Sinopsis C- Drama : Beautiful Reborn Flower Episode 6 part 2


Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi

Bibi Lan menghubungi adik Jianming dan memberitahukan tentang kematian Jianming yang meninggal karena kecelakaan, dan akan segera dimakam kan. Tapi Adik Jianming malah sama sekali tidak peduli dan bersikap cuek.
“Kalau kalian bahkan tidak bersedia menghadiri pemakaman Jianming, lalu apakah kalian masih keluarganya? Huh?” keluh Bibi Lan, marah. Lalu setelah itu, diapun langsung mematikan telpon.


Nan Sheng membereskan barangnya, karena dia berniat untuk tinggal dihotel saja. Lalu dia mengambil foto Ayahnya dengan Bibi Lan, sebab dia tidak memiliki foto Ayah. Dan He Ping mengizinkan Nan Sheng untuk mengambil foto itu, namun dia membujuk Nan Sheng untuk tetap tinggal dirumahnya saja, karena bagaimanapun mereka adalah keluarga. Tapi Nan Sheng merasa tidak enak hati.

Tepat disaat itu, Bibi Lan pulang. Dan Nan Sheng pun langsung menanyakan tentang Adik Ayahnya. Mendengar pertanyaan itu, Bibi Lan berbohong sedikit supaya Nan Sheng tidak merasa kecewa. Dia mengatakan kalau Adik Ayah Nan Sheng juga merasa sedih, tapi mereka agak sibuk, jadi mereka belum bisa datang menjemput Nan Sheng.
“Kalau begitu apakah mereka akan datang menghadiri pemakaman?” tanya Nan Sheng, pelan.
“Mereka bilang mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk hadir,” jawab Bibi Lan, berbohong lagi. “Kamu tenang saja. Meskipun mereka tidak bisa datang, saya juga akan dengan lapang dada membantumu mengurus hal-hal terkait kematian ayahmu,” jelasnya, menenangkan.
“Terima kasih, Bibi Lan.”

Nan Sheng kemudian berjanji bahwa nanti dia pasti akan mulai bekerja sambilan untuk mengembalikan uang pemakaman Ayahnya. Mendengar itu, Bibi Lan merasa bersimpati dengan Nan Sheng. Dia segera menenangkan Nan Sheng untuk tidak perlu mengganti uangnya, karena ini adalah sesuatu yang seharusnya dia lakukan, jadi Nan Sheng tidak perlu khawatir.


Lalu ketika Bibi Lan mendengar dari He Ping kalau Nan Sheng ingin tinggal di hotel, dia langsung membujuk Nan Sheng untuk tinggal saja di rumahnya. Karena bagaimanapun, Nan Sheng adalah putri tirinya. Mendengar itu, Nan Sheng merasa terharu dengan kebaikan mereka berdua. Dan mengangguk setuju.
He Ping membawa Nan Sheng ke kamar nya, dan menyuruh Nan Sheng untuk tidur di kamar nya sementara, dan disaat itu, Nan Sheng menemukan majalah dewasa yang He Ping sembunyikan di bawah kasur, jadi diapun menolak untuk tidur di kamar Nan Sheng. Dengan panik, He Ping segera menghentikan Nan Sheng dan menjelaskan bahwa majalah itu adalah milik Xu Zhensheng, bukan miliknya. Tapi Nan Sheng tidak percaya.

“Saya tidak percaya kalau kamu tidak pernah membacanya.”
“Saya benar-benar tidak pernah membacanya,” kata He Ping dengan serius. Tapi Nan Sheng tetap tidak bisa percaya. “Sungguh. Jangan salah paham,” kata He Ping, menekankan.
“Saya tidak percaya kalau kamu tidak pernah membacanya.”


“Saya benar-benar tidak pernah membacanya,” kata He Ping sambil memegang tangan Nan Sheng. Dan dengan sikap curiga, Nan Sheng menyuruh He Ping untuk melepaskan tangannya.
Dengan panik, He Ping melepaskan tangan Nan Sheng dan meminta Nan Sheng untuk jangan bicara terlalu keras, karena kalau Ibu dengar, maka Ibu akan salah paham. Lalu dia pergi dengan alasan bahwa dia ingin mengembalikan majalah itu kepada Xu Zhensheng.

A Li mengusir kekasihnya untuk pergi, karena ternyata si kekasih, Chen Yicheng, sudah punya istri, dan karena itu semua orang jadi mengatainya sebagai orang ketiga. Dan Yicheng mengakui kalau dia benar sudah punya istri, tapi cintanya untuk A Li adalah tulus dan dia berjanji untuk menceraikan Istrinya segera. Tapi A Li tidak mau tahu.
“Meskipun saya sudah membohongimu satu kali, tapi kamu bukannya tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Apakah toko seni barumu ini tanpa dukungan saya bisa kamu pertahankan?” kata Yicheng, mengungkit kebaikannya.


“Baik. Kamu sudah menunjukkan wajah aslimu. Kamu merendahkan saya karena sudah menghabiskan uangmu kan? Setiap sen yang dihasilkan dari toko seni ini semuanya saya sendiri yang bekerja keras menghasilkannya, tidak ada hubungannya sepeser pun denganmu. Kamu kira saya tidak bisa hidup kalau meninggalkanmu ya? Di antara kita harus dibuat perhitungan baik-baik, mungkin malah siapa yang berhutang pada siapa,” balas A Li, marah.
Yicheng berusaha membujuk A Li untuk menerima nya kembali. Tapi A Li sama sekali tidak mau kembali padanya lagi.




Selesai pemakaman. A Li dan Zhensheng datang berkumpul dirumah He Ping. Dan disaat itu, Nan Sheng mengatakan kalau dia merasa kesal, karena pelakunya belum tertangkap. He Ping setuju dengan Nan Sheng, dia berjanji kalau dia berhasil menangkap pelakunya, dia akan menyerahkan si pelaku ke kantor polisi. Mendengar itu, Zhensheng merasa terkejut dan takut.

“Benar. Orang seperti itu harus menerima hukuman yang berat. Iya kan, Zhensheng?” kata A Li, setuju juga. Dan dia menyenggol Zhensheng disebelah nya.
“Iya. Heping, selanjutnya adikmu juga adalah adik saya. Katakan saja pada saya kalau kamu butuh apa-apa. Yang saya bisa lakukan pasti akan saya lakukan. Saya pasti tidak akan mengatakan tidak,” kata Zhensheng, berjanji.
“Terima kasih, Zhensheng,” balas He Ping.
He Ping : “Larut malam yang sepi. Saya tahu Nan Sheng yang berbaring di kamar pasti masih sedih. Kekhawatiran yang tak bisa dijelaskan membuat saya tidak bisa tidur.”

Nan Sheng : “Saya sudah menghitung seratus domba masih tidak bisa tidur. Saya ke depannya apakah harus hidup di tempat yang asing ini? Saya ingin sekali mencari seseorang untuk berbicara… Siapa yang bisa saya cari?”

Karena tidak bisa tidur, Nan Sheng mengambil sesuatu, tapi tanpa sengaja dia malah membuat suara yang membuat He Ping yang berada di ruang tamu terbangun.
He Ping merasa khawatir kepada Nan Sheng, jadi dia meminta izin untuk masuk ke dalam kamar dan melihat. Dan Nan Sheng pun mengizin kan nya dengan ragu.


Ternyata Nan Sheng ingin mendirikan tenda di dalam kamar, dan He Ping pun membantunya. Tapi setelah selesai, He Ping merasa bingung, kenapa Nan Sheng tidak tidur di tempat tidur saja dan malah mau tidur di dalam tenda. Dan Nan Sheng menjelaskan bahwa ketika berada dia di rumah Bibi nya, disana rumah Bibi sangat kecil, jadi dia terus tinggal di tenda dan dia sudah terbiasa selama bertahun- tahun.
Mendengar itu, He Ping mengerti dan menyuruh Nan Sheng untuk tidur. Lalu diapun berniat untuk keluar dari kamar, tapi Nan Sheng langsung menahannya.
“Bagaimana kalau kamu jangan tidur di sofa lagi? Sofa sekecil itu, kamu pasti tidak nyaman. Bagaimana kalau kamu tidur saja di kasur? Lagi pula saya tidur di tenda, kamu tidur di tempat tidur, tidak akan saling mengganggu,” kata Nan Sheng, menjelaskan.
“Kamu tidak takut saya melakukan yang tidak-tidak saat malam hari?” goda He Ping, bercanda.
“Saya takut,” balas Nan Sheng sambil tertawa.

Sebelum Nan Sheng masuk ke dalam tenda, dia sengaja menaruh beberapa botol anggur kosong di luar tenda, supaya dia tahu kalau He Ping ingin masuk ke tenda nya. Dan melihat itu, He Ping mengeluh, karena dia tidak akan kesana dan tidak akan melakukan apapun. Tapi Nan Sheng sedikit tidak percaya, karena He Ping saja ada membaca majalah dewasa. Mendengar itu, He Ping langsung membela dirinya. Tapi Nan Sheng tidak mau mendengarkan, dan langsung menutup pintu tenda nya. Dan He Ping pun langsung diam dan bersiap untuk tidur.


He Ping menutup matanya dan berusaha untuk tidur, tapi sayangnya dia sama sekali dia tidak bisa tidur, dan dia pun menatap ke arah tenda Nan Sheng yang lampunya masih menyala.
Nan Sheng menulis surat untuk Ayahnya di dalam buku harian. “Ayah, kenapa kamu meninggalkan saya? Kamu sudah berjanji untuk membawa saya memulai hidup yang baru, kenapa kamu pergi sendiri? Meninggalkan saya di tempat yang asing ini. Saya sangat merindukanmu.”


“Nan Sheng, masih belum tidur ya?” panggil He Ping, bertanya. “Saya mengerti perasaanmu sekarang, tapi kalau kamu sedih dan tidak istirahat baik-baik, kamu akan mudah sakit,” katanya, menasehati dengan baik. “Nan Sheng, kalau kamu benar-benar tidak bisa tidur, saya akan menemani mengobrol sebentar.”
“Tidak perlu. Kamu tidur dulu saja,” balas Nan Sheng. Lalu sesaat kemudian, dia berubah pikiran. “Heping, menurutmu, di dunia ini setiap kali ada seseorang yang meninggal, mereka akan pergi ke mana?” tanyanya, ingin tahu. “Apakah akan pergi ke dunia lain?"
“Nan Sheng, kalau ada dunia lain, ayahmu pasti akan baik-baik saja, dan dia juga berharap kamu hidup  dengan sangat baik,” kata He Ping. Lalu mereka berdua sama- sama diam.

Xu Zhensheng tumben- tumben nya ingin mentraktir. Dia mentraktir He Ping dan Nan Sheng untuk makan bersama dengan alasan kalau Nan Sheng adalah tamu, dan dia ingin memperlakukan Nan Sheng dengan baik. Namum Nan Sheng merasa tidak nyaman, ketika Nan Sheng dan Xu Zhenseng duduk disamping nya, itu karena buku dewasa. Jadi He Ping dan Zhenseng pun langsung pindah duduk di depan Nan Sheng.

“Nan Sheng, kamu tahun ini sudah SMA kelas 3 kan? Setelah liburan musim dingin, kamu sudah harus ujian akhir, status tempat tinggalmu itu apakah masih terdaftar di kota asalmu?” tanya Zhenseng dengan sikap berbasa- basi.
Mendengar itu, He Ping langsung menegur Zhenseng yang terkesan seperti ingin mengusir Nan Sheng. Tapi Zhenseng beralasan bahwa dia mengatakan ini demi kebaikan Nan Sheng. Dan Nan Sheng mengerti, tapi dia tidak akan pulang sebelum menemukan pelakunya. Mendengar itu, raut wajah Zhenseng menjadi kaku karena gugup.


“Meskipun pelakunya ditemukan, Nan Sheng juga tidak akan pergi. Di sini adalah rumah Nan Sheng. Dia tidak akan pergi ke mana pun. Benar kan?” kata He Ping sambil memeluk bahu Nan Sheng dengan akrab.
“Oh. Benar. Benar,” jawab Zhensheng dengan gugup.

Dalam perjalanan pulang. He Ping menyuruh Nan Sheng untuk jangan memasukkan kata- kata Zhensheng barusan ke dalam hati, karena menurut nya Zhensheng hanya berbicara tanpa berpikir dan bukannya bermaksud untuk mengusir Nan Sheng.
“Kalian sangat baik pada saya. Meskipun kalian tidak mengusir saya, saya juga harus cepat pergi dari sini,” kata Nan Sheng, sadar diri.
“Kamu jangan pergi. Kalau kamu itu karena takut menunda sekolah, kalau begitu kita besok pergi registrasi, oke?” tanya He Ping. “Oke?” paksanya.

Nan Sheng sebenarnya sudah berencana untuk tidak bersekolah lagi. Dia ingin mencari satu pekerjaan dan mencari pelaku yang menabrak Ayahnya. Supaya Ayahnya tenang di surga. Lalu setelah itu, dia akan pergi dari sini. Karena dia tidak bisa selamanya tinggal dirumah He Ping.
“Kenapa tidak bisa?” tanya He Ping. “Ayahmu dan ibu saya sudah menikah, hanya saja tidak mengadakan upacara pernikahan. Ke depannya, kamu adalah putri ibu saya, saya adalah kakak laki-lakimu. Kamu anggap saja ini sebagai rumahmu sendiri. Jangan pergi kemana pun,” bujuk He Ping.
“Kalian sudah cukup baik pada saya. Saya benar-benar tidak ingin merepotkan kalian lagi,” jelas Nan Sheng, merasa tidak enak.
“Tidak repot. Ibu saya sudah bilang kalau ketambahan satu orang lagi itu berarti menambah satu pasang sumpit lagi. Tidak merepotkan. Selanjutnya, kamu anggap saja saya sebagai kakak kandungmu. Cari saja saya kalau ada apa-apa. Saya itu hebat,” kata He Ping sambil tersenyum percaya diri. Dan Nan Sheng pun balas tersenyum padanya.


He Ping : “Memikirkan Nan Sheng, melihat Qiao Man. Dua orang gadis yang serupa seperti ini sudah masuk dalam hidup saya. Kalau hidup adalah sebuah ilusi, tapi saya butuh kamu hadir. Qiao Man, terima kasih karena kamu muncul di dalam hidup saya, memberi saya kesempatan untuk menebus kesalahan, memberi saya sinar matahari dan masa depan.”
He Ping menatap Qiao Man dengan lembut. Dan lalu dia memakaikan selimut kepada Qiao Man yang sedang tertidur nyenyak disampingnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post