Sinopsis K-Drama : Mystic Pop-up Bar Episode 03-1


Sinopsis K-Drama : Mystic Pop-up Bar Episode 03-1
Images by : JTBC
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKTIF

Weol Ju yang telah bersedia menerima hukumannya, di kirim kembali ke dunia. Sebelum memulai pekerjaannya, Weol Ju terlebih dahulu mengambil air sumur. Air yang di ambilnya bukanlah sembarang air, melainkan air ajaib. Di saat dia sedang melakukan pekerjaannya, Kepala Yeom muncul.
Kepala Yeom datang untuk memeriksa keadaan Weol Ju yang menurut kabar datang ke Dunia Nyata untuk membuka penginapan. Tapi, kenapa Weol Ju malah menyimpan banyak air dari Alam Baka?
“Saat mereka yang masih hidup minum ini, arwah mereka akan berada di Dunia Mimpi, di antara Alam Baka dan Dunia Nyata. Karena aku bisa leluasa pergi ke Dunia Mimpi, aku akan membantu mereka membereskan dendam di sana.”
“Kau butuh 100.000 jiwa, 'kan? Kau bunuh diri karena benci manusia. Kau tak keberatan?”
“Bisa apa jika aku keberatan? Apa ada cara lain?” balas Weol Ju, pasrah menerima hukumannya. “Namun, siapa kau? Dari tadi bertanya kepadaku.”
“Aku? Aku Manajer Junior Yeom. Aku adalah Kematian, dan saat datang kemari, aku diminta untuk mengawasimu,” jelas Yeom. “Anggap aku jembatan untuk bicara dengan yang di atas. Bila kau tak bisa melakukan ini, aku akan bicara...”

“Tidak. Aku akan selesaikan tugas ini. Walau aku harus berbohong, menipu, atau memanfaatkan orang lain, aku harus berhasil,” tekad Weol Ju.
Mystic Pop-up Bar
Episode 03


Dan kini, Weol Ju memanfaatkan kemampuan milik Kang Bae untuk mencapai targetnya. Kang Bae benar-benar orang yang polos. Daripada memikirkan Weol Ju yang memanfaatkan kekuatannya, Kang Bae malah lebih bersemangat memikirkan hari-hari dimana kekuatannya akan hilang dengan bantuan Weol Ju. Kang Bae sudah tidak sabar ingin mencoba naik ke dalam kereta yang penuh sesak orang tanpa takut harus mendengarkan cerita dari orang-orang yang terkena sentuhannya. Gwi sampai mengomentari Kang Bae yang aneh mau naik kereta yang penuh dengan orang, padahal orang normal saja berusaha sebisa mungkin menghindarinya. Daripada naik kereta, lebih baik mencoba pergi ke sauna. Apa Kang Bae sudah pernah merasakan badannya di gosok? Kang Bae menjawab belum.
Gwi langsung bersemangat menceritakan betapa enaknya pergi ke sauna dan badan di gosokkan. Kang Bae ikutan bersemangat. Apalagi saat Gwi memperagakan rasanya badan di gosok, Kang Bae semakin senang.
Weol Ju yang daritadi diam melihat kekonyolan mereka, akhirnya bersuara juga. Dia memarahi mereka berdua yang bertingkah seperti orang sinting. Daripada berkhayal, Weol Ju menyuruh Kang Bae untuk mulai mencari pelanggan untuknya.
“Aku harus menarik pelanggan?” tanya Kang Bae, balik dengan ekspresi tidak mengerti.
“Astaga, kau ini. Di mana kau bekerja saat siang?”
“Pusat Kepuasan Pelanggan.”
“Apa kelebihanmu?”
“Orang akan mengatakan masalahnya saat kusentuh.”
“Benar. Kau punya hal yang diperlukan dalam mencari pelanggan, jadi, kenapa hanya diam dan duduk di sini? Aku akan memanfaatkan bakatmu semaksimal mungkin,” jelas Weol Ju.
--


Esok harinya,
Kang Bae mulai melakukan tugasnya. Jika biasanya Kang Bae akan berusaha keras menghindari sentuhan dengan para pelanggan, kali ini, Kang Bae yang malah dengan sengaja menyentuh tangan para pelanggan saat mengambil nomor antrian mereka. Dan secara otomatis, semua orang yang di sentuhnya mulai menceritakan masalah mereka. Setelah itu, Kang Bae akan memberikan kartu nama kedai mistis dan menyuruh mereka untuk datang ke sana karena pemilik kedai pandai memecahkan masalah dan juga mereka menyediakan makan dan minum gratis.

Teman sekerja Kang Bae, Choi Jin Dong, melihat apa yang di lakukan Kang Bae sedari tadi. Karena itu, ketika jam istirahat, Jin Dong mulai menanyai Kang Bae apakah yang Kang Bae bagikan tadi adalah kupon kedai dimana Kang Bae bekerja?
“Benar. Tolong rahasiakan ini dari Pak Ma,” pinta Kang Bae.
“Jangan khawatir. Namun, jika kedai tempatmu bekerja mementingkan rupa fisik, bukankah seharusnya mengundang orang tampan dan cantik?  Orang yang mendapat kuponmu terlihat murung.”
“Bosku senang mendengar masalah orang lain. Mereka lebih mudah dilayani dan dimanfaatkan,” jawab Kang Bae, jujur.
Namun, jawaban jujur Kang Bae, di salahpahami oleh Jin Dong. Dia malah jadi ketakutan saat Kang Bae menawarkan kupon kedai mistis padanya dan langsung menolak. Dia tidak punya masalah apapun dan merasa bahagia setiap harinya.
--


Malam hari,
Kedai mistis mulai kedatangan beberapa tamu yang datang setelah menerima kupon dari Kang Bae. Seperti biasa, Weol Ju melayani mereka dengan ramah dan meminta mereka menceritakan masalah mereka.
Pelanggan pertama yang datang adalah seorang wanita gemuk. Kang Bae menjelaskan pada Weol Ju mengenai masalah pelanggan itu. Pelanggan itu sekarang sedang stress hingga pergi ke psikiater karena program dietnya tak juga berhasil. Pelanggan itu bercerita dengan menggebu-gebu kalau dia hanya makan sedikit setiap harinya. Tapi, hanya minum air saja bisa membuat berat badannya bertambah. Tapi, semua orang malah bilang dia menyebalkan, tak tahu diri, dan tak bisa menjaga diri.
Tapi, apa yang di katakan pelanggan itu bertolak belakang dengan faktanya. Dia datang ke kedai mistis karena Kang Bae bilang kalau kedai menyediakan makanan dan minuman gratis. Dia curhat kalau hanya makan sedikit, tapi faktanya sejak dia datang ke kedai, dia sudah menghabiskan 4 botol soju dan memakan 5 porsi pajeon. Seolah masih belum kenyang, pelanggan meminta Gwi untuk membuatkan 1 porsi pajeon lagi.
Weol Ju beneran kesal. Dia mulai menunjukkan sifat aslinya dan berteriak menyuruh pelanggan itu untuk berhenti. Kang Bae berusaha menenangkan, tapi malah terkena amukan Weol Ju juga.

Pelanggan kedua yang datang adalah seorang ibu rumah tangga yang bersedih karena merasa hubungannya dengan suaminya menjadi renggang. Kenapa? Karena biasanya, mereka berhubungan in### tujuh kali dalam sepekan, tapi sekarang hanya 5 kali.

Mendengar cerita pelanggan itu, Gwi bergumam kalau bisa melakukannya 5 kali dalam sepekan juga sudah sangat hebat. Sementara Weol Ju beneran kesal dan menjewer telinga Kang Bae. Dia kan sudah bilang mencari orang yang mendendam, tapi yang di bawa oleh Kang Bae ini justru terberkati. Saking kesalnya, Weol Ju juga menjitak kepala Kang Bae.
--
Kang Bae jongkok di depan tenda kedai dengan murung. Gwi tahu hal itu, sehingga dia menemani Kang Bae dan menyemangatinya untuk tidak pusus asa. Kang Bae juga maunya tidak putus asa, tapi Weol Ju sangatlah menyeramkan. Dia bahkan dengar dulu Weol Ju membunuh 100.000 orang.
“Kata siapa?”
“Kau tak tahu? Nn. Weol-ju bilang sendiri saat pesta kita kemarin”
“Kau memercayainya?”
“Kenapa? Sepertinya itu benar.”
“Apa dia Jenghis Khan atau Hitler? Dia hanya ingin membuatmu takut saat awal masuk kerja,” tenangkan Gwi. “Kang-bae. Saat seperti ini, jangan menyerah dan terus maju dengan percaya diri. Kita sebagai karyawan tak harus selalu tunduk kepada bos. Tak boleh. Kalau dipikir-pikir, dia bos, tapi tak pernah membantu. Dia hanya memerintah. Hari ini, aku harus bicara dengannya dan menyelesaikan...” ujar Gwi menggebu-gebu dan sok berani.
Tapi, belum selesai bicara, udah terdengar teriakan Weol Ju dari dalam kedai. Dan bagai kelinci, Gwi langsung masuk dan menyuruh Kang Bae juga masuk.
Di dalam, Weol Ju tampak marah. Dia menatap tajam pada Kang Bae dan nanya serius, apa Kang Bae nggak tahu ciri-ciri orang yang menderita.
“Aku tahu. Mereka selalu sedih, putus asa, dan semacamnya,” jawab Kang Bae.
“Lalu, kenapa bawa seperti yang tadi?! Mereka bukan sasaranku!” teriak Weol Ju.
Gwi sampai harus menenangkannya dan menyuruhnya untuk bicara baik-baik, jangan marah terus. Dia juga nyuruh Weol Ju untuk mengajari Kang Bae dari awal mengenai ciri-ciri orang yang mendendam. Gwi juga memberikan pena dan kertas pada Kang Bae dan menyuruh Kang Bae mencatat apa yang Weol Ju katakan.
“Dengar baik-baik. Pertama, jangan bawa orang yang dari awal kurang berusaha. Berdiet bukan salah orang lain. Itu akan terus menjadi urusanmu sampai kau meninggal dan tinggal tulang. Itulah inti diet yang sebenarnya. Kedua. Jangan bawa orang yang ingin lebih dari orang lain. Itu bukan menderita, tapi ketamakan.”
“Benar! Ketamakan! Menang lotre, upah miliaran, dan bercinta tujuh kali sepekan!” ujar Gwi bersemangat menimpali. “Itu keinginan yang tak boleh kau layani.”
“Ketiga. Ini yang terpenting. Orang tersebut harus putus asa. Dia harus sangat butuh bantuan. Begitu putus asa hingga bisa membunuh, atau tak bisa mati dengan tenang, atau saat nyawa seseorang dipertaruhkan. Itu yang disebut mendendam. Kau mengerti?” jelas Weol Ju.
Dan Kang Bae mendengarkannya dengan saksama.
--
Esok hari,
Di suatu tempat, seorang pria, Park Byeong Jae, berada di depan sebuah hotel elit –Hotel Sangil-. Dia berusaha masuk tapi di halangi oleh petugas security. Walau sudah di halangi, Byeong Jae tetap tidak menyerah dan memohon kalau dia hanya ingin tahu alasannya. Petugas itu menegaskan kalau Byeong Jae tidak boleh seperti ini karena sudah di umumkan dengan jelas kalau Byeong Jae tidak lolos tes karyawan.


Dan di saat itu, Pimpinan Hotel Sangil -Choi Kang Hyun- tiba dengan di kawal seorang bodyguard wanita –Kang Yeo Rin-. Byeong Jae langsung menghampiri dan memohon di beritau alasannya gagal dalam rekrutmen pegawai hotel. Byeong Jae memohon hingga menyentuh lengan tn. Choi, dan sedetik kemudian, Yeo Rin langsung memegang tangan Byeong Jae, memilintirnya dan menjatuhkannya ke tanah. Setelah itu, petugas yang menahan Byeong Jae agar tidak dapat mendekati tn. Choi lagi.
“Sudah gagal masih menyusahkan,” gumam tn. Choi kesal sambil menyeka lengan bajunya yang di pegang Byeong Jae tadi.
Gumamannya terdengar oleh Yeo Rin yang berjalan tepat di belakangnya. Dari wajahnya, Yeo Rin tampak tidak menyukai ucapan itu dan juga tampaknya kasihan pada Byeong Jae. Tapi, Yeo Rin menyembunyikan hal tersebut.
Tn. Choi masih terus menggerutu kesal. Yeo Rin segera menanyakan keadaannya dan meminta maaf karena tidak segera mengatasinya lebih cepat.
“Tak apa. Dia seharusnya disingkirkan oleh penjaga yang ada di luar. Mereka bekerja dengan buruk. Sementara itu, kau tetap berguna untukku. Memang tidak murah untuk kualitas pelayanan seperti ini,” ujar tn. Choi, tertawa lebar.
Tapi, tatapan Yeo Rin, tampak tidak menyukai ucapannya tersebut.
--
Weol Ju dan Gwi pergi berbelanja ke supermaket tempat Kang Bae bekerja. Sambil berbelanja, Gwi menasehati Weol Ju agar tidak terus memarahi Kang Bae karna mana ada orang yang langsung hebat bekerja dari awal. Weol Ju tetap kesal dan mengajak Gwi untuk melihat Kang Bae nanti. Dia ingin tahu apakah Kang Bae bekerja dengan benar atau tidak.

Dan tidak sengaja mereka berjumpa dengan Mi Ran. Mi Ran menyapa mereka dengan riang. Mi Ran juga mengira Weol Ju dan Gwi adalah sepasang suami istri. Gwi hanya tertawa ramah mendengarnya, tapi Weol Ju malah menanggapi sinis kalau hidup Mi Ran tampaknya mulai nyaman karena tidak ada yang mengganggu. Apa mau dia ganggu?! Enak saja menyebutnya dengan Gwi sebagai suami istri!
“Kenapa kau selalu emosi? Santailah sedikit. Kau bisa mengoreksinya, 'kan?” tegur Gwi melihat emosi Weol Ju yang begitu meledak-ledak. “Dia pemilik kedai dan aku hanya karyawan,” jelasnya pada Mi Ran.
“Maaf aku salah paham.”
“Tidak apa. Sampel makanan sudah habis? Kau pintar berjualan.”
“Bukan begitu. Banyak perusahaan swasta mengumumkan hasil rekrutmen mereka. Para ibu sibuk menyiapkan makanan untuk anaknya,” beritahu Mi Ran.
Mendengar kata ‘rekrutmen karyawan’, Weol Ju langsung tampak bersemangat dan bahagia.
--
Malam hari,
Hari ini, kedai mistis pindah lokasi ke Noryangjin. Kang Bae bertanya alasan kenapa lokasi hari ini berpindah?
“Ini pekan pengumuman rekrutmen karyawan. Pasti banyak orang di luar kedai ini yang gagal diterima,” jelas Weol Ju.
“Benar. Pasti lebih banyak yang gagal daripada yang diterima,” ujar Gwi.
“Kau benar. Di mana semua orang sedih akan berkumpul? Di tempat ini. Nanti banyak sasaran untuk kita,” semangat Weol Ju.
“Jangan begitu. Mereka sedang mengalami masalah,” tegur Kang Bae.
“Kau benar. Sikapmu agak tak mengenakkan,” setuju Gwi.
“Ada apa dengan sikapku? Kau tak lihat ini strategi? Kalian hanya perlu mematuhiku, wajar kalian tak paham gambaran besar strategiku,” jawab Weol Ju tidak peduli.
--

Byeong Jae masih ada di jalan hingga malam. Wajahnya tampak lesu. Saat mendapat telepon dari pacarnya, Yu Mi, Byeong Jae memilih untuk tidak mengangkatnya. Di saat sedang sedih tersebut, dia melihat kedai mistis.
Byeong Jae memutuskan untuk mampir dan memesan sebotol soju. Weol Ju begitu bersemangat melihat kedatangan Byeon Jae yang tampak murung.


Tidak lama, di hadapan Byeong Jae sudah tersedia sepiring tumis gurita. Baru makan sesuap, Byeong Jae sudah menangis terisak-isak. Gwi jadi khawatir, apa tumis guritanya sepedas itu? Karena penasaran, Gwi mencoba sesuap dan beneran pedas. Sangat pedas.
Kang Bae jadi khawatir dan hendak pergi membelikan susu untuk Byeong Jae. Tapi, Weol Ju menahannya pergi dan memberi tanda agar Kang Bae menggunakan kekuatannya. Karena itu, Kang Bae mendekati Byeong Jae dan memegang pundaknya sembari menawarkan nasi.
Tring! Seketika Byeong Jae mulai curhat mengenai masalahnya.
“Aku sangat ingin makan enak dengan Yu Mi. Tumis gurita,” Byeong Jae memulai ceritanya.

Flashback
Byeong Jae hanyalah pemuda miskin. Saking tidak punya uangnya, Byeong Jae sampai sembunyi-sembunyi keluar dari kamar sewa agar tidak bertemu pemilik kamar dan di tagih biaya sewa. Tapi, tetap saja, pemilik kamar sudah menunggunya di depan pintu dan menagih uang sewa yang sudah menunggak 3 bulan. Byeong Jae memohon agar di beri waktu dan berjanji akan membayarnya akhir bulan nanti. Pemilik kamar sudah beneran capek dengan janji Byeong Jae dan memberi peringata terakhir, kalau tidak di bayar bulan ini juga, maka silahkan pergi!
--

Byeong Jae bekerja paruh waktu di mini market. Dia bekerja dengan rajin dan giat. Di saat lagi kerja, dia mendapat telepon dari pacarnya, Yu Mi, yang mengajak untuk makan malam bersama. Byeong Jae dengan tidak enak hati, menolak karena dia mau belajar untuk tes masuk hotel Sangil. Yu Mi memohon karena ini adalah hari peringatan 7 tahun jadian mereka, masa tega biarkan dia makan sendiri? Byeong Jae tidak tega dan akhirnya bersedia untuk makan bersama dengan Yu Mi. Dia segera memeriksa isi dompetnya dan hanya ada 2 lembar uang 10.000 won.
“Setelah beberapa tahun terus mencari pekerjaan, uang selalu menjadi masalah untukku. Aku bekerja paruh waktu di minimarket dan menunggak sewa. Karena itu, selalu terasa berat bila akan bertemu pacarku.”

Saat bertemu, Yu Mi memberikan hadiah sekotak ssangkwanjang. Dia mengingatkan Byeong Jae untuk meminumnya setiap hari sampai saat wawancara. Byeong Jae berterimakasih atas hadiah tersebut, tapi juga tidak enak karna dia lupa menyiapkan hadiah untuk Yu Mi karena terlalu sibuk belajar. Yu Mi tidak mempermasalahkan hal tersebut. Byeong Jae tetap tidak enak dan sebagai gantinya ingin mentraktir Yu Mi makan.

Yu Mi ternyata ingin makan di restoran yang lag terkenal di IG. Byeong Jae ingin membahagiakan Yu Mi, tapi dia tidak bisa karena melihat bahwa harga 1 porsi tumis gurita adalah 23.000 won. Dia tidak punya uang sebanyak itu. Yu Mi tidak tahu dan mengajak Byeong Jae untuk makan di sana karena Byeong Jae suka makanan pedas. Byeong Jae langsung berakting kalau perutnya terasa sakit dan dia tidak bisa makan makanan pedas hari ini.

Sialnya, seorang pria tiba-tiba menyapa Byeong Jae. Melihat Byeong Jae yang tampak tidak ingat padanya, pria itu mengingatkan kalau mereka pernah belajar bersama 2 tahun yang lalu. Dia kebetulan mau makan di restoran itu juga, jadi mengajak Byeong Jae untuk makan bersama. Byeong Jae jadi bingung bagaimana menolaknya. Yu Mi menyadari hal itu hingga dia berbohong pada pria tersebut kalau mereka baru saja selesai makan.
“Jadi, kau masuk perusahaan yang mana?” tanya pria itu. “Belum dapat pekerjaan?”
“Diterima di Hotel Sangil. Beberapa hari lagi akan diumumkan,” bohong Yu Mi.
Untungnya pria itu tidak bertanya lagi dan langsung pergi. Yu Mi juga langsung mengajak Byeong Jae pergi.
--

Yu Mi membawa Byeong Jae untuk makan di restoran sederhana. Yu Mi makan dengan lahap, tapi Byeong Jae tidak makan sama sekali. Dia beralasan kalau perutnya sedang sakit, padahal sebenarnya, dia merasa tertekan karena hal tadi.
Dalam perjalanan pulang, seorang pria menawarkan kupon motel untuk Yu Mi dan Byeong Jae. Byeong Jae dengan sopan menolak padahal Yu Mi sudah memberi tanda dengan jelas kalau dia ingin pergi ke motel tersebut.
“Tapi aku harus belajar banyak malam ini,” ujar Byeong Jae dan menarik Yu Mi pergi.
End

Gwi yang mendengar cerita itu malah lebih bersemangat. Weol Ju sampai harus melirik tajam padanya agar tidak berkomentar.
“Aku merasa bersalah... kepada Yu-mi,” lanjut Byeon Jae. “Karena berpacaran denganku, dia harus selalu sadar diri. Aku yang berumur 30 tahun tak bisa membelikan pacarnya seporsi tumis gurita.”
“Tapi kau melamar tiga kali di Hotel Sangil?” tanya Kang Bae, penasaran.
“Benar. Hotel Sangil adalah impian semua pelajar jurusan perhotelan. Itu perusahaan swasta besar bergaji tinggi.”
“Kau seharusnya melamar ke tempat yang sesuai kemampuanmu. Karena ambisimu, kau kesusahan sampai sekarang,” komentar Gwi.
“Aku tentu bisa masuk ke tempat seperti itu. Tapi setelah bekerja empat hingga lima tahun, aku akan mulai khawatir kapan aku akan dipecat saat mendekati umur 40 tahun. Aku harus menabung untuk menikah, besarkan anak, dan pensiun. Tak ada jawaban pasti untuk ini,” jawab Byeong Jae.
“Semua orang saat ini sedang sulit. Aku tahu banyak orang yang ingin lompat dari Sungai Han  hanya karena perusahaan mereka mendadak bangkrut. Lalu? Apa hasilnya?”
“Nilaiku bagus untuk ujian tertulis, dan aku merasa wawancaraku lancar,” lanjut Byeong Jae bercerita.
Flashback
Byeong Jae mendapat SMS mengenai hasil wawancaranya. Dan hasilnya, dia tidak di terima di Hotel Sangil. Tentu saja, ini membuat Byeong Jae semakin stress.
Seolah belum cukup, Ibu Yu Mi menelpon dan mengajaknya bertemu.
--

Byeong Jae bertemu ibu Yu Mi di sebuah café. Ibu Yu Mi sebenarnya menyukai Byeong Jae yang jujur dan pekerja keras hingga dia merasa Byeong Jae akan memiliki masa depan yang cerah. Tapi, pekerjaan Byeong Jae sekarang ini tidak jelas. Dia khawatir kalau Yu Mi akan melewatkan masa emas karena sibuk mengurusi Byeong Jae. Dia meminta Byeong Jae tidak sakit hati pada ucapannya, tapi semua ibu yang memilik anak perempuan pasti akan seperti dirinya.
Itu adalah kode halus agar Byeong Jae memutuskan Yu Mi.
--

Malam harinya,
Byeong Jae mengajak Yu Mi bertemu di restoran yang terkenal di IG itu dan memesan seporsi tumis gurita. Yu Mi sangat senang karena mengira kalau Byeong Jae pasti di terima hingga mentraktrinya.
“Aku gagal,” ujar Byeong Jae. “Yu Mi, kita putus saja. Berpacaranlah dengan laki-laki lain. Aku tak bisa terus begini.”
“Apa maksudmu?”
“Apa kau tak lelah? "Bila diterima, kita makan enak. Bila diterima, ke restoran mahal. Bila diterima, buat cincin pasangan." Kau selalu mengatakan itu kepadaku. "Bila diterima..." Kita sudah membahas itu selama tiga tahun. Bila aku bisa menghilang lebih cepat dari depanmu sekarang, akan kulakukan demi kebaikanmu.”
“Bagaimana bisa begitu? Apa kau begini karena gagal lagi? Aku paham kau sedang sedih, tapi... Kita jangan putus,” mohon Yu Mi. “Aku tak peduli itu dan hanya ingin bersamamu.”
“Kau banyak menderita berpacaran dengan pria sepertiku. Terima kasih. Aku berterima kasih, tapi aku juga benci itu. Aku merasa seperti orang tak berguna di sampingmu, jadi, aku tak bisa melanjutkannya. Maaf, aku pergi dulu,” ujar Byeong Jae, menangis dan langsung pergi.
Yu Mi tidak bisa membiarkannya dan mengejarnya, tapi Byeong Jae begitu cepat menghilang.
--
Byeong Jae pulang dengan suasana hati buruk, jadi begitu mendengar suara pemilik kamar memanggilnya, Byeong Jae langsung berteriak kalau dia akan segera pergi!
“Bukan... Aku ingin bilang aku sudah terima sewamu. Seorang gadis tadi membayarnya. Dia bayar tunggakanmu dan sewa bulan ini. Kalau tak salah, namanya Yu-mi.”
Hati Byeong Jae semakin sakit mendengar hal tersebut. Ketika masuk ke kamarnya, Byeong Jae tidak bisa berhenti menangis.
End
“Aku akhirnya putus dengannya. Sebenarnya yang tak berguna adalah harga diriku ini. Aku tak bisa menyingkirkannya dan membuat Yu-mi terluka. Yu-mi adalah pacar baik yang selalu mendahulukan pacarnya.”
Mendengar kisah Byeong Jae, Gwi malah ikut menangis. Dia merasa kisah itu sangat menyedihkan dan kenapa cinta harus selalu menyakitkan? Jika terlalu menyakitkan, itu bukan cinta sebenarnya.
Mendengar ucapan Gwi, Kang Bae jadi memandanginya dan berkomentar kalau seperti Gwi pernah mengalami kejadian serupa. Gwi langsung beralasan kalau itu adalah kisah teman dekatnya, bukan dia.
“Beri tahu aku. Kau ingin kembali bersama pacarmu?” tanya Weol Ju.
 “Tidak. Aku tetap gagal, jadi, untuk apa? Berpacaran lagi pun tetap sama.”
“Lalu?”
“Aku ingin tahu alasan aku gagal. Aku sudah berusaha maksimal, tapi tetap gagal. Jika tahu alasannya, aku bisa mulai lagi. Aku juga bisa bertemu Yu-mi tanpa sedih lagi.”
Weol Ju mengerti dan merasa itu permintaan yang mudah. Karena itu, dia mengeluarkan ssanggapju dan menuangkannya ke gelas Byeong Jae untuk di minum. Dia berkata pada Byeong Jae kalau itu adalah alkohol spesialnya. Dan tanpa ragu, Byeong Jae langsung menghabiskannya. Dan sedetik kemudian, dia merasa sangat mengantuk.

Kang Bae, Gwi dan Weol Ju masuk ke mimpi Byeon Jae. Mereka memilih saat dimana Byeong Jae melakukan interview dengan para petinggi Hotel Sangil, termasuk Pimpinan Choi. Kang Bae menyamar menjadi salah satu pelamar sementara Gwi dan Weol Ju sebagai pewawancara.
Baru juga masuk, Kang Bae sudah di minta oleh salah satu pewawancara untuk memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggris seada-nya, Kang Bae memulai perkenalan dirinya.
“Hello. My name is Kang-Bae Han. I’m fine, thank you. And you?”

Weol Ju bergumam kalau Kang Bae seperti anak kecil, sementara Gwi memuji pengucapan Kang Bae yang jelas. Kang Bae hanya bisa menundukkan kepala, merasa malu.
Selanjutnya adalah Byeong Jae. Dan tanpa kesulitan sama sekali, Byeong Jae memperkenalkan dirinya dengan kemampuan Bahasa Inggris yang bagus dan artikulasi yang jelas. Sangat bagus. Kang Bae, Gwi dan Weol Ju kagum dengan kemampuannya.
Giliran ketiga adalah pelamar bernama Byun Sang Ho. Dan caranya memperkenalkan diri : “Hai. I’m Sang-Ho Byun.”

Selesai. Kang Bae, Gwi dan Weol Ju sampai tercengang. Anehnya, pewawancara lain dan tn. Choi malah bertepuk tangan memuji Sang Ho dan berkata kalau perkenalan sederhana adalah yang terbaik. Sangat aneh.
Selanjutnya, pewawancara meminta pelamar memberitahu keistimewaan hotel Sangil. Byeong Jae yang pertama menjawab dan mulai menjelaskan secara rinci mengenai keistimewaan hotel Sangil. Kemampuan Byeong Jae sangat bagus. Kang Bae tanpa sadar bertepuk tangan dan berujar kalau dia setuju dengan Byeong Jae.


Giliran Sang Ho dan dia hanya menjawab kalau prasmanan hotel Sangil, enak. Weol Ju sampai kesal dan bergumam menyebutnya orang gila. Tapi, anehnya lagi, pewawancara lain dan tn. Choi mlaah bertepuk tangan keras dan memuji Sang Ho yang paling mengerti mengenai Hotel Sangil. tn. Choi bahkan bilang kalau Sang Ho adalah orang yang di butuhkan Hotel Sangil.
--
Wawancara sudah selesai. Weol Ju and the gang melakukan diskusi darurat. Mereka merasa kalau proses wawancara tadi sangat aneh. Byeong Jae sangat hebat selama wawancara tapi para petinggi sama sekali tidak mendengarkannya.
“Aku tadi dengar dari obrolan pelamar lain di toilet. Ini hanya formalitas. Dia pasti diterima berkat orang tuanya,” beritahu Kang Bae.
“Ini jelas mencurigakan. Di mana masalah sebenarnya?” ujar Weol Ju.
“Apa Byeong-jae tak ada ingatan lain soal Hotel Sangil?” tanya Gwi.
“Kita harus cari lagi.”


Weol Ju menjentikan jarinya dan mulai menelusuri ingatan Byeong Jae. Dia berhenti ke hari dimana Byeong Jae berusaha masuk ke Hotel Sangil. Dan di dalam hotel, dua orang pekerja memperhatikannya.
Weol Ju and the gang sudah bertukar baju menjadi staff hotel dan bergabung bersama kedua orang itu. Dengan berhati-hati, Weol Ju bertanya ada apa?
“Dia pasti gagal pada proses rekrutmen,” ujar pegawai wanita.
“Entah dia bodoh atau terlalu polos. Dia mau masuk tanpa orang dalam?” ujar yang pria.
“Dia jelas mampu. Harus ada orang dalam?” komentar Gwi.
“Dia jelas bisa bekerja di sini, tapi tak akan bisa dipromosikan tanpa orang dalam. Kudengar ada putra anggota parlemen menjadi karyawan baru kita.”
“Tidak hanya itu, ada putri jaksa dan keponakan pemilik surat kabar. Semua yang diterima sangat hebat.”
“Semua? Semua karyawan baru punya koneksi? Mereka masuk karena nepotisme?” kaget Kang Bae.
“Sejak kapan nilai penting di sini? Kau sudah lama bekerja di sini,” komentar wanita. “Tapi kau siapa? Baru kali ini aku melihatmu,” sadarnya.
Kang Bae sudah gugup, tapi untung di saat itu, terdengar pengumuman kalau Pimpinan Choi datang. Semua pekerja langsung keluar dan membungkuk memberi salam. Di saat itu, Pimpinan Choi lewat sambil mengibaskan tangan ke lengan bajunya yang di pegang Byeong Jae tadi.
“Dia di lahirkan gagal. Aku bisa apa? Bila tak terima, dia harus menyalahkan orang tuanya,” gumam tn. Choi. Dan tepat di sampingnya adalah Weol Ju yang mendengar jelas ucapannya tersebut.
Ucapan tn. Choi itu membuka luka lama di hati Weol Ju.

Flashback
Weol Ju yang baru kehilangan ibunya, ternyata sempat pergi ke kediaman petinggi untuk memohon keadilan, sebelum bunuh diri. Dia berlutut dan melaporkan kalau ibunya sudah di bunuh. Seseorang membakar kuil dan menusuk ibunya. Weol Ju dengan sangat memohon, meminta agar pelakunya di temukan.
“Bukankah kau pantas menerimanya?”
“Kenapa berkata begitu? Seorang warga negara ini dibunuh secara tidak adil,” tangis Weol Ju.
“Tidak. Tidak semua warga sama di hadapan hukum. Apa harus buat keributan di malam hari hanya karena kematian seorang dukun?”
“Apa? "Seorang dukun"? Kenapa bisa bilang begitu? Seseorang mati! Aku bilang, seseorang mati!” marah Weol Ju dan mencengkeram kerah baju petinggi tersebut.

“Dasar lancang!” teriak petinggi itu sembari menampar wajah Weol Ju dengan keras hingga terjatuh ke tanah. “Bila tak terima, silakan protes kepada leluhurmu, ibumu yang miskin, hingga leluhurmu yang paling awal. Siapa menyuruhmu lahir dari keluarga rendahan? Benar, 'kan?” ejeknya.

Dan setelah itu, Weol Ju di tarik paksa oleh pengawal dan di lemparkan keluar kediaman petinggi tersebut. Dari tatapan Weol Ju, tampak dendam yang begitu dalam.
End
Dan ucapan tn. Choi, telah membangunkan dendam lama di hatinya.





Post a Comment

Previous Post Next Post