Original
Network : tvN
"Semua
karakter, organisasi, tempat, dan peristiwa adalah fiktif”
Dong Baek maju ke depan dan merentangkan
tangannya untuk melindungi Sun Mi.
Pria bermantel yang mencurigakan tersebut,
dia berdiri di hadapan Dong Baek dan Sun Mi. “Apa yang polisi lakukan di sini
semalam ini?” tanya nya.
“Polisi? Bagaimana
Anda tahu siapa kami?” balas Sun Mi, bertanya curiga.
“Anda datang ke sini dengan penyidik
telepati. Kenapa selebritas seperti Anda datang ke tempatku?” jelas si Pria
mantel dengan tenang.
“Anda tidak terlihat terkejut. Seakan-akan
Anda menantikan kami,” balas Dong Baek sambil menatap tajam. “Penjahat kelas
teri ketakutan begitu melihatku. Tapi beberapa orang bisa sangat bernyali
tergantung kekejaman kejahatan yang mereka lakukan.”
“Sudah kuduga Anda akan datang,” gumam si
Pria mantel, membenarkan.
Sun Mi ingin bertanya- tanya, tapi si Pria
bermantel mengabaikannya. Dia membukakan pagar rumahnya dan masuk, Dong Baek
serta Sun Mi pun mengikutinya. Dengan santai, si Pria mantel membersihkan
barang- barang di halamannya. Dan dengan waspada, Sun Mi bersiap untuk menarik
pistol nya kapan pun.
“Bagaimana Anda tahu kami akan datang?” tanya
Dong Baek.
“Karena aku bermimpi sekian lama setelah
bertemu dengan Anda, Detektif Dong.”
“Aku tahu Anda pria yang memiliki banyak
bakat, tapi firasat bukan salah satunya.”
Mendengar perkataan Dong Baek, si Pria mantel
berhenti membersihkan halamannya dan menatap Dong Baek, sebab dia tidak
menyangka kalau Dong Baek tahu banyak tentang nya. Dan Dong Baek menjelaskan
bahwa ini karena dia punya firasat juga, firasat kalau dia akan bertemu dengan
mantan Fotografer yang membunuh sambil memakai Topeng.
“Jin Jae Gyu,” panggil Sun Mi. “Ada cara yang
mudah dan sulit yang akan menutup pertemuan kita,” jelas nya.
“Apa cara yang mudah?” tanya Jae Gyu.
“Pindai ingatan.”
Sun Mi menjelaskan dengan jujur bahwa
sekarang mereka sedang menyelidiki tentang kasus pembunuhan berantai dan banyak
bukti yang mengarah kepada Jae Gyu sebagai pembunuh nya. Seperti pembunuhan
berantai berhenti muncul dari 20 tahun lalu. Tapi tepat ketika Jae Gyu kembali
ke Korea, pembunuhan berantai berlanjut. Dan karena itu, dia ingin memindai
ingatan Jae Gyu.
Jae Gyu membuang cangkul yang dipegang nya
dan memandang ke arah langit tanpa mengatakan apapun. Lalu setelah cukup lama,
dia berbalik memandang Sun Mi dan Dong Baek kembali. “Aku menolaknya.”
Dong Baek tertawa mendengar jawaban Jae Gyu,
dia sangat yakin kalau Jae Gyu menolak karena Jae Gyu memang bersalah. Dan Jae
Gyu menyangkal nya.
“Jadi, Anda akan memilih cara yang sulit,”
kata Sun Mi.
“Jika harus,” balas Jae Gyu.
Mendengar itu, Sun Mi tersenyum percaya diri.
Dia mengeluarkan “surat perintah penggeledahan dan penyiitaan” yang dibawanya.
Lalu dia memanggil anggota tim nya untuk masuk dan dari berbagai arah, semua
orang datang masuk ke rumah Jae Gyu. Dengan sikap tenang, Jae Gyu
mempersilahkan mereka semua.
"Ep
7: Penghapus Ingatan"
Didalam rumah. Kyung Tan merasa heran, kenapa
rumahnya gelap sekali. Dan Se Hoong menebak, mungkin karena rumah ini sudah
kosong selama 20 tahun.
Para Detektif tidak berhasil menemukan apapun
dirumah Jae Gyu. Karena itu, Sun Mi pun menemui Jae Gyu yang sedang merawat
tanaman di dalam rumah kaca. Secara langsung Sun Mi bertanya, apakah Jae Gyu
berpikir sedang menegakkan keadilan dengan membunuh orang. Dan Jae Gyu membalas
bahwa tampaknya Sun Mi sangat mempercayai Dong Baek dan kekuatan supernatural
Dong Baek.
“Si pembunuh tampaknya sangat mengenalku.
Kurasa aku juga bisa mengatakan itu tentang Anda,” komentar Sun Mi.
“Aku hanya melihat jiwa Anda, itu saja,”
balas Jae Gyu sambil memandang Sun Mi. “Maaf jika aku membuat Anda merasa tidak
nyaman.”
“Aku penasaran sampai kapan Anda bisa
bercanda,” geram Sun Mi. Lalu dia pergi.
Detektif A dan B melapor kepada Sun Mi,
mereka belum mendapatkan bukti apapun. Dan Sun Mi mengerti, dia berpendapat
kalau Jae Gyu pasti menyimpan alat pembunuhannya seperti souvenir, jadi lebih
baik kalau mereka memeriksa dengan lebih teliti.
Setiap orang memeriksa dengan lebih teliti.
Mereka memeriksa setiap dinding, atap, tanaman, halaman, dan paret. Jae Gyu
memperhatikan kerja mereka. Kemudian setelah itu, dia memasak semangkuk mie dan
makan dengan tenang.
Se Hoong merasa cemas, karena surat perintah
yang mereka miliki akan kadaluwarsa saat matahari terbenam. Dan Kyung Tan setuju,
namun kemudian dia merasa kesal saat memperhatikan Dong Baek sedang makan roti
lapis dengan santai nya.
Dong Baek berhenti makan dan mendekati mereka
semua. “Itu cerobong asap besar untuk rumah tanpa perapian,” katanya sambil
menunjuk ke arah cerobong asap yang ada. Dan semuanya tidak mengerti dengan
maksud nya. “Apa hanya aku yang menganggap ini aneh? Tidak ada perapian di
lantai satu,” tanyanya.
“Kalau begitu, lantai dua,” kata Kyung Tan,
tersadar. Lalu mereka langsung masuk kembali ke dalam rumah dan naik ke lantai
dua.
Dong Baek membuka perapian sambil menjelaskan
bahwa biasanya perapian ada dilantai satu karena biar udara panas naik ke atas,
jadi aneh bila ada perapian di lantai dua. Kemudian dia menyalakan senter dan
masuk ke dalam cerobong asap untuk memeriksa. Dan didalam sana, dia menemukan
sebuah tangga ke atas.
“Pembunuhannya akan berlanjut,” gumam Jae
Gyu.
“Apa?” tanya Sun Mi yang kebetulan lewat dan
mendengar gumamam itu.
Dong Baek memanjat ke atas.
“Tiga lagi akan tewas,” jawab Jae Gyu dengan
serius. “Satu persatu. Secara brutal.”
Dong Baek sampai diruangan diatas perapian.
Dan apa yang dilihatnya disana, membuat nya sangat terkejut. Se Hoong serta
Kyung Tan yang mengikutinya juga merasa sangat terkejut. Didalam ruangan
tersebut ada banyak tengkorak manusia.
Se Hoong merekam semua tengkorak tersebut.
Dan melakukan video call.
Detektif B menunjukkan video yang dikirim
oleh Se Hoong kepada Sun Mi.
“Bedebah itu menawarkan korban sebagai
persembahan,” gumam Dong Baek dengan yakin.
“Tangkap dia,” perintah Sun Mi. Dan Detektif
A serta B pun segera memborgol Jae Gyu. Dengan tenang, Jae Gyu sama sekali
tidak melawan, malahan dia tersenyum.
Jae Gyu dibawa ke kantor polisi.
Tim forensik datang dan memeriksa semua
tulang yang di temukan.
Diruangan introgasi. Setelah seharian penuh,
Jae Gyu akhirnya mau berbicara. Tapi dia ingin bicara dengan Dong Baek saja.
“Katakan kerangka siapa yang ada di altar,”
perintah Detektif yang mengintrogasi. Dan Jae Gyu diam sambil memandang ke arah
Sun Mi yang berada di ruangan terpisah.
Young Soo tidak setuju untuk mengizinkan Dong
Baek bertemu dengan Jae Gyu, dia ingin kalau lebih baik mereka menunggu laporan
forensik saja. Sebab dia takut Dong Baek akan mengamuk dan menyerang Jae Gyu.
“Aku tidak akan mengamuk!” teriak Dong Baek.
“Kamu sudah mengamuk,” tegas Young Soo. Dan
Dong Baek langsung terdiam.
“Kalau begitu, kita pastikan dia tidak bisa
menyerangnya,” kata Sun Mi, menyarankan.
Dong Baek masuk ke dalam ruangan introgasi.
Dan dia memorgol tangannya sendiri dikursi supaya tinju nya tidak melayang
kepada Jae Gyu. Mengetahui alasan tersebut, Jae Gyu tersenyum kepada Dong Baek.
Dan melihat senyum itu, Dong Baek merasa kesal. Namun Sun Mi langsung
memperingatkannya untuk jangan kesal. Jadi Dong Baek pun berusaha keras untuk
tenang.
“Apa pembunuhan 20 tahun lalu juga
persembahan untuk dewa Anda?” tanya Dong Baek.
“Itukah yang Anda bicarakan? Algojo?” balas
Jae Gyu, bertanya dengan geli.
“Jangan bertanya. Jangan biarkan dia
memimpin,” kata Sun Mi, memperingatkan.
Jae Gyu bersikap seolah sangat mengenal Dong
Baek. Dia mengomentari kalau Dong Baek pasti merasa sangat aneh dan kesepian,
karena hanya Dong Baek yang bisa mengungkap kebenaran dan tahu kebenarannya.
Tapi yang lain tidak. Dia tahu perasaan itu bukan karena dia memiliki bakat
yang sama seperti Dong Baek, tapi itu karena dia bisa mengintip kebenarannya sedikit
dan dia bisa mendengar suara dewa lewat doa yang panjang dan bertapa. Seperti
cenayang.
“Anda sungguh cenayang?” tanya Dong Baek.
“Label tidak penting. Peramal, nabi, hal-hal seperti itu tidak
penting. Yang penting adalah ucapan dewa,” jawab Jae Gyu dengan sikap sangat
serius.
Dong Baek memijat dahinya dengan lelah.
“Omong kosong,” komentarnya.
Jae Gyu tertawa kesal mendengar komentar Dong
Baek. Dan dengan serius, Dong Baek bertanya, apakah Jae Gyu tidak tahu kalau
akan di ejek. Mendengar itu, Jae Gyu kembali bersikap sangat serius.
“Kukira Anda ingin tahu tentang wanita yang
dipukul palu cakar dan tewas 20 tahun lalu?” kata Jae Gyu, bertanya. Dan Dong
Baek merasa terkejut.
Young Soo merasa heran, sebab setahunya semua
korban yang ada saat itu adalah pria.
Jae Gyu menatap ke atas sambil terus
berbicara. “Anda ingin tahu, bukan? Wanita cantik yang sekarat itu. Dia ibu
Anda, bukan?”
Dong Baek sangat terkejut. “Itu Anda. Anda
membunuhnya.”
Jae Gyu bersikap aneh. Dia mengepalkan kedua
tangannya dengan erat di bawah meja. Dia seolah-olah mendengar suara
disekitarnya. “Dia tewas karena Anda… Anda membahayakan diri Anda… Kemarahan…
Andalah pembunuhnya…. Pembunuhan akan terus berlanjut…”
“Benarkah dia ibuku?” tanya Dong Baek, mulai
marah.
“Lebih banyak yang akan dibunuh… Tiga lagi
akan tewas sebelum akhir bulan… Orang-orang yang dikutuk karena Anda akan mati
mengenaskan!” kata Jae Gyu seolah kerasukan.
Para Detektif menarik Dong Baek yang
kehilangan ketenangan dirinya untuk keluar dari ruangan. Tapi Dong Baek
memberontak. “Berhentilah mengubah topiknya! Lepaskan,” teriaknya. “Katakan.
Katakan padaku, Bedebah!”
Setelah Dong Baek di tarik keluar dari
ruangan, Jae Gyu tertawa.
Hasil lab telah keluar. Kerangka yang
ditemukan di atas atap rumah Jae Gyu, itu ternyata adalah kerangka binatang
bukan manusia. Membaca hasil tersebut, Young Soo merasa frustasi. Dan Jae Gyu
tertawa senang, lalu dia memandang ke arah Sun Mi.
Young Soo memutuskan untuk terus menahan Jae
Gyu dan menyelidiki nya. Lalu dia menanyai Dong Baek, apa yang terjadi kepada
Ibu Dong Baek. Karena untuk mendapatkan surat perintah, maka mereka harus
memasukkan kasus Ibu Dong Baek. Dan Dong Baek diam, tidak menjawab.
“Ceritakan tentang kenangan masa kecilmu,”
bujuk Sun Mi.
“Apa yang hendak kamu catat?” tanya Dong
Baek. “Kurasa aku melihat wanita yang tewas 20 tahun lalu, dan si psikopat yang
berpura-pura menjadi cenayang tahu itu?” tanyanya kesal. Dan semuanya terdiam.
Sun Mi mengansumsikan bila mereka tidak bisa
menahan Jae Gyu. Dan Dong Baek menyarankan supaya mereka meminta seorang polisi
untuk mengamati Jae Gyu. Sebab dia percaya Jae Gyu akan membunuh lagi seperti
yang di ramalkan nya sendiri.
“Entah kapan dia bertindak. Kita tidak bisa
terus mengawasinya,” kata Young Soo, tidak sependapat dengan Dong Baek.
“Dia bilang sebelum akhir bulan, tiga orang
akan tewas,” kata Sun Mi.
“Masih ada 10 hari lagi di bulan ini. Dia
akan bertindak sebelum itu,” kata Dong Baek.
Young Soo diam dan mempertimbangkan perkataan
Sun Mi serta Dong Baek.
“Bagian
Kriminal”
Jae Gyu dibebaskan. Sebelum dia pergi dia
berterima kasih kepada Dong Baek dan Sun Mi yang mau mengantarkannya keluar.
Dan dengan sinis, Dong Baek menjelaskan bahwa dia hanya ingin menyingkirkan bau
busuk. Sedangkan Sun Mi menjelaskan bahwa mereka akan segera bertemu lagi
nantinya.
“Omong-omong, bau busuk itu berasal dari hal
lain,” kata Jae Gyu, berkomentar. “Kalian berdua dikelilingi roh-roh penuh
dendam.”
“Anda tidak pernah berhenti bicara omong
kosong?” balas Sun Mi, kesal.
Jae Gyu mengangkat tangannya dan menghentikan
Sun Mi untuk berbicara. Dia seperti mendengar suara lonceng. Lalu dia melihat
gambaran kejadian. “Dua wanita terpaksa membunuh satu sama lain. Karena jika
tidak, mereka akan dibunuh oleh si pembunuh,” katanya. Mengejutkan Dong Baek
dan Sun Mi.
“Jika Anda begitu yakin, tinggalkan
buktinya,” geram Dong Baek.
“Roh-roh penuh dendam memperingatkan kalian.
Seseorang akan dibunuh malam ini,” kata Jae Gyu dengan tergagap-gagap. Lalu
kemudian dia kembali bersikap serius. “Kuharap kalian menghentikannya Jika
kalian mampu. Kalian akan bertanggung jawab atas kematian itu.”
“Anda benar. Aku yang akan memenjarakan
Anda,” balas Dong Baek.
Setelah Jae Gyu pergi. Dong Baek
memperlihatkan rasa kesalnya, dia memuji betapa gilanya Jae Gyu. Dan Sun Mi
setuju, dia yakin Jae Gyu hanya ingin bermain- main dan ingin membuktikkan
kalau dirinya lebih unggul daripada mereka.
Jae Gyu berdiri di depan pintu kantor polisi
dan tersenyum.
Dari jauh, L:im dan Woon Jang mengikuti Jae
Gyu.
Mobil dengan label "Green Moving" berhenti tidak jauh dari tempat tinggal
Jae Gyu. Didalam sana, para Detektif memonitori Jae Gyu. Termaksud ada Dong
Baek, Kyung Tan, serta Se Hoong juga disana.
Sun Mi memonitori Jae Gyu dari kantor nya
sambil memberikan pengarahan kepada semuanya. “Jangan kehilangan dia sedetik
pun agar kita bisa mencegahnya menemui komplotannya.”
“Baik, Bu.”
Lim tidak terlalu peduli jika kehilangan
jejak Jae Gyu. Karena pembunuhan berantai selama ini selalu dilakukan dengan
cara yang brutal. Jadi selama diri mereka sendiri bisa aman, maka dia tidak
apa- apa.
Mendengar itu, Woon Jang hanya diam saja dan
menggelengkan kepala.
Sampai malam hari sama sekali tidak ada
tanda- tanda kalau Jae Gyu akan keluar dari dalam rumah. Dan itu membuat semua
Detektif yang mengawasi nya merasa capek serta mengantuk sendiri.
Keesokkan harinya. Seul Bi menemukan sebuah
berita yang mengejutkan, seseorang telah dibunuh. Korbannya adalah Yeong Tak.
(Ingat episode 1? Jika tidak, maka bacalah dan kalian akan mengerti :D ).
“Aku datang saat fajar untuk mengemas
barangku karena tidak ingin bertemu dengannya. Tapi saat aku tiba di sini…”
kata Min Kwon, menjelaskan. “Pak, bisakah Anda melindungiku? Aku yakin aku
target berikutnya,” pintanya merengek.
Mendengar itu, Detektif B hanya diam sambil
memandang aneh Min Kwon.
Di kamera CCTV. Yeong Tak masuk kedalam
kantor dan melepaskan gips yang dipakainya dileher. Dia kemudian mulai bersikap
aneh, dengan waspada dia memeriksa ke dalam sebuah ruangan. Dan Sun Mi menebak
kalau tampak nya Yeong Tak seperti mendengar suara.
Didalam ruangan. Yeong Tak menekan tombol
lampu. Tapi lampu di dalam ruangan sama sekali tidak mau menyala. Jadi diapun
membuka jendela.
“Apa menurutmu Jin Jae Gyu benar-benar
seorang cenayang?” komentar Detektif B. “Tidak mungkin dia. Dia diawasi oleh
puluhan polisi.”
“Diam,” geram Detektif A.
“Itu Algojo,” kata Sun Mi, menyuarakan
pendapatnya. “Dia menghukum kejahatan dengan menjadi kejahatan itu sendiri. Dia
menghukumnya dengan meniru perbuatannya pada korban,” katanya dengan yakin.
Se Hoong menatap tinta di lantai dan
bertanya- tanya darimana asal tinta tersebut. Dong Baek yang sedari tadi hanya
diam saja mengomentari betapa menariknya ini, karena si Algojo merekam video
saat dia memukuli Yeong Tak sampai mati.
Video di dalam handycam. Yeong Tak tampak
seperti bertemu dengan seseorang. “Siapa kamu?” tanyanya. Si Algojo diam, tidak
menjawab. Kemudian dia langsung memukuli Yeong Tak. “Tunggu. Tidak, tunggu. Tunggu.
Tolong jangan bunuh aku,” pinta nya, memohon. Tapi si Algojo sama sekali tidak
peduli.
Si Algojo terus memukuli Yeong Tak sambil dia
mati. Melihat kesadisan itu, semua orang merasa ngeri.
Didalam rekaman handycam itu mereka semua
tidak bisa menemukan apapun. Karena hanya tampak kaki si Algojo saja. Tapi
kemudian, Sun Mi menyadari sesuatu, di dalam bayangan di kaca tampak rupa si
Algojo. Dan setelah di beri penerangan dan fokus, mereka semua terkejut karena
wajah si Algojo tampak hitam semuanya.
“Topeng,” gumam Sun Mi.
“Sia-sia kita bergadang,” komentar Dong Baek.
Detektif di lapangan tujuh melapor. Jae Gyu
keluar dari rumah, dia berjalan ke kota dan berhenti di pertigaan. Namun Jae
Gyu sama sekali tidak ada bertemu siapapun. Bahkan di catatan panggilanya, sama
sekali tidak ada apapun.
Dong Baek merasakan sesuatu yang aneh, dia memperhatikan rekaman yang diberikan oleh Detektif dilapangan tujuh dengan seksama. Lalu seperti menemukan sesuatu, dia berlari pergi. Dan semuanya merasa heran, tapi tidak ada yang menghentikannya.
Dong Baek menyamar sebagai polisi lalu lintas. Dia memakai kostum boneka untuk menyembunyikan dirinya. Dan dia mendekati para anak- anak TK. Se Hoong serta Kyung Tan membantu.
“Apa lagi sekarang?’ tanya Kyung Tan dengan
kesal, saat melihat sikap aneh Dong Baek.
“Ini terlalu tebal,” jelas Dong Baek sambil
melepaskan sarung tangan boneka nya. Lalu dia memegang satupersatu anak TK yang
ada. Dan dia berhasil menemukan apa yang dicarinya.
Dong Baek melaporkan kepada Sun Mi apa yang didapatnya. “Ibu anak itu dahulu mengelola rumah kaca Jin Jae Gyu. Begitu caranya memakai ponsel anak itu.”
“Kamu melakukan pindai ilegal?” tanya Sun Mi,
mendengus. Dan Dong Baek merasa kesal. “Kita tidak bisa menggunakan bukti yang
ternodai.”
“Lagi pula, aku bukan bagian dari tim. Dapatkan surat perintah berdasarkan kontak dengan ibunya. Pergilah ke rumah Jin Jae Gyu dengan anak itu dua jam lagi. Atau kita harus menunggu sepekan lagi.,” jelas Dong Baek tanpa mau di bantah.
“Surat perintahnya akan butuh setidaknya
setengah hari,” jelas Sun Mi. Dan Dong Baek tidak peduli.
Se Hoong dan Kyung Tan yang menyamar menjadi polisi lalu lintas, mereka menghentikan mobil Ibu si anak TK ditengah jalan. Mereka coba membuat berbagai alasan untuk mengulur waktu. Tapi semua alasan yang mereka berikan sama sekali tidak masuk di akal, sehingga si Ibu merasa aneh.
Sun Mi memberitahu Dong Baek bahwa surat perintah sudah dikeluarkan. Dan mendengar itu, Dong Baek pun langsung keluar dari dalam mobil.
Dong Baek mendekati Ibu si anak TK dan mengajak nya untuk berfoto bersama. Karena mengenali siapa Dong Baek, maka dengan senang hati, si Ibu pun mengiyakan. Dan Se Hoong menggunakan kesempatan itu untuk memegang ponsel si Anak TK dengan alasan untuk memotret.
Ketika berfoto bersama, si Ibu tidak berani
untuk bersentuhan dengan Dong Baek. Dia hanya memegang sedikit ujung pakaian
Dong Baek saja.
Se Hoong sengaja mengulur waktu untuk menghack hp si Anak TK. Dia berpura- pura mencari posisi yang bagus. Lalu ketika semua sudah selesai, barulah dia memotret si Anak TK dan si Ibu.
Sesampainya dirumah Jae Gyu. Si Ibu menyuruh si Anak TK untuk bermain dengan Jae Gyu dan dengan senang, si anak TK pun bermain dengan Jae Gyu.
“Kamu bersenang-senang dengan ponsel yang
kuberi?” tanya Jae Gyu. Dia mengambil hp si Anak TK. Lalu dia menyuruh si Anak
TK untuk pergi bermain sendirian sebentar.
“H.S.M.O.R. Ini pengirim pesan terenkripsi
ciptaan orang Rusia. Ini tidak meninggalkan jejak,” kata Bong Kook,
menjelaskan. “Kamu bisa melihat siapa yang dia hubungi dengan memeriksa
aplikasi itu.’
Bong Kook terkejut dan segera memeriksa.
Jae Gyu menghapus aplikasi tersebut.
“Aplikasi dihapus lalu ponsel dinyalakan
kembali,” gumam Bong Kook, tidak menyangka.
“Dia pasti tahu itu kita,” kata Se Hoong,
menebak.
Tags:
Memorist