Original
Network : tvN
"Semua
karakter, organisasi, tempat, dan peristiwa adalah fiktif”
"Dua
tahun lalu"
Shin Woong mengawasi Dong Baek melalui Kyung
Tan. Dia mengajak Kyung Tan mengobrol dan menanya- nanyai tentang Dong Baek.
Dan dengan jujur, Kyung Tan menjawab semua pertanyaan Shin Woong. Bahkan Kyung
Tan juga memuji Dong Baek. Mendengar itu, Shin Woong tampak kurang senang, tapi
dia tidak bersikap terlalu jelas.
“Kapten Koo,” kata Shin Woong. “Bagaimana dengan ini? Jangan menjadi seseorang yang mendukungnya. Mari kita menjadi orang yang menerima bantuannya. Mengerti?” jelas nya.
“Tapi, Pak…” kata Kyung Tan, ragu.
“Itu akan bagus untuk kepolisian dan Dong
Baek sendiri,” sela Shin Woong. “Kamu
mengerti?” tanya sekali lagi dengan sikap tidak mau di bantah.
“Ya, aku mengerti maksud Anda,” kata Kyung
Tan dengan hormat.
Shin Woong kemudian memberikan saran yang tidak masuk di akal. Dia menyuruh Kyung Tan untuk membujuk Dong Baek agar menulis surat pengunduran diri. Setelah Dong Baek di berhentikan, mereka hanya akan memanfaatkan Dong Baek disaat mereka membutuhkan kekuatannya. Intinya Dong Baek tidak akan menerima keutungan dari kasus yang dipecahkan nya nanti. Dia mengatakan ini kepada Kyung Tan, sebab dia mendengar kalau Dong Baek sangat menyukai Kyung Tan.
Mendengar itu, Kyung Tan merasa gugup dan
ragu. Sebab menurutnya itu tidak benar dan Dong Baek juga pasti tidak akan
setuju.
“Kapten Koo,” panggil Shin Woong dengan
tegas. “Tidak ada yang benar atau salah jika menyangkut kepolisian. Ini hanya
masalah membuat pilihan,” jelas nya, tanpa mau di bantah.
Dengan ragu, Kyung Tan pun hanya bisa diam
saja dan mengangguk sekilas. Dan melihat respon tersebut, Shin Woong tampak
merasa puas.
Dong Baek berhasil menangkap banyak penjahat sekaligus. Tapi hasilnya, Dong Baek juga selalu terluka. Melihat itu, Kyung Tan berkomentar bahwa karena sikap Dong Baek yang senang menjadi Detektif seperti inilah, maka banyak orang berkuasa yang menjadi takut, sebab selama ini mereka selalu hidup dengan nyaman, tapi mereka bisa kehilangan segalanya karena Dong Baek.
“Kamu menyuruhku berhenti bekerja agar para
penjahat bisa hidup dengan tenang?” keluh Dong Baek. Dan Kyung Tan menyangkal.
“Tidak, bukan begitu. Ada banyak hal
menyenangkan lainnya untuk dilakukan. Jika kamu menjadi selebriti, kamu bisa
mendapatkan semua perhatian yang kamu inginkan.”
“Karena kamu, aku bahkan menyerah memperbaiki
kerontokan rambutku. Aku bisa mati lebih cepat karena stres,” balas Kyung Tan,
mengeluh bercanda.
Dong Baek mengabaikan keluhan Kyung Tan dan meminta Kyung Tan untuk membantunya memakaikan koyo di punggung nya. Dan Kyung Tan melakukannya. Lalu dia menatap Dong Baek dengan tatapan bersimpati dan bersalah.
Kyung
Tan : “Jangan melawan mereka yang membencimu dan menemukan apa yang membuatmu
bahagia. Kamu boleh membenciku kalau mau.”
Kyung Tan menghadapi mobil yang akan menabraknya dengan berani. Dan setelah menabrak Kyung Tan dengan mobilnya, Ki Soo segera melarikan diri.
Dong Baek yang sedang tidak berdaya, menatap cemas ke arah Kyung Tan yang tergeletak di lantai. Ji Eun ingin membantu, tapi saat dia melihat Se Hoong datang, diikuti oleh para petugas Intelijen, maka Ji Eun pun segera kabur membawa Dong Baek.
Tangan Se Hoong gemetar saking takutnya. Dan Lim yang berada disebelahnya segera membantu nya untuk menelpon bantuan.
“Aku baik-baik saja. Sama sekali tidak
sakit,” kata Kyung Tan dengan lemah. Dia berniat untuk menenangkan Se Hoong.
Tapi setelah dia selesai berbicara, dia tidak kuat lagi dan pingsan.
“Pak!” teriak Se Hoong, sedih.
Kyung Tan dibawa masuk ke dalam ruang operasi. Dan Se Hoong mengikutinya sampai di depan pintu. Dia menangis khawatir.
Ji Eun memperhatikan Dong Baek yang tidak sadarkan diri dibangku belakang dengan tatapan cemas. Dia lalu mencoba untuk menghubungi Se Hoong. Tapi tidak bisa terhubung.
Sun Mi, Young Soo, dan anggota lainnya. Mereka datang ke rumah Kepala Damkar dan memeriksa rumah nya. Didalam gudang, mereka menemukan borgol dan tulisan merah di dinding.
Didepan ruang operasi. Cucu Kyung Tan yang masih kecil tidak mengerti kenapa keluarga nya dan semua orang di sekitarnya menangis. Lalu dia mendekati Se Hoong yang di kenalnya. Dan melihat dia, Se Hoong menghapus air matanya dan tersenyum.
“Di mana Paman Baek?” bisik Cucu Kyung Tan
dengan pelan.
“Dia akan datang. Tapi dia sedang sibuk,”
jawab Se Hoong sambil tersenyum kecil.
Para Detektif menerima pesan. Dan setelah membaca pesan tersebut, Detektif A mendekati Se Hoong serta memberitahu nya, kalau mereka harus segera pergi sekarang, dan Se Hoong bisa menghubungi nya setelah operasi selesai. Dan Se Hoong mengerti.
Para Detektif bertemu dengan Do Soo dan anak buahnya yang sedang berjaga di dekat lorong. Melihat mereka, semuanya merasa kesal dan mengeluh. Tapi Do Soo hanya diam saja dan mengabaikan semuanya.
Dong Baek bermimpi. Dia bermimpi, keluarga Kyung Tan menyalahkannya, dan Kyung Tan yang sudah sadar membela nya. Lalu Se Hoong datang dan mencairkan suasana. Kemudian mereka semua bercanda dan tertawa bersama. Tapi sayangnya, itu hanya mimpi.
Ji Eun melaporkan kondisi Dong Baek dengan cemas. Dong Baek sekarang masih pingsan dan tidak sadarkan diri, dan dia merasa kalau sepertinya Dong Baek terlalu memaksa kan diri. Tepat disaat dia mengatakan itu, dia melihat Dong Baek mulai sadarkan diri. Dan dia merasa sangat senang. “Tentu, aku akan mengabarimu,” katanya. Lalu dia mematikan telponnya.
“Operasinya berjalan lancar, tapi…,” kata Ji
Eun dengan ragu. “Dia belum siuman. Tapi aku yakin dia akan segera sadar,”
jelasnya, memberitahu.
Mendengar itu, Dong Baek menghela nafas berat. Dan dia turun dari tempat tidur. Dengan cemas, Ji Eun menyuruhnya untuk jangan pergi ke rumah sakit dulu, sebab disana masih dipenuhi dengan jaksa dan petugas dari biro Intelijen. Lalu untuk Eun Soo Kyung, barusan dia ada menghubungi Sun Mi dan dia mendapatkan kabar kalau mereka masih mencari Soo Kyung sekarang.
“Jangan khawatir. Aku tidak akan ke
mana-mana,” kata Dong Baek, mengerti kecemasan Ji Eun. “Aku akan ke ruangan
sebelah. Beri aku waktu sendiri,” jelas nya.
“Kalau begitu, biarkan aku ke sana,” balas Ji
Eun.
“Tidak, kamu harus istirahat. Mungkin ini kali
terakhirmu.”
Jaksa Oh datang ke tempat Pil Seon. Sesampainya dia ditempat parkir, dia bertemu dengan petugas BIN yang mengawasi Dong Baek. Dan dengan ramah, Si Petugas BIN mengajak Jaksa Oh untuk mengobrol sebentar. Dan Jaksa Oh mengiyakan dengan sikap cuek.
“Aku tahu kamu sangat tertarik kepada Detektif Dong, tapi aku akan senang jika kamu tidak terlalu mengejarnya,” jelas Si Petugas BIN secara terang-terangan,
“Jaksa yang tertarik dengan seorang penjahat
bukan urusan BIN,” balas Jaksa Oh, ketus.
“Detektif Dong bukan penjahat,” tegas Si
Petugas BIN. Dan Jaksa Oh mendengus. “Aku juga tahu seorang penjahat. Ada pria
yang membunuh korban…” jelasnya. “dengan berusaha menutupi skandal jaksa
kepala. Aku hanya mengatakannya karena kamu tertarik dengan penjahat,” katanya
sambil tersenyum mengancam. Dan Jaksa Oh pun tidak bisa berkata apa- apa.
Shin Woong datang. Dan melihat kedatangannya, Si Petugas BIN tersenyum dan dengan ramah memperkenalkan dirinya. “Aku Kepala Kim dari BIN.”
“Bu Son, kenapa kamu kemari?” balas Shin
Woong, bertanya dengan ramah.
“Aku tidak menganggapmu pengecut, tapi di
sini kamu berbohong tentang identitasmu,” sindir Jaksa Oh kepada Bu Son,
setelah dia mendengar perkataan Shin Woong. Dan Bu Son mengabaikan sindirannya.
Begitu juga dengan Shin Woong.
Shin Woong tahu alasan Bu Son datang, itu karena Dong Baek. Dan secara langsung dia menjelaskan bahwa dia tidak bisa melakukan apapun untuk membantu Dong Baek. Dan Jaksa Oh tersenyum. Lalu mereka berdua pergi bersama- sama untuk masuk ke dalam gedung.
“Ini tidak akan berjalan sesuai keinginanmu,”
kata Bu Son, mengingatkan. Tapi mereka berdua mengabaikannya dan terus berjalan
pergi. “Tidak akan,” tegasnya.
Shin Woong dan Jakas Oh menemui Pil Seon. Jaksa Oh datang, sebab dia diberitahu Jaksa Agung untuk membantu Pil Seon sebisanya. Mendengar itu, Pil Seon tersenyum menatap Jaksa Oh. Kemudian dia menatap ke arah Shin Woong.
“Pelakunya sudah diidentifikasi, jadi, dia akan segera diberantas,” kata Shin Woong, melapor. “Begitu pula dengan Dong Baek. Tapi sebelumnya, ada sesuatu yang harus kita selesaikan. Itu membutuhkan janji dari kantor kejaksaan,” jelas nya.
“Janji?” tanya Jaksa Oh, tidak mengerti.
“Tidak ada dakwaan,” jawab Shin Woong dengan
tegas. “Kematian Dong Baek akan mengacaukan dunia. Pers akan mendapat sasaran
empuk dan kejaksaan akan menggunakan kesempatan ini untuk mengarahkan
pedangnya.”
“Jadi, Anda membutuhkanku untuk menjamin tidak
adanya hukuman?” tanya Jaksa Oh, memperjelas. Dan Shin Woong mengangguk. “Ini
bukan sesuatu yang bisa kuputuskan sendiri,” jelasnya kepada Pil Seon.
Jaksa Oh tidak mengerti, kenapa Pil Seon
membutuhkan janjinya, kepadahal Pil Seon telah berhubungan dengan atasannya.
Dan Pil Seon menjelaskan bahwa itu karena atasan Jaksa Oh tidak kompeten,
sehingga masalah ini menjadi berlarut- larut sampai sekarang. Dan Jaksa Oh
meminta maaf. Tapi Pil Seon tidak mau mendengarkan kata ‘maaf’.
“Jadi, bagaimana?” tanya Pil Seon. “Kamu
sungguh ingin kejaksaan memakai sumber dayanya membereskan masalah orang lain?”
tanyanya sambil melirik sekilas ke arah Shin Woong.
Melihat itu, Jaksa Oh pun mengerti. “Tidak,
Bu. Itu berakhir di sini. Aku akan menangani situasinya sendiri agar Anda tidak
perlu khawatir lagi,” jelasnya.
“Bagus sekali. Kuharap kamu akan tetap seperti itu,” puji Pil Seon dengan puas. “Kamu mengingatkanku dengan bosmu enam tahun lalu. Begitu semangatmu hilang, kekuatan dan otoritasmu menghilang dengan itu,” ancam nya dengan halus.
Mendengar itu, Jaksa Oh menatap ke arah Shin
Woong.
Joon
Seok : “Jika Detektif Dong sungguh kaki tangannya, maka saya memohon kepadanya. Tolong lepaskan
istri saya.”
Hui Soo datang untuk membantu mengobati dahi Joon Seok yang terluka. Dan setelah Hui Soo selesai, Joon Seok menanyai, ada hubungan apa antara Hui Soo dengan Yong Gang. Dan mendengar itu, Hui Soo terdiam sesaat karena terkejut, lalu dia menjelaskan bahwa dia tidak mengerti apapun. Tapi Joon Seok sama sekali tidak percaya dan tertawa.
“Lalu kenapa kamu mengunjunginya di rumah
sakit?” tanya Joon Seok dengan tajam. “Kamu sudah merencanakan sesuatu
dengannya? Apa dia menawarkan uang karena sudah membantuku?” tanyanya. Lalu dia
memegang wajah Hui Soo dengan kasar. “Lihat aku. Lihat aku, Sialan.”
Dengan takut, Hui Soo menundukkan kepalanya
dan tidak berani untuk Joon Seok. “Tidak ada apa-apa di antara kami,”’
sangkalnya.
Joon Seok mengatai Hui Soo sebagai wanita murahan. Sebab awalnya Hui Soo terlihat seperti menginginkan sesuatu darinya, tapi setelah itu Hui Soo malah bertemu dengan orang rendahan seperti Yong Gang. Mendengar itu, Hui Soo berusaha untuk menahan emosinya. Dan dia pamit untuk segera pergi.
“Sayang sekali. Tadinya aku mau memasukkanmu
ke pemilihan calon istri kedua setelah istriku meninggal,” kata Joon Seok,
menrendahkan Hui Soo. Dan Hui Soo mengabaikannya serta pergi.
“Baik, Pak,” jawab Pelayan Jo. Lalu dia pergi
dari ruangan juga.
Dong Baek mengingat kenangan nya dulu, saat bersama dengan Cho Won. Dulu ketika dia bersama dengan Cho Won, dia merasa sangat nyaman dan tenang, sebab Cho Won tidak pernah takut untuk menyentuhnya, bahkan walaupun Cho Won tahu kalau dia bisa membaca ingatan seseorang.
“Aku iri. Andai aku bisa membaca ingatan
orang sepertimu,” kata Cho Won dengan tulus.
“Ini sama sekali tidak enak,” balas Dong
Baek.
“Tidak. Kenangan orang-orang tidak sebaik
yang kamu pikirkan. Ada banyak hal yang seharusnya tidak pernah kuketahui,”
jelas Dong Baek dengan raut wajah sedih.
“Aku yakin ada beberapa hal yang membuatmu senang,” kata Cho Won dengan yakin. Lalu dia mengulurkan tangannya. “Ini. Keluarkan jika kamu butuh. Semua kenanganku. Aku terus memikirkanmu belakangan ini,” jelasnya. Dan Dong Baek tertawa gembira.
Melihat Dong Baek tertawa, Cho Won
menggodanya. “Lihat? Kemampuanmu membuat setidaknya dua orang bahagia,”
jelasnya. Dan Dong Baek tidak menyangkal.
Cho
Won : “Baek. Kemampuanmu mungkin bisa membuat banyak orang bahagia. Lalu
akhirnya… dunia mungkin berubah dan menjadi tempat yang lebih baik.”
Dong
Baek : “Bisakah… Benarkah bisa berubah?”
Dong Baek menyalakan perekam video di hpnya. Dan dia merekam dirinya sendiri. “Aku ingin membuat pernyataan.”
Soo Kyung memohon kepada Kepala Damkar supaya jangan membunuhnya. Dan Kepala Damkar tidak peduli. Dia menceritakan bahwa dirinya telah menyelamatkan banyak nyawa dan sudah terlalu baik. Jadi rasa sakit yang di alaminya terasa lebih tidak adil.
“Kamu setuju, bukan?” tanya Kepala Damkar
dengan nada terluka.
Kepala Damkar : “Dua puluh tahun lalu, aku ke luar negeri menyelamatkan orang setelah gempa bumi. Aku tiba-tiba harus bergegas pulang. Mereka bilang putriku meninggal. Tapi itu bukan kematian yang wajar. Aku telah melihat banyak kematian selama menjadi petugas damkar. Bahkan saat istriku meninggal, aku tidak setakut hari itu.”
Ketika Kepala Damkar melihat mayat Putrinya,
dia merasa sangat sedih dan terluka.
Kepala Damkar : “Mereka bilang dia bunuh diri. Namun, itu tidak benar. Seandainya aku tidak pernah tahu.”
Ketika Ah Young, Putri kepala Damkar, sedang
memotret pemandangan di dalam hutan. Dia bertemu dengan So Philip dan Joon
Seok. Dengan bangga, So Philip menjelaskan bahwa semua tanah ini adalah milik
Joon Seok. Dan Ah Young diam serta memperhatikan sikap aneh So Philip.
“Apa kamu minum?” tanya Ah Young dengan sikap
hati- hati. Lalu karena merasa yakin, kalau dia benar, maka dia pun langsung
pamit dan berniat untuk pergi.
Tapi saat Ah Young berbalik untuk pergi, dari arah belakang, banyak Pria yang datang mendekat. Dan Ah Young pun melangkah mundur dengan takut. Dari belakang nya, So Philip menjelaskan bahwa dia mau menagih biaya akses masuk, karena Ah Young telah memasuki lahan orang lain.
“Apa?” kata Ah Young, bingung.
“Mau minum?” tanya Joon Seok, menawarkan.
“Itu akan membawamu ke surga.”
Kepala
Damkar : “Para bedebah itu menginjak-injak Ah Young. Tapi bukan di situlah
akhir dosa mereka.”
Yong Dae yang datang ke hutan bertemu dengan Joon Seok dan kawanannya. Saat dia melihat kamera dan tas yang mereka pegang, dia merasa emosi, sebab dia tahu kalau itu adalah milik Ah Young. Dengan tegas, dia menanyakan, dimana Ah Young dan dia ingin menyelamatkan Ah Young. Tapi karena kalah jumlah, maka dia pun kalah melawan mereka. Dan berakhir dengan kematian, ketika Joon Seok membakar tubuh nya.
“Dia membakar Yong Dae. Saat dia masih hidup, dia melemparkannya ke jurang. Hari itu, dua anak dibunuh oleh suamimu, Bang Joon Seok!” teriak Kepala Damkar. Dan Soo Kyung terkejut mengetahui hal tersebut.
Shin Woong dan Ki Soo datang ke tempat
kejadian, dan ketika mereka melihat apa yang terjadi, mereka berdua tidak ada
perbuat apapun. Shin Woong hanya menampar Joon Seok dan menyuruhnya untuk
sadar, bila Joon Seok tidak ingin berakhir di penjara.
Kepala Damkar : “Putriku masih hidup. Tubuh dan pikirannya benar-benar hancur. Tapi dia tidak mati.”
Ah Young bertemu dengan dua orang dokter,
tapi mereka berdua sama sekali tidak mempercayai nya. Mereka mengatakan kalau
mereka tidak menemukan tanda- tanda perlawanan dari tubuh nya dan bila dia
bersikap seperti ini, maka beberapa orang bisa salah paham, dan Ayah nya juga
akan menjadi sedih.
Mendengar perkataan itu, Ah Young merasa
tambah stress dan tertekan. Sementara Ki Soo yang mendengarkan itu dari luar
ruangan, dia tersenyum puas.
Ki Soo menambah luka Ah Young dengan menceritakan tentang Yong Dae yang meninggal. Dia memberitahu Ah Young bahwa kematian Yong Dae adalah karena bunuh diri, dan Yong Dae meninggal di tempat Ah Young bersenang- senang. Hal itu membuat Ah Young merasa tambah terluka dan sedih.
Melihat itu, Ki Soo merasa puas.
Kepala
Damkar : “Dia selamat hari itu. Tapi jiwanya mati setiap hari.”
Soo Kyung memeluk perut nya untuk melindungi bayinya. Dan dia memohon supaya di lepaskan serta di biarkan hidup, maka dia akan melakukan apapun yang Kepala Damkar minta.
“Tapi begini, setelah melalui hal seperti
itu, akhirnya aku menyadari sesuatu. Aku menyadari tidak ada alasan di balik
penderitaan kami,” jelas Kepala Damkar dengan perasaan terluka sambil berjalan
mendekat. Dan Soo Kyung menatapnya dengan ketakutan.
Sun Mi datang menemui Dong Baek. Dia menjelaskan bahwa dia sudah mendengar apa yang terjadi kepada Kyung Tan serta siapa orang yang melakukannya. Orang itu adalah Chun Ki Soo. Dan Shin Woong bahkan memberikan izin untuk menembak serta membunuh Dong Baek juga. Dia mengatakan ini, karena lawan mereka bukanlah hanya Si Penghapus. Tapi ada terlalu banyak musuh dan mereka harus terus waspada dan jangan menyalahkan diri sendiri.
“Tidak, aku memberimu nasihat berdasarkan
informasi yang kukumpulkan tentangmu,” balas Sun Mi dengan jujur.
“Jadi, kamu menasihatiku? Itu bagus. Aku akan
mengingatnya.”
“Terima kasih banyak.”
Sun Mi kemudian menceritakan kalau sekarang mereka masih mencoba untuk melacak Yoon Soon Nam (Kepala Damkar). Dan yang mereka tahu, Soon Nam telah pergi meninggalkan kota. Lalu tepat disaat itu, rekannya dari ruang kendali menelpon. Dan melihat itu, Dong Baek sudah mengerti ada apa, jadi diapun segera bersiap untuk berangkat kapapun.
“Aku ikut,” pinta Ji Eun.
“Tidak, aku ingin kamu tetap di sini dan melakukan sesuatu untukku,” balas Dong Baek. Dia memberikan sebuah flash disk kepada Ji Eun. “Tolong bantu aku.”
“Kurasa aku tahu di mana Yoo Soon Nam. Ayo,”
ajak Sun Mi. Dan Dong Baek pun mengikutinya.
Lokasi spesifik Soon Nam berada. Ayah mertua
Soon Nam memiliki sebuah gudang di dekat sungai. Dan mobil Soon Nam ada disana.
Jadi Sun Mi dan Dong Baek pun dalam perjalanan menuju ke sana. Serta tim SWAT
akan tiba sekitar 20 menit lagi.
Tags:
Memorist