhnya.
“Ini pukul
02.00 pagi. Tidak akan ada yang datang,” balas Hae Won dengan suara kecil.
Myeong Yeo
mencoba untuk memanaskan pipa air di dalam rumah menggunakan hair dryer juga.
Tapi percuma, semua pipa nya telah membeku dan tidak bisa berfungsi. Dan dia
pun merasa kesal.
“Ini tidak
akan berhasil. Mustahil. Kaki bibi akan kram,” keluh Myeong Yeo.
Myeong Yeo
dan Hae Won berdiri diluar rumah sambil berpikir bersama. Myeong Yeo menyuruh
Hae Won untuk memanggil taksi. Dan Hae Won menolak, sebab mereka tidak boleh
naik taksi dengan membawa binatang, yaitu anjing Myeong Yeo yang bernama
Gunbam.
“Kalau
begitu, sewa mobil atau semacamnya. Kita akan mencari motel di pusat kota,”
kata Myeong Yeo.
“Mereka akan
mengizinkan anjing masuk?” balas Hae Won, ragu.
“Bibi mengizinkannya untuk
pelanggan kita.”
“Motel
berbeda dari penginapan.”
Hae Won diam
dan berpikir. Lalu dia menyarankan supaya mereka pergi saja ke penginapan
terdekat disini. Dan Myeong Yeo menolak, sebab penginapan itu yang telah
membuat bisnis nya tutup. Kemudian dia menyuruh Hae Won untuk menelpon
seseorang dan meminta bantuan. Dan dengan suara pelan, Hae Won menjawab bahwa
dia tidak punya hp, karena dia telah membuang hp nya.
Dengan
lelah, Myeong Yeo menghela nafas berat dan memberikan hp nya. Dan Hae Won
merasa bingung. “Kamu tahu,” katanya sambil menunjuk ke arah toko buku Eun
Seop.
“Tidak
mungkin. Bibi saja,” tolak Hae Won langsung.
“Kamu bekerja
dengannya. Ayolah. Lakukan saja,” paksa Myeong Yeo.
“Apa maksud
Bibi, ‘Ayolah’? Bibi saja,” protes Hae Won.
“Lakukan
sekarang. Bibi bahkan dekat dengannya. Bibi kedinginan.”
“Aku juga
kedinginan.”
Eun Seop
baru saja selesai mandi dan berbaring di sofa untuk tidur. Namun saat dia
melihat pesan dari Hae Won, dia langsung bangkit bangun dan memeriksa keluar
jendela. Dan dia melihat Hae Won serta Myeong Yeo berdiri di luar.
Pesan dari hp Myeong Yeo : “Apa kamu di rumah?
Jika benar, bisa buka pintunya?”
Eun Seop
mempersilahkan Myeong Yeo dan Hae Won untuk menginap di tempatnya malam ini.
Dan tanpa rasa sungkan, Myeong Yeo mengucapkan terima kasih dan langsung masuk
ke dalam kamar Eun Seop bersama dengan Gunbam.
Eun Seop
kemudian membereskan selimut nya yang berada di sofa dan mengambilkan selimut
baru yang lebih tebal untuk Hae Won. “Apakah ini cukup?” tanyanya dengan gugup.
Hae Won
mendengus geli. “Ya.”
Eun Seop
lalu bersiap untuk pergi darisana. Karena dia akan pulang ke rumah orang
tuanya. Dan Hae Won mengucapkan terima kasih banyak kepadanya.
“Aku sudah
menyalakan pemanasnya, tapi hubungi aku jika kedinginan. Sampai nanti.”
“Tunggu,”
panggil Hae Won dengan ragu. “Ada yang ingin kutanyakan. Pagi ini…”
“Dia tidak
banyak bicara,” jawab Eun Seop langsung, karena dia sudah mengerti apa yang
ingin Hae Won tanyakan padanya. “Dia pergi tanpa banyak bicara. Kalau begitu…
selamat malam,” pamitnya kemudian. Dan Hae Won mengiyakan.
Hae Won
kesulitan untuk tidur. Dia mengingat kenangan buruknya.
Sejak kasus
Ibunya diketahui oleh teman-teman di sekolah, Hae Won jadi di bully. Meja
belajarnya dicoret- coret. Teman- teman sekelas mengejek dirinya secara terang-
terangan. Di dalam sepatu nya terdapat stroberi sisa sehingga kakinya menjadi
kotor saat memakainya.
Akhirnya Hae
Won tidak tahan lagi. Dia menyerang pembully yang memasukkan stroberi sisa ke
dalam sepatunya. Dan dia bertengkar melawan mereka.
Bo Yeong
yang kebetulan lewat hanya diam dan memperhatikan kejadian itu.
Nenek Hae
datang ke sekolah. Dia berlutut di depan semua orang yang berada di dalam
kantor kepala sekolah. “Aku sungguh minta maaf. Aku sudah tua dan lemah. Aku
gagal mengajari cucuku dengan benar. Maafkan aku. Tolong maafkan dia kali ini
saja,” jelas nya. Dan Hae Won terkejut melihat apa yang Nenek lakukan, namun
dia hanya bisa diam saja.
“Dengar, Bu.
Ini bukan sesuatu yang bisa dimaafkan. Dia mengolesi wajah putriku dengan
sepatunya.”
“Bagaimana
kamu membesarkannya sehingga dia melakukan ini?!”
Nenek Hae
meminta Hae Won untuk ikut meminta maaf juga. Dan Hae Won diam serta berpikir.
Para orang tua pembully tanpa perasaan malah meneriaki Hae Won sebagai anak
dari seorang pembunuh. Mendengar itu, Hae Won merasa terluka dan keluar dari
dalam kantor kepala sekolah. Dan Nenek Hae mengejar nya.
“Sudah
kubilang, Nek. Mereka selalu seperti itu. Mereka menyebut ibu sebagai pembunuh
dan menyebarkan rumor tentang hal yang bahkan tidak mereka ketahui. Mereka
mengatakan aku harus dihukum dan mencorat-coret mejaku. Mereka menaruh stroberi
sisa di sepatuku. Mereka menyembunyikan pakaian olahragaku dan membuangnya,”
kata Hae Won mengeluarkan semua isi hatinya sambil menangis marah.
“Hae Won-ah,” panggil Nenek Hae, menenangkannya.
“Bahkan
hakim dan jaksa tidak bilang aku melakukan kesalahan. Mendiang ayahku juga
tidak bilang itu salahku. Tapi bagaimana bisa? Apa hak mereka menyalahkanku dan
menyiksaku?” tanya Hae Won dengan sangat sedih dan terluka. Tapi para orang tua
pembully sama sekali tidak peduli dan mengalihkan wajah mereka. “Bukankah itu
aneh, Nek?” tanyanya. Dan Nenek hanya bisa diam saja.
Hae Won
terbangun dari kenangan buruknya.
Hae Won
menarik nafas untuk menenangkan dirinya. Kemudian dia mencoba untuk tidur
kembali. Tapi tiba- tiba terdengar suara di luar. Sehingga dia pun bangun lagi
dan memeriksa keluar jendela.
Pagi hari.
Hae Won melihat seluruh rumah nya banjir. Dan banyak es yang membeku disana.
Hae Won dan
Myeong Yeo duduk dengan lemas di ayunan halaman. Myeong Yeo menceritakan kalau
dia ada membaca bahwa pipa air bisa di leleh kan dengan obor las, dia membaca
itu di internet. Tapi sialnya bukannya meleleh, pipa itu malah terbakar dan itu
bukan akhir tragedi, tiba- tiba semua pipa air juga mulai pecah. Dor!!
“Apakah itu
lucu?” tanya Hae Won dengan serius.
“Pipa air
tidak pecah hanya karena dingin. Berdasarkan semua kebocoran air yang gila itu,
kita tidak bisa mengatakan itu hanya karena udara dingin. Mungkin karena
pipanya sudah tua, seperti bibi,” jelas Myeong Yeo dengan sikap tenang. “Hae
Won, semuanya hancur. Jika ada barang berharga di sana, ambillah sekarang.”
“Bibi sudah
mengeluarkan semuanya?”
“Bibi tidak
punya barang berharga, jadi, bibi akan kabur dari sini sekarang.”
Hae Won
terkejut, mendengar Myeong Yeo ingin kabur. Dan Myeong Yeo mengiyakan, dia
ingin kabur ke rumah Su Jeong. Tepat disaat itu, Su Jeong datang untuk
menjemput Myeong Yeo.
“Maksudnya,
rumah Bibi Su Jeong?” tanya Hae Won, heran.
“Di sana
sangat hangat. Dia menyalakan pemanas seharian,” jelas Myeong Yeo.
Hae Won
merasa bingung, dengan bagaimana dirinya. Dan Myeong Yeo menyuruh Hae Won untuk
menjaga diri sendiri dengan baik dari sekarang, karena Hae Won sudah dewasa.
Mendengar itu, Hae Won merasa sangat terkejut dan bingung.
“Bibi pergi,
keponakanku tersayang,” kata Myeong Yeo dengan sikap keren.
“Bibi!”
panggil Hae Won.
“Hei, apa
kamu tahu bibi sakit kepala hingga ingin mati?” keluh Myeong Yeo sambil
tertawa. “Bibi tidak percaya hal seperti ini terjadi. Semuanya berakhir dengan
baik. Semuanya hancur sekarang. Jadi, bibi akan tetap menjadi gelandangan
seumur hidup. Sampai jumpa, keponakanku.”
“Bibi!”
teriak Hae Won, tidak menyangka. Tapi Myeong Yeo tidak peduli dan masuk ke
dalam mobil Su Jeong begitu saja, meninggalkan Hae Won.
“Sampai
jumpa, Hae Won,” kata Su Jeong.
“Sampai
jumpa,” balas Hae Won, tanpa sadar. Lalu mereka berdua pergi meninggalkannya.
Dan Hae Won merasa sangat, sangat kebingungan. “Bibi! Bibi! Bibi sungguh akan
pergi?”
Hae Won
menghubungi tukang- tukang air, tapi tidak ada satupun yang bisa datang
langsung untuk membantu nya. Dan dia merasa stress. Melihat itu, Eun Seop
merasa prihatin padanya.
Hwi menari
dengan bersemangat di rumah Hae Won yang sudah membeku. Sambil menyanyikan lagu
Frozen. “Let it go… Let it go…”
“Hwi sudah
menyanyikan lagu itu sejak dia melihat rumah ini. Tempat ini benar-benar
membeku. Kacau sekali,” kata Ayah Eun kepada temannya yang datang untuk melihat
rumah Hae Won juga.
“Lihatlah ke
dalam,” panggil Hwi dengan bersemangat. “Air bocor dari pipa, tapi dingin
sekali, jadi, airnya membeku. Astaga, ini seperti versi asli dari film
"Frozen". Siapa yang menduga film favoritku menjadi nyata di
hadapanku?” jelas nya sambil tertawa keras.
Ayah Eun
mencoba untuk menutup mulut Hwi supaya diam. Tapi Hwi menggigit tangannya dan
berlari pergi ke rumah Hae Won lagi.
“Astaga.
Apakah tempat ini masih bisa diperbaiki?” tanya Ayah Eun.
“Jika tukang
reparasi datang dan melakukan keajaiban, mungkin ini akan segera pulih.”
“Astaga,
tapi biayanya akan mahal,” tambah Ayah Eun.
Hwi sama
sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi. Dia mengeluarkan hp nya dan
berselfie di depan rumah. Dan dengan kesal, Ayah Eun memukul serta memarahinya.
Tapi Hwi tetap tidak peduli.
Eun Seop
mencoba untuk menghibur Hae Won supaya jangan terlalu khawatir. Dan tepat
disaat itu, Hwi datang dengan bersemangat dan memberitahukan sebuah berita
besar yang luar biasa. “Berita besar! Mandor desa masuk ke rumah dan memukul
salah satu pipa seperti ini untuk memperbaikinya. Kini air mengalir dari pipa
itu.”
“Apa?” tanya
Hae Won, terkejut
“Hae Won,
kamu sebaiknya pergi untuk memotretnya. Cepat!” ajak Hwi. Dan Eun Seop
memberikan tanda supaya Hwi diam. Tapi Hwi sama sekali tidak peduli.
“Omong-omong, apakah kamu punya gaun Elsa? Astaga, aku ingin berfoto memakai
gaun itu,” katanya dengan bersemangat. Lalu dia berlari pergi dengan riang.
Eun Seop
terdiam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghibur Hae Won.
Eun Seop
menyuruh Hae Won untuk tidur saja di tempat nya, karena dia bisa tidur di rumah
orang tuanya. Dan Hae Won menolak sambil tersenyum geli, sebab kemarin Hwi
mengeluh bahwa Eun Seop datang malam- malam, sehingga dia harus tidur di kamar
orang tua Eun.
“Hei! Eun
Seop, sebaiknya kamu tidak datang hari ini. Jangan berani,” kata Hwi,
memperingatkan. Kemudian dia pergi. Dan Hae Won tersenyum geli menatap Eun
Seop.
Eun Seop
memutuskan untuk tidur di lantai satu, dan Hae Won bisa tidur di lantai dua.
Dia menenangkan Hae Won bahwa lantai satu ini cukup hangat dan nyaman. Tapi Hae
Won merasa tidak enak hati dan menolak, dia berencana untuk menginap di motel
yang berada di pusat kota saja. Dia akan kesana menaiki bus.
“Butuh waktu
satu jam. Dua jam bolak-balik,” kata Eun Seop, mengingatkan.
“Kalau
begitu, penginapan itu…” gumam Hae Won. Lalu dia terdiam dan berubah pikiran.
“Lupakan saja. Aku akan kembali ke Seoul. Aku punya apartemen studio di Seoul.
Lagi pula, aku berencana kembali pada musim semi. Bibiku terus mengomeliku agar
aku mulai bekerja lagi. Jadi, ini bagus. Rumah itu berantakan, dan bibiku terus
sakit kepala. Semua ini pasti pertanda bahwa aku harus kembali ke Seoul, Jika
aku kembali ke Seoul… ” jelas nya.
Mendengar
itu, Eun Seop merasa sangat terkejut dan menjatuhkan semua buku yang di
pegangnya. Lalu dia mendekati Hae Won dan memintanya untuk tenang. Dia
menyakinkan Hae Won bahwa ini bukanlah masalah besar, Hae Won bisa tetap
tinggal di tempatnya selama lima hari dan menunggu teknisi untuk datang. Dia
yakin dengan sedikit perbaikan, semuanya akan kembali normal.
“Itu benar,
tapi…” kata Hae Won, ragu.
“Sudah
kubilang, di sini sangat hangat. Terkadang, aku tertidur saat menyusun
buku-buku di sini,” jelas Eun Seop dengan cepat sambil tersenyum manis.
“Kalau
begitu, aku akan tidur di lantai utama,” kata Hae Won, memutuskan.
“Tidak, di
sini dingin,” kata Eun Seop langsung. Dan Hae Won merasa heran.
Dengan
gugup, Eun Seop beralasan bahwa di lantai satu ini sangat hangat, tapi sofa nya
tidak cukup nyaman untuk Hae Won. Dan Hae Won merasa sangat heran, sebab
sebelumnya Eun Seop bilang bahwa di lantai satu sangat hangat dan nyaman. Jadi
Hae Won pun memutuskan untuk tetap kembali ke Seoul saja. Dan Eun Seop kembali merasa
panik.
“Kalau
begitu, aku juga akan tidur di atas,” kata Eun Seop dengan cepat. “Ada dua
kamar,” jelas nya dengan gugup. “Bagaimana?”
Hae Won diam
dan berpikir. Dan Eun Seop menunggu dengan gugup. “Baik, ide bagus. Aku akan di
sini lima hari saja,” katanya, setuju. Dan Eun Seop merasa lega serta senang.
Dalam
perjalanan pulang, Hwi berdoa. “Astaga, sebaiknya dia tidak pulang malam ini,”
katanya. Lalu dia menyanyikan lagu Frozen dengan sangat riang.
Selesai mandi, Hae Won mencari hair dryer. Tapi dia tidak bisa menemukannya. Dia ingin memanggil Eun Seop untuk bertanya, tapi dia merasa malu. Untungnya saat dia keluar dari dalam kamar mandi, dia menemukan hair dryer yang dicarinya.
Hae Won tiba- tiba teringat perkataan Myeong Yeo yang mengatkan bahwa dia merasa sangat sakit kepala. Serta dia mengingat juga perkataan apoteker.
Eun Seop
menemani Hae Won pulang ke rumah Hodu. Dengan bingung, dia menanyakan, apa yang
sebenarnya Hae Won ingin cari.
“Bibiku
bilang dia terus sakit kepala. Aku khawatir dia mengidap penyakit parah yang
tidak kuketahui. Siapa yang tahu? Aku mungkin menemukan wasiatnya,” jelas Hae
Won dengan santai.
Hae Won menemukan sebuah surat di dalam laci dapur. “Dari Shim Myeong Ju, PO Box 145-3901, Kantor Pos Cheongsan.”
“Siapa?”
tanya Eun Seop ingin tahu.
“Ibuku.”
Eun Seop memberikan segelas minuman hangat kepada Hae Won. Dan Hae Won menerimanya. Lalu kemudian mereka berdua saling berdiam diri.
“Beberapa orang tidak pernah berbagi kekhawatiran mereka seumur hidup,” kata Eun Seop, memulai pembicaraan terlebih dahulu.
“Bahkan
dengan keluarga mereka?”
“Ya. Seolah-olah mengatakan itu terlalu sulit atau terlalu menyakitkan. Mereka tidak pernah mengatakan itu dan memendam semuanya. Mungkin, sampai mereka mati,” jelas Eun Seop. Dan Hae Won langsung memandang ke arahnya. “Mereka membangun pondok sendiri di dalam hati mereka dan tidak pernah meninggalkan pondok itu seumur hidup mereka. Bahkan saat kesepian, mereka tidak pernah mengakuinya. Sebenarnya, mereka lebih suka merenungkan kesepian mereka. Mereka lebih menyukainya daripada keluarga mereka sendiri. Mungkin Myeong Yeo adalah salah satu orang itu.”
Mendengar
itu, Hae Won hanya diam saja.
Tags:
When The Weather Is Fine
Alright...
ReplyDeleteThis may sound really creepy, and maybe even a little "out there..."
WHAT if you could simply push "Play" to LISTEN to a short, "miracle tone"...
And suddenly attract MORE MONEY to your life?
And I'm talking about hundreds... even thousands of dollars!!
Think it's too EASY? Think it's IMPOSSIBLE??
Well then, I'll be the one to tell you the news..
Usually the most magical miracles life has to offer are also the SIMPLEST!!
Honestly, I will provide you with PROOF by allowing you to listen to a REAL "miracle money-magnet tone" I've synthesized...
(And COMPLETELY RISK FREE).
You simply push "Play" and you will start having more money come into your life. starting so fast, you will be surprised.
GO here now to PLAY the wonderful "Miracle Wealth Building Tone" - as my gift to you!!