Sinopsis K- Drama : Memorist Episode 7 part 2


Original Network : tvN
"Semua karakter, organisasi, tempat, dan peristiwa adalah fiktif”

Detektif dilapangan melapor. Sebuah mobil datang ke tempat Jae Gyu. Dan ternyata orang yang berada didalam mobil tersebut adalah Sung Dong.

Dong Baek dan Sun Mi datang ke tempat Jae Gyu. Secara langsung Sun Mi bertanya, kenapa Sung Dong datang. Dan Sung Dong tertawa. Dengan sikap seolah tidak tahu apa- apa, Jae Gyu bertanya, ada masalah apa.
“Tentu saja. Dua komplotan kasus pembunuhan ada di sini,” kata Dong Baek dengan ketus. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya dengan tegas pada Sung Dong.
“Kamu tidak punya harga diri, bukan? Omong-omong, aku menerima informasi,” jawab Sung Dong.
“Tentang pembunuhan?” tebak Sun Mi.


Sung Dong menggelengkan kepalanya. “Tidak, tapi sesuatu yang mengejutkan. Kudengar gadis belia nakal yang mendatangiku adalah dirimu.”
“Kamu berhak tahu mengingat apa yang kamu alami,” jelas Jae Gyu.
“Ini akan menjadi dokumenter yang sempurna. Putri korban pembunuhan masuk kepolisian untuk membalas dendam,” kata Sung Dong sambil bertepuk tangan dan tetawa.


Sun Mi merasa kesal, tapi dia diam. Sung Dong dengan bangga menjelaskan kalau Jae Gyu mempunyai bakat menakjubkan, karena Sung Dong berhasil mengetahui rahasianya yang dia tidak katakan kepada orang lain. Jadi dia berniat untuk melakukan acara khusus dengan Jae Gyu.

“Lihatlah dirimu yang akrab dengan pembunuh,” puji Dong Baek.
“Kalau begitu, fitnah,” kata Jae Gyu sambil tersenyum.
“Kamu sungguh pembunuh?” tanya Sung Dong kepada Jae Gyu sambil tertawa. “Begini, aku yakin si Algojo adalah orang yang bernyali. Dia membakar hewan yang tidak bisa dihukum. Ini seperti punya salah satu tempat pembakaran yang dibenci orang di lingkunganku. Jika Pak Jin adalah Algojo, harus kuakui, ini tidak akan terlalu buruk. Aku bisa dengan mudah melakukan wawancara eksklusif. Siapa lagi selain Algojo yang meragukan sistem keadilan negara ini?” jelas nya dengan sangat bangga.

“Kamu menghargai rating daripada nyawa orang?” tanya Sun Mi, kesal.
Sung Dong sama sekali tidak merasa bersalah. Menurutnya para korban, contohnya Ayah Sun Mi, mereka layak menerima hukuman. Mendengar itu, Dong Baek mencengkram kerah Sung Dong.
“Dia menjalankan tugas sebagai polisi dan balas dendam adalah keahlianku. Mengerti?” kata Dong Baek,  memperingatkan. Lalu dia melepaskan Sung Dong.

Jae Gyu mulai bersikap aneh. Dia tampak seperti kerasukan. “Jangan sentuh dia. Jangan menyentuh orang lain. Kamu tidak mengerti? Apa persamaan tiga orang yang akan tewas? Kamu pasti melakukan kontak dengan mereka.”
“Apa maksudmu? Tiga orang akan tewas?” tanya Sung Dong, heran.

Jae Gyu menatap Dong Baek dengan serius. “Mereka akan tewas mengenaskan. Saat mendekati bulan purnama, mereka yang pernah melakukan kontak denganmu akan tewas mengenaskan. Satu sudah tewas, dan dua orang akan segera menyusul.”
Dengan heran, semuanya hanya diam saja.
Sun Mi bertanya- tanya, apakah benar yang dikatakan oleh Jae Gyu barusan. Dan Dong Baek menjawab bahwa mungkin saja itu benar, namun mungkin juga itu tipuan, sebab Jae Gyu seharusnya tidak tahu dengan siapa saja dia pernah melakukan kontak fisik. Kecuali Jae Gyu adalah cenayang sungguhan.
“Kalau begitu…”
“Mari kita lihat seberapa banyak yang dia tahu,” sela Dong Baek.

Dong Baek dan Sun Mi menemui orang tua si Anak TK untuk meminjam hp nya. Mereka menjelaskan tentang hp si Anak yang telah di pakai untuk melakukan kejahatan, tapi mereka tidak bisa menjelaskan apa dan siapa pastinya.
“Tidak bisa kami berikan jika tidak diberi tahu,” kata si Ayah anak TK, menolak.
“Jin Jae Gyu,” kata Dong Baek, memberitahu. “Jangan mendekatinya.”


Orang tua si Anak TK merasa terkejut serta kebingungan mengetahui informasi tersebut. Si Ayah anak TK menjelaskan bahwa beberapa bulan, tidak lama setelah mereka pindah ke sini, Jae Gyu datang menemui mereka untuk membeli peralatan. Sebab dia ada menjalankan bisnis ekspor kecil. Jae Gyu membeli pompa air darinya, dengan alasan kalau rumahnya kebanjiran. Dan saat itu dia bilang kepada Jae Gyu kalau menyewa peralatan lebih murah daripada membeli, tapi Jae Gyu bersikeras untuk membeli. Sebenarnya, dia tidak bisa menjual eceran, tapi dia memberikan pengecualian kepada Jae Gyu, karena mengingat kalau mereka adalah tetangga.
Si Ibu anak TK juga ikut menjelaskan. Beberapa hari kemudian setelah itu, Jae Gyu datang dan memberikan sebuah hp, dengan alasan itu adalah hadiah untuk anak mereka. Lalu Jae Gyu juga menawarkannya untuk bekerja di rumah kaca nya.

Dong Baek membuat daftar orang yang pernah disentuhnya. Dan dia mengirimkan itu ke Sun Mi. Itu untuk berjaga- jaga bila Jae Gyu memanglah seorang cenayang sungguhan. Dan Sun Mi melihat daftar tersebut, tapi dia heran, kenapa dia tidak ada didalam daftar. Dan Dong Baek tidak menjawab.
“Aku akan tetap di sini. Masih ada yang harus kulakukan,” kata Dong Baek. Lalu dia pergi.

Rekan A menghubungi Sun Mi dan menyuruhnya untuk menonton berita sekarang.

Diberita seorang polisi menceritakan kisah Sun Mi. Tapi siapa polisi tersebut, tidak diketahui, sebab wajah dan suaranya disamarkan. “Ayahnya dibunuh karena dendam. Dia menggali kasus tidak terpecahkan itu selama bertahun-tahun. Dia manusia yang mengerikan. Mungkin karena itu dia dibunuh.”
Host : “Ini sangat serius. Itu artinya dia menggunakan wewenangnya untuk alasan pribadi. Korban yang menyelediki kasus pribadinya tidak hanya melanggar hukum, tapi juga tidak pantas.”
Dikantornya. Shin Woong juga menonton berita tersebut.

Dikantor polisi. Para detektif menggosipi kasus Sun Mi. Ketika Sun Mi datang, mereka semua langsung diam dan memberikan hormat padanya.

Sun Mi masuk ke dalam ruangan media. Dia menyadari sikap aneh para rekannya saat menghindari tatapannya. Tapi Sun Mi tidak memperdulikan itu dan bersikap profesional.

Lapangan sembilan melapor. Dua anak ayam (Se Hoong dan Kyung Tan) memasuki area anjing liar. Dua anak ayam mengubah warna bulunya.
Se Hoong dan Kyung Tan ditugaskan oleh Dong Baek untuk mencari pompa air. Se Hoong mengomentari kalau Kyung Tan bukannya orang murah hati, tapi orang bodoh. Sebab Kyung Tan membesarkan orang yang kasar seperti Dong Baek. Dan Kyung Tan paling mudah di suruh- suruh.
“Apa kamu meniru Baek?” geram Kyung Tan.
“Kamu mengomel, tapi selalu menerima. Karena itu dia tidak berhenti.”

Lim dan Woon Jang mengikuti mereka berdua dari jauh.

Sun Mi mendapatkan surat mutasi. "Pembebastugasan, Tugas Baru: Belum Ditentukan". Dan kantor pusat memanggilnya.



Ketua Direksi di stasiun berita TVC. Dia menyuruh semua depatermen untuk menyelidiki Sun Mi dan Dong Baek. Semakin buruk dan kotor, maka itu semakin bagus.
“Mereka membenci semua wartawan, tapi aku berusaha keras untuk memasang saluran. Ini solid,” kata Rekan 1, menyarankan satu orang. Dia menatap Ji Eun.
“Pemula?” tanya Ketua sambil memandang Ji Eun. “Sebaiknya kamu bekerja dengan baik. Gunakan alat perekam, kamera tersembunyi, apa pun. Bawakan aku rahasia kotor Dong Baek, bagaimanapun caranya. Masa depanmu bergantung pada ini,” jelas nya, memperingatkan.

Sung Dong tertawa senang menonton rapat para karyawannya.

Sun Mi menemui Shin Woong yang sedang berada di dalam ruangan latihan tembak. Dia datang untuk menanyakan, apa alasan tindakan Shin Woong.
“Kamu tahu banyak tentang anjing?” tanya Shin Woong. “Orang yang menggonggong lebih dahulu tidak cukup yakin untuk menggigit. Orang yang percaya diri menyerang diam-diam tanpa menggonggong.”
“Aku tidak pernah tahu kamu ahli soal anjing,” balas Sun Mi, ketus.
 
“Media adalah anjing. Mereka bahkan tidak bisa menatapmu jika melihatmu secara langsung, tapi mereka menggonggong seperti pemberani di depan kamera dan pena. Kenapa? Karena mereka tahu makin mereka menggonggong, TV, radio, dan koran akan menjadi penghalang dan melindungi mereka,” jelas Shin Woong, mengajarkan.
Sun Mi masih tidak mengerti dengan maksud Shin Woong, menurutnya untuk membungkam anjing yang menggonggong adalah dengan menghancurkan rahang nya. Dan Shin Woong menjelaskan bahwa itu salah, itu hanya membuat Sun Mi kalah, karena jika kita menendang satu anjing, maka semua anjing didaerah itu akan menggonggong. Itulah naluri bertahan para pengecut. Oleh sebab itu, jika Sun Mi menghilang, maka semua anjing akan langsung diam.

“Kedengarannya seperti kekalahan dan penghinaan, hanya dilebih-lebihkan,” komentar Sun Mi. “Bukankah memalukan memecatku hanya karena laporan sampah padahal pembunuh berantai sudah ada dalam genggaman kita?”
“Siapa yang memecatmu?” balas Shin Woong, bertanya. “Kamu masih memimpin tim khusus. Terus selidiki. Kamu akan menunggu tugas paling lama selama sepekan. Jika si pembunuh tidak ditangkap saat itu, akan kukatakan aku membutuhkanmu dan menugaskanmu kembali. Meski pembunuhnya tertangkap sebelum itu, kamu yang mengumumkan. Kamu akan terus tumbuh sebagai ikon kepolisian tanpa ternoda,” jelasnya.
Sun Mi bersikap sangat keras kepala. Baginya beberapa jam saja itu penting, jadi dia tidak bisa menunggu selama sepekan. Dan Shin Woong menegaskan untuk Sun Mi terus menyelidiki secara diam-diam. Dia sudah bicara dengan Young Soo untuk mengirimkan Sun Mi sebagai kepala Metro, tapi Sun Mi tidak boleh datang ke kantor polisi selama sepekan dan Sun Mi harus menjauh.
Mendengar penjelasan tersebut, Sun Mi diam dan berpikir. Namun akhirnya dia menerima.


Saat Sun Mi akan pergi, dia tidak sengaja melihat hp Shin Woong bergetar karena telpon masuk. Dan itu adalah telpon masuk dari Sung Dong. Melihat itu, Sun Mi tidak jadi pergi, dia kembali menghadap Shin Woong. “Apa kamu dekat dengan Pak Jo Sung Dong?” tanyanya.
Shing Woong tampak terkejut mendengar pertanyaan Sun Mi. Namun hanya sesaat dia langsung kembali bersikap tenang. “Aku pernah bertemu dengannya di sebuah acara. Kenapa?” balasnya.

Sun Mi berusaha memancing Shin Woong, dia bertanya, apakah mungkin Shin Woong sudah mengenal Sung Dong sejak 20 tahun yang lalu. Dan saat Shin Woong hanya diam saja, Sun Mi pun pamit dan pergi.

Shin Woong melihat hp nya. Dan ketika dia melihat panggilan masuk dari Sung Dong, dia pun akhirnya mengerti kenap Sun Mi bersikap seperti itu.


Dong Baek berkeliling mencari pompa air. Dan akhirnya dia menemukan apa yang di carinya. Lalu dengan segera, dia langsung menghubungi Sun Mi.
“Aku tahu trik Jin Jae Gyu.”

Gedung yang ditemukan oleh Dong Baek. Dulunya gedung tersebut milik perusahaan asing, tapi kemarin, pemilik nya beralih ke orang lain. Beralih kepada anak SMA dan dia adalah putra Sung Dong. Namun sekarang dia sedang belajar di luar negri bersama dengan Ibunya.
“Pak Tua, aku ingin kamu menemui Jo Sung Dong,” kata Dong Baek kepada Kyung Tan di telpon. “Tanyai dia kenapa dia menerima gedung ini.”
“Menerima dari siapa?” tanya Kyung Tan, tidak mengerti.
“Jin Jae Gyu,” jawab Dong Baek. “Berpura-puralah tidak tahu bagian itu. Tanya saja padanya kenapa dia membeli gedung itu.”

“Pria itu adalah kepala stasiun penyiaran. Kamu pikir dia akan menemuiku?” tanya Kyung Tan, ragu.
“Dia akan menemuimu jika bilang aku yang mengirimmu,” jawab Dong Baek. Kemudian tanpa menjelaskan lebih lanjut, dia langsung mematikan telponnya.
Dengan kesal, Kyung Tan mengomel tapi dia masih tetap mengikuti perintah Dong Baek. Dengan sikap tidak mengerti, Se Hoong mengomentari betapa bodohnya Kyung Tan.

Sun Mi mempertanyakan, bagaimana Dong Baek menemukan tempat ini. Dan Dong Baek menjawab pompa air. Dia tidak bisa menemukan pompa air dirumah Jae Gyu, karena itulah dia mencari.
“Mari minta surat perintah penggeledahan…” kata Sun Mi ingin menyarankan. Tapi Dong Baek mengabaikannya dan langsung masuk ke dalam gedung begitu saja.
Didalam gedung. Dong Baek menemukan sebuah ruang tanah. Dia menemukan itu dari pipa air berwarna merah yang terulur panjang. Dan Sun Mi mengikuti nya dari belakang.


“Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini hanya dengan pompa air?” tanya Sun Mi, penasaran.
“Operation Anthropoid. Film tentang membunuh pengurus senior Nazi selama Perang Dunia Kedua. Tentara berhasil membunuh target, tapi mereka terkurung di rubanah gereja. Tapi mereka tetap memiliki harapan walau dikepung. Kenapa? Karena mereka pikir ada jalan rahasia di rubanah gereja,” jelas Dong Baek.
Dong Baek dan Sun Mi hampir tiba di ujung pipa merah tersebut. “Pada akhirnya, mereka gagal menemukan jalan rahasia. Saat musuh mulai menuang air ke rubanah, mereka semua bunuh diri,” kata Dong Baek, masih menjelaskan.
“Tapi apa hubungannya film itu dengan ini?” tanya Sun Mi, tidak mengerti.
“Itu satu-satunya film yang dia miliki,” kata Dong Baek. Dia melihat itu di rak buku milik Jae Gyu. “Buku-buku geologi membantuku menebaknya,” katanya, kagum kepada Jae Gyu.
“Aku tidak percaya dia terinspirasi dan membuat rute pelarian.”
“Dia butuh pompa air karena terus terisi air. Itu sebabnya aku mencari jalan keluar dengan pipa air.”


Diujung bawah tanah. Dong Baek dan Sun Mi menemukan sebuah pintu. Dengan waspada Dong Baek membuka pintu tersebut dan memeriksa nya. Saat pintu terbuka, mereka berdua masuk ke dalam dan menemukan alat- alat untuk penyamaran. Serta ada tangga untuk ke atas juga.
Sun Mi merasa penasaran. Dia naik ke atas tangga tersebut.
Dong Baek memperhatikan seluruh peralatan milik Jae Gyu dan memeriksa barang- barang nya.


Sun Mi membuka pintu tersembunyi di atas atap. Dan pintu tersebut ternyata terhubung dengan rumah kaca milik Jae Gyu. “Mari kita siapkan perangkap dan menunggunya…”
“Sudah terlambat,” sela Dong Baek. Dia menunjukkan apa yang ditemukannya. Ada jejak ban motor ditanah.
Jae Gyu menaiki motor dan kabur.
Sun Mi menghubungi tim nya. “Jin Jae Gyu melarikan diri lewat jalan rahasia. Lacak motornya sekarang.”
“Mustahil melacaknya secara langsung,” jawab rekan A.
“Kami memulihkan ponselnya, dan sepertinya dia mencari nama,” lapor Seul Bi.
“Choi Poong Won dan Jaksa Woo Seok Do,” lapor Bong Kook. 


Mendengar kedua nama tersebut, Dong Baek dan Sun Mi langsung bergerak. Dong Baek merasa kalau kedua orang tersebut memang layak mati. Poong Won telah banyak melakukan hal buruk, tapi masih tetap hidup mewah setelah meminta pembebasan medis bersyarat. Jaksa Oh atau Seok Do, dia menghalangi penyelidikan dan membunuh Ye Ri, tapi malah dipromosikan menjadi kepala jaksa.
Detektif A mengawasi Jaksa Oh. Dan dia masih baik- baik saja.
Dong Baek menebak kalau korban berikutnya mungkin saja adalah Jaksa Oh. Dan Sun Mi merasa ada yang salah, ntah mengapa dia seperti merasa ada yang aneh, segalanya terlalu mudah. Jadi dia curiga kalau mereka sudah melewatkan sesuatu. Dan Dong Baek tidak mengerti.
“Lihat. Ini adalah pola pembunuhan. Jin Jae Gyu selalu memancing kita dengan petunjuk. Dia selalu meninggalkan petunjuk di sisi korban yang tewas,” jelas Sun Mi.
“Kita tahu siapa dia sekarang, jadi, mungkin…”
“Tidak, ini sangat penting baginya. Kemenangan sempurna mengharuskannya menaati aturan permainan,” kata Sun Mi dengan yakin.


Dong Baek menepikan mobilnya. Dan melihat apa yang Sun Mi tunjukan. Foto TKP Yeon Tak.
“Kaus yang dipakai korban dilapisi plester. Palu,” jelas Sun Mi.
“Oh Yeon Tak,” gumam Dong Baek. Lalu dia berpikir keras.

Diruangan media. Setelah Young Soo mendapatkan panggilan mendadak dari Sun Mi. Dia langsung berteriak, memerintah semuanya. “Kalian mendengarnya!”
“Jawablah,” pinta Dong Baek, geram.

Pria bermantel hitam mendekati Sung Dong. Dan Sung Dong terus berjalan mundur untuk menghindarinya. Tapi akhirnya dia tersudutkan dan sama sekali tidak ada jalan untuknya melarikan diri.
“Aku Jo Sung Dong, pemimpin media negeri ini,” teriak Sung Dong, panik.

Pria bermantel hitam mengambil pena dan mengarahkannya kepada Sung Dong.
Setelah selesai melakukan kejahatannya, Pria bermantel hitam keluar dari dalam rumah Sung Dong dengan cara melompat keluar dari jendela.
“Berhenti! Tangan di atas kepalamu. Berlutut,” perintah Kyung Tan dan Se Hoong sambil mengarahkan pistol mereka dari belakang kepada Pria bermantel hitam.
Pria bermantel hitam melakukan apa yang diperintahkan padanya.

Se Hoong mendekat untuk memborgol tangan Pria bermantel hitam. Tapi gerakan nya terhenti seolah- olah ada sesuatu yang merasukinya.
“Apa yang kamu lakukan? Sadarlah!” perintah Kyung Tan. Tapi Se Hoong sama sekali tidak bereaksi. “Sadarlah!” teriaknya, heran dan panik.

Kyung Tan ikut memegang tangan pria bermantel hitam. Dan lalu sama seperti Se Hoong, gerakannya langsung terhenti.
Dengan mudah, Pria bermantel hitam melepaskan dirinya. Dia berdiri dan mengambil pistol yang Kyung Tan pegang.


“Tunggu,” panggil Kyung Tan. “Dimana aku?”
“Ya, disini…” jawab Se Hoong.



Pria bermantel hitam mengarahkan pistol nya kepada Kyung Tan. Melihat itu, Se Hoong meneteskan air mata. Dia ingin bergerak tapi sayang nya dia tidak bisa.

Dong Baek dan Sun Mi masih dalam perjalanan.

Pistol di tembakkan . Dorr…!!

4 Comments

Previous Post Next Post