Sinopsis C- Drama : Beautiful Reborn Flower Episode 2 part 2


Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
Qiao Man, Mo Hui, dan He Ping. Mereka bertiga berkeliling di pasar sambil membawa brosur dan bertanya- tanya kepada orang disekitar.
Namun ketika He Ping melihat topi yang bagus untuk Qiao Man, dia menjadi tidak fokus dengan tujuannya. Dan dengan kesal, Qiao Man mengingatkan nya. Dan He Ping beralasan bahwa bila dia tidak melayani Qiao Man dengan baik, bagaimana bisa Qiao Man membantu nya secara maksimal.
“Pacarmu benar- benar baik,” puji pedagang topi.
“Bukan, kami bukan pasangan,” balas He Ping. Tapi raut wajahnya tampak senang.
“Kami hanya teman biasa,” tambah Qiao Man, menjelaskan. Lalu dia menatap kesal pada He Ping.


Beberapa pedangan keramik mendekati Qiao Man dan He Ping. Mereka menawarkan vas jualan mereka. Dan karena mereka terlalu memaksa, tanpa sengaja vas tersebut jatuh dan pecah. Lalu Si pedagang memaksa meminta ganti rugi yang lebih besar dengan harga yang ditawarkan sebelumnya. Dan dengan terpaksa, He Ping pun membayar nya.

“Apakah jarimu terluka?” tanya Qiao Man dengan perhatian. Lalu dia pergi untuk membelikan plester untuk He Ping.
He Ping menunggu di bangku taman, lalu Qiao Man kembali dan membawa obat untuk He Ping. Dengan lembut, dia mengobati luka di jari He Ping. Dan He Ping meringis karena perih, namun dia merasa senang sampai dia terus fokus menatap Qiao Man.


Lin He Ping : “Dia mirip sekali dengan Nan Sheng. Membuat saya tidak dapat menahan rindu padanya. Rindu pada Nan Sheng.”

He Ping memperhatikan luka nya yang di obati oleh Qiao Man. Lalu disaat itu, A Li menelpon nya dan dia mengangkatnya.

A Li menanyakan, bagaimana kabar barang disana. Dan He Ping meminta maaf, sebab mereka belum menemukan satu petunjuk pun. Dia tahu kalau A Li pasti sedang banyak tekanan disana, namun dia menyakinkan A Li untuk tenang saja, sebelum pameran dibuka, dia akan berusaha mencari barang tersebut sampai ketemu.
“Jika masih belum, maka kita undur saja waktu pamerannya,” kata A Li, menyarankan.
“Takutnya tidak bisa, seluruh persiapan kita semuanya sudah sesuai rencana, jika berubah takutnya kerugian kita bisa lebih besar,” balas He Ping.

A Li mempertanyakan dengan ragu, apakah He Ping bisa menemukan barang tersebut sebelum pameran dibuka. Dan He Ping tidak bisa berjanji, tapi dia akan berusaha.
“Benar- benar sudah merepotkanmu. Kamu sekarang berada di luar negeri, satu teman pun tidak punya. Kalau memang kamu merasakan masalah ini sulit untuk dihadapi, maka lebih baik kita undur saja pamerannya,” jelas A Li, perhatian.
“Tidak. Saya bisa mengatasinya,” balas He Ping dengan yakin.


Keesokan harinya. Qiao Man membawa He Ping ke restoran untuk makan. Dan He Ping menolak, sebab dia sedang tidak punya nafsu untuk makan. Dengan percaya diri, Qiao Man menenangkan He Ping untuk jangan pesimis, karena dia pasti akan membantu menemukan benda- benda seni itu.
“Semoga saja,” kata He Ping, berharap. Dan Qiao Man merasa kalau He Ping tidak mempercayainya, jadi diapun menarik tangan He Ping untuk mengikutinya.

Qiao Man membawa He Ping naik ke atas meja makan. Dia memperkenalkan He Ping kepada semua pelanggan di restoran. Dan dia menjelaskan masalah He Ping dengan menambahkan beberapa kebohongan supaya setiap orang mau membantu.
“Istrinya sekarang mendapat penyakit kanker. Dalam sisa masa hidupnya, Pak Lin berjanji akan melakukan sebuah hal untuknya,” kata Qiao Man. Dan setiap orang merasa kalau itu adalah cerita yang romantis.

Qiao Man kemudian menunjukkan gambar- gambar barang seni milik He Ping yang telah di curi, dia meminta bantuan semuanya untuk membantu mereka menemukan itu. Dan bila ada yang berhasil, mereka akan menghadiahinya sebesar 150.000 Euro. Ditambah dia akan berlari sambil telanjang. Mendengar itu, semua pria merasa sangat bersemangat.

Dengan cepat, He Ping langsung menutup mulut Qiao Man. Lalu menjelaskan kepada semuanya. “Tidak. Tidak. Tidak. Dia bicara sembarangan. Sangat konyol. Tidak ada hadiah uang, tidak ada lari sambil telanjang,” jelasnya dengan jujur. “Saya ini masih lajang, ok?”
Setelah mengatakan itu, He Ping langsung menarik tangan Qiao Man untuk pergi darisana. Dan semua orang merasa kebingungan sambil melihat brosur yang Qiao Man tinggalkan.


He Ping memarahi Qiao Man. Dan Qiao Man merasa kalau perkataannya hanya sedikit berlebihan saja, dan lagian mereka memang sedang membutuhkan orang banyak untuk mencari. Jika dia tidak mengatakan ‘telanjang’, siapa yang akan mau membantu.
“Anggap saja saya tidak dapat menemukan barang- barang tersebut, juga tidak perlu kamu sampai harus lari sambil telanjang kan?” keluh He Ping.
“Kenapa?” tanya Qiao Man, tidak mengerti. Dan He Ping tidak bisa menjawab.

Mo Hui berhasil menemukan salah satu barang kesenian yang dicuri. Dan kesal nya, barang itu malah dijual murah di pasar.
“Saya hanya ingin tahu berasal dari mana vas bunga ini?” tanya Mo Hui kepada pedagang. Tapi Si pedagang tidak mau memberitahu.

Zhuo Yang datang ke pasar. Dan Mo Hui menjelaskan apa yang terjadi kepadanya. Mengetahui itu, Zhuo Yang merasa terkejut, lalu dia mencoba membantu bertanya. Dengan sikap bersahabat, dia merangkul Si pedagang dan bertanya.
“Kemarin ada seorang laki- laki yang menjualnya pada saya. Saya lihat harganya murah. Vasnya juga lumayan, jadi saya beli,” jelas Si pedagang, bercerita.
“Apakah kamu mengenal orang itu?”
“Mohon maaf, belum pernah terlihat sebelumnya.”
Setelah mendapatkan sedikit informasi, He Ping membeli barang tersebut. Dan lalu mereka bertiga pun pergi darisana.
He Ping menunjukkan vas tersebut kepada Qiao Man.

Zhuo Yang yang masih berada di pasar, dia mengabari He Ping bahwa sebentar lagi orang yang menjual vas tersebut kepada pedagang akan datang. Dan dia sedang mengawasi. Dan He Ping mengerti serta dia akan segera ke sana.

Mendengar pembicaraan itu, Qiao Man ingin ikut. Tapi He Ping tidak mengizinkan, sebab takutnya akan berbahaya nanti. Namun karena Qiao Man bersikeras mau ikut dan membantu, maka He Ping pun mengizinkannya untuk ikut.


Sebelum berangkat, He Ping memberitahu Qiao Man bahwa hp nya ketinggalan di kamar, dan dia ingin Qiao Man membantu mengambilkannya. Dan setelah Qiao Man pergi, He Ping mengajak Mo Hui untuk segera berangkat.
Didalam kamar. Qiao Man mencari dengan buru-buru, tapi dia tidak dapat menemukan dimana hp He Ping. Kemudian akhirnya dia tersadar kalau dia telah di tipu. Jadi diapun segera menyusul.


Peter datang ke pasar untuk menjual barang seni curiannya. Dan Qiao Man kebetulan melihat itu dan dia mengenali Peter.

He Ping, Mo Hui, dan Zhuo Yang segera mengejar Peter dan kawanannya.
Qiao Man teringat pada Hanson. Jadi dia pergi untuk menemui Hanson.

He Ping dan Mo Hui memojokkan Peter supaya tidak melarikan diri. Sementara Zhuo Yang, dia bersembunyi dan memotret kejadian tersebut secara diam-diam.
Gerakan Peter sangat cepat, dia menjadikan Mo Hui sebagai sandera. Lalu dia kabur darisana.


Setelah Peter kabur, Zhuo Yang mendekati He Ping dan Mo Hui. Dia mengira He Ping akan mengejar Peter. Tapi ternyata tidak, malahan He Ping tahu kalau dia ada memotret secara diam- diam barusan. Jadi dia ingin melapor ke polisi menggunakan foto tersebut.
“Foto apa?” tanya Zhuo Yang, berpura- pura bodoh.
“Foto mereka yang baru saja kamu ambil. Tadi saya melihatnya,” tegas He Ping dengan yakin.
“Saya hanya ingin menghubungi polisi,” kata Zhuo Yang, berbohong. Tapi He Ping menatap tidak percaya kepadanya.

Ketika Hanson keluar dari rumah. Qiao Man langsung mengikutinya secara diam-diam, karena dia yakin kalau masalah ini ada hubungannya dengan Hanson.

Setelah selesai melapor ke kepolisian, He Ping mempersilahkanh Zhuo Yang untuk pergi. Dan Zhuo Yang pun pergi.
“Mo Hui. Apakah kamu merasakan, kalau Zhuo Yang ini agak sedikit bermasalah?” tanya He Ping. Dan Mo Hui mengiyakan.
“Saat dia berada di kantor polisi, seperti nya dia sangat takut jika orang lain bertanya padanya.”
“Tadi jelas- jelas saya melihat, kalau dia sedang memotret orang berandalan itu. Dia malah mengatakan tidak ada. Saya rasa dia pasti menyembunyikan sesuatu dari kita.”

Hanson datang ke sebuah tempat rahasia di bawah tanah. Dan Qiao Man mengikutinya.

Post a Comment

Previous Post Next Post