Original
Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
=Rahasia Lili Merah=
Lin
He Ping : “Namanya Nan Sheng. Beberapa tahun yang lalu di hari ini, dia telah
memilih jalan yang tidak bisa kembali.”
Lin
He Ping : “Buku ini ditulis oleh Nan Sheng, diberikan kepada saya saat
kepergiannya. Didalam tertulis masa muda kami yang paling indah. Setiap kali
melihat nya, saya akan memikirkan Nan Sheng.”
Lin
He Ping : “Nan Sheng, kita hidup disisi yang berbeda, dulu kita begitu saling
mencintai, kamu pernah berkata ingin menjadi jantung saya, berdetak di samping
menjaga saya seumur hidupmu.”
Lin
He Ping : “Tapi hubungan kita tidak abadi, kita juga belum sempat untuk
berpisah dengan baik. Kamu malah pergi begitu saja.”
Lin
He Ping : “Mengapa kamu memilih jalan ini yang tidak bisa kembali? Apakah
karena ingin menghukum saya?”
Lin
He Ping : “Mengapa?”
Qiao Man seorang wanita muda dengan pakaian
esentrik. Dia mengenakan wig putih pendek dan dia mengendarai vespa nya dengan
gaya yang sangat keren sambil mendengarkan keluhan teman nya ditelpon.
“Ben, orang yang tidak dipercaya itu. Saya
jadi dibuat menderita karena Ben. Biaya pemeliharaan nya, sebesar 50.000 Euro.
Tunggu saja sampai saya menemukan dia, saya pasti akan mengguliti dia.
Hutangnya banyak begini, 50.000 Euro. Dengar-dengar kalau dia akan meninggalkan
Barcelona. Saya akan pergi menahan dirinya sekarang, orang brengsek ini, saya
ingin melihat dia bisa lari kemana,” keluh teman Qiao Man.
Saking fokus nya mendengarkan keluhan
temannya, Qiao Man hampir saja menabrak truk yang melaju di depannya. Dan dia
pun segera membanting stir ke samping untuk menghindari truk tersebut. Lalu
diapun terjatuh dan pingsan.
Lin
He Ping : “Bekerja dengan keras dari pagi sampai sore demi mengisi penuh waktu
yang kosong. Karena tidak ingin memberikan diri sendiri kesempatan untuk
memikirkan masa lalu, untuk memikirkan Nan Sheng.”
Lin
He Ping : “Orang harus selalu berjalan maju saat mereka masih hidup, tapi bagi
orang yang terkekang oleh masa lalu, lupa itu bukanlah hal yangmudah
dilakukan.”
Lin
He Ping : “Syukurlah ada Kakak Ali yang menemani saya. Dia memang sangat
tangguh, tapi dia sama seperti keluarga saya.”
Lin
He Ping : “Melihat perusahaan yang didirikan oleh saya dan A Li, menjadi kuat
dan besar setiap hari, saya harap arwah Nan Sheng yang ada dilangit bisa
melihatnya. Dan saya berharap, saya bisa menjadi orang yang dia harapkan,
menjadi Lin He Ping yang giat bekerja.”
He Ping masuk ke dalam kantornya. Disana A Li
sedang menatap lukisan punggung seorang wanita yang terpajang di kantor nya.
Dan melihat itu, He Ping mendekatinya serta memberikan dokumen yang di bantu
diambilkannya barusan.
“He Ping,” sapa A Li. “Pameran seni di
Barcelona kali ini berkaitan dengan bisa atau tidaknya perusahaan kita go
publik. Masalah ini sangat penting, mengapa kamu bisa memilih lukisan ini
sebagai rekomendasi utama?” tanyanya, mengeluh. “Apakah lukisan ini lebih bagus
dari lukisan Pak Su? Lukisan dari pelukis yang tidak dikenal, kamu ini sedang
mempertaruhkan masa depan perusahaan.”
“Kalau kamu memang merasa khawatir, bagaimana
jika kamu pergi keluar negri menjadi kuratornya, saya tinggal disin untuk
melakukan pemasaran. Bagaimana?” balas He Ping dengan sikap tenang.
A Li mengeluh tidak senang, sebab He Ping
tahu kalau kurator bukanlah keahlian utamanya, tapi He Ping malah sengaja
berbicara seperti itu. Namun dia merasa kalau He Ping tampaknya memilih lukisan
ini karena terdapat tulisan kata dunia lain. Dan He Ping diam sambil menatap
lukisan tersebut. Lalu dia menjelaskan bahwa menurutnya lukisan tersebut sangat
cantik dari segi warna, komposisi dan idenya, semuanya sangat cocok dengan tema
perusahaan mereka. Dan dia juga sudah menghubungi pelukisnya untuk mengirimkan
lukisan minyaknya kemari. Dan dia percaya dengan pandangan nya.
Mendengar itu, A Li pun tidak keberatan lagi,
tapi dia berharap He Ping bisa segera melupakan Buku Harian “Dunia Lain” dan
lupakan Nan Sheng yang sudah tiada. Sebab dalam hatinya, itu terisi penuh oleh
segala hal tentang He Ping. Dan dia bisa menunggu, tidak peduli jika dia harus
menunggu seumur hidupnya. Setelah mengatakan itu, dia pun mengambil dokumen di
tangan He Ping dan pergi.
Lin
He Ping : “Benar yang d ikatakan oleh A Li, mengapa saya bisa memiliki perasaan
khusus terhadap luksisan ini, karena seperti melihat diri saya saat ini dan Nan
Sheng yang ada disisi lain. Menatap ribuah cahaya lampu di depan mata, saya
tidak tahu lampu yang mana dinyalakan untuk saya. Kehidupan ini kita tidak
berjodoh, apakah kita bisa bertemu di kehidupan mendatang?”
Qiao Man terbangun di suatu tempat asing.
Melihat kesekitarnya, dia bertanya- tanya, dimana ini dan apakah ada orang
disini. Tapi sama sekali tidak ada apapun dan siapaun disana. Tempat itu sangat
kosong.
Namun kemudian, Qiao Man melihat seorang
wanita berpakaian merah sedang melepaskan banyak lentera ke atas langit.
Nan
Sheng : “Dunia manusia yang mempesona dengan berbagai godaannya, apakah ada
orang yang bisa membantu saya untuk menyebrang? He Ping, apakah kamu bisa masih
ingat kepada saya? Saya rindu padamu.”
Qiao Man mendekati Nan Sheng, dan dia
terkejut melihat betapa miripnya Nan Sheng dengan dirinya. Dan dengan bingung,
dia bertanya, siapa Nan Sheng.
“Jangan pedulikan siapa saya. Ini adalah
tempat saya,” jelas Nan Sheng. “Mengapa kamu bisa menyusup ke sini?” tanyanya.
“Bukannya saya yang ingin menyusup sendiri ke
sini, saya tiba- tiba melihat ada sebuah truk, lalu menyelinap masuk begitu
saja,” jelas Qiao Man, merasa bingung juga.
Nan Sheng mengabaikan Qiao Man dan berjalan
pergi begitu saja. Dengan kesal, Qiao Man berteriak memanggilnya dan
mengajaknya untuk berteman. Tapi Nan Sheng terus berjalan pergi. Dan ketika
Qiao Man ingin mengejarnya, dia dihalangi oleh sebuah dinding tidak terlihat.
“Tidak boleh begini,” keluh Qiao Man. “Beritahu
pada saya bagaimana caranya keluar dari tempat ini? Saya masih ada urusan,”
teriaknya. “Halo. Halo.”
Qiao Man tiba- tiba terbangun. Dan itu
membuat Si Teman merasa terkejut. Dokter yang melihat itu langsung menasehati
Qiao Man untuk lebih berhati- hati lain kali. Sesudah mengatakan itu, dia pun
pergi bersama dengan petugas medis yang lain. Dan orang- orang yang mengerumuni
Qiao Man barusan, mereka juga bubar.
“Apakah kamu tahu, tadi saya melihat ada
seorang gadis yang terlihat sangat mirip dengan saya. Rambutnya panjang,
terlihat seperti bidadari,” kata Qiao Man, bercerita dengan tidak sabaran. “Oh
iya, apakah kamu tahu lampion Kongming?”
Mendengar itu, Si Teman merasa kesal. “Sudah
saat apa sekarang kamu masih bercanda dengan
saya? Tahukah kamu, tadi itu benar- benar mengagetkan saya. Orang lain
bilang kalau kamu itu kecelakaan, sehingga saya memanggil ambulans untukmu,”
keluhnya dengan perhatian.
Qiao Man masih belum tersadar penuh dari apa
yang dilihatnya di dunia lain barusan. Jadi dia mengabaikan keluhan Si Teman
dan meminta Si Teman untuk mencubit dirinya. Dan Si Teman tidak mau
melakukannya. Jadi Qiao Man memukul dirinya sendiri, dan merasa kesakitan
sendiri kemudian. Lalu Si Teman menasehati Qiao Man untuk jangan bertingkah
gila dan pergi periksa apakah vespa nya baik- baik saja.
Mendengar tentang vespa nya, Qiao Man
langsung merasa panik. Karena dia teringat kalau dia harus pergi ke suatu
tempat khusus. “Gawat, gawat, gawat,” keluhnya. Lalu dia pergi begitu saja.
“Qiao Man, bagaimana dengan kendaraan itu?
Saya masih ada urusan,” protes Si Teman.
“Kamu yang urusi ya, Xiaozhi,” pinta Qiao Man
sambil berlari pergi.
Qiao Man datang ke hotel untuk mencari Ben
atau Hu Jie Ming (nama chinanya). Tapi sayangnya, sesampainya dia disana
Resepsionis memberitahu kalau Ben sudah check out.
“Zhuo Yang, saya berangkat satu penerbangan
lebih awal, sudah sampai di Barcelona,” kata He Ping memberitahu Zhuo Yang.
“Pak Lin, perluhkah saya pergi menjemput
Anda?” tanya Zhuo Yang.
“Tidak perlu. Saya pergi jalan- jalan dulu,
kamu pergi mengurus urusan pamerannya.”
“Baik,Pak Lin.”
Lin
He Ping : “Nan Sheng, saya sudah datang di Barcelona, tempat kamu pernah
tinggal dulu, sama-sama dibawah langit yang biru, menghirup udara yang sama,
tapi satu-satunya penyesalan yaitu kamu tidak berada di sisi saya. Membuat kita
tidak dapat merasakan bersama semua hal paling romantis yang ada di depan
mata.”
Lin
He Ping : “Nan Sheng, apakah kamu baik- baik saja disana? Apakah kamu bisa
melihat saya? Jangan terlalu pelit, berikan saya sebuah mimpi. Biarkan saya
memegang tanganmu dan jangan lepaskan lagi.”
Ketika Zhuo Yang menelpon, He Ping langsung
memberitahu bahwa dia sedang mencarinya. Dan dia menyuruh Zhuo Yang untuk nanti
datang mencarinya di hotel.
Tepat ketika He Ping selesai bertelponan,
dari belakang, seorang pencopet mendekatinya. Si Pencopet berpura-pura tidak
sengaja menabrak He Ping dan jatuh. Lalu dia mengambil barang He Ping. Dan Qiao
Man yang sedang duduk di bangku taman melihat kejadian tersebut.
Lalu saat He Ping mendekati Qiao Man dan
meminta kursinya untuk di berikan kepada Si Pencopet. Qiao Man bisa menebak
kalau He Ping adalah orang Tiongkok, jadi diapun berbicara bahasa Mandarin. Dia
mengatai He Ping bodoh dan menolak untuk memberikan kursinya.
“Mengapa kamu begitu kurang ajar?” keluh He
Ping sambil menunjuk menggunakan jarinya.
“Bisakah kamu tidak menggunakan jarimu untuk
menunjuk orang. Saya tidak mau pergi, bagaimana?” balas Qiao Man, menantang.
Lalu dia menunjukkan betapa bodohnya He Ping.
Qiao Man menggeledah Si Pencopet dan
mengambil dompet He Ping yang di curi oleh Si Pencopet. Lalu dia menunjukkan
itu kepada He Ping. Dan dengan panik, Si Pencopet ingin segera kabur. Tapi He
Ping langsung menghentikannya.
Dua polisi keamanan yang berada di dekat
taman kemudian datang dan menangkap Si Pencopet.
Qiao Man melepaskan kacamata dan wig yang di
kenakannya. Dan melihat itu, He Ping yang awalnya berterima kasih langsung
terpaku dan terdiam.
Lin
He Ping : “Nan Sheng. Mengapa dia sangat mirip dengan Nan Sheng? Mengapa?”
He Ping memperhatikan Qiao Man dengan
seksama, lalu dia bertanya, apakah Qiao Man mengenal nya. Dan Qiao Man
mendengus geli, karena dia sudah pasti tidak mengenal He Ping.
“Siapa namamu?” tanya He Ping, memastikan.
“Qiao Man. Di Barcelona kamu harus berhati-
hati,” jelas Qiao Man. Lalu diapun pergi.
Lin
He Ping : “Apa saya sedang bermimpi? Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?”
He Ping teringat masa lalu nya dulu. Har itu,
He Ping datang ke rumah Nan Sheng dan mencari nya. Lalu ketika dia
menemukannya, dia memanggil namanya.
“Kamu sudah tahu mencari saya ya sekarang,”
kata Nan Sheng tanpa emosi apapun diwajahnya. Dan dengan nada bersalah, He Ping
menjelaskan bahwa dia sudah tahu kalau dia salah dan dia meminta maaf. “Untuk
apa kamu memohon pada saya sekarang? Dasar kamu laki-laki tidak berperasaan.
Sudah terlambat mengatakan semua hal ini sekarang. Dulu saya berpikir kalau
kita bisa bersama selamanya, tapi sekarang saya sudah berpikir dengan jelas, kamu
tidak pantas, yang ada hanyalah kebencian terhadapmu,” jelasnya.
“Nan Sheng,” kata He Ping, mencoba untuk
berbicara.
“Hanya ada kebencian,” sela Nan Sheng dengan
tegas.
He Ping menjelaskan kepada Nan Sheng bahwa
ini adalah kesalah pahaman, dia juga sangat tidak rela. Awalnya dia mengira
dengan meninggalkan Nan Sheng, maka Nan Sheng bisa bahagia. Dan dia meminta
maaf. Tapi Nan Sheng tidak mau memaafkan.
“He Ping, sudah terlambat. Untuk menghukum
dirimu, saya akan membuat mu tidak dapat melihat diri saya untuk selamanya,”
jelas Nan Sheng. Lalu diapun pergi,
“Nan Sheng. Nan Sheng. Nan Sheng,” panggil He
Ping terus.
Lin
He Ping : “He Ping, apa yang sedang kamu pikirkan? Secara kebetulan bertemu
dengan seorang gadis, namanya Qiao Man. Dia bukanlah Nan Sheng. Nan Sheng sudah
tiada.”
Zhuo Yang datang menemui He Ping dan meminta
maaf, sebab belakangan ini Barcelona sedang musim tur, jadi seharian dia sangat
sibuk. Dan He Ping menegurnya, tidak peduli sesibuk apapun Zhuo Yang, dia ingin
Zhuo Yang jangan membohonginya. Karena lokasi pameran yang Zhuo Yang carikan
sama sekali tidak besar. Kalau bukan karena Yang Lan yang memperkenalkan Zhuo
Yang, maka dari dulu dia sudah memecat Zhuo Yang.
“Saya juga tidak terpikir, kalau pameran yang
Anda adakan ini sangat besar,” kata Zhuo Yang, beralasan. “Ini … saat
perbincangan dengan Yang Lan juga tidak jelas. Tempat pameran yang Anda pilih
waktu itu sudah di pesan oleh sebuah perusahaan properti. Mereka juga akan
membuat sebuah pameran, apa ya namanya,” jelas Zhuo Yang, juga tidak terlalu
tahu.
“Zhuo Yang, waktunya sudah tinggal sedikit
lagi. Kamu masih ingin membohongi saya, ya?” keluh He Ping marah. Dia tidak
peduli Zhuo Yang melakukan apa, tapi Zhuo Yang harus membantunya mendapatkan
lokasi pameran yang pernah dia bilang.
Seorang karyawan He Ping datang dan melapor.
Barang mereka besok akan lewat bea cukai, jadi pameran ini harus segera di
tetapkan. Kalau tidak, dimana mereka akan menaruh barang. Dan He Ping sekali
lagi menegur Zhuo Yang.
Dengan panik, Zhuo Yang pun mencoba menghubungi
penyewa tempat. Dan pergi untuk berbicara dengannya. Dan Si Karyawan pun juga
pamit serta pergi darisana.
Pria berpakaian esentrik dengan motor
besarnya dan teman gengnya. Dia datang ke suatu tempat dan menghancurkan tempat
tersebut.
“Kamu sudah menempati tempat Pak An, kamu
masih ingin apa lagi?” tanya Karyawan disana dengan marah kepada Si Pria
esentrik.
“Harganya diturunkan lagi, ya? Melakukan
persaingan tidak sehat ya?” keluh Si Pria esentrik sambil menyentuh Si Karyawan
menggunakan tongkatnya. “Ingin menghancurkan kilang anggur saya ya? Ini adalah
hasilnya,” jelasnya.
Si Karyawan mengerti dan menanyakan, apa yang
Si Pria esentrik inginkan. Dan Si Pria esentrik menjelaskan bahwa dia akan
memberikan waktu kepada kilang anggur Yipin, dalam tiga hari, mereka sudah
harus pergi dari Distrik Dua Puluh Satu ini. Jika tidak, maka beritahu pada Ah
Kailun bahwa dia akan membawa teman- temannya untuk berkunjung ke sini lagi
setiap hari. Dan ini adalah ancaman.
Setelah mengatakan itu, Si Pria esentrik dan
teman- temannya pun langsung pergi darisana. Dan Si Karyawan segera menelpon Ah
Kailun dan melaporkan tentang Hanson yang barusan datang.
Mendengar laporan dari Si Karyawan, Ah Kailun
merasa kalau Hanson semakin lama semakin keterlaluan. Dan Ah Kailun menyuruh Si
Karyawan untuk jangan memperdulikan ancaman Hanson, karena dia yang akan
mengurusnya.
Qiao Man kebetulan bertemu dengan Hanson yang sedang
berkumpul bersama teman- teman gengnya di taman. Dia datang membawa poster
besar. Dan melihat itu, Hanson langsung membantunya mengangkat kan itu.
“Mengapa kamu bisa datang ke tempat ini?
Jualan properti ya?” tanya Hanson sambil membawa Qiao Man untuk menjauh dari
teman geng nya. “Perusahaan mu pelit juga ya, tidak memberikanmu kendaraan.
Berat sekali barang ini.”
“Ini karena kesalahan saya sendiri, sehingga
saat turun dari mobil baru tahu kalau rumahnya masiha da didepan,” jelas Qiao
Man dengan sikap capek.
“Bodohnya,” ejek Hanson, bercanda. Dan dia
menawarkan diri untuk membantu Qiao Man.
Qiao Man memperhatikan teman-teman geng
Hanson dan bertanya bingung, kenapa Hanson bisa berkumpul dengan orang- orang
seperti itu, yang pekerjaannya tidak jelas setiap hari. Dan Hanson menjelaskan
bahwa ini lumayan, karena dia mempunyai pekerjaan dan kilang anggur, sehingga
dia bisa menghidupi mereka serta Qiao Man. Dengan kesal, Qiao Man menyuruh nya
diam.
“Peter,” panggil Hanson. “Bawa mereka ke
tempat biasa lalu tunggu saya,” jelasnya.
“Kakak Ipar,” panggil Peter. “Semoga kalian
bersenang- senang hari ini,” katanya. Dan lalu dia berseru gembira bersama yang
lainnya. Mendengar itu, Qiao Man mendengus geli.
Setelah semuanya pergi, Hanson menemani Qiao
Man ke tempat yang rumahnya akan di jual. Dan ketika hampir sampai di tempat,
Hanson bertanya memastikan, apakah benar disini tempatnya. Dan Qiao Man
mengiyakan dengan tidak terlalu yakin.
“Qiao Man, kebetulan sekali. kebetulan
melewati rumah saya,” kata Hanson dengan senang. “Mari, mari, mari. Masuk ke
dalam,” ajaknya sambil menarik tangan Qiao Man. Dan dia menawarkan diri untuk
memasakkan makanan kesukaan Qiao Man.
“Apa? Ini adalah rumahmu?” tanya Qiao Man
terkejut. “Saya juga tidak salah mendatangi lokasi,. Bagaimana mungkin? Sejak
kapan kamu bisa punya rumah seperti ini?” tanyanya.
“Ini rumah saya, hanya saja tidak pernah
membawamu ke sini,” jelas Hanson. Lalu dia mengajak Qiao Man untuk masuk dan
beristirahat sebentar.
Qiao Man merasa bingung, karena menurut
lokasi, ini adalah rumah yang ingin dijualnya. Tepat ketika dia mengatakan itu,
grup tamu yang ingin melihat rumah datang. Lalu dia pun menjelaskan kepada
Hanson bahwa ini adalah rumah An Group, rumah An Kailun, jadi dia meminta
Hanson untuk jangan membuat masalah untuknya dan letakkan papan di jual di
depan rumah.
Mendengar itu, Hanson tertawa geli. “Jangan
bercanda ya. Kalian ingin menjual rumah saya? Saya malah membantumu mengangkat
papan jualan ini,” keluhnya sambil membuang papan yang di pegangnya ke tanah.
Rekan kerja Qiao Man memanggil dan bertanya
pelan, ada apa dan siapa Hanson. Dan Qiao Man menyuruhnya untuk tunggu sebentar,
lalu dia mengomeli Hanson untuk berhati- hati, jika tidak Hanson bisa di tuntut
nantinya.
“Saya bukan sengaja, tapi ini adalah
permasalahan antara saya dan An Kailun. Saya akan menyelesai kan hal ini dengan
nya. Kamu tidak perlu ikut campur,” jelas Hanson dengan serius.
“Kamu lucu sekali,” keluh Qiao Man, kesal.
“Saya menyuruh dia datang, lalu mengusirnya pergi?”
“Kamu tidak perlu mengusir mereka, saya
saja.”
Qiao Man ingin menghentikan Hanson, tapi
Hanson tidak mau mendengarkan. Dia menarik perhatian semua orang dan
menjelaskan kalau ini adalah properti pribadi miliknya. Dan dia merasa marah
karena mereka menerobos masuk begitu saja. Jadi jika masih ada diantara mereka
yang bersikeras tinggal di tempat ini, maka dia akan menggalikan liang kubur
dibelakang rumah nya untuk mereka.
Mendengar itu, semua orang pun langsung pergi
darisana. Dan Qiao Man serta Rekannya merasa panik. Tapi Hanson tidak peduli,
karena ini adalah rumahnya.
Zhuo Yang membawa He Ping untuk menemui
manajer tempat, karena dia tidak bisa mengatasinya sendirian, sebab setiap dia
menghubungi manajer tempat selalu tidak
di angkat. Dan dengan heran, He Ping bertanya, bukankah Zhuo Yang harus membuat
janji sebelumnya, tapi kenapa sekarang Zhuo Yang malah bilang tidak bisa
mengatasinya. Dan Zhuo Yang tidak bisa menjawab.
He Ping berbicara menggunakan bahasa Mandarin
kepada manajer tempat, karena manajer tempat juga bisa berbahasa mandarin ternyata. Dia memperkenalkan dirinya, dia berasal dari Studio
Lipingge dan dia ingin menggunakan tempat ini untuk pameran, mereka sudah
membicarakan ini dengan General Manager sebelumnya, jadi dia ingin tahu kenapa
setibanya dia disini jadi berubah.
“Mohon maaf, ya. GM kami saat ini sedang
pergi berlibur, baru kembali setelah dua minggu lagi. Buat janji lain kali lagi
ya,” jelas Manajer tempat. Lalu dia pergi.
Mendengar itu, Zhuo Yang serta He Ping pun
hanya bisa mengeluh, tanpa bisa melakukan apapun.
Qiao Man datang ke kantor dan mencoret poster
besar yang ada disana sambil mengeluh kesal kepada Hanson. Dan melihat itu,
Zhuo Yang memanggil namanya.
“Kamu kenal, ya?” tanya He Ping, penasaran.
“Iya, kenal. Dia adalah sahabatnya Xiaozhi,
pacar saya,” jelas Zhuo Yang. “Katanya perusahaan properti itu mungkin saja
adalah mereka.”
Mengetahui itu, He Ping dan Zhuo Yang
mendekati Qiao Man dan bertanya, siapa yang membuat nya marah. Dan Qiao Man pun
langsung berhenti mengomel. He Ping kemudian memperkenalkan dirinya sebagai
seorang kurator dan dia menceritakan permasalahannya.
“Apa maksudmu? Apa yang dimaksud dengan
memesan? Maksudmu adalah perusahaan kami sudah menempati tempat pameran
perusahaan kalian?” tanya Qiao Man, tidak senang.
“Bukan. Sayalah yang memesannya dulu dan
pameran ini sangat penting bagi saya,” jelas He Ping.
“Pak Lin adalah klien saya sekarang, saya
juga bertanggung jawab sebagai pemandu, dia benar- benar sangat memerluka
ruangan pameran ini, dan saya juga tidak dapat menemukan tempat yang sama
seperti ini,” jelas Zhuo Yang, membantu He Ping.
Qiao Man mengerti, dan dia tidak keberatan,
tapi dia juga punya alasan tersendiri. Bila hal ini penting untuk He Ping, maka
ini juga penting untuknya. Lalu dengan tidak senang, dia bertanya, apakah
mereka ingin membuatnya pergi darisini. Dan jawabannya, itu tidak mungkin,
sebab dia sedang sibuk. Setelah mengatakan itu, dia pun berjalan pergi sambil
menabrak mereka berdua.
“Qiao Man,” panggil Zhuo Yang, putus asa.
Tags:
Beautiful Reborn Flower