Part 1
Original Network : jTBC Viki
“Bagaimana
kabarmu, Hae Won?” panggil Bo Yeong. Dan melihat kedatangannya, Hae Won yang
awalnya sedang tertawa senang langsung berubah suram. “Senang bertemu denganmu,”
kata nya dengan ramah. Lalu karena Hae Won hanya diam saja, dia pun
memperkenalkan dirinya untuk mengingatkan. “Aku Bo Yeong. Sudah lama tidak
bertemu.”
Eun Seop
diam dan memperhatikan Hae Won yang terdiam. Kemudian dia menatap ke arah Bo
Yeong.
Hae Won
mengabaikan Bo Yeong dan pergi darisana. Melihat itu, Bo Yeong segera
memanggilnya. Namun Hae Won tidak mau peduli dan terus berjalan pergi. Dan Bo
Yeong menatap kepergiaan nya dengan pandangan sedih.
Episode 3,
Bulu Mata Perak Serigala
Sesampainya
didekat rumah, Hae Won mendengar suara sirine ambulans. Lalu dia melihat ada
banyak orang berkumpul di depan rumahnya. Bahkan ada polisi yang berjaga juga
di depan rumahnya.
Melihat itu,
Hae Won merasa bingung dan mendekat. Lalu dia melihat di garasi mobil terpasang
garis polisi dan ada bekas darah di dekat pintu garasi.
Hae Won dan
Nenek menghadiri pengadilan Ibu. Disana, saat mendengar putusan hakim untuk
Ibunya. Hae Won hanya diam saja. Sedangkan Nenek menangis.
Ibu Hae Won
yang bernama Shim Myeong Ju. Dia di hukum tujuh tahun penjara. Dia di hukum
karena membunuh suami nya sendiri dengan mobil.
Hae Won
menatap dirinya sendiri di depan cermin. Mengingat kisahnya dulu.
Saat Bo
Yeong mengetahui kisah Ibu Hae Won, dia menangis dan merasa sedih untuk Hae Won.
Kemudian dia mengulurkan jari kelingkingnya dan berjanji bahwa dia tidak akan
memberitahu siapapun. Dan mendengar itu, Hae Won merasa senang dan tersenyum
kepadanya, lalu dia mengaitkan jari kelingking nya dengan jari kelingking Bo
Yeon.
“Jangan beri
tahu siapa pun,” kata Hae Won.
“Baiklah,
tidak seorang pun,” janji Bo Yeong. Lalu mereka berdua saling tertawa.
Didalam lab.
Hae Won tidak sengaja mendengar pembicaraan tiga orang murid yang sedang
membicarakan tentang dirinya. Mereka membicarakan tentang Ibunya yang adalah
seorang pembunuh. Dan yang paling mengejutkannya adalah mereka mengetahui itu
dari Bo Yeong.
Bo Yeong
mengejar Hae Won dengan raut merasa bersalah dan menyesal. “Jangan salah paham.
Ini semua salah paham, mengerti? Kumohon, Hae Won,” pintanya sambil memegang
tangan Hae Won.
“Lepaskan,”
kata Hae Won dengan nada dingin.
“Hae Won-ah. Hae Won-ah, kumohon. Itu tidak disengaja. Joo Hee bilang… Maksudku,
teman-teman… Tidak, bukan aku,” rengek Bo Yeong. Dan Hae Won merasa kesal
mendengar itu.
“Kubilang,
lepaskan,” kata Hae Won. Tapi Bo Yeong tetap tidak mau melepaskan tangannya dan
terus menggoyang- goyangkan nya. Sehingga karena sudah tidak tahan lagi, maka
dia pun menepis tangan Bo Yeong dengan kuat dan pergi mengabaikannya.
Jam
pelajaran dimulai. Tanpa bisa melakukan apapun, Bo Yeong menangis kebingungan.
Hae Won
menundukkan kepalanya mengingat kejadian itu.
Dikantin.
Hae Won makan sendirian. Sebab setiap orang tidak mau dekat dengannya dan
bahkan mereka terus menggosipkan tentang Ibunya yang adalah seorang pembunuh.
Didekat
loker. Hae Won mendengar ejekkan para murid yang menjadikan
Ibunya sebagai contoh buruk.
Didalam
kamar mandi. Hae Won tidak berani untuk keluar, saat dia mendengar para murid-
murid yang sedang membicarakannya. Mereka mengatakan tidak ingin melihat nya
dan berharap dia untuk dikeluarkan dari sekolah. Dan mendengar itu, Hae Won
merasa terluka.
Pulang
sekolah, Hae Won pergi ke sungai dan ingin bunuh diri. Tapi tiba- tiba
seseorang memanggil namanya, sehingga dia pun berhenti.
Saat Hae Won
keluar dari dalam kamar mandi, dia melihat Eun Seop datang ke tempat nya. Dan
melihat kedatangannya, dia merasa canggung.
Di toko buku
Good Night. Eun Seop menyeduhkan segelas teh untuk Hae Won. Dan menyalakan
pemanas untuknya. Kemudian setelah itu, dia pergi meninggalkan Hae Won.
Setelah Eun
Seop pergi, Hae Won membaringkan dirinya diatas meja dengan lemas.
Eun Seop
berdiri di dekat area parkir arena seluncur. Dia berdiri diam disana sambil
menatap ke arah Toko Buku. Kemudian Seung Ho datang dan memanggilnya.
“Paman.
Paman melihat apa?” tanya Seung Ho sambil melambaikan tangannya didepan Eun
Seop untuk menarik perhatiannya. “Paman. Paman bisa melihat hantu?” tanya nya.
Dan Eun Seop tersenyum kecil sambil mengelus kepala Seung Ho.
Seperti
biasa, beberapa warga bersiap- siap untuk pergi ke pertemuan klub.
Berita di TV
: “Besok pagi, suhu diperkirakan turun hingga minus 20 derajat Celcius dengan
kesejukan angin. Kami memperkirakan gelombang dingin yang hebat. Di wilayah
pedalaman tengah, suhu akan turun ke minus 15 derajat Celsius besok pagi.”
Dipertemuan
buku. Dengan lampu ruangan di matikan, Hyun Ji menceritakan sebuah kisah. “Ada suami istri yang sudah tua tinggal di
gunung. Suatu hari, si suami menyelamatkan bangau yang terluka. Lalu beberapa
hari kemudian, seorang wanita muda datang dan meminta mereka mengadopsinya.
Setelah itu…”
“Ah, aku
tahu cerita itu,” sela Hwi dengan bersemangat. “Bukankah dia menenun sesuatu
tiap malam?”
“Bukankah
itu sejenis kain? Rami,” tambah Seung Ho. Dan Hyun Ji membenarkan.
“Dia menenun kain rami setiap malam dan
melarang pasangan tua itu mengintip ke dalam kamarnya. Awalnya, pasangan itu
menjual kain di pasar, dan mereka bertiga bahagia bersama. Tapi akhirnya, rasa
ingin tahu memengaruhi mereka. Mereka sangat penasaran. Jadi, mereka mengintip
ke kamar itu. Di dalam kamar, pasangan itu melihat bangau yang mereka
selamatkan di masa lalu mencabut bulu dengan paruhnya dan menenun kain. Setelah
itu…” kata Hyun Ji. Dan Hwi melanjutkan
ceritanya.
“Saat pasangan itu mengetahuinya, bangau itu
menjadi sangat kecewa kepada manusia. Jadi, bangau itu terbang ke langit,” jelas Hwi. Lalu dia merentangkan tangannya
dan berteriak. “Selesai!” teriaknya. Dan kemudian lampu ruangan menyala dengan
sendirinya.
Hyun Ji dan
Hwi menjelaskan bahwa kisah ini mereka dengar saat berada di sekolah. Sedangkan
Seung Ho, dia mendengar kisah ini dari kakek nya.
Hwi kemudian
mengangkat tangannya dan bertanya dengan penasaran, kenapa melarang orang
melakukan sesuatu hanya membuat orang semakin ingin melakukannya. Dan Seung Ho
juga jadi ikut penasaran kenapa.
“Benar,
bukan? Kita tidak boleh melihat jika sudah dilarang. Jangan lakukan hal yang
dilarang. Sesederhana itu,” jelas Jang Woo. Dan Seung Ho pun mengangguk setuju.
“Saat
dilarang melakukan sesuatu, kamu hanya ingin melakukannya, “ tambah Eun Seop.
Dan Hae Won diam menatap nya.
Pembacaan
cerita selanjutnya di bacakan oleh Su Jeong. “Ini kisah tentang Yeon dan Tuan
Muda Dedalu. Pada hari musim dingin
seperti ini, ibu tiri Yeon mengusirnya dari rumah, menyuruhnya mencari herba
liar. Dia melewati ladang, tapi tidak bisa menemukan herba karena musim
dingin.”
“Ah, kurasa
aku tahu kisah ini,” kata Geun Sang, terkejut. Lalu dia pun melanjutkan
ceritanya. “Lalu dia bertemu dengan Tuan
Muda Dedalu. Dia pergi ke gua dan menemukan herba untuknya.”
“Apa? Ini
terdengar seperti komedi romantis,” komentar Hwi. “Lalu? Tuan Muda Dedalu dan
Yeon akhirnya hidup bersama?” tanyanya penasaran.
“Tuan Muda Dedalu mati,” jelas Geung Sang. Dan Hwi terkejut kenapa.
“Ibu tiri Yeon menjadi iri dan membunuh Tuan
Muda Dedalu di guanya,” jelas Su
Jeong sambil tersenyum mengerikan. Sehingga Hwi merasa ngeri karena kisah
tersebut terdengar seperti kisah horror.
“Pada akhirnya, Yeon menemukan bunga. Dia membuat
obat dengan bunga itu. Tuan Muda Dedalu hidup kembali, dan mereka hidup
bahagia. Tamat,” jelas Kakek Seung yang sedari tadi hanya diam saja.
Hyun Ji
kemudian menanyai Eun Seop, kisah atau legenda apa yang Eun Seop sukai, sebab
tema mereka hari ini adalah legenda.
"Aku
suka… Bulu Mata Perak Serigala,” kata Eun Seop. Lalu dia bersiap untuk
bercerita.
Hae Won
pamit pulang kepada Eun Seop. Lalu dia pun pergi.
Setelah
mencuci semua gelas kotor yang ada. Eun Seop pun pergi juga dari toko buku.
Eun Seop
pulang melalui jalan hutan. Lalu dia sampai di dekat sebuah pondok kecil.
Eun Seop : “Pada suatu hari, ada seorang pemuda.
Orang-orang selalu menyakitinya. Karena dia polos, orang-orang selalu menipu
atau mengkhianatinya.”
Hae Won
mengeluarkan kotak kenangannya yang berada di bawah lemari. Dia mengambil
sebuah bulu berwarna biru perak dari dalam kotak kenangannya.
Eun Seop
: “Suatu
hari, dia bertemu dengan serigala di gunung. Sambil memberikan salah satu bulu
matanya, si serigala berkata, ‘Cobalah lihat orang-orang melalui bulu mata
perakku. Itu akan membuatmu melihat diri mereka sebenarnya.’”
Hae Won
mengingat masa sekolahnya. Saat itu dia mengikuti legenda tersebut, dia
mengambil sebuah bulu dan menatap orang- orang dengan itu.
“Monyet
nakal, rubah licik, babi kejam, dan rakun jahat. Pemuda itu tidak melihat orang
yang jujur di dunia. Pada akhirnya, dia memutuskan mencari tempat orang-orang
jujur tinggal.”
Hae Won
melihat Bo Yeong yang berada di bawah. Dan menyadari itu, Bo Yeong balas
melihat ke arahnya berada.
Hae Won : “Apakah dia menemukan tempat seperti itu?
Eun Seop : “Tidak.”
Hae Won : “Dia tidak bisa menemukannya?”
Eun Seop : “Ya,
dia tidak bisa menemukannya di mana pun.”
Tags:
When The Weather Is Fine
As stated by Stanford Medical, It's indeed the ONLY reason women in this country live 10 years longer and weigh on average 19 kilos lighter than us.
ReplyDelete(And really, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING to do with "how" they are eating.)
P.S, I said "HOW", not "WHAT"...
TAP this link to determine if this brief questionnaire can help you decipher your real weight loss possibilities