Sinopsis K-Drama : Mystic Pop-up Bar Episode 03-1
Images by : JTBC
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN
KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKTIF
Weol Ju yang telah bersedia menerima hukumannya, di kirim kembali ke dunia. Sebelum memulai pekerjaannya, Weol Ju terlebih dahulu mengambil air sumur. Air yang di ambilnya bukanlah sembarang air, melainkan air ajaib. Di saat dia sedang melakukan pekerjaannya, Kepala Yeom muncul.
Kepala Yeom datang untuk
memeriksa keadaan Weol Ju yang menurut kabar datang ke Dunia Nyata untuk
membuka penginapan. Tapi, kenapa Weol Ju malah menyimpan banyak air dari Alam
Baka?
“Saat mereka yang masih hidup
minum ini, arwah mereka akan berada di Dunia Mimpi, di antara Alam Baka dan
Dunia Nyata. Karena aku bisa leluasa pergi ke Dunia Mimpi, aku akan membantu
mereka membereskan dendam di sana.”
“Kau butuh 100.000 jiwa, 'kan? Kau
bunuh diri karena benci manusia. Kau tak keberatan?”
“Bisa apa jika aku keberatan? Apa
ada cara lain?” balas Weol Ju, pasrah menerima hukumannya. “Namun, siapa kau? Dari
tadi bertanya kepadaku.”
“Aku? Aku Manajer Junior Yeom. Aku
adalah Kematian, dan saat datang kemari, aku diminta untuk mengawasimu,” jelas
Yeom. “Anggap aku jembatan untuk bicara dengan yang di atas. Bila kau tak bisa
melakukan ini, aku akan bicara...”
“Tidak. Aku akan selesaikan tugas ini. Walau aku harus berbohong, menipu, atau memanfaatkan orang lain, aku harus berhasil,” tekad Weol Ju.
Episode 03
Dan kini, Weol Ju memanfaatkan kemampuan milik Kang Bae untuk mencapai targetnya. Kang Bae benar-benar orang yang polos. Daripada memikirkan Weol Ju yang memanfaatkan kekuatannya, Kang Bae malah lebih bersemangat memikirkan hari-hari dimana kekuatannya akan hilang dengan bantuan Weol Ju. Kang Bae sudah tidak sabar ingin mencoba naik ke dalam kereta yang penuh sesak orang tanpa takut harus mendengarkan cerita dari orang-orang yang terkena sentuhannya. Gwi sampai mengomentari Kang Bae yang aneh mau naik kereta yang penuh dengan orang, padahal orang normal saja berusaha sebisa mungkin menghindarinya. Daripada naik kereta, lebih baik mencoba pergi ke sauna. Apa Kang Bae sudah pernah merasakan badannya di gosok? Kang Bae menjawab belum.
Gwi langsung bersemangat
menceritakan betapa enaknya pergi ke sauna dan badan di gosokkan. Kang Bae
ikutan bersemangat. Apalagi saat Gwi memperagakan rasanya badan di gosok, Kang
Bae semakin senang.
Weol Ju yang daritadi diam
melihat kekonyolan mereka, akhirnya bersuara juga. Dia memarahi mereka berdua
yang bertingkah seperti orang sinting. Daripada berkhayal, Weol Ju menyuruh
Kang Bae untuk mulai mencari pelanggan untuknya.
“Astaga, kau ini. Di mana kau
bekerja saat siang?”
“Pusat Kepuasan Pelanggan.”
“Apa kelebihanmu?”
“Orang akan mengatakan
masalahnya saat kusentuh.”
“Benar. Kau punya hal yang
diperlukan dalam mencari pelanggan, jadi, kenapa hanya diam dan duduk di sini? Aku
akan memanfaatkan bakatmu semaksimal mungkin,” jelas Weol Ju.
--
Kang Bae mulai melakukan
tugasnya. Jika biasanya Kang Bae akan berusaha keras menghindari sentuhan
dengan para pelanggan, kali ini, Kang Bae yang malah dengan sengaja menyentuh
tangan para pelanggan saat mengambil nomor antrian mereka. Dan secara otomatis,
semua orang yang di sentuhnya mulai menceritakan masalah mereka. Setelah itu,
Kang Bae akan memberikan kartu nama kedai mistis dan menyuruh mereka untuk
datang ke sana karena pemilik kedai pandai memecahkan masalah dan juga mereka
menyediakan makan dan minum gratis.
Teman sekerja Kang Bae, Choi Jin Dong, melihat apa yang di lakukan Kang Bae sedari tadi. Karena itu, ketika jam istirahat, Jin Dong mulai menanyai Kang Bae apakah yang Kang Bae bagikan tadi adalah kupon kedai dimana Kang Bae bekerja?
“Benar. Tolong rahasiakan ini
dari Pak Ma,” pinta Kang Bae.
“Jangan khawatir. Namun, jika
kedai tempatmu bekerja mementingkan rupa fisik, bukankah seharusnya mengundang orang
tampan dan cantik? Orang yang mendapat
kuponmu terlihat murung.”
“Bosku senang mendengar masalah
orang lain. Mereka lebih mudah dilayani dan dimanfaatkan,” jawab Kang Bae,
jujur.
Namun, jawaban jujur Kang Bae,
di salahpahami oleh Jin Dong. Dia malah jadi ketakutan saat Kang Bae menawarkan
kupon kedai mistis padanya dan langsung menolak. Dia tidak punya masalah apapun
dan merasa bahagia setiap harinya.
--
Kedai mistis mulai kedatangan
beberapa tamu yang datang setelah menerima kupon dari Kang Bae. Seperti biasa,
Weol Ju melayani mereka dengan ramah dan meminta mereka menceritakan masalah
mereka.
Pelanggan pertama yang datang
adalah seorang wanita gemuk. Kang Bae menjelaskan pada Weol Ju mengenai masalah
pelanggan itu. Pelanggan itu sekarang sedang stress hingga pergi ke psikiater
karena program dietnya tak juga berhasil. Pelanggan itu bercerita dengan
menggebu-gebu kalau dia hanya makan sedikit setiap harinya. Tapi, hanya minum
air saja bisa membuat berat badannya bertambah. Tapi, semua orang malah bilang
dia menyebalkan, tak tahu diri, dan tak bisa menjaga diri.
Tapi, apa yang di katakan
pelanggan itu bertolak belakang dengan faktanya. Dia datang ke kedai mistis
karena Kang Bae bilang kalau kedai menyediakan makanan dan minuman gratis. Dia
curhat kalau hanya makan sedikit, tapi faktanya sejak dia datang ke kedai, dia
sudah menghabiskan 4 botol soju dan memakan 5 porsi pajeon. Seolah masih belum
kenyang, pelanggan meminta Gwi untuk membuatkan 1 porsi pajeon lagi.
Weol Ju beneran kesal. Dia
mulai menunjukkan sifat aslinya dan berteriak menyuruh pelanggan itu untuk
berhenti. Kang Bae berusaha menenangkan, tapi malah terkena amukan Weol Ju
juga.
Pelanggan kedua yang datang adalah seorang ibu rumah tangga yang bersedih karena merasa hubungannya dengan suaminya menjadi renggang. Kenapa? Karena biasanya, mereka berhubungan in### tujuh kali dalam sepekan, tapi sekarang hanya 5 kali.
Mendengar cerita pelanggan itu, Gwi bergumam kalau bisa melakukannya 5 kali dalam sepekan juga sudah sangat hebat. Sementara Weol Ju beneran kesal dan menjewer telinga Kang Bae. Dia kan sudah bilang mencari orang yang mendendam, tapi yang di bawa oleh Kang Bae ini justru terberkati. Saking kesalnya, Weol Ju juga menjitak kepala Kang Bae.
--
Kang Bae jongkok di depan tenda
kedai dengan murung. Gwi tahu hal itu, sehingga dia menemani Kang Bae dan
menyemangatinya untuk tidak pusus asa. Kang Bae juga maunya tidak putus asa,
tapi Weol Ju sangatlah menyeramkan. Dia bahkan dengar dulu Weol Ju membunuh
100.000 orang.
“Kata siapa?”
“Kau tak tahu? Nn. Weol-ju
bilang sendiri saat pesta kita kemarin”
“Kenapa? Sepertinya itu benar.”
“Apa dia Jenghis Khan atau
Hitler? Dia hanya ingin membuatmu takut saat awal masuk kerja,” tenangkan Gwi.
“Kang-bae. Saat seperti ini, jangan menyerah dan terus maju dengan percaya
diri. Kita sebagai karyawan tak harus selalu tunduk kepada bos. Tak boleh. Kalau
dipikir-pikir, dia bos, tapi tak pernah membantu. Dia hanya memerintah. Hari
ini, aku harus bicara dengannya dan menyelesaikan...” ujar Gwi menggebu-gebu
dan sok berani.
Tapi, belum selesai bicara,
udah terdengar teriakan Weol Ju dari dalam kedai. Dan bagai kelinci, Gwi
langsung masuk dan menyuruh Kang Bae juga masuk.
Di dalam, Weol Ju tampak marah.
Dia menatap tajam pada Kang Bae dan nanya serius, apa Kang Bae nggak tahu ciri-ciri
orang yang menderita.
“Aku tahu. Mereka selalu sedih,
putus asa, dan semacamnya,” jawab Kang Bae.
“Lalu, kenapa bawa seperti yang
tadi?! Mereka bukan sasaranku!” teriak Weol Ju.
Gwi sampai harus menenangkannya
dan menyuruhnya untuk bicara baik-baik, jangan marah terus. Dia juga nyuruh
Weol Ju untuk mengajari Kang Bae dari awal mengenai ciri-ciri orang yang
mendendam. Gwi juga memberikan pena dan kertas pada Kang Bae dan menyuruh Kang
Bae mencatat apa yang Weol Ju katakan.
“Dengar baik-baik. Pertama,
jangan bawa orang yang dari awal kurang berusaha. Berdiet bukan salah orang
lain. Itu akan terus menjadi urusanmu sampai kau meninggal dan tinggal tulang. Itulah
inti diet yang sebenarnya. Kedua. Jangan bawa orang yang ingin lebih dari orang
lain. Itu bukan menderita, tapi ketamakan.”
“Benar! Ketamakan! Menang
lotre, upah miliaran, dan bercinta tujuh kali sepekan!” ujar Gwi bersemangat
menimpali. “Itu keinginan yang tak boleh kau layani.”
“Ketiga. Ini yang terpenting. Orang
tersebut harus putus asa. Dia harus sangat butuh bantuan. Begitu putus asa
hingga bisa membunuh, atau tak bisa mati dengan tenang, atau saat nyawa
seseorang dipertaruhkan. Itu yang disebut mendendam. Kau mengerti?” jelas Weol
Ju.
Dan Kang Bae mendengarkannya
dengan saksama.
--
Di suatu tempat, seorang pria,
Park Byeong Jae, berada di depan sebuah hotel elit –Hotel Sangil-. Dia berusaha
masuk tapi di halangi oleh petugas security. Walau sudah di halangi, Byeong Jae
tetap tidak menyerah dan memohon kalau dia hanya ingin tahu alasannya. Petugas
itu menegaskan kalau Byeong Jae tidak boleh seperti ini karena sudah di umumkan
dengan jelas kalau Byeong Jae tidak lolos tes karyawan.
Dan di saat itu, Pimpinan Hotel Sangil -Choi Kang Hyun- tiba dengan di kawal seorang bodyguard wanita –Kang Yeo Rin-. Byeong Jae langsung menghampiri dan memohon di beritau alasannya gagal dalam rekrutmen pegawai hotel. Byeong Jae memohon hingga menyentuh lengan tn. Choi, dan sedetik kemudian, Yeo Rin langsung memegang tangan Byeong Jae, memilintirnya dan menjatuhkannya ke tanah. Setelah itu, petugas yang menahan Byeong Jae agar tidak dapat mendekati tn. Choi lagi.
“Sudah gagal masih
menyusahkan,” gumam tn. Choi kesal sambil menyeka lengan bajunya yang di pegang
Byeong Jae tadi.
Gumamannya terdengar oleh Yeo
Rin yang berjalan tepat di belakangnya. Dari wajahnya, Yeo Rin tampak tidak
menyukai ucapan itu dan juga tampaknya kasihan pada Byeong Jae. Tapi, Yeo Rin
menyembunyikan hal tersebut.
Tn. Choi masih terus menggerutu
kesal. Yeo Rin segera menanyakan keadaannya dan meminta maaf karena tidak
segera mengatasinya lebih cepat.
“Tak apa. Dia seharusnya
disingkirkan oleh penjaga yang ada di luar. Mereka bekerja dengan buruk. Sementara
itu, kau tetap berguna untukku. Memang tidak murah untuk kualitas pelayanan
seperti ini,” ujar tn. Choi, tertawa lebar.
Tapi, tatapan Yeo Rin, tampak
tidak menyukai ucapannya tersebut.
--
Weol Ju dan Gwi pergi
berbelanja ke supermaket tempat Kang Bae bekerja. Sambil berbelanja, Gwi
menasehati Weol Ju agar tidak terus memarahi Kang Bae karna mana ada orang yang
langsung hebat bekerja dari awal. Weol Ju tetap kesal dan mengajak Gwi untuk
melihat Kang Bae nanti. Dia ingin tahu apakah Kang Bae bekerja dengan benar
atau tidak.
Dan tidak sengaja mereka berjumpa dengan Mi Ran. Mi Ran menyapa mereka dengan riang. Mi Ran juga mengira Weol Ju dan Gwi adalah sepasang suami istri. Gwi hanya tertawa ramah mendengarnya, tapi Weol Ju malah menanggapi sinis kalau hidup Mi Ran tampaknya mulai nyaman karena tidak ada yang mengganggu. Apa mau dia ganggu?! Enak saja menyebutnya dengan Gwi sebagai suami istri!
“Kenapa kau selalu emosi? Santailah
sedikit. Kau bisa mengoreksinya, 'kan?” tegur Gwi melihat emosi Weol Ju yang
begitu meledak-ledak. “Dia pemilik kedai dan aku hanya karyawan,” jelasnya pada
Mi Ran.
“Tidak apa. Sampel makanan
sudah habis? Kau pintar berjualan.”
“Bukan begitu. Banyak
perusahaan swasta mengumumkan hasil rekrutmen mereka. Para ibu sibuk menyiapkan
makanan untuk anaknya,” beritahu Mi Ran.
--
Hari ini, kedai mistis pindah
lokasi ke Noryangjin. Kang Bae bertanya alasan kenapa lokasi hari ini
berpindah?
“Ini pekan pengumuman rekrutmen
karyawan. Pasti banyak orang di luar kedai ini yang gagal diterima,” jelas Weol
Ju.
“Benar. Pasti lebih banyak yang
gagal daripada yang diterima,” ujar Gwi.
“Kau benar. Di mana semua orang
sedih akan berkumpul? Di tempat ini. Nanti banyak sasaran untuk kita,” semangat
Weol Ju.
“Jangan begitu. Mereka sedang
mengalami masalah,” tegur Kang Bae.
“Kau benar. Sikapmu agak tak
mengenakkan,” setuju Gwi.
“Ada apa dengan sikapku? Kau
tak lihat ini strategi? Kalian hanya perlu mematuhiku, wajar kalian tak paham gambaran
besar strategiku,” jawab Weol Ju tidak peduli.
--
Byeong Jae masih ada di jalan hingga malam. Wajahnya tampak lesu. Saat mendapat telepon dari pacarnya, Yu Mi, Byeong Jae memilih untuk tidak mengangkatnya. Di saat sedang sedih tersebut, dia melihat kedai mistis.
Byeong Jae memutuskan untuk
mampir dan memesan sebotol soju. Weol Ju begitu bersemangat melihat kedatangan
Byeon Jae yang tampak murung.
Tidak lama, di hadapan Byeong Jae sudah tersedia sepiring tumis gurita. Baru makan sesuap, Byeong Jae sudah menangis terisak-isak. Gwi jadi khawatir, apa tumis guritanya sepedas itu? Karena penasaran, Gwi mencoba sesuap dan beneran pedas. Sangat pedas.
Kang Bae jadi khawatir dan
hendak pergi membelikan susu untuk Byeong Jae. Tapi, Weol Ju menahannya pergi
dan memberi tanda agar Kang Bae menggunakan kekuatannya. Karena itu, Kang Bae
mendekati Byeong Jae dan memegang pundaknya sembari menawarkan nasi.
Byeong
Jae hanyalah pemuda miskin. Saking tidak punya uangnya, Byeong Jae sampai
sembunyi-sembunyi keluar dari kamar sewa agar tidak bertemu pemilik kamar dan
di tagih biaya sewa. Tapi, tetap saja, pemilik kamar sudah menunggunya di depan
pintu dan menagih uang sewa yang sudah menunggak 3 bulan. Byeong Jae memohon agar
di beri waktu dan berjanji akan membayarnya akhir bulan nanti. Pemilik kamar
sudah beneran capek dengan janji Byeong Jae dan memberi peringata terakhir,
kalau tidak di bayar bulan ini juga, maka silahkan pergi!
--
Byeong
Jae bekerja paruh waktu di mini market. Dia bekerja dengan rajin dan giat. Di
saat lagi kerja, dia mendapat telepon dari pacarnya, Yu Mi, yang mengajak untuk
makan malam bersama. Byeong Jae dengan tidak enak hati, menolak karena dia mau
belajar untuk tes masuk hotel Sangil. Yu Mi memohon karena ini adalah hari
peringatan 7 tahun jadian mereka, masa tega biarkan dia makan sendiri? Byeong
Jae tidak tega dan akhirnya bersedia untuk makan bersama dengan Yu Mi. Dia
segera memeriksa isi dompetnya dan hanya ada 2 lembar uang 10.000 won.
Saat bertemu, Yu Mi memberikan hadiah sekotak ssangkwanjang. Dia mengingatkan Byeong Jae untuk meminumnya setiap hari sampai saat wawancara. Byeong Jae berterimakasih atas hadiah tersebut, tapi juga tidak enak karna dia lupa menyiapkan hadiah untuk Yu Mi karena terlalu sibuk belajar. Yu Mi tidak mempermasalahkan hal tersebut. Byeong Jae tetap tidak enak dan sebagai gantinya ingin mentraktir Yu Mi makan.
Yu Mi ternyata ingin makan di restoran yang lag terkenal di IG. Byeong Jae ingin membahagiakan Yu Mi, tapi dia tidak bisa karena melihat bahwa harga 1 porsi tumis gurita adalah 23.000 won. Dia tidak punya uang sebanyak itu. Yu Mi tidak tahu dan mengajak Byeong Jae untuk makan di sana karena Byeong Jae suka makanan pedas. Byeong Jae langsung berakting kalau perutnya terasa sakit dan dia tidak bisa makan makanan pedas hari ini.
Sialnya, seorang pria tiba-tiba menyapa Byeong Jae. Melihat Byeong Jae yang tampak tidak ingat padanya, pria itu mengingatkan kalau mereka pernah belajar bersama 2 tahun yang lalu. Dia kebetulan mau makan di restoran itu juga, jadi mengajak Byeong Jae untuk makan bersama. Byeong Jae jadi bingung bagaimana menolaknya. Yu Mi menyadari hal itu hingga dia berbohong pada pria tersebut kalau mereka baru saja selesai makan.
Yu Mi membawa Byeong Jae untuk makan di restoran sederhana. Yu Mi makan dengan lahap, tapi Byeong Jae tidak makan sama sekali. Dia beralasan kalau perutnya sedang sakit, padahal sebenarnya, dia merasa tertekan karena hal tadi.
Gwi yang mendengar cerita itu malah lebih bersemangat. Weol Ju sampai harus melirik tajam padanya agar tidak berkomentar.
Byeong Jae bertemu ibu Yu Mi di sebuah café. Ibu Yu Mi sebenarnya menyukai Byeong Jae yang jujur dan pekerja keras hingga dia merasa Byeong Jae akan memiliki masa depan yang cerah. Tapi, pekerjaan Byeong Jae sekarang ini tidak jelas. Dia khawatir kalau Yu Mi akan melewatkan masa emas karena sibuk mengurusi Byeong Jae. Dia meminta Byeong Jae tidak sakit hati pada ucapannya, tapi semua ibu yang memilik anak perempuan pasti akan seperti dirinya.
Kang Bae, Gwi dan Weol Ju masuk ke mimpi Byeon Jae. Mereka memilih saat dimana Byeong Jae melakukan interview dengan para petinggi Hotel Sangil, termasuk Pimpinan Choi. Kang Bae menyamar menjadi salah satu pelamar sementara Gwi dan Weol Ju sebagai pewawancara.
Weol Ju bergumam kalau Kang Bae seperti anak kecil, sementara Gwi memuji pengucapan Kang Bae yang jelas. Kang Bae hanya bisa menundukkan kepala, merasa malu.
Selesai. Kang Bae, Gwi dan Weol Ju sampai tercengang. Anehnya, pewawancara lain dan tn. Choi malah bertepuk tangan memuji Sang Ho dan berkata kalau perkenalan sederhana adalah yang terbaik. Sangat aneh.
Giliran Sang Ho dan dia hanya menjawab kalau prasmanan hotel Sangil, enak. Weol Ju sampai kesal dan bergumam menyebutnya orang gila. Tapi, anehnya lagi, pewawancara lain dan tn. Choi mlaah bertepuk tangan keras dan memuji Sang Ho yang paling mengerti mengenai Hotel Sangil. tn. Choi bahkan bilang kalau Sang Ho adalah orang yang di butuhkan Hotel Sangil.
Weol Ju menjentikan jarinya dan mulai menelusuri ingatan Byeong Jae. Dia berhenti ke hari dimana Byeong Jae berusaha masuk ke Hotel Sangil. Dan di dalam hotel, dua orang pekerja memperhatikannya.
“Dasar lancang!” teriak petinggi itu sembari menampar wajah Weol Ju dengan keras hingga terjatuh ke tanah. “Bila tak terima, silakan protes kepada leluhurmu, ibumu yang miskin, hingga leluhurmu yang paling awal. Siapa menyuruhmu lahir dari keluarga rendahan? Benar, 'kan?” ejeknya.
Dan setelah itu, Weol Ju di tarik paksa oleh pengawal dan di lemparkan keluar kediaman petinggi tersebut. Dari tatapan Weol Ju, tampak dendam yang begitu dalam.
“Setelah beberapa tahun terus
mencari pekerjaan, uang selalu menjadi masalah untukku. Aku bekerja paruh waktu
di minimarket dan menunggak sewa. Karena itu, selalu terasa berat bila akan
bertemu pacarku.”
Saat bertemu, Yu Mi memberikan hadiah sekotak ssangkwanjang. Dia mengingatkan Byeong Jae untuk meminumnya setiap hari sampai saat wawancara. Byeong Jae berterimakasih atas hadiah tersebut, tapi juga tidak enak karna dia lupa menyiapkan hadiah untuk Yu Mi karena terlalu sibuk belajar. Yu Mi tidak mempermasalahkan hal tersebut. Byeong Jae tetap tidak enak dan sebagai gantinya ingin mentraktir Yu Mi makan.
Yu Mi ternyata ingin makan di restoran yang lag terkenal di IG. Byeong Jae ingin membahagiakan Yu Mi, tapi dia tidak bisa karena melihat bahwa harga 1 porsi tumis gurita adalah 23.000 won. Dia tidak punya uang sebanyak itu. Yu Mi tidak tahu dan mengajak Byeong Jae untuk makan di sana karena Byeong Jae suka makanan pedas. Byeong Jae langsung berakting kalau perutnya terasa sakit dan dia tidak bisa makan makanan pedas hari ini.
Sialnya, seorang pria tiba-tiba menyapa Byeong Jae. Melihat Byeong Jae yang tampak tidak ingat padanya, pria itu mengingatkan kalau mereka pernah belajar bersama 2 tahun yang lalu. Dia kebetulan mau makan di restoran itu juga, jadi mengajak Byeong Jae untuk makan bersama. Byeong Jae jadi bingung bagaimana menolaknya. Yu Mi menyadari hal itu hingga dia berbohong pada pria tersebut kalau mereka baru saja selesai makan.
Untungnya
pria itu tidak bertanya lagi dan langsung pergi. Yu Mi juga langsung mengajak
Byeong Jae pergi.
--
Yu Mi membawa Byeong Jae untuk makan di restoran sederhana. Yu Mi makan dengan lahap, tapi Byeong Jae tidak makan sama sekali. Dia beralasan kalau perutnya sedang sakit, padahal sebenarnya, dia merasa tertekan karena hal tadi.
Dalam
perjalanan pulang, seorang pria menawarkan kupon motel untuk Yu Mi dan Byeong
Jae. Byeong Jae dengan sopan menolak padahal Yu Mi sudah memberi tanda dengan
jelas kalau dia ingin pergi ke motel tersebut.
End
Gwi yang mendengar cerita itu malah lebih bersemangat. Weol Ju sampai harus melirik tajam padanya agar tidak berkomentar.
“Aku merasa bersalah... kepada
Yu-mi,” lanjut Byeon Jae. “Karena berpacaran denganku, dia harus selalu sadar
diri. Aku yang berumur 30 tahun tak bisa membelikan pacarnya seporsi tumis gurita.”
“Tapi kau melamar tiga kali di
Hotel Sangil?” tanya Kang Bae, penasaran.
“Benar. Hotel Sangil adalah
impian semua pelajar jurusan perhotelan. Itu perusahaan swasta besar bergaji
tinggi.”
“Kau seharusnya melamar ke
tempat yang sesuai kemampuanmu. Karena ambisimu, kau kesusahan sampai
sekarang,” komentar Gwi.
“Aku tentu bisa masuk ke tempat
seperti itu. Tapi setelah bekerja empat hingga lima tahun, aku akan mulai
khawatir kapan aku akan dipecat saat mendekati umur 40 tahun. Aku harus
menabung untuk menikah, besarkan anak, dan pensiun. Tak ada jawaban pasti untuk
ini,” jawab Byeong Jae.
“Semua orang saat ini sedang
sulit. Aku tahu banyak orang yang ingin lompat dari Sungai Han hanya karena perusahaan mereka mendadak
bangkrut. Lalu? Apa hasilnya?”
“Nilaiku bagus untuk ujian
tertulis, dan aku merasa wawancaraku lancar,” lanjut Byeong Jae bercerita.
Byeong
Jae mendapat SMS mengenai hasil wawancaranya. Dan hasilnya, dia tidak di terima
di Hotel Sangil. Tentu saja, ini membuat Byeong Jae semakin stress.
Seolah
belum cukup, Ibu Yu Mi menelpon dan mengajaknya bertemu.
--
Byeong Jae bertemu ibu Yu Mi di sebuah café. Ibu Yu Mi sebenarnya menyukai Byeong Jae yang jujur dan pekerja keras hingga dia merasa Byeong Jae akan memiliki masa depan yang cerah. Tapi, pekerjaan Byeong Jae sekarang ini tidak jelas. Dia khawatir kalau Yu Mi akan melewatkan masa emas karena sibuk mengurusi Byeong Jae. Dia meminta Byeong Jae tidak sakit hati pada ucapannya, tapi semua ibu yang memilik anak perempuan pasti akan seperti dirinya.
Itu
adalah kode halus agar Byeong Jae memutuskan Yu Mi.
--
Byeong
Jae mengajak Yu Mi bertemu di restoran yang terkenal di IG itu dan memesan
seporsi tumis gurita. Yu Mi sangat senang karena mengira kalau Byeong Jae pasti
di terima hingga mentraktrinya.
“Aku
gagal,” ujar Byeong Jae. “Yu Mi, kita putus saja. Berpacaranlah dengan
laki-laki lain. Aku tak bisa terus begini.”
“Apa
kau tak lelah? "Bila diterima, kita makan enak. Bila diterima, ke restoran
mahal. Bila diterima, buat cincin pasangan." Kau selalu mengatakan itu
kepadaku. "Bila diterima..." Kita sudah membahas itu selama tiga
tahun. Bila aku bisa menghilang lebih cepat dari depanmu sekarang, akan
kulakukan demi kebaikanmu.”
“Bagaimana
bisa begitu? Apa kau begini karena gagal lagi? Aku paham kau sedang sedih,
tapi... Kita jangan putus,” mohon Yu Mi. “Aku tak peduli itu dan hanya ingin
bersamamu.”
“Kau
banyak menderita berpacaran dengan pria sepertiku. Terima kasih. Aku berterima
kasih, tapi aku juga benci itu. Aku merasa seperti orang tak berguna di
sampingmu, jadi, aku tak bisa melanjutkannya. Maaf, aku pergi dulu,” ujar
Byeong Jae, menangis dan langsung pergi.
--
Byeong
Jae pulang dengan suasana hati buruk, jadi begitu mendengar suara pemilik kamar
memanggilnya, Byeong Jae langsung berteriak kalau dia akan segera pergi!
“Bukan...
Aku ingin bilang aku sudah terima sewamu. Seorang gadis tadi membayarnya. Dia
bayar tunggakanmu dan sewa bulan ini. Kalau tak salah, namanya Yu-mi.”
Hati
Byeong Jae semakin sakit mendengar hal tersebut. Ketika masuk ke kamarnya,
Byeong Jae tidak bisa berhenti menangis.
End
“Aku akhirnya putus dengannya.
Sebenarnya yang tak berguna adalah harga diriku ini. Aku tak bisa
menyingkirkannya dan membuat Yu-mi terluka. Yu-mi adalah pacar baik yang selalu
mendahulukan pacarnya.”
Mendengar kisah Byeong Jae, Gwi
malah ikut menangis. Dia merasa kisah itu sangat menyedihkan dan kenapa cinta
harus selalu menyakitkan? Jika terlalu menyakitkan, itu bukan cinta sebenarnya.
Mendengar ucapan Gwi, Kang Bae
jadi memandanginya dan berkomentar kalau seperti Gwi pernah mengalami kejadian
serupa. Gwi langsung beralasan kalau itu adalah kisah teman dekatnya, bukan
dia.
“Tidak. Aku tetap gagal, jadi, untuk apa? Berpacaran
lagi pun tetap sama.”
“Lalu?”
“Aku ingin tahu alasan aku
gagal. Aku sudah berusaha maksimal, tapi tetap gagal. Jika tahu alasannya, aku
bisa mulai lagi. Aku juga bisa bertemu Yu-mi tanpa sedih lagi.”
Weol Ju mengerti dan merasa itu
permintaan yang mudah. Karena itu, dia mengeluarkan ssanggapju dan menuangkannya ke gelas Byeong Jae untuk di minum.
Dia berkata pada Byeong Jae kalau itu adalah alkohol spesialnya. Dan tanpa
ragu, Byeong Jae langsung menghabiskannya. Dan sedetik kemudian, dia merasa
sangat mengantuk.
Kang Bae, Gwi dan Weol Ju masuk ke mimpi Byeon Jae. Mereka memilih saat dimana Byeong Jae melakukan interview dengan para petinggi Hotel Sangil, termasuk Pimpinan Choi. Kang Bae menyamar menjadi salah satu pelamar sementara Gwi dan Weol Ju sebagai pewawancara.
Baru juga masuk, Kang Bae sudah di minta oleh salah satu
pewawancara untuk memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Dengan kemampuan
bahasa Inggris seada-nya, Kang Bae memulai perkenalan dirinya.
“Hello. My name is Kang-Bae Han. I’m fine, thank you. And you?”
Weol Ju bergumam kalau Kang Bae seperti anak kecil, sementara Gwi memuji pengucapan Kang Bae yang jelas. Kang Bae hanya bisa menundukkan kepala, merasa malu.
Selanjutnya adalah Byeong Jae. Dan tanpa kesulitan sama sekali,
Byeong Jae memperkenalkan dirinya dengan kemampuan Bahasa Inggris yang bagus
dan artikulasi yang jelas. Sangat bagus. Kang Bae, Gwi dan Weol Ju kagum dengan
kemampuannya.
Giliran ketiga adalah pelamar bernama Byun Sang Ho. Dan caranya
memperkenalkan diri : “Hai. I’m Sang-Ho Byun.”
Selesai. Kang Bae, Gwi dan Weol Ju sampai tercengang. Anehnya, pewawancara lain dan tn. Choi malah bertepuk tangan memuji Sang Ho dan berkata kalau perkenalan sederhana adalah yang terbaik. Sangat aneh.
Selanjutnya, pewawancara meminta pelamar memberitahu
keistimewaan hotel Sangil. Byeong Jae yang pertama menjawab dan mulai
menjelaskan secara rinci mengenai keistimewaan hotel Sangil. Kemampuan Byeong
Jae sangat bagus. Kang Bae tanpa sadar bertepuk tangan dan berujar kalau dia
setuju dengan Byeong Jae.
Giliran Sang Ho dan dia hanya menjawab kalau prasmanan hotel Sangil, enak. Weol Ju sampai kesal dan bergumam menyebutnya orang gila. Tapi, anehnya lagi, pewawancara lain dan tn. Choi mlaah bertepuk tangan keras dan memuji Sang Ho yang paling mengerti mengenai Hotel Sangil. tn. Choi bahkan bilang kalau Sang Ho adalah orang yang di butuhkan Hotel Sangil.
--
Wawancara sudah selesai. Weol Ju and the gang melakukan diskusi
darurat. Mereka merasa kalau proses wawancara tadi sangat aneh. Byeong Jae
sangat hebat selama wawancara tapi para petinggi sama sekali tidak
mendengarkannya.
“Aku tadi dengar dari obrolan pelamar lain di toilet. Ini hanya
formalitas. Dia pasti diterima berkat orang tuanya,” beritahu Kang Bae.
“Ini jelas mencurigakan. Di mana masalah sebenarnya?” ujar Weol
Ju.
“Kita harus cari lagi.”
Weol Ju menjentikan jarinya dan mulai menelusuri ingatan Byeong Jae. Dia berhenti ke hari dimana Byeong Jae berusaha masuk ke Hotel Sangil. Dan di dalam hotel, dua orang pekerja memperhatikannya.
Weol Ju and the gang sudah bertukar baju menjadi staff hotel dan
bergabung bersama kedua orang itu. Dengan berhati-hati, Weol Ju bertanya ada
apa?
“Entah dia bodoh atau terlalu polos. Dia mau masuk tanpa orang
dalam?” ujar yang pria.
“Dia jelas bisa bekerja di sini, tapi tak akan bisa dipromosikan
tanpa orang dalam. Kudengar ada putra anggota parlemen menjadi karyawan baru
kita.”
“Tidak hanya itu, ada putri jaksa dan keponakan pemilik surat
kabar. Semua yang diterima sangat hebat.”
“Semua? Semua karyawan baru punya koneksi? Mereka masuk karena
nepotisme?” kaget Kang Bae.
“Sejak kapan nilai penting di sini? Kau sudah lama bekerja di
sini,” komentar wanita. “Tapi kau siapa? Baru kali ini aku melihatmu,”
sadarnya.
Kang Bae sudah gugup, tapi untung di saat itu, terdengar
pengumuman kalau Pimpinan Choi datang. Semua pekerja langsung keluar dan
membungkuk memberi salam. Di saat itu, Pimpinan Choi lewat sambil mengibaskan
tangan ke lengan bajunya yang di pegang Byeong Jae tadi.
“Dia di lahirkan gagal. Aku bisa apa? Bila tak terima, dia harus
menyalahkan orang tuanya,” gumam tn. Choi. Dan tepat di sampingnya adalah Weol
Ju yang mendengar jelas ucapannya tersebut.
Weol
Ju yang baru kehilangan ibunya, ternyata sempat pergi ke kediaman petinggi
untuk memohon keadilan, sebelum bunuh diri. Dia berlutut dan melaporkan kalau
ibunya sudah di bunuh. Seseorang membakar kuil dan menusuk ibunya. Weol Ju
dengan sangat memohon, meminta agar pelakunya di temukan.
“Kenapa
berkata begitu? Seorang warga negara ini dibunuh secara tidak adil,” tangis
Weol Ju.
“Tidak.
Tidak semua warga sama di hadapan hukum. Apa harus buat keributan di malam hari
hanya karena kematian seorang dukun?”
“Apa?
"Seorang dukun"? Kenapa bisa bilang begitu? Seseorang mati! Aku
bilang, seseorang mati!” marah Weol Ju dan mencengkeram kerah baju petinggi
tersebut.
“Dasar lancang!” teriak petinggi itu sembari menampar wajah Weol Ju dengan keras hingga terjatuh ke tanah. “Bila tak terima, silakan protes kepada leluhurmu, ibumu yang miskin, hingga leluhurmu yang paling awal. Siapa menyuruhmu lahir dari keluarga rendahan? Benar, 'kan?” ejeknya.
Dan setelah itu, Weol Ju di tarik paksa oleh pengawal dan di lemparkan keluar kediaman petinggi tersebut. Dari tatapan Weol Ju, tampak dendam yang begitu dalam.
Tags:
Mystic Pop-up Bar